Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Kehamilan tidak terencana merupakan sebuah kehamilan yang tidak diinginkan atau terjadi
pada waktu yang tidak tepat. Kehamilan ini dapat berujung pada dilakukannya aborsi yang
kemudian dapat meningkatkan morbiditas dan mortalilas pada perempuan terkait. Kehamilan
tidak terencana memberikan damak bruk pada ibu dan keluarga secara emosional, finansial
dan edukasi.

Gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mulai berkembang dan diprakarsai oleh Dr.
Soeharto melalui pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang
didasari kesadaran akan semakin bertambahnya penduduk, yang suatu saat membahayakan
bangsa sendiri. (Manuaba IBG. Pelayanan keluarga berencana.1

Semua gagasan dan gerakan tersebut tidak akan mungkin terwujud tanpa ikut sertanya
penatalaksanaan KB dengan tujuan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS),
dengan keluarga kecil semuanya dapat terwujud karena keluarga merupakan unit terkecil
kehidupan bangsa.

Gerakan KB menekankan pentingnya untuk merencanakan jumlah, interval, dan jenis


kelamin dalam lingkungan keluarga, yang dapat dintunjang oleh kemampuan sosial,
ekonomi, keamanan, dan ketahanan dalam keluarga.

Gerakan KB nasional sangat mengharapkan dapat diterimanya gagasan “catur warga”, artinya
hanya mempunyai dua anak, sebagai jumlah yang akan diperhitungkan dalam memenuhi
poleksosbudhankam keluarga. Pencapaian peserta KB 50 % Pasangan usia subur merupakan
masa transisi, sedangkan bila mencapai 70-75 % baru akan berarti, dalam upaya pengaturan
kelahiran dan jumlah yang dapat diatasi oleh pertumbuhan ekonomi.1

2.2 Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah salah satu
metode keluarga berencana untuk ibu dengan postpartum yang praktis untuk mencegah
kehamilan. Metode ini mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

1
MAL dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family
planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain yang telah terbukti
lebih dari 89% dapat memproteksi seorang ibu yang post partum dari kehamilan.2

Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi untuk metode ini diantaranya

 Menyusui secara penuh (full breast feeding)


 Belum haid
 Umur bayi kurang dari 6 bulan

Efektif sampai 6 bulan. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
Menyusui secara ekslusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif,
selama klien belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asuhan per laktasi; ibu
belum mendapat haid, dan dalam 6 bulan pascapersalinan. 3

2.2.1 Mekanisme kerja

Mekanisme kerja dari Metode Amenore Laktasi sangatlah kompleks dimana yang terjadi
adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi, pada saat laktasi /menyusui akan
menstimulasi sensitivitas hipothalamus yang dapat memberikan efek feedback pada ovarian
steroid. Selama laktasi hipolatamus menjadi lebih sensitif dan positif feedback terhadap
esterogen, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui,
maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). hormon penghambat ini akan menguragi kadar ekstrogen, sehingga tidak terjadi
ovulasi.4

Konsentrasi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang


ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin akan tetap
tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH
yang diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan siklusmenstruasi. Kadar prolaktin
yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurandg sensitif terhadap perangsangan
gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar
estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih
kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas
menurun. Jadi, intinya cara kerja Metode Amenore Laktasi (MAL) ini adalah dengan
penundaan atau penekanan ovulasi.4,5
2
2.2.2 Keuntungan kontrasepsi dan non-kontrasepsi MAL

Keuntungan MAL6

 Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).


 Segerah efektif.
 Tidak menggangu sanggama.
 Tidak ada efek samping secara sistemik.
 Tidak perlu pengawasan medis.
 Tidak perlu obat atau alat.
 Tanpa biaya.

Keuntungan Non-kontrasepsi6

Untuk Bayi

 Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindugan dari ASI).


 Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal.
 Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain, atau formula,
atau alat minum yang dipakai.
Untuk Ibu
 Mengurangi perdarahan pascapersalinan.
 Mengurangi resiko anemia.
 Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

2.2.3 Keterbatasan MAL5

 Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segerah menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan.
 Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.
 Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
 Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

2.2.4 Yang dapat menggunakan MAL

3
Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum
mendapatkan haid setelah melahirkan.2

Keadaan Anjuran
Ketika mulai memberikan makanan Membantu klien memilih metode lain.
pendamping secara teratur (menggantikan Walaupun metode kontrasepsi lain
satu kali menyusui). dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali. Membantukan klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi menghisap susu tidak sering (on Membantukan klien memilih metode lain.
demand) Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih. Membantukan klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.

2.2.5 Yang seharusnya tidak pakai MAL

 Sudah mendapat haid setelah bersalin.


 Tidak menyusui secara ekslusif.
 Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
 Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.

2.2.6 Instruksi Kepada Klien (Hal yang harus Disampaikan Kepada Klien)

Karena MAL adalah kontrasepsi yang berfungsi dalam jangka waktu yang pendek
keberhasilannya harus memiliki elemen kunci sebagai berikut: 6
 Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi
menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain,

4
supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya
membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan
lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui
berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
 Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
 Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui pada malam hari membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
 Bayi harus terus disusukan walau ibu/bayi dalam keadaan sakit.
 ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
 Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI.
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup,
bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai umur 6 bulan.
 Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan
menghisap kurang sering, akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi.
 Haid
Ketika ibu mulai mendapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah mulai subur kembali dan
harus segerah menggunakan metode KB lainnya.

Untuk kontrasepsi dan kesehatan.6

 Anda memerlukan kode konntrasepsi lain ketika Anda mulai mendapat haid lagi, jika
Anda tidak menyusui secara ekslusif atau bayi anda sudah berumur 6 bulan.
 Konsultasi dengan bidan/dokter atau di klinik/Puskesmas sebelum Anda mulai
memakai metode kontasepsi lainnya.
 Jika suami Anda berisiko tinggi terpapar IMS, termasuk AIDS, Anda harus pakai
kondom ketika pakai MAL.

Apa yang dilakukan bila Anda menyusui tidak secara ekslusif atau berhenti menyusui.6

 Anda perlu kondom atau metode kontrasepsi lain ketika Anda tidak menyusui lagi
secara ekslusif.
 Ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain
yang sesuai.

Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan 98%

5
 Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat/agama).
 Perdarahan sebelum 56 hari pasacapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
 Bayi menghisap secara langsung.
 Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
 Kolostrum diberikan pada bayi.
 Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.
 Sering menyusui selama 24 jam termasuk pada malam hari.
 Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

Setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid,
tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek.2

1. Cara menyusui.
2. Seringnya menyusui.
3. Lamanya setiap kali menyusui.
4. Jarak antara menyusui.
5. Kesungguhan menyusui.

2.3 Faktor yang mempengaruhi lamanya amenorea laktasi


2.3.1 Frekuensi pemberian ASI

Pada saat ibu menyusui, konsentrasi prolaktin tinggi selama pengisapan sering terjadi, dan
akan terjadi peningkatan prolactin secara akut setiap kali menyusu. Kadar prolaktin yang
tinggi tersebut akan berefek pada hipotalamus dan ovarium. Di hipotalamus akan terjadi
sekresi beta-endorphin, yang akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH dan mengakibatkan
rendahnya kadar FSH dan LH, sehingga siklus menstruasi akan terhambat. Dengan demikian,
semakin tinggi frekuensi menyusui maka semakin banyak sekresi beta-endorphin, sehingga
durasi amenorrhea laktasi akan semakin lama. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap
sejak bulan ke 4 postpartum pada wanita yang memberikan ASI kepada bayinya. Tetapi,
keadaan ini bervariasi antara ibu menyusui yang satu dengan yang lainnya. 7-9

2.3.2 Pendidikan Ibu

6
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan
produktivitas kerja yang dilakukan. Perbedaan jenjang pendidikan bagi ibu dalam penelitian
ini berpengaruh terhadap keinginan ibu untuk menggunakan kontrasepsi MAL.8

2.3.3 Pendapatan Keluarga

Pada Negara berpenghasilan rendah, ketidaktersediaannya sumberdaya dan pengetahuan


perempuan mengenai kemungkinannya terjadi kehamilan. Ketidaktersediaannya alat
kontrasepsi dan kepercayaan – kepercayaan yang menghindari kontrasepsi. Oleh karena itu,
amenorea laktasi memberikan harapan baru bagi keluarga berpenghasilan rendah. Amenorea
laktasi dianggap sangat efektif pada 6 bulan pertama.

Amenore laktasi sebagai sebuah metode kontrasepsi kerap kali digunakan oleh wanita dengan
edukasi rendah, keluarga penghasilan rendah, pasangan yang jauh dari fasilitas kesehatan,
atau aksesibilitas terhadap metode kontrasepsi lain yang kurang memadai. Walaupun begitu
guna meningkatkan efektifitas amenore laktasi dibutuhkannya edukasi mengenai teknik
melakukan amenore laktasi.10

Beberapa kepercayaan yang dianut ibu menyusui dapat meningkatkan jumlah frekuensi
menyusui per hari sehingga meningkatkan lamanya amenoragik laktasi seperti contoh
kepercayaan berupa oleh sebab nutrisi yang dikonsumsi sedikit, sehingga ibu memilih untuk
memberikan asi lebih sering daripada perempuan pada umumnya.10

2.3.4 Status Gizi Ibu

Hubungan status gizi ibu tidak mempengaruhi ibu menyusui secara signifikan, namun
berpengaruh pada jangka waktu terjadi amenore laktasi. Ibu dengan gizi buruk memiliki
kemungkinan untuk tetap amenoragik pasca masa laktasi. Menurut penelitian kurangnya
massa lemak dalam tubuh menyebabkan inhibisi pada hormone ovulasi. Menurut penelitian
lain, ibu dengan gizi buruk memproduksi asi dengan volume yang lebih sedikit dibandingkan
dengan ibu gizi cukup sehingga bayi butuh menghisap lebih lama dan lebih kuat, fenomena
ini menyebabkan meningkatnya jangka amenoragi laktasi pada ibu dengan gizi buruk. Teknik
menghisap yang lama dan kuat meningkatkan jumlah prolactin dalam darah sehingga
menyebabkan amenoragi yang lebih panjang.10

7
2.4 Kerangka teori

Pemberian ASI

Metode Program KB
Frekuensi Amenore Laktasi terlaksana
pemberian ASI

Pengetahuan, Kadar prolactin,


Pendidikan, social FSH, LH, estrogen
ekonomi, status dalam darah
gizi ibu

8
Daftar pustaka

1. Manuaba IBG. Pelayanan keluarga berencana. Dalam : Manuaba IBG (eds). Kapita
Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC; 2001. h.
715 – 719.
2. Wiley,J.Van der Wijden.Kleijenen,J. Lactational amenorrhea for family planing. The
cochrane collaboration. 2008:1-8. dan Anonim. Chapter 19. Lactational Amenorrhea
Method.Family planing a Global Handbook for provides.2010:251-9.
3. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. Metode Amenorea Laktasi (MAL). Dalam:
Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005. h. 40 – 71.
4. Garcia PV, Mella C. Analysis of Factors Involved in Lactational Amenorrhea. Chile :
J biosafety Health Educ; 2013, 1-4. DOI: 10.4172/2332-0893.1000109.
5. Afifi,M. Lactation Amenorrhea and Modern Contraception Use Among Nursing
Women in Egypt .Oman Medical Journal.2003: 1-5. dan Edmon,K. Puerperium and
lactation. Dewhurt’s textbook of Obstetrics and Gynaecology.2007:77-9.
6. Stonne,M.Anthonny,R,Bonglovanni,A. The Lactational Amenorrhea Method (LAM).
Postpartum Contraceptive Choice for Women who Breastfeed.United States
American Agency International Development. 2000:1 – 4.
7. Uchenna O. Problems encountered by breastfeeding mothers in their practice of
exlusive breast feeding in tertiary hospitals in Enugu state, South-east Nigeria.
Nigeria; 2012.
8. Suparmi. Pengaruh ASI eksklusif terhadap amenorrhea laktasi di Indonesia. Jakarta :
Universitas Indonesia; 2010.
9. Lausi RN, et al. Gambaran Metode Amenorea Laktasi dan Cara Pemberian Asi
Eksklusif di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor. Bandung : Universitas Padjajaran ;
2017.
10. Fitrianti A, Abdullah MT, Russeng S. Hubungan lama pemberian ASI eksklusif
dengan lama amenorhoe laktasi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara.
Makassar : Rumah sakit Universitas Hasanuddin ; 2010.

Anda mungkin juga menyukai