Anda di halaman 1dari 3

SINOPSIS CERITA : BUDI PEKERTI

Ikhlas yang Berbuah Emas


Oleh : Izzah Linatul Khariroh

Seorang anak yang memiliki impian menjadi seorang pelari, pupus harapannya ketika
sepatu satu-satunya yang ia miliki telah rusak. Ia pandangi sepatu itu sembari memikirkan
jalan keluar agar ia dapat membeli sepatu baru lagi tanpa harus meminta kepada ibunya. Ia
tidak ingin merepotkan ibunya lagi karena ia sadar bahwa ia telah sering merepotkan beliau.
Ibunya yang semakin hari semakin menua itu bekerja sebagai penjual kue tradisional
setelah ditinggal pergi ayahnya untuk selamanya. Setiap pagi ia membantu ibunya untuk
menyiapkan bahan-bahan kue yang akan dijual dan sebagian dari kue itu ia bawa ke sekolah
untuk dijual kepada teman-temannya. Tidak ada kata malu dan gengsi dalam hidupnya,
karena yang terpenting adalah tekad yang kuat dan ikhlas dalam menjalankan segala sesuatu.
Ia tidak tidak pernah merasa iri dengan kepunyaan orang lain. Banyak teman-temannya
yang selalu bergonta-ganti sepatu dan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang
kurang berguna. Namun semua ia hadapi dengan senyuman dan hati yang ikhlas. Ia sadar dan
menerima segala sesuatu yang telah Allah tetapkan baginya.
Sepulang sekolah ia bergegas untuk pergi ke salah satu restoran terkenal di kotanya.
Bukan untuk makan atau nongkrong melainkan ia disana bekerja sebagai buruh cuci piring
yang mendapat upah Rp. 20.000 setiap harinya. Ia bekerja disana selama 5 jam lalu pulang ke
rumahnya dan belajar untuk mata pelajaran besok. Sebelum tidur ia selalu menyempatkan
untuk megamati poster-poster pelari terkenal yang ia tempel di tembok kamarnya sembari
berdoa kepada Tuhan agar apa yang ia impikan menjadi kenyataan.
Hingga pada suatu hari, ketika ia usai melaksakan shalat ashar di salah satu masjid di
tengah kota ia melihat sepasang sepatu yang ditinggal pemiliknya shalat. Sempat terbesit di
pikirannya untuk memiliki sepatu tesebut, namun ia masih dapat mengendalikan hawa
nafsunya. Pandangannya yang masih terfokus pada sepatu tersebut tiba-tiba teralihkan kepada
seseorang yang baru saja turun dari tangga masjid dan menarik dompet dari sakunya untuk
mengambil selembar uang Rp.10.000 dan memasukkanya ke kotak amal. Namun pada saat
orang tersebut memasukkan kembali dompet kedalam sakunya, dompet itu jatuh dan orang

tersebut tidak menyadarinya. Kemudian anak itu bergegas mengambil dompet dan mengejar
pemiliknya yang telah meninggalkan masjid. Ia tidak berhasil mengejar pemilik dompet
tersebut. Sehingga dengan hati-hati dibukanya dompet itu untuk melihat kartu identitas si
pemilik. Pada saat membuka dompet itu, secara tidak sengaja ia melihat uang yang berisi
beberapa lembar uang seratus ribu dan lima puluh ribu rupiah, namun cepat-cepat ia menutup
dompet itu.
Setelah ia mengetahui dimana tempat tinggal pemilik dompet tersebut, ia segera pergi
untuk mengembalikannya. Di tengah perjalanan ia melihat selembar poster yang di tempelkan
di tiang listrik. Pada brosur tersebut diberitahukan bahwa akan diadakan lomba lari 500 m
dengan hadiah Rp. 5.000.000 bagi pemenang lomba tersebut. Kemudian ia mengambil poster
tersebut dan memasukkannya kedalam sakunya. Ia menyebar pandangnya ke segala arah. Di
senja yang cerah ini banyak orang melakukan olahraga ringan seperti jogging atau sekadar
berjalan santai dengan keluarga, kerabat dan teman di sepanjang jalan setapak di taman kota.
Pandangnya pun berhenti pada seoarang lelaki remaja seumurannya yang sedang jogging,
bola matanya mengikuti kemana lelaki tersebut berlari dan melihat sepatu yang dikenakan
lelaki itu. Pikirannya kembali kacau dan teringat akan sepatunya yang telah rusak dimakan
waktu. Kemudian ia sadar bahwa harus segera mengembalikan dompet yang ia temukan.
Sesampainya di perumahan elite tempat pria tersebut tinggal, ia berdecak kagum
melihat rumah-rumah yang begitu megahnya dilengkapi dengan taman yang indah dan
penjaga rumah yang selalu stand by menjaga rumah majikannya. Sampailah ia sebuah rumah
yang tuju. Beruntungnya ia tidak perlu dihadang oleh penjaga rumah yang garang, karena
setelah ia memencet bel di samping agar rumah, pemilik rumahnya langsung keluar dan
menanyakan ada keperluan apa anak tersebut datang ke rumahnya. Kemudian anak tersebut
mengatakan bahwa ia telah menemukan dompet bapak tersebut yang jatuh di depan masjid.
Sontak saja bapak tersebut memeriksa saku celananya dan menyadari bahwa dompetnya tidak
ada disana. Setelah anak itu mengembalikan dompet, bapak tersebut memberinya uang
sebesar Rp. 500.000 sebagai ucapan terimakasih karena anak itu telah mengembalikan
dompetnya yang hilang dan berlaku jujur. Awalnya anak tersebut menolak pemberian dari
bapak pemilik dompet, karena ia melakukan itu semua dengan ikhlas tanpa mengharapkan
imbalan sedikitpun. Namun bapak tersebut tetap memberikan uang kepadanya, sehingga ia
menerima uang itu dan mengucapkan banyak terimakasih.

Ketika ia akan pulang menuju rumahnya, ia melewati sebuah toko sepatu, kemudian ia
membeli sepasang sepatu yang ia inginkan selama ini dengan uang pemberian bapak tadi. Ia
semakin giat melatih fisiknya untuk mengikuti lomba lari 500m. Setiap pagi dan sore ia
selalu berlari sekuat tenaga. Sebulan kemudian, tepat pada saat dilaksanakannya lomba lari ia
berhasil membawa pulang medali emas dan menjadi kebanggaan ibu dan orang-orang
disekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai