Anda di halaman 1dari 5

1.

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

1.1. BIDANG JALAN RUANG LINGKUP


Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini memberikan
petunjuk dan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan yang harus diacu pada pelaksanaan
pembangunan jalan.
Lingkup dari pedoman ini menguraikan mengenai kegiatan pembangunan jalan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dan penerapan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup pada: penyiapan dokumen lelang, kegiatan pengadaan tanah,
pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Di samping itu juga
membahas mengenai pelaksana, biaya dan koordinasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi pihak yang
bertanggung jawab dan terkait dalam penyelenggaraan jalan, baik di tingkat pusat, provinsi,
maupun di tingkat kabupaten dan kota, guna mempermudah dan memperlancar tugasnya dalam
mengantisipasi dan menangani dampak yang diakibatkan pembangunan jalan. Tujuan disusunnya
pedoman ini adalah agar kinerja dari para pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan
bidang jalan dapat ditingkatkan, dalam upaya mewujudkan pembangunan jalan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

1.2. ACUAN NORMATIF


Acuan dalam penyusunan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan
antara lain adalah:

1| 1
1.3. ISTILAH DAN DEFINISI
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

1| 2
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
3.2. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
3.3. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3.4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3.5. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) Berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL
3.6. Masyarakat Terkena Dampak
Masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri
dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami
kerugian.
3.7. Penduduk Terkena Proyek (PTP)
Penduduk yang sebagian atau seluruh tanah, bangunan, tanaman dan asset lain miliknya, atau
tanah dan bangunan yang dipergunakannya akan dipakai untuk keperluan proyek pembangunan
jalan.
3.8 Masyarakat Pemerhati Lingkungan Masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan
tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
3.9 Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Kegiatan fisik pekerjaan jalan untuk memenuhi kebutuhan transportasi jalan.
3.10. Pengoperasian Jalan Kegiatan penggunaan jalan untuk melayani lalu lintas jalan.
3.11. Pemeliharaan Jalan Penanganan jalan yang meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala dan rehabilitasi.
3.12 Pedoman Mitigasi Dampak Standar Pekerjaan Konstruksi Jalan Pedoman yang memuat
prosedur pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan konstruksi jalan.

1| 3
1.4 PEMBANGUNAN JALAN DAN POTENSI DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP
4.1 Kegiatan Pembangunan Jalan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan Hidup
Sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksi, pemrakarsa pembangunan jalan menyiapkan
dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen lelang dan dokumen
kontrak disiapkan dalam rangka menetapkan ketentuan dalam pelaksanaan konstruksi jalan yang
harus dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen lelang dan dokumen
kontrak perlu memuat gambar-gambar dan desain teknis sebagai hasil penjabaran RKL-RPL atau
UKL-UPL. Dokumen lelang dan dokumen kontrak yang memuat aspek pengelolaan lingkungan
hidup tersebut perlu disiapkan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup. Apabila penjabaran RKL-RPL atau UKL-UPL tidak dimasukkan dalam
dokumen lelang dan dokumen kontrak, maka akan berpotensi terhambatnya atau terabaikannya
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada saat pekerjaan konstruksi.
Komponen kegiatan pembangunan jalan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup, berdasarkan jenis kegiatan adalah sebagai berikut:
4.1.1 Pengadaan Tanah
Pengadaan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan tanah dalam rangka pembangunan jalan
dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Kegiatan pelaksanaan
pengadaan tanah untuk pembangunan jalan, dilakukan sesuai peraturan yang berlaku, yaitu
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kegiatan
pengadaan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap sosial ekonomi budaya
masyarakat yang terkena pembebasan tanah, antara lain hilangnya aset, hilangnya mata
pencaharian, terganggunya kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat, terjadinya keresahan
masyarakat dan dapat mengganggu kamtibmas.
Pengadaan tanah dilaksanakan mengacu pada Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali dan perlu dilakukan secara tuntas sebelum pekerjaan konstruksi jalan
dimulai agar tidak terjadi kendala pada pelaksanaan konstruksi.
4.1.2 Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Potensi dampak yang ditimbulkan saat pelaksanaan konstruksi jalan mencakup kegiatan yang
berlokasi di daerah yang tergolong bukan sensitif dan di daerah sensitif. Karena karakteristiknya
yang khas/spesifik, maka dampak negatif yang akan timbul oleh suatu kegiatan di daerah sensitif
potensinya lebih besar dibandingkan di daerah bukan sensitif. Bila kegiatan pembangunan jalan

1| 4
melalui daerah sensitif, maka harus memenuhi ketentuan perizinan yang diatur oleh pemerintah
daerah menurut kewenangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.1.2.1 Persiapan Pekerjaan Konstruksi Jalan
1) Mobilisasi Tenaga Kerja Kegiatan mobilisasi tenaga kerja mencakup pengadaan tenaga kerja
oleh kontraktor pelaksana proyek. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan
proyek dengan berbagai kualifikasi keahlian dan atau keterampilan maka pemrakarsa dan atau
kontraktor memberi kesempatan yang sama bagi masyarakat setempat yang ada di lokasi proyek
maupun dari luar lokasi proyek. Penerimaan tenaga kerja berpotensi menimbulkan dampak
terjadinya kecemburuan sosial dan keresahan masyarakat. Di samping itu juga berpotensi
terjadinya penyebaran penyakit menular antara lain HIV/AIDS, hepatitis, penyakit genitalis
terhadap masyarakat setempat akibat interaksi sosial. 2) Mobilisasi Peralatan Berat
Kegiatan mobilisasi peralatan berat mencakup pengadaan peralatan berat yang akan dipakai
untuk pelaksanaan proyek, diantaranya: bulldozer, exacavator, wheel loader, dump truck,
vibrator roller, truck mixer, d an lain-lain.
Termasuk dalam mobilisasi peralatan berat adalah kegiatan demobilisasi peralatan berat setelah
pelaksanaan proyek selesai. Potensi dampak lingkungan yang terjadi adalah kerusakan jalan dan
terganggunya lalu lintas. 3) Pembangunan Jalan Masuk atau Jalan Akses Pembangunan jalan
masuk atau jalan akses diperlukan untuk mobilisasi peralatan dan kendaraan masuk ke lokasi
proyek. Pembangunan jalan akses ini dapat berupa pembuatan jalan baru atau peningkatan
kondisi jalan yang ada, sehingga dapat dilalui oleh peralatan dan kendaraan proyek. Dampak
lingkungan yang potensial terjadi adalah pencemaran udara (sebaran debu), meningkatnya
kebisingan dan terganggunya lalu lintas.
4) Pembangunan Base Camp
Pembangunan base camp untuk menunjang kegiatan pelaksanaan konstruksi jalan umumnya
dibangun di sekitar lokasi proyek. Pembangunan base camp mencakup kantor proyek, gudang
material, bengkel, stone crusher , batching plan , stockpile, penyimpanan peralatan berat dan
barak untuk pekerja.

1| 5

Anda mungkin juga menyukai