Oleh :
Halaman
i
A. Biaya dan Keuntungan dari Manajemen Lingkungan
1
Hal ini digambarkan sebagai gunung es (iceberg) yang bisa menenggelamkan laju
kapal. Akuntansi manajemen lingkungan dapat membantu untuk mengidentifikasi dan
menganalisa biaya-biaya tersembunyi (hidden cost), misalnya biaya minimisasi
limbah yang hanya memasukkan biaya material, operasional, buruh dan administrasi.
2
5. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan keunggulan kegiatan. Akuntansi
manajemen lingkungan meningkatkan keseluruhan metode dan perangkat yang
membantu usaha dalam meningkatkatkan laba usaha dan pengambilan keputusan.
Sangat mudah dalam penerapannya baik pada usaha menengah ke atas maupun usaha
kecil. Akuntansi manajemen lingkungan membantu salah satu pengambilan keputusan
penting seperti investasi baru dalam fungsi pengelolaan usaha seperti akuntansi biaya.
Hal ini sangat memungkinkan diaplikasikan pada semua jenis sector industri dan
kegiatan.
3. Biaya Kontrol Limbah dan Emisi (Waste and Emission Control Costs)
Termasuk biaya untuk penanganan, pengolahan dan pembuangan limbah dan emisi;
biaya perbaikan dan kompensasi yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan, dan
setiap biaya yang timbul karena kepatuhan terhadap peraturan pemerintah yang
berlaku.
3
perencanaan perbaikan lingkungan, pengukuran kualitas lingkungan, komunikasi
dengan masyarakat dan kegiatan-kegiatan lain yang relevan.
1. Biaya konvensional: biaya penggunaan material, utilitas, barang modal, dan bahan
pembantu yang dimasukkan sebagai harga barang jadi tetapi seringkali tidak
dimasukkan sebagai biaya lingkungan. Akan tetapi, penggunaan yang berkurang dari
bahan-bahan di atas dan limbah yang berkurang lebih menguntungkan secara
lingkungan.
2. Biaya tersembunyi adalah biaya tidak langsung yang berkaitan dengan desain produk
dan proses yang ramah lingkungan, dan lain-lain.
3. Biaya kontingen adalah biaya yang mungkin termasuk atau tidak termasuk pada waktu
yang akan datang, misalnya: biaya kompensasi karena ‘kecelakaan’ lingkungan, denda
dan lain-lain.
4. Biaya image adalah biaya lingkungan yang bersifat intangible karena dinilai secara
subyektif..
4
5. Biaya sosial merupakan biaya dari pengaruh bisnis pada lingkungan dan masyarakat
disekitarnya, biaya ini juga disebut biaya eksternal atau externalities.
1. End-of-Pipe Strategy
Menurut pendekatan ini perusahaan yang menghasilkan limbah atau polutan,
kemudian akan membersihkannya sebelum tersebar ke lingkungan. Contoh strategi ini
adalah scrubber pada cerobong asap, pengelolaan limbah, dan penyaringan udara.
2. Process Improvement Strategy
Menurut pendekatan ini, perusahaan memodifikasi produk dan proses produksi agar
menghasilkan sedikit atau tidak menghasilkan polutan, selain itu juga menemukan
cara untuk melakukan daur ulang limbah sendiri.
3. Prevention Strategy
Dengan strategi ini perusahaan menghindari semua masalah dengan peraturan yang
ada dan pada banyak kasus dapat menghasilkan peningkatan laba secara signifikan.
5
3. Perlindungan dan Pengelolaan Air
a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun
2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman
Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang
Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air.
6
f. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan Berbahaya dan Beracun;
g. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan Berbahaya dan Beracun dalam
Kerangka Indonesia Nation Single Window di Kementerian Lingkungan Hidup.
5. Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang.
2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk.
b. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
c. Tata Ruang
1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang;
2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang.
d. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor 56
Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting;
3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor
Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
7
4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor
Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000 tentang
Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan
Pembangunan Permukiman Terpadu;
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2000 tentang
Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan
Pembangunan di Daerah Lahan Basah;
7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun
2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
8
Polusi kendaraan dan pabrik berdampak buruk terhadap kualitas udara. Untuk
mereduksi limbah polusi yang dilepas ke udara, dibutuhkan pepohonan untuk menyerap gas
CO2 yang telah bercampur sulfur tersebut. Pepohonan akan mengurangi dampak pembuangan
polutan agar udara yang dihirup lebih bersih. Tanaman dapat menciptakan kehidupan yang
lebih baik bagi manusia, khususnya pada daerah yang beriklim tropis maupun subtropis. Pada
daerah subtropis, dedaunan akan berguguran agar cahaya matahari dapat menyinari bangunan.
Pada daerah yang beriklim tropis, pepohonan berdaun lebat berfungsi mengurangi efek
langsung sinar matahari. Pepohonan juga berfungsi menurunkan kadar partikel debu. Menurut
pengamatan Bianpoem (1997) pohon dengan luas 300×400 m2 dapat menurunkan kadar
partikel debu dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter. Penghijauan alami dengan
menanam banyak pohon di sekitar gedung perkantoran akan biaya pemakaian AC dalam satu
bangunan. Biaya operasional perawatan AC akan memakan banyak biaya, dibandingkan
pemeliharaan pohon peneduh. Penghijauan kini bisa dilakukan di mana saja dengan
menggunakan medium apa saja, terutama dinding. Green Wall, juga berfungsi untuk kedap
suara dan pemulihan pasien baik di rumah sakit maupun yang dirawat di rumah. Pemandangan
hijau di dinding memberikan kesan teduh bagi siapa saja, hal ini baik untuk kesehatan.
9
Perhatian dan kepedulian perusahaan terhadap kelestarian lingkungan natural pada
saat ini tidak cukup hanya sekadar mematuhi peraturan pemerintah atau memberikan respons
setelah masyarakat menuntut perusahaan yang dinilai merusak lingkungan natural, namun
lebih dari itu, harus ada suatu program yang terpadu, yang disebut manajemen lingkungan
(environmental management). Klassen dan McLaughlin (1996) memberikan definisi
manajemen lingkungan sebagai semua usaha untuk meminimalkan pengaruh negatif produk-
produk perusahaan pada seluruh daur hidupnya. Untuk mempertegas pemahaman bahwa yang
obyek pengertian tersebut adalah alam sebagaimana dikemukakan oleh Aragon-Correa
(1998), maka istilah tersebut dipertegas menjadi manajemen lingkungan natural.
10
Tabel 1
Kerangka Kerja Konseptual Natural-Resource-Based View
Kapabilitas Kekuatan Sumberdaya Keunggulan
Strategik pendorong Inti Kompetitif
Pencegahan Meminimalkan Peningkatan Biaya yang lebih
polusi emisi, effluents, kualitas terus- rendah
& sampah menerus
Mengelola Meminimalkan Integrasi Mendahului
produk daur hidup biaya Stakeholders pesaing
produk
Pengembangan Meminimalkan Terbentuknya Posisi masa
berkelanjutan kerusakan visi inti depan
lingkungan
akibat
pertumbuhan
dan
perkembangan
perusahaan
11
Klassen dan McLaughlin (1996) merumuskan model keterkaitan antara strategi,
manajemen lingkungan, serta kinerja perusahaan sebagaimana terlihat dalam gambar 1 di
bawah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/490/MTMwMw==/Manajemen-lingkungan-
natural-dalam-perspektif-resource-based-view-tuntutan-stakeholders-ataukah-kebutuhan-
abstrak.pdf diakses pada Minggu, 5 Mei 2019.
13