METODOLOGI PENELITIAN
ETIKA PENELITIAN
POLTEKKES TANJUNGKARANG
PRODI DIII GIZI
ETIKA PENELITIAN
Etik berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan atau peraturan perilaku yang berlaku di
masyarakat. Etik dapat diartikan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah-lakunya. Etik
penelitian adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam penelitian.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun
yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma
hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral
yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian. Etika
penelitian membantu untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan
norma- norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan dinamis dalam
kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan
penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian.
Etika dalam penelitian (riset) merupakan sebuah keniscayaan untuk dijadikan
sebagai piranti sekaligus pedoman untuk menghindari kegagalan dalam penelitian.
Etika yang dimaksud baik yang berkenaan dengan etika ilmiah maupun etika
sosial. Mengedepankan etika sebagai sumber kepatutan dalam penelitian tidak
lepas dari esensi kegiatan penelitian itu sendiri yaitu untuk menemukan kebenaran
dan kemudian mengkontruksi kebenaran itu menjadi sebuah teori.
Apakah etika penelitian hanya berlaku bagi penelitian yang mengandung
risiko? Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki
risiko yang dapat merugikan atau membahayakan responden, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan.
Manfaat mengurus etik penelitian bagi subjek dan peneliti adalah sebagai
berikut. Bagi subjek penelitian, etik pernelitian merupakan kepastian perlindungan
hak asasi manusia. Bagi peneliti manfaat etik penelitian adalah untuk menghindari
pelanggaran HAM, publikasi ilmiah pada jurnal terakreditasi baik nasional
maupun internasional, dan sebagai persyaratan untuk pencairan dana penelitian
dari pihak sponsor atau pendukung dana.
Metode Ilmiah
Penelitian bidang kesehatan pada awalnya merupakan penelitian bidang
kedokteran, umumnya dilakukan oleh para dokter pada diri sendiri atau anggota
keluarganya serta orang-orang yang terdekat. Pada awalnya hal seperti ini
dilakukan tanpa terjadi masalah yang mengganggu. Etik penelitian kedokteran
mulai menjadi perhatian karena mulai menimbulkan masalah antara lain akibat
adanya pelanggaran hak individu atau subjek manusia dan kesadaran masyarakat
yang makin meningkat.
Beberapa contoh pelanggaran etik penelitian antara lain:
1. Kasus Tuskegee (1932-1970), ketika itu dilakukan studi yang memperlajari
perjalanan penyakit sifilis pada orang-orang negro. Para subjek orang negro
tersebut, tidak diberi pengobatan, padahal penisilin telah ditemukan dan
digunakan pada1943.
2. Kasus Willowbrook (1950), suatu studi yang mempelajari penyakit hepatitis
dengan menyertakan anak-anak terbelakang. Anak terbelakang termasuk
kelompok rentan yang tidak dapat memberikan persetujuan yang mendasari
kesukarelaan sebagai subjek penelitian.
3. Pada tahun 1963 Jewish hospital melakukan studi yang menyertakan orang
jompo sebagai subjek, dengan menyuntikkan sel kanker, untuk mempelajari
reaksi imunologinya.
4. Pada Perang Dunia II, tawanan perang dimanfaatkan sebagai subjek penelitian,
sampai diterbitkannya Nuremberg Code. Selanjutnya World Medical Assembly
dalam sidangnya di Helsinki pada tahun 1964 mengambil kesepakatan untuk
menerbitkan deklarasi khusus tentang etika kedokteran yang menyangkut
subjek manusia.
Dalam pembuatan PSP terdapat 8 unsur pokok yang harus termuat di dalamnya,
yakni:
1. Deskripsi tentang penelitian
2. Risiko dan ketidaknyamanan
3. Manfaat (potential benefits)
4. Alternatif prosedur dan pengobatan
5. Jaminan kerahasiaan
6. Kompensasi
7. Kontak
8. Partisipasi sukarela.
Dalam PSP tidak cukup hanya menyebutkan misalnya “akan didiskusikan dengan
subjek” harus tersurat dengan kalimat yang lugas dan jelas bagi calon subjek
penelitian. Dalam PSP juga harus menjelaskan jaminan kerahasiaan, yakni:
1. Harus dijelaskan tingkat kerahasiaan subjek,
2. Adanya orang atau institusi yang mungkin mempunyai akses terhadap
informasi, dan
3. Kerahasiaan menurut budaya setempat.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya harus ada dalam deskripsi PSP adalah
kompensasi bagi subjek penelitian, meliputi:
1. Tersedia kompensasi jika terjadi kerugian (fisik, psikologi, sosial, dan
finansial) yang lebih dari risiko minimal,
2. Tersedia terapi dan biaya,
3. Pembayaran secara adil untuk menggantikan waktu, perjalanan atau
ketidaknyamanan
4. Tanpa ada paksaan atau pengaruh yang berlebihan.
2. Integritas Peneliti
Seorang peneliti dituntut untuk memiliki integritas yang tinggi. Integritas
peneliti meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Bermoral tinggi, berperilaku baik dan jujur, adil, bekerja dengan sepenuh
hati, dan bertanggung jawab,
b. Dalam mengumpulkan data atau informasi, manajemen data, menyimpan
data, sharing, dan kepemilikan data,
c. Memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dan isu keamanan (ramah
lingkungan),
d. Memiliki akuntabilitas fiskal yang baik.
Seorang peneliti harus dapat menghindari conflict of interest terhadap
beberapa pihakagar objektivitas dalam melakukan penelitian tetap terjaga. Para
pihak yang dapat berpengaruh atau menimbulkan adanya conflict of interest
sehingga berpengaruh terhadap suatu rangkaian penelitian adalah: penyandang
dana, ilmu pengetahuan, pendidikan, institusi, reviewer, dan individu peneliti.
4. Plagiarisme
Plagiarisme berasal dari bahasa Latin plagiarius yang bermakna penculik
atau pencuri atau perampok naskah. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
istilah plagiat yang memiliki makna pencuri sastra, pencurian kepemilikan
intelektual, dan tindak kecurangan.
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah
pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber
secara tepat dan memadai. (Permendiknas No.17/2010)
Terdapat beberapa tindak pelanggaran etik peneliti yang dikategorikan
sebagai plagiat. Falsifikasi (falsification) adalah salah satunya, yaitu tindakan
mengubah atau membuat laporan dengan data yang tidak benar, atau
mengulang pelaksanaan penelitian sampai menemukan hasil yang diharapkan.
Plagiat juga meliputi tindakan mengambil ide atau data orang lain yang
dinyatakannya sebagai milik sendiri tanpa menyebutkan sumbernya secara
benar. Termasuk tindak plagiat juga ketika seorang peneliti melakukan
publikasi dari satu sumber secara berulang kali dengan perubahan yang hampir
tak berarti. Selain plagiat ada pula istilah lain yaitu copyright yang lebih
menekankan aspek hukum. Melanggar atau tidaknya ditentukan oleh ijin yang
dimiliki oleh penulis aslinya. Jika copyright penuh, maka perlu mendapat ijin,
namun jika tidak penuh, cukup hanya dengan mencantumkan sumber. Plagiat
lebih bersifat etika, misalnya meniru tulisan orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya dianggap plagiat. Pelanggaran copyright bisa dicegah dengan
memperoleh ijin terlebih dahulu dari penulis aslinya. Sedangkan plagiat masih
perlu menimbang aspek lain lagi.
Dalam penelitian bisa terjadi tindak plagiat ketika seseorang mengulang
penelitian orang lain dan mengklaim sebagai penelitiannya sendiri. Plagiat
dalam penelitian juga termasuk ketika seseorang menggunakan data hasil
penelitian orang lain dan menyatakan sebagai hasil penelitiannya sendiri.
Dampak negatif dari perbuatan plagiat adalah merugikan penulis asli,
menurunkan kreativitas dalam membuat paraphrase, dan melemahnya
moralitas peneliti. Bagaimana cara menghindari tindak plagiat? Penulis selalu
mencantumkan sumber kepustakaan dan setiap tulisannya dan meningkatkan
kemampuan membuat paraphrase merupakan jawaban untuk mencegah plagiat.
Bagaimana cara membuat paraphrase? Tidak terlalu sulit membuat paraphrase
namum membutuhkan latihan yang cukup. Berikut adalah tips dalam membuat
paraphrase:
a. Baca berkali-kali tulisan orang lain yang akan diparaphrase samapai betul-
betul paham maksud tulisan tersebut,
b. Catat kata-kata penting dalam tulisan itu sebagai kata kunci,
c. Tutup dan jauhkan dari kita sumber informasi tersebut,
d. Tulis kembali dengan gaya bahasa sendiri,
e. Bandingkan keduanya
f. Catat kepustakaan sebagai sumber informasi atau data dan tulis pada daftar
kepustakaan.