Anda di halaman 1dari 53

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Budaya Belajar

1. Pengertian Budaya Belajar

a. Pengertian Budaya

Menurut Ary H. Gunawan (2000:16) Kata “Budaya” berasal dari Bahasa

Sanskerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah

segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi

dan daya” atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta,

rasa, dan karsa.

Budaya menggambarkan cara kita melakukan segala sesuatu, kemudian

Haastrup (1996) menegaskan budaya terdiri dari hubungan-hubungan, bukan sekedar

sistem bentuk dan sistem yang stabil (Ress dan McBain, 2007:189). Menurut Syaiful

Sagala (2008:111) secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,

pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarkhi, agama, waktu, peranan,

hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh

sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan

kelompok.
Menurut Mulyana dan Rakhmat dalam buku Syaiful Sagala, budaya merupakan

sesuatu yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral,

hukum, kebiasaan, serta kemampuan dan kebiasaan yang didapatkan oleh seseorang

sebagai anggota suatu suatu masyarakat. Dari pengertian tersebut, budaya dipandang

suatu proses interaksi yang panjang di antara anggota organisasi yang ada dan

lingkungannya. Budaya organisasi yang terbentuk tidak terlepas dari nilai dan norma

sebagai dasar pembentukan sikap dan prilaku individu dalam organisasinya. Oleh

karena itu sekolah, sebagai organisasi pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang

besar dalam bentuk sikap dan prilaku peserta didik yang efektif dalam proses

pembelajaran. Proses tersebut dapat dibentuk melalui manajemen budaya belajar yang

diterapkan lembaga tersebut. (Lantip Diat Prasojo dan Winarto. “Strategi

Pengembangan Budaya Pembelajaran di Sekolah”. Jurnal Akuntabilitas Manajemen

Pendidikan, Vol V. No. 1, April 2017:110).

Menurut Mukhlis (2009:18) menegaskan bahwa budaya adalah konsep yang

membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,

peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang

diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi mwlalui usaha individu

dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-

bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-

tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang


tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu

tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu objek tertentu.

Seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan definisi kebudayaan

yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari :

“kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai

sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan (Tasmuji,

2011:151).

Sementara Selo Soemardjan dan Soelemen Soemardi merumuskan kebudayaan

sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan

teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh

manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat

diabadikan untuk keperluan masyarakat (Jacobus Ranjabar, 2006:21).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwasanya

budaya ialah totalitas yang kompleks dan mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,

hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh

orang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan juga merupakan hasil dari kegiatan

dan menciptakan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat

istiadat. Kebudayaan juga merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai

makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan

menjadi pedoman pada tingkah lakunya.


b. Pengertian Belajar

Menurut Hilgard dan Bower (Sahabuddin 2007:80) belajar adalah proses yang

memungkinkan timbulnya atau berubahnya perilaku melalui reaksi terhadap situasi

yang dihadapi, asalkan karakteristik perubahan itu tidak dapat dijelaskan berdasarkan

kecenderungan respon alamiah dan kematangan.

Menurut pendapat Azhari (1996:38) dalam bukunya Syah (2011:65-66) bahwa

menurut Morgan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai

hasil dari pengalaman-pengalaman yang lampau. Serupa dengan pendapat Witing

(Syah 2011:65-66) bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi

dalam segala macam keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil dari

pengalaman.

Belajar adalah suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau

mengubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan

menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya. Titik temu

antara berbagai pendapat mengenai hakikat belajar ialah perubahan perilaku, sehingga

inti dari belajar adanya perubahan kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar

sedangkan dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan

pendidik sebagai proses pembelajaran (Slameto, 2010:4-5).

Menurut Sabri (2005:20) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi

segenap aspek pribadi.

Sementara itu, Sadirman (2006:2) mengatakan, belajar adalah suatu proses

kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia

masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah

belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku

tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (efektif).

Sedangkan menurut pandangan modern, belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan

kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku.

Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan

sebagainya. Pola tingkah laku tersebut meliputi aspek rohani dan jasmani. Menyangkut

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan

menyangkut sikap dan nilai (afektif) (Syukur, 2006:6).

Sedangkan belajar menurut Thorndike adalah proses interaksi antara stimulus

(yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons (yang juga bisa

berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike perubahan

tingkah laku dapat terwujud sesuatu yang kongkrit, ataupun yang non kongkrit (Uno,

2007:11).
Menurut Purwanto, beberapa elemen paling penting yang mencirikan belajar

yang dilakukan peserta didik yaitu :

1. Belajar merupakansuatu perubahan dalam tingkah laku.


2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian. (Kompri, 2015:218).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses

alami perubahan tingkah laku sebagai akibat terjadinya interaksi antara stimulus dan

respon di mana seseorang mengalami perubahan dari hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi terhadap lingkungannya, perubahan itu menyangkut kepribadian,

emosional, dan pola pikir. Proses perubahan dalam belajar menuju ke arah tujuan yang

lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Belajar juga dapat dikatakan sebagai sesuatu aktivitas atau pengalaman yang

dapat memotivasi seseorang untuk menghasilkan perubahan pengetahuan dan tingkah

laku karena adanya pengalaman yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi,

keterampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai

sepanjang hayatnya. Secara umum kegiatan belajar adalah suatu proses kegiatan dari

tidak tahu, tidak mengerti, tidak bisa menjadi tahu, mengerti dan bisa secara optimal.
Belajar juga sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran adalah tahapan-tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif, dan

psikomotorik yang terjadi dalam siswa atau individu, perubahan tersebut bersifat

positif dalam arti yang lebih maju. Maka dari itu, terjadinya proses belajar dilandasi

dengan adanya teori belajar.

Di dalam pendidikan Islam, peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki

sejumlah potensi dasar (fitrah) yang belum berkembang dan belum mencapai garis

kematangan, baik dari aspek fisik, mental spiritual, intelektual, maupun psikisnya. Oleh

karena itu ia senantiasa memerlukan pertolongan, bantuan, dan arahan dari pendidik

agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan mengarahkannya kepada

kedewasaan (Syah, 2013:96).

Selanjutnya, Karwati dan Priansa berpendapat bahwa pengertia peserta didik

setidaknya bisa diselami dari tiga perspektif. Pertama Perspektif Pedagogis. Perspektif

ini memandang peserta didik sebagai makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam

pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang

bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan

segala potensi yang dimilikinya agar ia dapat menjadi manusia yang utuh. Kedua,

Perspektif Psikologis. Perspektif ini memandang peserta didik sebagai individu yang

sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis

menurut fitrahnya masing-masing. Ketiga, Perspektif Nasional, dalam Pasal 1 Ayat 4.

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya


melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Karwati

dan Priansa, 2014:131-132).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik

memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Peserta didik merupakan individu yang memiliki potensi, baik bersifat

fisik maupun psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan manusia

dengan pribadi yang unik.

2. Peserta didik mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya, baik

yang berkembang berdasarkan tahap kematangan usianya, maupun

sebagai respon terhadap lingkungan di sekitarnya, itulah mengapa

peserta didik dikatakan sebagai individu yang sedang mengalami

perkembangan.

3. Peserta didik adalah individu yang memerlukan bimbingan individual

dan perlakuan manusiawi, sehingga ia akan membutuhkan interaksi dan

bersosialisasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, di mana

sekolah merupakan salah satu tempat yang formal untuk mendidik dan

mengajar peserta didik.

Budaya belajar adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam mengkaji

sesuatu atau mencari sesuatu hal yang baru dalam artian berusaha mengetahui apa yang

belom diketahui. (Alpha, Rahmat. Budaya Belajar,


http://rahmatalpha.blogspot.com/2015/10/budaya-belajar.html?m=1. Diakses 05

Oktober 2015 (01:32).

Budaya belajar dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan dalam

melaksanakan tugas belajar yang dilakukan. Kita menjadikan belajar sebagai

kebiasaan, dimana jika kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai

atau patokan yang ada, dan menjadikan belajar sebagai kegemaran dan kesenangan

sehingga motivasi belajar muncul dari dalam diri kita sendiri yang akhirnya

produktifitas belajar meningkat. Seperangkat keyakinan, gagasan, nilai, kebiasaan, dan

perilaku yang berpola atau bersistem yang dimiliki oleh suatu lembaga dan atau

masyarakat yang berkenaan dengan belajar. (Soegiharto, Bambang. Membangun

Budaya Belajar Di Sekolah, http://jabarekspres.com/2018/membangun-budaya-

belajar-di-sekolah/. Diakses 27 Oktober 2018).

Jadi penulis dapat menyimpulkan secara garis besar bahwasanya budaya belajar

ialah suatu dorongan atau motivasi untuk melaksanakan pelajaran agar muncul bila

pelajaran yang dikerjakan dirasakan berarti begi diri sendiri. Sedangkan kita yang

kurang memotivasi belajarnya yang disebabkan faktor eksternal. Lingkungan belajar

mempunyai dua arti. Yang pertama menunjuk pada arti lingkungan yang bersifat fisik.

Yang kedua adalah unsur non fisik atau lingkungan sosial psikologis dan lingkungan

fisik.

Budaya belajar juga mengandung arti adanya perubahan kebiasaan belajar.

Perubahan ini mencakup dari perubahan sikap, nilai, dan perilaku tertentu serta struktur
organisasi belajar yang sesuai dengan tuntutan budaya belajar, sehingga dengan adanya

perubahan ini akan memberikan dampak terhadap peserta didik baik itu berdampak

positif maupun negatif. Sebab, kita akan mempelajari aturan-aturan yang sesuai dengan

budaya belajar untuk tujuan tanggung jawab utama terhadap pelajaran pola perilaku

yang dilakukan untuk pelaksanaan belajar yang efektif dan norma-norma serta nilai

yang berlaku.

Budaya belajar yang baik membawa dampak positif terhadap pelaksanaan tugas

pelajaran peserta didik melalui proses pembelajaran baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Dengan hal ini, akan berhasil dengan baik jika ditunjang pula oleh budaya

belajar siswa yang baik. Budaya belajar adalah melaksanakan proses pendidikan dari

guru, penerimaan bimbingan serta mengerjakan evaluasi supaya terlaksana dengan

baik.

Semua kalangan bertanggung jawab akan membangun budaya belajar di

sekolah terutama peran dari seorang guru dan juga orang tua. Dengan kerjasama dalam

proses membangun budaya belajar siswa di sekolah maka insyaallah akan dapat

terwujud budaya belajar yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut M. Joko Susilo (2006:69-70) menerangkan ada faktor-faktor yang

mempengaruhi budaya belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua

golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor

yang ada di luar individu.

A. Faktor-Faktor Intern

Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor,

yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah

1. Faktor kesehatan

2. Faktor psikologis

3. Faktor kelelahan

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,

selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lemah kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan

fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik

haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu


mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

olahraga, rekreasi, dan ibadah.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenal tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,

setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh

ini juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal

ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat

bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.

2) Faktor psikologis

Arden N Frandsen (1961) mengatakan bahwa hal yang mendorong sesorang

untuk belajar adalah :

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah

terpuaskan, dan kita semua mempunyai alat-alat yang kita perlukan

sebagai senjata untuk memuaskannya salah satunya yaitu dengan

belajar.

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju.
Kreatifitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya

nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude baik

dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,

yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada

sebelumnya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan

teman-teman.

Jelasin.....

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu usaha yang

baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.

Jelasin....

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran.

Jelasin....

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Jelasin.....

Menurut Slameto (2015:55-60) Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang

tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu

adalah :

a. Intelegensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Kesiapan

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Intelegensi

Untuk memberikan pengertian tentang inteligensi, J.P. Chaplin

merumuskannya sebagai berikut :

(1) The ability to meet and adapt to nevel situations quickly and effectively.

(2) The ability to utilize abstract concepts effectively.

(3) The ability to grasp relationship and to learn quickly.

Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk mengahadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif.

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang

sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil

daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa

yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.

Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak

faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor di antara

faktor yang lain.


2. Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan objek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap

bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi sebuah perhatian siswa

maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang

disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sfatnya

sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu

diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

4. Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah : “the capacity to learn”. Dengan

perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

5. Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses

belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar
dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan.

6. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingakt atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di

mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu

diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap

(matang) belum melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih

berhasil jika anak anak sudah siap (matang).

7. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan

itu timbul dari dalam diri seseoarng dan juga berhubungan dengan kematangan, karena

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu

diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajar akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat

psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada

bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani

dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat.

Kelelahan jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai

berikut :

1. Tidur
2. Istirahat
3. Mengusahakan variasi dalam belajar
4. Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah
5. Rekreasi dan ibadah yang teratur
6. Olahraga secara teratur
7. Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan
8. Jika kelelahan sangat serius cepet-cepet menghubungi dokter
Menurut Slameto (2015:60) faktor yang kedua adalah faktor ekstern. Faktor

ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor

yaitu :

1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang

tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga.

1. Cara orang tua mendidik


2. Relasi antar anggota keluagra
3. Suasana rumah
4. Keadaan ekonomi keluarga
5. Pengertian orang tua
6. Latar belakang kebudayaan

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.

Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataannya yang

menyatakan bahwa : Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat

menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan

dunia.

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka

acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak

mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, akan

dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.


Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting siswa

mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan

belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat

mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

2. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang

lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan

itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, apakah diliputi oleh kebencian, sikap

yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga jika

relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik maka

akan dapat menimbulkan problem yang sejenis.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang

baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang

penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu

hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

3. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga

merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana
rumah yang ramai dan kacau tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.

Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak

penghuninya.

Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana

rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenag dan tentram selain

anak betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

4. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang

sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,

perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang

belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas

belajar itu hanya terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak akan terganggu sehingga belajar anak juga akan

terganggu. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai

kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-

foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal

tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

5. Pengertian Orang Tua


Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar

jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah

semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat

mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Jika perlu menghubungi guru

anaknya untuk mengetahui perkembangannya.

6. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik,

agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah. Berikut ini dibahas faktor-faktor tersebut satu persatu.

1. Metode mengajar
2. Kurikulum
3. Relasi guru dengan siswa
4. Relasi siswa dengan siswa
5. Disiplin sekolah
6. Alat pelajaran
7. Waktu sekolah
8. Standar pelajaran di atas ukuran
9. Keadaan gedung
10. Metode belajar
11. Tugas rumah

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam

mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai siswa dan

mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih

mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar

haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak

baik pula. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan menjadi

bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani

mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan

belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat

belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan

efektif mungkin.

2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu

mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik

terhadap belajar.

3) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga

dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga

dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya,

juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci

gurunya. Ia akan segan mempelajarai mata pelajaran yang diberikannya akibatnya

pelajarannya tidak maju.

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses

belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan

berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

4) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah

masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Menciptakan relasi yang baik antar

siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar

siswa.

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah

dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam

mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam

pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain,

kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan

kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.

Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam

belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah

guru beserta staf yang lain disiplin pula.

6) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk

menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih

giat dan lebih maju.

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru

dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik

serta dapat belajar dengan baik pula.

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar engajar di sekolah, waktu

itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi

belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang

dapat dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk

sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berpikir pada

kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi

pengaruh yang positif terhadap belajar.

8) Standar Pelajaran di atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi

pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut

kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata

pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang

mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal


tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai

dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan

dapat tercapai.

9) Keadaan Gedung

Dengan sejumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-

masing manuntut keadaan gedung, dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.

Bagaimana mungkin ereka dapat belajar dengan nyaman, kalau kelas itu tidak memadai

bagi setiap kelas ?

10) Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu

pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar

siswa itu. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok

akan tes. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang

baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil

belajar.

11) Tugas Rumah

Waktu belajar terutama ialah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di

rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan

terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak

mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.


3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar

siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Pada uraian

berikut ini penulis membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi

belajar.

1. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat


2. Mass media
3. Teman bergaul
4. Bentuk kehidupan masyarakat

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

a. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat

yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan

lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur

waktunya.

b. Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga

terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek

terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang

cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah

dan masyarakat.

c. Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya

daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri

siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang

bersifat buruk juga.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa

memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta

pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar

siswa. Masyarakat yang terditi dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka

mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada

siswa yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orag yang

terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,

antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, siswa akan terpengaruh
juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya. Pengaruh itu dapat

mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi.

3. Strategi dalam Meningkatkan Budaya Belajar

Kebiasaan yang efektif diperlukan oleh setiap individu dalam kegiatan

belajarnya, karena sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan hasil belajar yang

akan diraih. Kebiasaan belajar sangat berkaitan dengan keterampilan belajar yang

dimiliki seseorang. Keterampilan dalam belajar merupakan suatu cara yang dipakai

untuk mendapat pengetahuan atau cara untuk menyelesaikan masalah. Dalam hal ini,

keterampilan siswa yang dimaksud yaitu bagaimana cara mengikuti pelajaran, cara

belajar, cara membaca dan membuat rangkuman. Cara yang dilakukan siswa berbeda-

beda, artinya keterampilan dalam belajar yang dilakukan oleh siswa juga berbeda.

Siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang baik, sehingga siswa tersebut

menjadi lebih bertanggung jawab akan kegiatan belajarnya.

Keterampilan belajar yang baik akan membentuk kebiasaan belajar yang baik

pula. Oleh karena itu, pembentukan kebiasaan belajar perlu dikembangkan. Kebiasaan

belajar siswa terbentuk di sekolah maupun di rumah. Kegiatan belajar siswa yang

dilakukan secara berulang-ulang selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah

maupun kegiatan belajar yang dilakukan di rumah. Kebiasaan belajar yang baik akan

menjadi suatu cara yang melekat pada diri siswa, sehingga siswa akan melakukannya

dengan senang dan tidak ada paksaan.


Kebiasan belajar yang baik memang harus dibentuk dan ditanamkan sejak dini.

Sejalan dengan itu, peran orang tua sangat berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan

belajar yang baik. Umumnya, proses pendidikan mulanya diperkenalkan oleh keluarga.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Sebagai mana

mestinya tugas orang tua yaitu memantau kegiatan belajar anaknya di rumah. Adapun

fasilitas belajar di rumah mempengaruhi minat dan motivasi anak dalam kegiatan

belajar. fasilitas yang kurang terpenuhi di rumah menyebabkan siswa kurang

termotivasi untuk membiasakan diri belajar teratur.

Crow and Crow dalam Purwanto (2011:116) mengemukakan cara-cara belajar

yang baik :

1. Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas


2. Belajar membaca yang baik
3. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian
4. Pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari
5. Buat catatan-catatan pada waktu belajar
6. Kerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
7. Hubungkan materi-materi baru dengan materi yang lama
8. Gunakan berbagai sumber belajar
9. Pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar
10. Membuat rangkuman

Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas

Kebiasaan belajar perlu dikembangkan pada siswa untuk memperoleh

hasil belajar yang maksimal. Pembentukan belajar yang efektif perlu

adanya tugas-tugas yang jelas dari guru. Tugas yang jelas membuat
perhatian siswa dapat diarahkan pada hal-hal khusus yang perlu

dipelajari dengan baik dan bagaimana cara mempelajarinya. Semakin

jelas tugas yang diberikan oleh guru, semakin besar pula perhatian dan

minat siswa untuk mengerjakan. Kemampuan mengerjakan tugas

berhubungan dengan kepandaian membaca siswa.

2. Belajar membaca yang baik

Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memperoleh

pengetahuan dan mengerti benar-benar apa yang dibacanya, sehingga

dapat mengerjakan tugas dengan baik. Materi pelajaran yang terdapat

dalam buku, bukan hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat

demi kalimat, melainkan harus diusahakan untuk mengetahui apa isi

buku tersebut.

3. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian

Metode belajar yang baik harus diterapkan pada siswa. Metode belajar

itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu metode keseluruhan dan

metode bagian. Metode belajar digunakan sesuai dengan tingkat

keluasan dan kesulitan materi pelajaran yang dipelajari. Misalnya,

dalam mempelajari buku yang tebal digunakan metode bagian. Namun,

dalam mempelajari bab demi bab diperlukan metode keseluruhan

karena apa yang dipelajari dalam satu bab itu diperoleh pengertian yang

utuh.

4. Pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari
Dengan adanya metode belajar, siswa dapat mempelajari menguasai

bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari. Dalam hal ini,

guru perlu memberikan pengarahan agar siswa mengetahui bagian-

bagian mana yang penting dan mendapat perhatian khusus di dalam

belajar.

5. Buat catatan-catatan pada waktu belajar

Belajar yang efektif salah satunya dengan cara membuat catatan tentang

materi yang dipelajari. Catatan yang sudah tersusun itu akan dapat

membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang

lebih lama.

6. Kerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

Setelah membuat catatan atau rangkuman, alangkah baiknya untuk

membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri dan kemudian menjawabnya

berdasarkan apa yang telah dipelajari. Pengetahuan yang diterima

dengan menjawab pertanyaan sebagai latihan, akan dapat diingat lebih

lama daripada pengetahuan yang hanya diperoleh melalui membaca

atau menghafal.

7. Hubungkan materi-materi baru dengan materi yang lama

Selain itu, membentuk kebiasaan belajar yaitu dengan menghubungkan

materi pelajaran yang baru dengan materi yang lama atau yang sudah

dipelajari. Seorang siswa harus mengulangi kembali materi pelajaran

lampau yang ada hubungannya dengan materi pelajaran yang akan


dipelajari. Jadi, dalam menerima materi pelajaran yang baru diperlukan

pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang sudah dipelajari.

8. Gunakan berbagai sumber belajar

Belajar tidak hanya berpedoman pada satu sumber saja. Siswa

hendaknya diarahkan untuk mencari sumber belajar yang lain, hal ini

bertujuan untuk memperluas pengetahuan mereka. Semakin banyak

membaca buku, maka semakin banyak pula pengetahuan yang akan

diperoleh.

9. Pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar

Kegiatan belajar tidak hanya menghafal dan membaca saja, namun juga

mempelajari tabel, peta, grafik, dan gambar dapat memperoleh

pengertian yang lebih singkat dan jelas tentang apa yang ada di dalam

buku tersebut.

10. Membuat rangkuman

Selain itu, guru harus memberikan arahan pada siswa untuk membuat

rangkuman bertujuan untuk memudahkan dalam mengadakan riview

atau mengulang kembali pelajaran yang sudah pernah diterima.

Rangkuman dan riview memberikan kesempatan untuk merefleksikan,

mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang sudah

dikuasai.
Jelasin secara keseluruhan dengan saling berhubungan antara poin pertama

ke poin selanjutnya......

4. Sifat-sifat Budaya Belajar

i. Budaya belajar dimiliki bersama

Sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan

oleh kelompok manusia secara bersama. Karena terlahir dari potensi

yang dimiliki manusia, maka budaya belajar kelompok itu

merupakan suatu karya yang dimiliki bersama. Bermacam-macam

jenis kebudayaan tergantung pada pengkategoriannya. Seorang

individu akan menjadi pendukung budaya belajar yang bersumber

dari latar belakang entis, sekaligus menjadi pendukung budaya

belajar masyarakat yang dialaminya.

ii. Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah

Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan

dipertahankan bersama. Namun disisi lain karena hasil kesepakatan

untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan

dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara

bersamaan. Sifat bertahan dan berubah saling berjelintangan

`tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang

bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan

masyarakat dunia yang selamanya terbuka atau berubah. Ilmunya,

budaya belajar cepat atau lambat mengalami perubahan selain


pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya perbedaan

pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan

atau cepatnya berubah. Sifat budaya belajar terwujud dalam bentuk

terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa

yang dpandang penting.

iii. Fungsi budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia

Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena

dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif.

(Wahyu. Konsep Budaya Belajar.

http://www.infokmoe.id/2011/07/konsep-budaya-belajar.htm?m=1.

Diakses pada 01 Juni 2017)

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa budaya adalah suatu pola hidup secara

menyeluruh. Budaya yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya

turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini telah tersebar

dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budayalah yang menyedikan suatu

kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan

memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, bahwa segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan juga berupa sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran

manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.

Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup

dan berkembang manakala manusia ingin melestarikan kebudayaan dan bukan

merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu

sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-

hasil kebudayaan. Setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan

kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan itu sendiri.

B. Keterampilan Komunikasi

1. Pengertian Keterampilan Komunikasi

Pada hakikatnya keterampilan adalah suatu ilmu yang diberikan kepada

manusia, kemampuan manusia dalam mengembangkan keterampilan yang dipunyai

memang tidak mudah, perlu, mempelajari, perlu menggali agar lebih terampil.

Keterampilan merupakan ilmu yang secara lahiriah ada di dalam diri manusia dan

perlunya dipelajari secara mendalam dengan mengembangkan leterampilan yang

dimiliki. (Abror, Anas Al. Hakikat Keterampilan.

http://hakikatketerampilan.blogspot.com/. Diakses pada 11 Maret 2011).

Pengertian keterampilan oleh Muhibbin Syah (2003:121) merupakan kegiatan

yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang biasanya tampak dalam

kegiatan jasmani seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Siswa dalam
pergerakan motorik harus ada kesadaran dan koordinasi, sehingga akan mewujudkan

keterampilan.

Jadi kesimpulannya........

Menurut Ngainun Naim (2016:17) Kata “komunikasi” berasal dari kata latian

cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata

bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communio yang

dalam bahasa inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan,

persekutuan, gabungan, pergaulan. Untuk bercommunion, diperlukan usaha dan kerja.

Dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan

seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan

sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap

bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communication, atau bahasa

Inggris communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi.

Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal kata komunikasi,

secara harifah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan,

pertukaran pikiran, atau hubungan.

Onong Uchjana Effendy (2003:hal 28) merumuskan komunikasi sebagai proses

pernyataan antarmanusia. Hal yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahsa sebagai alat penyalurnya.

Dalam bahasa komunikasai, pernyataan disebut sebagai pesan (message). Orang yang

menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator). Sedangkan, orang yang


menerima pernyataan disebut komunikan (communicate). Tegasnya, komunikasi

berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.

Tidak ada definisi yang salah atau benar dari beragam definisi yag dirumuskan

oleh para ahli. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya

untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa

definisi mungkom terlalu sempit, misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan

melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interaksi

antara dua makhluk hidup atau lebih” sehingga para peserta komunikasi ini mungkin

termasuk hewan, tanaman, bahkan jin.

Redi Panuju (1997:hal 6-7) Gary Cronkhite merumuskan empat asumsi pokok

komunikasi yang dapat membantu memahami komunikasi. Pertama, komunikasi

adalah suatu proses (communication is process). Kedua, komunikasi adalah pertukaran

pesan (communication is transactive). Ketiga, komunikasi adalah interaksi yang

bersifat multidimensi (communication is multi-dimensional). Artinya, karakteristik

sumber (sources), saluran (channels), pesan (message), audiensi, dan efek dari pesan,

semuanya berdimensi kompleks. Suatu pesan, misalnya, mempunyai efek yang

berbeda-beda di antara audiensi. Tergantung pada keyakinan, nilai-nilai, kepribadian,

motif maupun pola-pola prilaku yang spasifik, seperti kebiasaan mendengar, membaca,

berbicara, menulis, dan pilihan reference group (kelopok eksternal yang menjadi

orientasi). Keempat, komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujua-tujuan

atau maksud-maksud ganda (communication is multiproposeful).


Stephen W. Littlejohn Walaupun istilah “komunikasi” sudah sangat akrab di

telinga, namun membuat definisi mengenai komunikasi ternyata tidaklah semudah

yang dipikirkan. Stephen W. Littlejhon mengatakan bahwa: communication is difficult

to define. The Word is abstract and, like most terms, posses numerous meanings

(komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata “komunikasi” bersifat abstrak, seperti

kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).

Para ahli memberikan batasan istilah dengan maksud untuk memberikan

pemahan tentang apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi. Berikut ini ada

bebrapa definisi tentang komunikasi tersebut sehingga dapat diambil kesimpulan apa

yang dimaksud dengan pengertian komunikasi yang sesungguhnya.

Forsdale (Muhammad, 1995) komunikasi sebagai suatu proses memberikan

signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini sistem dapat disusun,

dipelihara, dan diubah. Merrinhe’s (Hoy dan Miskel, 1978) komunikasi adalah si

pengirim menyampaikan pesan yang diinginkan kepada si penerima dan menyebabkan

terjadinya tanggapan (respons) dari si penerima pesan sebagaimana yang

dikehendakinya.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari seseorang

kepada orang lain melalui proses tertentu sehingga tercapai apa yang dimaksud atau

diinginkan oleh kedua belah pihak. Di dalam komunikasi terkandung maksud atau

tujuan yang jelas antara si penyampai atau pengirim pesan (kounikator) denga si
penerima pesan (komunikan). Maksud dan tujuan yang jelas antara kedua belah pihak

akan mengurangi gangguan atau ketidakjelasan, sehingga komunikasi yang terjadi

akan berjalan secara efektif.

Komunikasi juga sangat penting bagi kehidupan manusia, mengingat bahwa

komunikasi itu bukan hanya media saja tetapi komunikasi itu interaksi antar sesama

manusia. Jadi sangatlah penting bagi kita untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain

melalui media pesan, surat, ataupun telepon.

Kesimpulan : kounikasi juga dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian

pesan atau dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dua person atau lebih

yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud

untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing

pihak.

Kesimpulan mengenai makna yang hakiki tentang komunikasi yaitu proses

interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan

memahami, persoalan-persoalan yang di alami oleh personil terlibat dalam komunikasi

tersebut. Dengan demikian dapatlah kita pahami bahwa komunikasi itu tidak sekedar

media penyampaian pesan belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak

saja) melainkan lebih kepada jalinan antar personal (pribadi) antar pihak-pihak yang

terlibat di dalamnya.
Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi

manfaat baik bagi pihak penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka

diperlukan adanya keterampilan komunikasi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi

1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang menjadi faktor utama dalam komunikasi.

Seseorang dapat menyampaikan pesan dengan mudah apabila ia memiliki pengetahuan

yang luas. Seorang komunikator yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, ia akan

lebih mudah memiliki kata-kata untuk menyampaikan informasi baik verbal maupun

non verbalkepada komunikasi. Hal ini berlaku juga untuk seorang komunikan. Seorang

komunikan dapat merespon atau menginterpretasikan informasi yang diberikan

komunikator dengan baik apabila ia memiliki pengetahuan.

2. Perkembangan

Perkembangan memiliki dua aspek, yaitu :

Pertumbuhan manusia

Pertumbuhan dapat mempengaruhi pola pikir manusia. Bagaimana komunikan

menyikapi informasi yang diberikan komunikator dan bagaimana komunikator

menyampaikan informasi kepada komunikan. Setiap orang memiliki cara masing-

masing untuk menyampaikan informasi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Keterampilan Menguasai Bahasa

Keterampilan dalam berbahasa ini merupakan salah satu faktor yang sangat

terkait dengan pertumbuhan. Dengan demikian itu dapat menjalin komunikasi dengan

baik.

3. Persepsi

Persepsi adalah suatu cara seseorang dalam menggambarkan atau menafsirkan

informasi yang diolah menjadi sebuah pandangan. Pembentukan persepsi ini terjadi

berdasarkan pengalaman, harapan, dan perhatian. Proses pemahaman manusia terhadap

suatu rangsangan atau stimulus ini dapat memiliki pandangan yang berbeda-beda.

Selain itu dapat menjadi pengaruh baik, persepsi juga dapat menjadi penghambat untuk

komunikasi.

4. Peran dan Hubungan

Peran dan hubungan memiliki pengaruh dari proses komunikasi tergantung dari

materi atau permasalahan yang ingin dibicarakan termasuk cara menyampaikan

informasi atau teknik komunikasi. Komunikator yang belum menjalin hubungan dekat

dengan komunikan maka akan terjadi komunikasi secara formal.

5. Lingkungan
Lingkungan interaksi memiliki pengaruh dalam komunikasi. Lingkungan yang

nyaman dan kondusif biasanya dapat berpengaruh baik terhadap proses komunikasi.

Adapun faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah sebagai berikut :

Nilai dan Budaya/adat

Nilai dan budaya akan menjadi kacamata yang dijadikan tidak ukur untuk

komunikasi agar komunikasi terjalin dengan baik. Sebelum berbicara dengan orang

lain, lebih baik kita mengetahui bagaimana latar belakang budaya/adat yang mereka

anut.

Stimulus Eksternal

Stimulus eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dari

luar. Misalnya kebisingan suara dapat mempengaruhi respon yang kurang baik karena

adanya penurunan indera pendengaran, sehingga dapat menjadi penghambat dalam

proses komunikasi.

Jarak

Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikasi. Jika

komunikator dan komunikan berjarak cukup jauh maka komunikator akan sulit

menciptakan komunikasi yang baik kepada komunikan. Namun di zaman yang sudah

modern memiliki alternatif lain untuk menciptakan komunikasi yang baik yaitu

komunikator dan komunikan dapat menggunakan komunikasi secara lisan, tulisan, atau
media lainnya. Tetapi masih ada beberapa gangguan atau hambatan yang terjadi ketika

memiliki komunikan jarak jauh.

6. Emosi

Emosi adalah reaksi seseorang dalam menghadapi suatu kejadian tertentu.

Emosi terkadang tidak dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Sehingga emosi juga

mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri bahkan emosi dapat menjadi hambatan.

7. Kondisi Fisik

Kondisi fisik mempunyai peranan yang penting untuk berkomunikasi. Semua

indera memiliki fungsi-fungsi yang digunakan dalam kelangsungan komunikasi.

8. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berkomunikasi dapat

dilihat dari gaya berbicara dan interpretasi. Demikian penjelasan terkait apa saja faktor

yang mempengaruhi komunikasi menjadi sebuah komunikasi yang efektif.

jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keterampilan komunikasi adalah manusia,pesan, dan lingkungan.

Dimana faktor di dalam manusia yang mempengaruhi komunikasi ialah tingkat

pengetahuan, perkembangan, social kultural, jenis kelamin, peran dan tanggung jawab,

atensi, hubungan, persepsi sikap. Sedangkan faktor di dalam pesan meliputi isi pesan
dan penyampaian, dan di dalam konteks lingkungan hal yang mempengaruhi

komunikasi meliputi stimulus eksternal, nili dan budaya/adat, jarak dan teritori.

3. Strategi dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi

Menurut Ihsana El Khuluqo (2017:108) menjelaskan ada beberapa strategi yang

dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan atau membangun komunikasi

efektif dalam proses pembelajaran, berikut ini :

1) Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita

menyampaikan informasi. Kejelasan tujuan dalam berkomunikasi harus

diketahui sebelum kita berkomunikasi.

2) Mengetahui siapa yang diajak bicara. Salah satu caranya adalah berbicara

sesuai tingkat usia. Mengkomunikasikan materi pelajaran dengan peserta

didik atau siswa Taman Kanak-kanak tentu beda dengan ketika kita

menghadapi peserta didik atau siswa SMA.

3) Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya

penghargaan biasanya akan menimbulkan pesan serupa dari si penerima

pesan. Pendidik akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia

melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik

pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan pendidik.
4) Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan

kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah

kemampuan untuk mengajar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan

dimengerti orang lain. Pendidik yang baik tidak menuntut peserta didiknya

untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahami peserta

didiknya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar

keluhan dan harapannya.

5) Yang disampaikan dapat dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat

disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima

pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang

sopan.

6) Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan

banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika

berkomunikasi dengan peserta didik, pendidik harus berusaha agar pesan

yang disampaikan bisa jelas maknanya. Upayakan untuk menghindari kata-

kata yang memiliki arti ganda atau multi penafsiran.

7) Sikap rendah hati memberi kemungkinan pada terciptanya kehidupan yang

penuh energi. Kesombongan, merasa paling hebat, dan merasa paling

unggul hanya akan membuat manusia kalah dalam segala hal.

Jadi kesimpulan dari beberapa uraian di atas adalah jika kita ingin

meningkatkan keterampilan maka kita juga harus mempunyai tujuan. Tujuan dari
komunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi, kejelasan

tujuan dalam berkomunikasi harus diketahui sebelum kita berkomunikasi. Kita juga

harus mempunyai rasa saling menghargai antar sesama manusia, terlebih jikalau kita

menghargai orang lain, maka orang lain akan sangat menghargai kita juga. Dan satu

hal yang perlu diketahui sikap rendah hati juga akan mempengaruhi kita bagaimana

tata cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.

4. Aspek-aspek Keterampilan Komunikasi

Menurut John W. Santrock (2009:273) menyatakan mengelola kelas dan

meyelesaikan konflik secara konstruktif membutuhkan keterampilan komunikasi yang

baik. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, keterampilan

mendengarkan, dan komunikasi nonverbal.

1. Keterampilan Berbicara

Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa anda, salah satu hal

terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasikan informasi

(Brydon & Scott, 2006; Gregory, 2005; Sellnow, 2005). Kejelasan dalam berbicara

sangatlah penting dalam pengajaran yang baik.

Beberapa strategi yang bagus untuk berbicara secara jelas dengan kelas

meliputi hal-hal berikut ini :

1. Menggunakan tata bahasa yang benar


2. Memilih kosa kata yang bisa dimengerti dan sesuai untuk level siswa
3. Menerapkan strategi guna meningkatkan kemampuan siswa untuk
memahami apa yang anda katakan, seperti menekankan kata kunci,
menyusun ulang kata-kata, atau memantau pemahaman siswa
4. Berbicara pada kecepatan yang sseuai, tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu pelan
5. Benar dalam komunikasi anda dan menghindari sesuatu yang tidak jelas
6. Menggunakan perencanaan dan keterampilan berpikir logis yang baik
sebagai fondasi berbicara secara jelas dengan kelas anda
Dari beberapa poin di atas, dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Bahasa itu sendiri dapat diartikan dalam ujaran kata-kata guru teradap

siswanya, karena bahasa berfungsi untuk memahami pikiran dan

perasaan siswa. Dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar

supaya dapat dimengerti. Bahasa yang baik adalah bahasa yang dapat

mudah dan dimengerti oleh orang lain.

2. Berkomunikasi dalam mengajar tentu dengan bahasa atau kosa kata

yang dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Dan lebih baiknya jika

kita bisa membedakan menggunakan bahasa kepada anak-anak dan

bahasa kepada orang yang lebih tua.

3. Menerapkan strategi guna meningkatkan kemampuan siswa untuk

memahami apa yang anda katakan, seperti menekankan kata kunci,

menyusun ulang kata-kata, atau memantau pemahaman siswa.

4. Dalam mengajar perlu diketahui dengan menyampaikan bahasa ataupun

kata-kata. Diusahakan agar bisa menyampaikan kata-kata dengan jelas


dan benar supaya siswa mudah mengerti dan memahami cara

menyampaikan guru itu sendiri tidak terlalu cepat atau tidak terlalu

pelan dan dapat dimengerti. Berbicara kepada anak-anak tentunya harus

sangat pelan dan jangan terlalu cepat, karena biasanya siswa susah

mengerti jika gurunya berbicara terlalu cepat. Jadi sebisa mungkin guru

memberikan pemahaman kepada siswa untuk berbicara yang baik dan

tertata.

5. Jika berkomunikasi dengan orang lain ataupun siswa, kita harus

mengetahui terlebih dahulu lawan bicara kita. Biasanya jika lawan

bicara kita adalah peserta didik maka harus menggunakan bahasa yang

baik dan mudah dimengerti oleh siswa dan hindari kata-kata yang tidak

jelas kepada siswa. Karena siswa terkadang sulit memahami apa yang

telah disampaikan oleh guru ataupun orang lain.

6. Menggunakan perencanaan dan keterampilan berpikir logis yang baik

sebagai fondasi berbicara secara jelas dengan kelas anda

2. Keterampilan Mendengarkan

Mendengarkan adalah keterampilan yang penting untuk membuat dan

memelihara hubungan. Mendengarkan secara aktif (active listening) berarti

memberikan perhatian penuh kepada pembicara, berfokus pada isi intelektual dan

emosional dari pesan.


Berikut adalah beberapa strategi yang bagus untuk mengembangkan

keterampilan mendengarkan yang aktif :

1. Memperhatikan orang yang berbicara. Hal ini menunjukkan kepada

orang tersebut bahwa anda tertarik dengan apa yang ia katakan.

Pertahankanlah kontak mata yang baik dan condongkanlah badan ke

depan ketika orang lain berbicara kepada anda.

2. Memparafrasakan, menyatakan apa yang baru saja dikatakan orang lain

dalam kata-kata anda sendiri. Anda bisa memulai parafrasa anda dengan

kata-kata seperti, “Mari kita lihat, yang saya dengar dari anda adalah...”

atau “Apakah maksudmu seperti ini...?”. Gunakanlah parafrasa ketika

seseorang mengatakan sesuatu yang penting.

3. Mensintesis tema dan pola. Situasi percakapan bisa tertutup oleh

bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan dengan tema percakapan.

Seorang pendengar aktif yang baik menyatukan ringkasan tema utama

dan perasaan yang diungkapkan oleh pembicara selama percakapan

yang cukup panjang.

4. Memberikan umpan balik dengan cara yang kompeten. Umpan balik

verbal atau nonverbal memberi pembicara ide tentang seberapa banyak

kemajuan yang dibuat pembicara dalam mengomunikasikan satu poin

dengan jelas. Pendengar yang baik memberikan umpan balik dengan

cepat, jujur, jelas, dan informatif.


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mendengar

sangatlah penting untuk memelihara hubungan. Yang terpenting dalam memelihara

pendengaran adalah memperhatikan orang yang sedang berbicara. Jika kita sudah

terbiasa mendengarkan orang lain berbicara, maka keterampilam mendengar akan baik

dan dapat dimengerti apa yang telah disampaikan oleh orang lain.

Mendengarkan atau menyimak adalah mendengarkan secara khusus dan

terpusat pada objek yang disimak sebagai suatu aktivitas yang mencakup bunyi bahasa,

mengidentifikasi, menilik lambang-lambang lisan dan mereaksi atas makna terkandung

dalam bahan simakan.

Mendengarkan sangat penting. Karena, menjauhkan diri dari kesulitan,

menerima banyak informasi, menambah banyak wawasan, membuat kita lebih

bijaksana, membantu memahami orang lain, mendukung keberhasilan dalam

berorganisasi, mengurangi rasa marah dan curiga terhadap orang lain, dan

meningkatkan kualitas cinta dalam hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali komunikasi dilakukan secara lisan

sehingga kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa.

Dalam mendengarkan ada tiga tipe mendengarkan, yaitu : mendengarkan isi,

mendengarkan dengan kritis, dan mendengarkan dengan empati. Selain itu, ada

beberapa langkah yang harus dipahami dan diterapkan supaya keterampilan

mendengarkan menjadi baik dan efektif, yaitu : menerima, mengingat, menafsirkan,

mengevaluasi dan merespon.


3. Keterampilan Komunikasi secara Nonverbal

Menurut John W. Santrock (2009:279) menyatakan banyak ahli beragumentasi

bahwa komunikasi yang paling interpersonal adalah komunikasi nonverbal. Meskipun

seseorang duduk di satu sudur, membaca dengan diam, hal tersebut merupakan cara

mengomunikasikan sesuatu secara nonverbal, barangkali bahwa ia ingin ditinggal

sendirian. Ketika anda mendapatkan siswa yang memandang ke luar jendela dengan

pandangan kosong, kemungkinan besar hal ini men gindikasikan bahwa mereka

bosan. Hal ini sulit untuk menutupi komunikasi nonverbal.

Kesimpulan : komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi

non verbal adalah proses komunkasi dimana pesan yang disampaikan tidak

menggunakan kata-kata. Contohnya ialah dengan menggunakan gerak isyarat, bahasa

tubuh (body language), ekspresi wajah dan kotak mata, penggunaan objek seperti

pakaian,potongan rambut, dan sebagainya, symbol-simbol, serta cara berbicara seperti

intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dalam berbicara.

Komunikasi non verbal sering kurang disadari kehadirannya serta kurang

dipahami maknanya, padahal komunikasi non verbal sangat mendukung dan

mempengaruhi keberhasilan penyampaian pesan. Meski jarang disadari manfaatnya,

komnikasi non verbal menempati porsi sangat penting. Banyak komunikasi verbal

tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal

denga baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa

mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam


perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan

lainnya.

Anda mungkin juga menyukai