Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN TN “J” DENGAN MASALAH UTAMA:

GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON


HEMORARGIK PADA NY “M” DI DUSUN AIK ARE
DESA UBUNG KECAMATAN JONGGAT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TAHUN 2018

OLEH

HENI AGUSTINI MEGANTARI PUTRI


052 STYJ 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan pendahuluan asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn “J” Dengan Masalah Utama:
Gangguan Sistem Persyarafan Stroke Non Hemorargik Pada Ny “M” Di Dusun
Aik Are Desa Ubung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2018”
dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Kepala Desa Ubung dan secara khusus kepada Bapak Kepala Dusun,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan, Remaja Aik Are, pihak
Puskesmas Ubung dan pembimbing akademik serta semua pihak yang telah
menerima dan membimbing kami dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan
medikal bedah.
Dalam penulisan laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini banyak
kesulitan yang kami hadapi, namun berkat arahan, bimbingan dan motivasi dari
Bapak Kepala Desa Ubung dan secara khusus kepada Bapak Kepala Dusun,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan, Remaja Aik Are, pihak
Puskesmas Ubung dan pembimbing akademik, maka penyusunan laporan asuhan
keperawatan ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan disusunnya laporan
pendahuluan asuhan keperawatan ini, dapat memberikan manfaat kepada penulis
khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Aik Are Ubung, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................. 4
1.5 Metode Penulisan .................................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Konsep Dasar Penyakit ..................................................... 5
2.1.1 Pengertian ............................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi .......................................................... 6
2.1.3 Etiologi ................................................................... 6
2.1.4 Faktor Resiko .......................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi ............................................................ 13
2.1.6 Pathway .................................................................. 14
2.1.7 Klasifikasi ............................................................... 15
2.1.8 Manifestasi Klinis ................................................... 15
2.1.9 Pemeriksaan Fisik ................................................... 17
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang .......................................... 18
2.1.11 Penatalaksanaan ...................................................... 19
2.1.12 Kriteria Diagnosis ................................................... 22
2.1.13 Prognosis ................................................................ 23
2.1.14 Komplikasi.............................................................. 24
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................... 24
2.2.1 Pengkajian .............................................................. 24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................... 29
2.2.3 Intervensi Keperawatan .......................................... 30
2.2.4 Implementasi Keperawatan .................................... 35
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................ 35
BAB 3 PENUTUP.................................................................................. 37
3.1 Simpulan ............................................................................... 37
3.2 Saran ...................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan salah satu kegawatan neurologik, dari tahun ketahun
morbiditasnya semakin meningkat seiring meningkatnya status ekonomi
masyarakat dan adanya transisi epidemologik maupu transisi
demografik(ismail, 2004). Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok
penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit
jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian.
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh
berhentinya suplay darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000).
Otak merupakan organ yang membutuhkan banyak oksigen dan glukosa. Zat
ini diperolehnya dari darah.apabila di otak hampir tidak ada cadangan
oksigen, sehingga dapat merusak daerah-daerah yang ada di otak yang dapat
menyebabkan fungsi otak terganggu. Jadi jaringan otak sangat bergantung
kepada keadaan aliran darah setiap saat. Beberapa detik saja aliran darah
terhenti maka fungsi otak akan bisa berakibat fatal,dan apabila aliran darah
kesuatu daerah otak terhenti selama kira-kira 3 menit maka jaringan otak akan
mati (infark).
Menurut europen stroke initiative (2003), Stroke atau serangan otak
(brain attack) adalah defisit neurologis mendadak susunan saraf pusat yang di
sebabkan oleh peristiwa iskhemik atau hemorargik. Stroke juga sebagai
penyebab utama kecacatan fisik atau mental pada usia lanjut maupun usia
produktif, dan dengan sifat-sifatnya tersebut, menempatkan stroke sebagai
masalah serius di dunia.
Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian. Penyakit jantung dan stroke
sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang
penyakit-penyakit tersebut di derita oleh orang tua terutama yang berusia 60
tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena

1
penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga
diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah
diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat
yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti
mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak
jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,
kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di
perkotaan.
Terapi dan perawatan di rumah juga dapat menurunkan risiko kematian
atau kemunduran dalam kemampuan melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari (Outpatient Service Trialist, 2003). Untuk melakukan terapi dan
perawatan pasien paska stroke di rumah perlu dilakukan pengelolaan/
manajemen keluarga. pengelolaan keluarga sering kali dianggap sebagai hal
yang sepele dan hanya menjadi tugas kaum wanita sebagai pengurus rumah
tangga, padahal pengelolaan/ manajemen keluarga lebih dari itu. Pengelolaan
keluarga merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang sukses dan
memuaskan, atau merupakan alat yang kuat untuk proses regenerasi dalam
masyarakat dan untuk menciptakan populasi dunia yang lebih harmonis.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, dan pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Mubarok, 2006 dikutip Salvicion G. Bailon & Arcalis Magalaya,
1989) Sedangkan berdasarkan PP No 21 tahun 1994, keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri; atau suami, istri, dan
anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada
unit keluarga. Penekanan utama diberikan pada pencegahan primer dan
peningkatan kesehatan karena fokus ini merupakan pokok utama dari
keperawatan keluarga. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah

2
memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan
mempertahankan fungsi keluarga dan melindungi serta memperkuat
pelayanan masyarakat tentang perawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan Stroke Non Hemoragik?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapakan asuhan keperawatan keluarga
pada pasien Stroke Non Hemoragik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Stroke Non Hemoragik.
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi Stroke Non Hemoragik.
3. Mahasiswa mampu memahami faktor pencetus Stroke Non
Hemoragik.
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Stroke Non
Hemoragik.
5. Mahasiswa mampu memahami pathway Stroke Non Hemoragik.
6. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Stroke Non
Hemoragik.
7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis Stroke Non
Hemoragik.
8. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Stroke Non Hemoragik.
9. Mahasiswa mampu memahami pencegahan Stroke Non
Hemoragik.
10. Mahasiswa mampu memahami konsep keluarga
11. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan
keluarga pada pasien Stroke Non Hemoragik.

3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan mengenai konsep dasar penyakit dan konsep
dasar asuhan keperawatan pada keluarga pada pasien dengan Stroke
Non Hemoragik.
1.4.2 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan
kepada masyarakat tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar
asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Stroke Non
Hemoragik.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap.
1.6 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3 bab, yaitu :
1. BAB I Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang penulisan,
rumusan penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori, yang menguraikan tentang anatomi fisiologi,
pengertian, etiologi, manisfestasi klinis, Patofisiologi, komplikasi,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan keperawatan dan medis serta
asuhan keperawatan.
3. BAB III Penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik


2.1.1 Pengertian

2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Faktor Resiko
2.1.5 Patofisiologi

2.1.6 Pathway

5
2.1.7 Klasifikasi
2.1.8 Manifestasi Klinis
2.1.9 Pemeriksaan Fisik
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1.10 Pengkajian
1. Pengkajian menurut Wilkinson & Skinner (2010), pada klien
dengan kegawatdarutan stroke antara lain:
a. Primary Survey
Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain :
1) Airway maintenance
Menurut Thygerson (2011), tindakan pertama kali yang
harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien
dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada
atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang
dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien
terbuka. Menurut Wilkinson & Skinner (2010), pasien yang
tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan
oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar. Perlu

6
diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara
lain :
a) Kepatenan jalan nafas pasien.
b) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien
antara lain:
(1) Adanya snoring atau gurgling
(2) Agitasi (hipoksia)
(3) Penggunaan otot bantu pernafasan
(4) Sianosis
c) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran
napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi
d) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan
nafas pasien terbuka.
e) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan
nafas pasien sesuai indikasi :
(1) Chin lift/jaw thrust
(2) Lakukan suction (jika tersedia)
(3) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway,
Laryngeal Mask Airway
(4) Lakukan intubasi
2) Breathing dan oxygenation
Menurut Wilkinson & Skinner (2010), pada kasus
stroke mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas
(akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran
napas. Pedoman konsensus mengharuskan monitoring
saturasi O2 dan mempertahankannya di atas 95% (94-98%).
Pada pasien stroke yang mengalami gangguan pengendalian
respiratorik atau peningkatan TIK, kadang diperlukan untuk
melakukan ventilasi.
3) Circulation
Wilkinson & Skinner (2010), shock didefinisikan
sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi

7
jaringan. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis:
hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan
penurunan produksi urin. Pengkajian circulation menurut
Muttaqin (2011) pada klien stroke biasanya didapatkan
renjatan (syok) hipovolemik, tekanan darah biasanya terjadi
peningkatan dan bisa terdapat hipertensi massif dengan TD
>200 mmHg.
4) Disability - pemeriksaan neurologis.
Menurut Muttaqin (2011), tingkat kesadaran klien dan
respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif
untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan
dan kesadaran. Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien
stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma, maka
penilaian GCS sangat penting untung menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan.
b. Secondary Assessment
Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
1) Anamnesis
Menurut Rudd dalam Emergency Nursing Association
(2013), anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang
bisa didapat dari pasien dan keluarga:
A: Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester, makanan)
M: Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat).

8
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya)
L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian).
E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cidera
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama).
2) Pemeriksaan fisik
a) Kulit kepala
Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk
adanya pigmentasi, perdarahan, nyeri tekan serta adanya
sakit kepala.
b) Mata
Ukuran pupil apakah isokor atau anisokor serta
bagaimana refleks cahayanya, apakah pupil mengalami
miosis atau midriasis, adanya ikterus, apakah
konjungtivanya anemis atau tidak.
c) Hidung
Periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri, penyumbatan
penciuman.
d) Telinga
Periksa adanya nyeri, penurunan atau hilangnya
pendengaran.
e) Mulut
Inspeksi pada bagian mukosa terhadap tekstur, warna,
kelembaban.

f) Toraks
Inspeksi: peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan.

9
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis.
Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan hipersonor
dan keredupan.
Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada
klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Tidak didapatkan bunyi nafas tambahan pada klien
dengan tingkat kesadaran compos mentis.
g) Abdomen
Inspeksi : adakah distensi abdomen, asites.
Auskultasi : bising usus.
Perkusi : untuk mendapatkan nyeri lepas (ringan).
Palpasi : untuk mengetahui adakah kekakuan atau nyeri
tekan, hepatomegali, splenomegali.
h) Ektremitas
Pada saat inspeksi lihat adanya edema, gerakan, dan
sensasi harus diperhatikan, paralisis, sedangkan pada
jari-jari periksa adanya clubbing finger serta hitung
berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat
s/d 5-15 detik).
2. Pengkajian Nervus Kranial menurut Muttaqin (2011)
a) Syaraf Olfaktorius (N.I)
Biasanya tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
b) Syaraf Optikus (N.II)
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensorik primer
diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-
spasial sering terlihat pada klien dengan hemiplegi kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c) Syaraf Okulomotorius (N.III), Trokealis (N.IV), dan Abdusens
(N.VI)

10
Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis sesisi otot-otot
okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
d) Syaraf Trigeminalis (N.V)
Pada beberapa keadaan stroke mengakibatkan paralisi saraf
trigeminus, didapatkan penurunan koordinasi gerakan
mengunyah. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan
kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoidus internus dan eksternus.
e) Syaraf Fasialis (N.VII)
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris, otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f) Syaraf Vestibulokoklear (N.VIII)
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
g) Syaraf Glosofaringeus (N.IX) dan Vagus (N.X)
Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
h) Syaraf Asesorius Spinal (N.XI)
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf Hipoglossus (N.XII)
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
2.1.11 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusaka n
neurovaskuler.
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik.
6. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.

11
7. Nyeri akut berhubungan dengan pembuluh darah pada otak
tertekan ditandai dengan sakit kepala.
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder akibat paralisis serebral
ditandai dengan menurunnya asupan makanan, penurunan berat
badan, kelemahan otot-otot mengunyah, muntah proyektil, albumin
menurun.
9. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan deficit
motorik ditandai dengan ketidak mampuan merawat diri akibat
penurunan kesadaran.
10. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas sekunder
akibat spasme otot.
2.1.12 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1. ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC : Monitoring tekanan
perfusi jaringan tindakan Intrakranial Pressure intracranial
serebral keperawatan selama (ICP) Monitoring Monitor
berhubungan 1 x 2 jam, tekanan intrakranial
dengan aliran diharapkan suplai 1. Berikan informasi
darah ke otak aliran darah ke otak kepada keluarga. 1. Agar keluarga paham
terhambat lancar dengan NOC tindakan keperawatan
: yang akan dilakukan.
Circulation status 2. Set alarm 2. Men set alarm untuk
Tissue Prefusion : mengingat memonitor
cerebral KU pasien
Kriteria Hasil : 3. Monitor tekanan perfusi 3. Untuk mengetahui
1. Mendemonstras serebral tanda-tanda peningkatan
ikan status tekanan
sirkulasi yang 4. Catat respon pasien 4. Untuk mengetahui
ditandai dengan terhadap stimuli respon pasien
: 5. Monitor tekanan 5. Untuk mengetahui
a. Tekanan intrakranial pasien dan apakah respon neuro
systole dan respon neurology pasien masih baik/tidak
diastole terhadap aktivitas
dalam 6. Monitor jumlah 6. Untuk mengetahui
rentang drainage cairan berapa keluaran cairan
diharapkan. serebrospinal serebrospinal pasiem
b. Tidak ada 7. Monitor intake dan 7. Untuk mengetahui
ortostatik output cairan balance cairan pasien
hipertensi. 8. Restrain pasien jika 8. Apabila pasien ada
c. Tidak ada perlu tindakan-tindakan
tanda-tanda memberontak
peningkata 9. Monitor suhu dan angka 9. Untuk mengetahui
n tekanan WBC terjadinya resiko infeksi
intakrania
(tidak lebih 10. Kolaborasi pemberian 10. Agar dapat

12
dari 15 antibiotic meminimalisir
mmHg). terjadinya infeksi
2. Mendemonstras 11. Posisikan pasien pada 11. Untuk memberikan rasa
ikan posisi semifowler nyaman pada pasien
kemampuan
kognitif yang 12. Minimalkan stimuli dari 12. Agar pasien tenang
ditandai lingkungan
dengan:
a. Berkomuni Terapi oksigen Terapi oksigen
kasi dengan 1. Bersihkan jalan nafas 1. Mempertahankan
jelas dan dari secret bersihan jalan nafas
sesuai yang adekuat
dengan 2. Pertahankan jalan nafas 2. Untuk memberi
kemampua tetap efektif kelancaran terhadap
n. sirkulasi pasien
b. Menunjukk 3. Berikan oksigen sesuai 3. Agar tidak terjadi
an intruksi hipoksia maupun
perhatian, kelebihan oksigen dalam
konsentrasi tubuh pasien
dan 4. Monitor aliran oksigen, 4. Agar kebutuhan oksigen
orientasi. kanul oksigen dan dalam tubuh seimbang.
c. Memproses sistem humidifier
informasi. 5. Beri penjelasan kepada 5. Agar pasien paham
d. Membuat klien tentang tentang tindakan yang
keputusan pentingnya pemberian dilakukan
dengan oksigen
benar. 6. Observasi tanda-tanda 6. Untuk mengetahui
3. Menunjukkan hipo-ventilasi adanya hipoventilasi
fungsi sensori 7. Monitor respon klien 7. Untuk mengetahui
motori cranial terhadap pemberian apakah pasien
yang utuh : oksigen. nyaman/tidak terhadap
tingkat pemberian oksigen
kesadaran 8. Anjurkan klien untuk 8. Untuk memberikan
membaik, tidak tetap memakai oksigen sirkulasi yang baik
ada gerakan selama aktifitas dan terhadap perfusi serebral
gerakan tidur. pasien
involunter.
2. Kerusakan Setelah dilakukan Communication
komunikasi tindakan Enhancement: Speech
verbal keperawatan selama Defisit
berhubungan 3 x 24 jam, 1. Libatkan keluarga untuk 1. Keluarga adalah orang
dengan diharapkan klien membantu memahami/ terdekat pasien yang
penurunan mampu untuk memahamkan informasi dapat memberikan
sirkulasi ke otak berkomunikasi lagi dari/ke klien motivasi terhadap pasien
dengan NOC: 2. Dengarkan setiap 2. Agar pasien merasa
Communication ucapan klien dengan didengarkan dan
Kriteria hasil: penuh perhatian dihargai (meningkatkan
1. Dapat motivasi pasien)
menjawab
pertanyaan yang 3. Gunakan kata-kata 3. Agar pasien mudah
diajukan sederhana dan pendek mencerna kata-kata
perawat dalam komunikasi
2. Dapat mengerti dengan klien
dan memahami 4. Dorong klien untuk 4. Melatih pasien untuk
pesan-pesan mengulang kata-kata berbicara
melalui gambar 5. Berikan arahan/ 5. Untuk mengetahui
3. Dapat perintah yang sederhana tingkat komunikasi
mengekspresika setiap interaksi dengan pasien

13
n perasaannya klien
secara verbal 6. Programkan speech- 6. Agar pasien dapat
maupun language teraphy melatih komunikasi
nonverbal dengan baik
7. Lakukan speech- 7. Agar pasien terlatih
language teraphy setiap berkomunikasi
interaksi dengan klien
3. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
mobilitas fisik tindakan Exercise therapy :
berhubungan keperawatan selama ambulation
dengan kerusakan 3 x 24 jam, 1. Monitoring vital sign 1. Untuk mengetahui
neurovaskuler diharapkan klien sebelum/sesudah latihan tingkat kelelahan
dapat melakukan dan lihat respon pasien pasien
pergerakan fisik saat latihan
dengan NOC : 2. Konsultasikan dengan 2. Untuk memberikan
Joint Movement : terapi fisik tentang terapi yang tepat bagi
Active rencana ambulasi sesuai pasien
Mobility Level dengan kebutuhan
Self care : ADLs 3. Bantu klien untuk 3. Melatih pasien agar
Transfer menggunakan tongkat bisa beraktivitas
performance saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Kriteria Hasil : 4. Ajarkan pasien atau 4. Agar pasien memahami
1. Klien tenaga kesehatan lain tindakan yang akan
meningkat tentang teknik ambulasi diberikan
dalam aktivitas
fisik 5. Kaji kemampuan pasien 5. Mengetahui tingkat
2. Mengerti tujuan dalam mobilisasi kelelahan pasien
dari 6. Latih pasien dalam 6. Agar pasien mandiri
peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam ADL
mobilitas ADLs secara mandiri
3. Memverbalisasi sesuai kemampuan
kan perasaan 7. Dampingi dan Bantu 7. Untuk mengawasi
dalam pasien saat mobilisasi pasien terhadap resiko
meningkatkan dan bantu penuhi jatuh
kekuatan dan kebutuhan ADLs ps.
kemampuan 8. Berikan alat Bantu jika 8. Apabila pasien tidak
berpindah klien memerlukan. dapat melakukan
4. Memperagakan dengan mandiri
penggunaan alat 9. Ajarkan pasien 9. Untuk mencegah
Bantu untuk bagaimana merubah terjadinya dekubitus
mobilisasi posisi dan berikan
(walker) bantuan jika diperlukan
4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC :
pola nafas tindakan perawatan Airway Management Airway Management
berhubungan selama 3 x 24 jam, 1. Buka jalan nafas, 1. Untuk
dengan diharapkan pola gunakan teknik chin lift mempertahankan jalan
penurunan nafas pasien efektif atau jaw thrust bila nafas yang adekuat
kesadaran dengan NOC: perlu
Respiratory status 2. Posisikan pasien untuk 2. Untuk memberikan
: Ventilation memaksimalkan ventilasi yang
Respiratory status ventilasi maksimal kepada
: Airway patency pasien
Vital sign Status 3. Identifikasi pasien 3. Mengidentifikasi perlu
perlunya pemasangan dilakukan untuk
Kriteria hasil : alat jalan nafas buatan menentukan tindakan
1. Menujukkan yang tepat bagi pasien
jalan nafas 4. Pasang mayo bila perlu 4. Apabila pasien terdapat

14
paten (tidak indikasi pemasangan
merasa mayo
tercekik, irama 5. Lakukan fisioterapi 5. Apabila pasien terdapat
nafas normal, dada jika perlu secret yang susah
frekuensi nafas dikeluarkan
normal,tidak 6. Keluarkan sekret 6. Untuk membersihkan
ada suara nafas dengan batuk atau jalan nafas
tambahan) suction
2. Mendemonstras 7. Auskultasi suara nafas, 7.
Untuk mengetahui
ikan batuk catat adanya suara adanya gangguan
efektif dan tambahan dalam ventilasi
suara nafas 8. Lakukan suction pada 8. Apabila terdapat secret
yang bersih, mayo pada mayo
tidak ada 9. Berikan bronkodilator 9. Apabila pasien
sianosis dan bila perlu mendapat indikasi
dyspneu menggunakan
(mampu bronkodilator
mengeluarkan 10. Berikan pelembab udara 10. Agar tetap lembab
sputum, Kassa basah NaCl
mampu Lembab
bernafas 11. Atur intake untuk cairan 11. Untuk balance cairan
dengan mudah, mengoptimalkan pasien
tidak ada keseimbangan.
pursed lips) 12. Monitor respirasi dan 12. Agar tidak terjadi
3. Menunjukkan status O2 kekurangan/kelebihan
jalan nafas oksigen pada pasien
yang paten
(klien tidak
merasa Oxygen Therapy Oxygen therapy
tercekik, irama 1. Bersihkan mulut,1. Agar jalan nafas bersih
nafas, frekuensi hidung dan secret trakea (adekuat)
pernafasan 2. Pertahankan jalan nafas 2. Agar sirkulasi pasien
dalam rentang yang paten baik
normal, tidak 3. Atur peralatan3. Untuk pemasangan
ada suara nafas oksigenasi oksigen dengan tepat
abnormal) 4. Monitor aliran oksigen 4. Agar oksigen dapat
4. Tanda Tanda mengalir dengan baik
vital dalam 5. Pertahankan posisi 5. Untuk kenyaman
rentang normal pasien pasien
(tekanan darah, 6. Observasi adanya tanda 6. Untuk mengetahui
nadi, tanda hipoventilasi adanya hipoventilasi
pernafasan) 7. Monitor adanya
kecemasan pasien 7. Untuk mengetahui
terhadap oksigenasi tingkat kenyamanan
pasien
5. Resiko kerusakan Setelah dilakukan NIC : Pressure
integritas kulit tindakan perawatan Management
berhubungan selama 3 x 24 jam, 1. Anjurkan pasien untuk 1. Agar tidak terjadi
dengan diharapkan pasien menggunakan pakaian tekanan kulit terhadap
immobilisasi fisik mampu mengetahui yang longgar pakaian
dan mengontrol 2. Hindari kerutan pada 2. Agar tidak terjadi
resiko dengan : tempat tidur tekanan dari TT ke
NOC : Tissue kulit pasien
Integrity : Skin 3. Jaga kebersihan kulit 3. Menjaga kulit agar
and Mucous agar tetap bersih dan tetap sehat
Membranes kering
Kriteria Hasil : 4. Mobilisasi pasien (ubah 4. Agar tidak terjadi
1. Integritas kulit posisi pasien) setiap dua decubitus

15
yang baik bisa jam sekali
dipertahankan 5. Monitor kulit akan 5. Agar dapat melakukan
(sensasi, adanya kemerahan tindakan dengan segera
elastisitas, 6. Oleskan lotion atau 6. Agar kulit pasien licin
temperatur, minyak/baby oil pada dan relaks
hidrasi, derah yang tertekan
pigmentasi) 7. Monitor aktivitas dan 7. Untuk mengetahui
2. Tidak ada mobilisasi pasien apabila tidak terjadi
luka/lesi pada mobilisasi pasien bisa
kulit beresiko decubitus
3. Perfusi jaringan 8. Memandikan pasien 8. Agar kulit pasien tetap
baik dengan sabun dan air sehat dan lembab
4. Menunjukkan hangat kering
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya
sedera berulang
5. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
6. Resiko aspirasi Setelah dilakukan NIC:
berhubungan tindakan perawatan Aspiration precaution
dengan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tingkat 1. Untuk mengetahui
penurunan diharapkan tidak kesadaran, reflek batuk adanya resiko aspirasi
kesadaran terjadi aspirasi pada dan kemampuan
pasien dengan: menelan
NOC : 2. Monitor status paru 2. Untuk mengetahui
Respiratory Status adanya resiko aspirasi
: Ventilation 3. Pelihara jalan nafas 3. Mempertahankan jalan
Aspiration control nafas yang adekuat
Swallowing Status 4. Lakukan suction jika 4. Apabila terdapat secret
diperlukan pada pasien
Kriteria Hasil : 5. Cek nasogastrik 5. Untuk menghindari
1. Klien dapat sebelum makan resiko aspirasi
bernafas dengan 6. Hindari makan kalau 6. Untuk menghindari
mudah, tidak residu masih banyak terjadinya aspirasi
irama, frekuensi 7. Potong makanan kecil 7. Agar pasien dapat
pernafasan kecil mencerna dengan baik
normal dan meminimalisir
2. Pasien mampu terjadinya aspirasi
menelan, 8. Haluskan obat sebelum 8. Agar pasien dapat
mengunyah pemberian mencerna dengan baik
tanpa terjadi dan meminimalisir
aspirasi, dan terjadinya aspirasi
mampumelakuk 9. Naikkan kepala 30-45 9. Untuk mencegah
an oral hygiene derajat setelah makan aspirasi
3. Jalan nafas
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa tercekik
dan tidak ada
suara nafas

16
abnormal

2.1.13 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah di rencanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakaan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Agar lebih
jelas dan akurat dalam melakukan implementasi diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan
Wartonah, 2014).
Pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan dalam
rancana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan bagi klien, tehnik komunikasi, kemapuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman dari hak-hak dari klien serta dalam memahami
tingkat perkembanganklien (A Aziz Alimul Hidayat, 2014).
2.1.14 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah di
capai yang dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan
selanjutnya. Dengan demikian proses keperawatan inin adalah
berkelanjutan.
Komponen tahap evaluasi antara lain pencapaian criteria hasil,
keefektifan tahap-tahap proses keperawatan rencana dan revisi atau
terminasi rencana keperawatan.

Menurut Ali (2013), sasaran evaluasi mempunyai 2 hal :


1. Evaluasi proses evaluasi yang berdasarkan rencana yang telah di
susun pada setiap sift.
2. Evaluasi yang berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
tetapkan dalam perencanaan.

17
Ada 4 kriteria yang di pakai untuk melakukan tujuan yang telah
di tetapkan itu telah tercapai yaitu:
1. Tujuan tercapai apabila klien menunjukan perubahan sesuai standar
yang telah di tetapkan perawat.
2. Tujuan tercapai sebagian
Apabila klien menunjukan perubahan sebagian standar kriteria
yang telah di tetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai apabila klien tidak memperlihatkan
perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

18
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah tertentu. Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu
perdarahan sub dural (PSD), perdarahan sub araknoid (PSA) dan perdarahan
intra serebral (PIS).
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi
serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam
jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian
suplai darah ke otak. Oleh karena itu, masalah stroke hemoragik harus
mendapatkan perhatian lebih agar tidak mengakibatkan kematian.
3.2 Saran

Dari kesimpulan diatas penyusun menyarankan kepada beberapa


pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan
perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya
yang mengalami Stroke hemoragik, selain itu dapat memperbaiki pola
hidup agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep Stroke
hemoragik utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
intensif pada pasien dengan Stroke hemoragik dan memberikan
penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa
dapat menjalin kerja sama dengan perawat lainnya, agar dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. H. (2013). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya


Medika
Azis, Alimul H. (2014). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

19
Batticaca, Fransisca B. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Harnawatiaj. (2013). Format Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC; Edisi 7. Jakarta: EGC.
Mansjoer. A. Dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Oswari, E. (2013). Bedah dan Keperawatannya. Jakarta: Gramedia.
Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi:3. Jakarta: Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai