Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berkenaan dengan

kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. Kemampuan

tersebut dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan

sastra. Secara umum hak kekayaan intelektual terdiri dari dua hal yaitu hak

kekayaan industri dan Hak Cipta.1 Hak kekayaan industri terdiri dari Paten,

Merek, Varietas Tanaman,Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata

Letak Sirkuit Terpadu. Hak Cipta terdiri dari Ilmu Pengetahuan, Seni, dan

Sastra.

Dalam konteks Negara Indonesia, perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual telah diakomodir melalui berbagai Peraturan Perundangundangan

yaitu Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.

Suatu hasil karya cipta dalam bentuk buku dilindungi oleh Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-undang yang baru

ini lebih menekankan kepada Pencipta itu sendiri terutama perlindungan

hukum yang lebih lama dibandingkan dengan Undang- Undang Hak Cipta

sebelumnya. Berdasarkan ketentuan yang ada, Pencipta diberikan hak

ekonomi berupa hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk

memperbanyak (mechanical rights). Adapun hak moral meliputi hak Pencipta

1
Muhammad Ahkam Subroto & Suprapedi, 2008, Pengenalan HKI: Konsep Intelektual
untuk Penumbuhan Inovasi, PT. Macanan Jaya Cemerlang, Indonesia, hlm. 14.

1
untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak Pencipta untuk melarang

orang lain mengubah ciptaannya, termasuk judul ataupun anak judul ciptaan.2

Seorang Pencipta memiliki hak alami untuk mengontrol apa yang telah

diciptakannya. Maka dari itu setiap karya cipta yang terpublikasi senantiasa

perlu sepengetahuan Pencipta. Saat ini keberadaan suatu karya cipta yang

terpublikasi dan beredar di masyarakat tidak jarang merupakan hasil dari

penggandaan tanpa sepengetahuan Pencipta. Penggandaan buku sebagai

sebuah karya cipta tanpa izin Pencipta telah menjadi suatu hal yang lumrah

dan terkesan biasa saja di tengah masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. 1.Bagaimana perlindungan haknya terhadap karya sastra dan sejauh

manakah haknya terlindungin?

2. 2.Bagaimanakah dampak pemberian izin terhadap peredaran buku di

indonesia?

3. 3.Hal-hal apa yang harus dilakukan untuk menjaga haknya apabila buku

tersebut di angkat ke layar lebar?

1.3 Dasar Hukum

Pada pokok permasalahan di atas maka yang digunakan dasar hukumnya

adalah:

2
Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 47.

2
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

 Pasal 1 ayat 1

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratifsetelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

 Pasal 5 Pasal 5

(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang

melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan

b. pemakaian Ciptaannya untuk umum;

c. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

d. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

e. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

f. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan,

g. atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan

selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat

dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.

3
(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak

pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan

pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

 Pasal 6

Untuk melindungi hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1), Pencipta dapat memiliki:

a. informasi manajemen Hak Cipta; dan/atau

b. informasi elektronik Hak Cipta.

 Pasal 8

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

 Pasal 16

(1) Hak Cipta merupakan Benda bergerak tidak berwujud.

(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian

karena: a. pewarisan; b. hibah; c. wakaf; d. wasiat; e. perjanjian

tertulis; atau f. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Hak Cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.

(4) Ketentuan mengenai Hak Cipta sebagai objek jaminan fidusia

sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
 Pasal 25

(1) Lembaga Penyiaran mempunyai hak ekonomi.

(2) Hak ekonomi Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau

melarang pihak lain untuk melakukan: a. Penyiaran ulang siaran; b.

Komunikasi siaran; c. Fiksasi siaran; dan/atau d. Penggandaan Fiksasi

siaran.

(3) Setiap Orang dilarang melakukan penyebaran tanpa izin dengan tujuan

komersial atas konten karya siaran Lembaga Penyiaran.

 Pasal 40

(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas: a. buku, pamflet,

perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis

lainnya; b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c. alat

peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama,

drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya

seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya seni terapan; h.

karya arsitektur; i. peta; j. karya seni batik atau seni motif lain; k.

karya fotografi; l. Potret; m. karya sinematografi; n. terjemahan, tafsir,

saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi

dan karya lain dari hasil transformasi; o. terjemahan, adaptasi,

5
aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya; q. kompilasi

ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan

karya yang asli; r. permainan video; dan s. Program Komputer.

(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi

sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas

Ciptaan asli.

(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum

dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata

yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

 Pasal 57

Masa Berlaku Hak Moral Pasal 57 (1) Hak moral Pencipta sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf e berlaku

tanpa batas waktu. (2) Hak moral Pencipta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku selama berlangsungnya jangka

waktu Hak Cipta atas Ciptaan yang bersangkutan.

 Pasal 58

(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan: a. buku, pamflet, dan semua hasil

karya tulis lainnya; b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis

lainnya; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan

ilmu pengetahuan; d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama,

6
drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya

seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya arsitektur; h. peta;

 Pasal 62

Masa berlaku hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 berlaku

secara mutatis mutandis terhadap hak moral Pelaku Pertunjukan.

 Pasal 66

(1) Menteri melakukan pemeriksaan terhadap Permohonan yang telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan

Pasal 67.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

mengetahui Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dimohonkan

tersebut secara esensial sama atau tidak sama dengan Ciptaan yang

tercatat dalam daftar umum Ciptaan atau objek kekayaan intelektual

lainnya.

 Pasal 80

(1) Kecuali diperjanjikan lain, pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak

Terkait berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan

perjanjian tertulis untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2),

dan Pasal 25 ayat (2).

7
(2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama

jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku Hak Cipta dan

Hak Terkait.

(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disertai kewajiban penerima Lisensi untuk

memberikan Royalti kepada Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak

Terkait selama jangka waktu Lisensi.

(4) Penentuan besaran Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan

tata cara pemberian Royalti dilakukan berdasarkan perjanjian Lisensi

antara Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait dan penerima

Lisensi.

(5) Besaran Royalti dalam perjanjian Lisensi harus ditetapkan berdasarkan

kelaziman praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan.

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Hak Terhadap Karya TN. Sastra

Tn.sastra adalah seorang penulis sastra di indonesia,karena karyanya

banyak dikenal dan banyak yang menyukai maka dari itu banyak penerbit

yang ingin memohon izin untuk menerjemah teritologi tersebut ke dalam

bahasa inggris,dalam hal ini sudah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Ketentuan

Umum, tentang Hak Cipta memberikan pengertian bahwa: “Hak Cipta adalah

hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan”.3

Auteurswet 1912 dalam Pasal 1 menyebutkan, Hak Cipta adalah hak

tunggal dari Pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil

ciptaannya dalam lapangan kesustraan, pengetahuan, dan kesenian, untuk

mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-

pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. Kemudian Universal

Copyright Convention dalam Pasal V mengatur Hak Cipta meliputi hak

tunggal si Pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk

membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini. Jika dicermati

3
Lihat ketentuan Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta

9
dari pengertian di atas, maka sebenarnya pengertian Hak Cipta hampir

mempunyai pengertian yang sama antara satu dengan yang lainnya.

Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.

Pada dasarnya, Hak Cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".

Hak Cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi

penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, Hak Cipta

memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta

adalah hak kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang Pencipta atau

penerima hak atas suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan,

seni, dan sastra.4

Dari penjelasan di atas ditempuh dalam memberikan perlindungan

hukum terhadap hak cipta sastra dengan cara melalui perlindungan hukum

yaitu dengan cara menegakkan peraturan melalui hukum administrasi negara

dengan pendaftaran dan pengawasan, hukum pidana dan hukum perdata.

Pendaftaran hak merupakan tolak ukur perlindungan hukum.6 Untuk

membuktikan pencipta memiliki hak atas hasil karya ciptanya. Pasal 64 Ayat

(2) UUHC menyatakan Pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan syarat untuk

mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait.

4
Elyta Ras Ginting, 2012, Hukum Hak Cipta Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
61.

10
Menurut penjelasan Pasal 64 Ayat (2) UUHC tersebut bahwa

Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan merupakan suatu keharusan

bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait. Perlindungan

suatu Ciptaan dimulai sejak Ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena

pencatatan. Hal ini berarti suatu Ciptaan baik yang tercatat maupun tidak

tercatat tetap dilindungi. Namun,untuk memperoleh suatu hak atas hak

ekonomi dari suatu ciptaan maka harus adanya pendaftaraan hak cipta sesuai

dengan ketentuan Pasal 8 Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta

atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan

dari suatu ciptaan terserbut maka perlu adanya pendaftaran terhadap hak cipta

tersebut

Berikut ini adalah tatacara pengajuan pendaftaran Hak Cipta:

11
2.2 Sejauh Mana Haknya Terlindungi

Konvensi Bern revisi Berlin (1908) pada Pasal 7 ayat (1) mengatur

bahwa secara umum perlindungan hak cipta adalah selama hidup si pencipta

ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Pasal 7 ayat (2), (3), dan (4)

diatur bahwa untuk karya cipta tertentu Konvensi Bern juga menentukan

perlindungan yang khusus yaitu: (1) karya sinematografi diberikan

perlindungan selama 50 tahun setelah diumumkan; (2) karya cipta yang tidak

diketahui penciptanya diberikan perlindungan selama 50 tahun setelah

diketahui masyarakat; (3) karya cipta fotografi diberi perlindungan 25 tahun

setelah karya foto tersebut selesai dibuat.

Konvensi Bern tidak memaksakan kepada peserta konvensi untuk

mengikuti ketentuan lamanya masa perlindungan yang ditentukan. Pasal 7

ayat (6) dari konvensi tersebut, membolehkan negara peserta untuk

memberikan perlindungan untuk menentukan batas akhir perlindungan,

ditentukan pada Pasal 7 ayat (5), yaitu mulai dihitung sejak 1 Januari tahun

berikutnya setelah Pencipta meninggal dunia.

Konvensi Internasional Hak Cipta (UCC) 1952 revisi Paris 1971,

mengatur secara umum lamanya perlindungan hak cipta pada Pasal 4 ayat

(2a), yaitu lamanya perlindungan hak cipta tidak boleh kurang dari selama

hidup pencipta, dan 25 tahun setelah meninggal dunia. Pada ayat (2b)

ditentukan bahwa perlindungan hak cipta bisa didasarkan pada saat pertama

diumumkan, atau mulai didaftarkan. Lamanya perlindungan tidak boleh

kurang dari 25 tahun mulai pada saat pengumuman atau pendaftaran karya

cipta tersebut.

12
Praktek yang dianut oleh kebanyakan negara, pemberian perlindungan

secara umum atas hak cipta adalah selama hidup si pencipta ditambah, sekian

tahun setelah meninggal dunia. Tambahannya ada yang 50 tahun, kurang dari

50 tahun, tetapi ada juga negara yang memberikan tambahan lebih dari 50

tahun contohnya: Austria, Brazil, Colombia, Panama, dan Spanyol, sedangkan

Ivory Coast memberikan tambahannya 99 tahun.5

Copyright, Designs, and Patents Act 1988 menetapkan bahwa karya

sastra, drama, musik, atau seni dilindungi sampai berakhirnya 50 tahun

terhitung sejak berakhirnya tahun kalender meninggalnya si pencipta. Namun,

mulai i Juli 1955, di seluruh Masyarakat Eropa, perlindungan hak cipta

diperpanjang dari 50 tahun menjadi 70 tahun terhitung sejak meninggalnya

pencipta karya. Selain itu, Directive Eropa ini berlaku surut. Hasilnya, ada

karya yang sudah habis masa perlindungannya pada 30 Mei, sebulan

kemudian sudah kembali lagi dalam perlindungan hak cipta.6

Di Indonesia jangka waktu perlindungan hak cipta berdasarkan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, diberlakukan tidak

sama untuk setiap bidang ciptaan, untuk: (1) hak cipta atas ciptaan: buku,

pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya drama atau drama musikal tari,

koreografi, segala bentuk seni rupa, seni lukis, seni pahat, dan seni patung,

seni batik, lagu atau musik dengan atau tanpa teks, karya arsitektur, ceramah,

kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain, alat peraga, peta, terjemahan, tafsiran,

saduran, dan bunga rampai berlaku selama hidup pencipta ditambah 70 tahun

5
Ibid., hlm. 77.
6
Arthur Lewis, 2014, Dasar-Dasar Hukum Bisnis: Introduction to Business Law, PT. Nusa
Media, Bandung, hlm. 343.

13
kemudian setelah Pencipta meninggal dunia. Bila hak cipta tersebut dimiliki

oleh dua orang atau lebih, maka hak cipta berlaku selama hidup Pencipta yang

meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 tahun sesudahnya;

(2) karya cipta berupa: program komputer, sinematografi, fotografi, data base,

dan karya hasil pengalihwujudan, hak cipta berlaku 50 tahun sejak pertama

kali diumumkan; dan (3) karya cipta yang berupa seni terapan sejak pertama

kali diumumkan berlaku selama 25 tahun.7

Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja

untuk mengumumkanatau memperbanyak %iptaan yang dilindungi tersebut

kecuali dengan seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu perlindungan

Hak Cipta pada umumnya berlaku selama hidup pencipta dan terus

berlangsung hingga 50 lima puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia.

Namun demikian, pasal 30 UU Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta atas

Ciptaan:

a. program komputer

b. sinematografi

c. fotografi

d. database dan

e. karya hasil pengalihwujudan

berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan

7
Lihat ketentuan Pasal 58 dan 59 Undang-undang Hak Cipta.

14
2.3 Pengangkatan ke Layar Lebar

Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain yang

berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannyayang timbul secara otomatis setelah karyanya dilahirkan. Undang

Undang Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 1 angka 20 menyatakan bahwa, Lisensi

adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang Hak Cipta atau pemilik hak

terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya

atau produk hak terkait dengan syarat tertentu. Selanjutnya Pasal 16 ayat (2)

UUHC mengatur tentang peralihan hak cipta yaitu, hak cipta dapat beralih

atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagaian karena : perjanjian tertulis.

Dalam hal perjanjian tertulis yang dipaparkan sebelumnya peralihan atau

dialihkannya hak cipta tidak dapat dilakukan hanya dengan lisan saja, tetapi

harus dilakukan secara tertulis, baik dengan akta notaris maupun akta dibawah

tangan. Terkait kekuatan hukum atas akta dibawah tangan dalam Pasal 1875

KUH Perdata diatur bahwa, suatu 2 tulisan dibawah tangan yang diakui oleh

orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara

menurut undang undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang

orang yang menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang orang yang

mendapat hak dari pada mereka, bukti yang sempurna seperti suatu akta

otentik, dan demikian pula berlakulah ketentuan Pasal 1871 untuk perjanjian

tersebut itu. Menurut UUHC, untuk melaksakan haknya yaitu menikmati hasil

ciptaan dapat dilakukan dengan mengalihkan hak yang dimiliki. Hak yang

dialihkan pada dasarnya, tiada lain adalah pengalihan hak eksklusif pencipta

15
yang dapat berupa pihak yang ingin mengangkat film tersebutke layar

lebar.yang kemudian akan mengeksploitasi karya cipta yang bersangkutan.

Objek eksploitasi adalah hak ekonomikarya cipta seseorang pencipta dalam

jangka waktu tertentu.Caranya dengan mendayagunakan atau mengelola suatu

karya Pengertian eksploitasi suatu ciptaan dengan cara pengalihan hak cipta,

yang dikemukakan oleh WIPO (World Intellectual Property Organization)

atau organisasi atas kekayaan intelektual dunia, Dengan pengertian tentang

eksploitasi suatu ciptaan mempunyai hak ekonomi atas ciptaannya, yang

dieksploitasi pencipta dengan cara mengumumkan atau memperbanyaknya.

Pengalihan hak eksploitasi/hak ekonomi suatu ciptaan biasanya dilakukan

berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian. Ada dua

cara pengalihan ekonomi tersebut dalam praktik, yaitu:

1. Pengalihan hak eksploitasi/hak ekonomi dari Pencipta kepada Pemegang

Hak Cipta dengan memberikan izin berdasarkan suatu perjanjian yang

mencantumkan hak hak pemegang hak cipta dalam jangka waktu tertentu

untuk melakukan perbuatan – perbuatan tertentu dalam kerangka

eksploitasi ciptaan yang hak ciptanya tetap dimiliki oleh pencipta . untuk

pengalihan hak eksploitasi ciptaan yang hak ciptanya tetap dimiliki oleh

pencipta. Untuk pengalihan hak eksploitasi ini pencipta memperoleh suatu

jumlah tetentu sebagai imbalannya.

2. Pengalihan hak ekonomi secara assignment (penyerahan). Dengan

perkataan lain, pencipta menyerahkan seluruh hak ciptanya dengan cara

penyerahan. Hak cipta yang dijual untuk seluruhnya atau sebagiannya,

16
tidak dapat dijual untuk kedua kali oleh penjual yang sama. Ruang lingkup

perjanjian lisensi hak cipta meliputi semua perbuatan untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dan dengan kewajiban

memberikan royalti kepada pencipta atau pemegang hak cipta oleh

penerima lisensi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dan

berlangsung selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk

seluruh wilayah Republik Indonesia. Pemegang hak cipta tetap boleh

melaksanakan sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, agar dapat mempunyai

akibat hukum terhadap tuntutan pihakketiga, perjanjian lisensi wajib

dicatatkan sesuai dengan ketentuan Pasal 83 ayat (1) UUHC yang

mengatur bahwa, Perjanjian Lisensi harus dicatatkan oleh Mentri dalam

daftarumum perjanjian Lisensi Hak Cipta dengan dikenai biaya.

Selanjutnya diatur pula dalam Pasal 83 ayat (3) jika perjajian Lisensi tidak

dicatat dalam daftar umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

perjanjian Lisensi tersebut tidak mempunyai akibathukum terhadap pihak

ketiga Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diatas dapat diartikan

bahwa dalam perjanjian lisensi antara pencipta dengan pihak lain yang

menerima pengalihan hak cipta untuk dieksploitasi hak ekonominya,

merupakan suatu perjanjian keperdataan yang mengatur pengalihan hak

cipta dari pencipta kepada pihak lain (pemegang hak cipta), dimana

selanjutnya pemegang hak cipta akan mengumumkan atau memperbanyak

ciptaan yang dialihkan untuk dieksploitasi hak ekonominya berdasarkan

17
perjanjian tertulis yang disepakati antara pencipta dengan pemegang hak

cipta. Sehingga terlihat jelas bahwa dalam perjanjian lisensi ini, sesuai

dengan fungsi hak cipta, pengalihan yang dilakukan pada hakikatnya tiada

lain adalah hak eksklusif dari suatu ciptaan untuk mengumumkan atau

memperbanyak.

2.4 Dampak Peredaran Buku terhadap Buku yang Beredar Di Indonesia

18
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dalam kasus tn sastra,tn sastra merupakan pemegang hak cipta karena

seusai pengertian hak cipta di jelaskan di atas bawah pemegang hak cipta merukan

pemilik dari hak cipta tersebut namun untuk mendapatkan hak ekonomi perlu

adanya di lakukan pendaftaran dengan adanya pendaftaran tersebut maka dapat

mengurangi kerugian yang timbul dari peredaraan pembajakan atau penyiar tanpa

izin.

3.2 SARAN

Apabila adanya pengangkatan buku karya tn sastra ke layar lebar dan di

ubah bahasanya perlu adanya perlindungan hukum di luar indonesia,dengan cara

mendaftarkankarya sastranya tersebut ke dalam pendaftran hak cipta di suatu

negara tersebut untuk mendapaktan perlindungan hukum di negara tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arthur Lewis, Dasar-Dasar Hukum Bisnis: Introduction to Business Law, PT.


Nusa Media, Bandung, 2014.

Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2012.

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011.

Muhammad Ahkam Subroto & Suprapedi, Pengenalan HKI: Konsep Intelektual


untuk Penumbuhan Inovasi, PT. Macanan Jaya Cemerlang, Indonesia, 2008.

Peraturan Perundang-Undangan Hukum Hak Cipta

Kitab Undang-Undang Perdata

20
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Landasan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Dasar Hukum ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 9

2.1 Perlindungan Hak Terhadap Karya TN. Sastra ......................... 9

2.2 Sejauh Mana Haknya Terlindungi ............................................. 12

2.3 Pengangkatan ke Layar Lebar ................................................... 15

2.4 Dampak Peredaran Buku terhadap Buku yang Beredar di

Indonesia .................................................................................... 18

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 19

3.2 Saran .......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

21

Anda mungkin juga menyukai