Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE

DI RW III KELURAHAN GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT

KABUPATEN SEMARANG

Disusun Oleh :

RIZQI RACHMILIA

P1337420916025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK

A. Konsep Dasar Penyakit Stroke Non Hemoragik


1. Pengertian
Menurut Corwin (2009), Stroke non hemoragik adalah terjadinya
penyumbatan arteri akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau
embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan
gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis
pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar
seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral
sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan
terjadinya infark.
Dari beberapa pengertian stroke diatas, Penyusun menyimpulkan stroke
non hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh
sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis,
arteritis , trombus dan embolus.

2. Epidemologi

Stroke adalah penyebab kematian ketiga pada orang dewasa dan lansia
di Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke lebih dari
200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000 per tahun.
Dua per tiga kasus stroke terjadi pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
Berdasarkan data dari seluruh dunia, penyakit stroke adalah penyebab kematian
tersering pertama dan kedua dan menempati urutan kelima dan keenam sebagai
penyebab kecacatan (Price, 2006).
Stroke iskemik merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian
yang tinggi. Angka kematian tersebut berbeda antara populasi kulit hitam dan
kulit putih. Angka kematian pada pria kulit hitam adalah 50,9 per 100.000
populasi dan 39,2 per 100.000 wanita kulit hitam. Sedangkan angka kematian
pada pria kulit putih adalah 26,3 per 100.000 dan 22,9 per 100.000 pada wanita
kulit putih. Alasan yang tepat mengenai perbedaan ini tidak diketahui dengan
pasti, tetapi diperkirakan bahwa faktor genetik, geografi dan budaya ikut
berpengaruh (Wikipedia, 2009).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kian meningkat dari tahun ke
tahun. Sekitar 28,5% penderita penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia.
Berdasarkan hasil laporan bagian Rekam Medis RS Sanglah Denpasar,
didapatkan data pasien yang menderita stroke tahun 2002 sebagai berikut :
pasien yang rawat inap 659 orang, dimana 310 orang (47%) diantaranya
dengan SH, 349 orang (53%) dengan SNH dengan jumlah pasien meninggal
dunia 149 orang, rawat jalan sebanyak 1482 orang. Tahun 2003, pasien rawat
inap dengan stroke 738 orang, dirawat dengan SH sebanyak 340 orang (47%),
SNH 398 orang (54%) dan yang meninggal dunia 129 orang, dirawat jalan
sebanyak 1409 orang. Tahun 2004 rawat inap sebanyak 662 orang, dirawat
dengan SH 255 orang (44,6%), dengan SNH 367 orang (55,4%), meninggal
dunia 107 orang, pasien rawat jalan 1528 orang. Data di atas menunjukkan
tingginya angka kejadian SNH dibanding SH.

3. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab Stroke non hemoragik
diakibatkan oleh:
1. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkanoedema dan kongesti disekitarnya.Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak: Ateroskelosis,
hiperkoagulasi pada polisetimia, arthritis dan emboli.
2. Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara.
Faktor – faktor resiko stroke non hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes
Mellitus, merokok, minum alkohol, strees dan gaya hidup yang salah,
Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi), Kolesterol tinggi, Penyalahgunaan obat (kokain), makanan
lemak dan faktor usia (Arif Muttaqin, 2008).
Pendapat lain dikemukakan oleh Junaidi, 2006 yang menyatakan ada
beberapa etiologi lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke non
hemorhagik, antara lain :
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan yang
terbentuk menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah sehingga
mengganggu aliran darah.
2. Emboli
Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah.
Biasanya benda asing ini berasal dari trombus yang terlepas dari
perlekatannya dalam pembuluh darah jantung, arteri atau vena.
3. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju otak. Yang mampu berperan sebagai faktor risiko
stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.
4. Obat-obatan’
Ada beberapa obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah
otak.
5. Hipotensi atau hipertensi.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke
bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Sedangkan Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah
maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak
menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel – sel otak
akan mengalami kematian.
4. Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak
aterosklerosis yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari
pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak yang secara
perlahan akan memperbesar ukuran plak sehingga terbentuk trombus
(Sudoyo, 2006).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan
terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu
menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel
otak akan mengalami kekurangan nurisi dan juga oksigen, sel otak yang
mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu
asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel
otak dan kalium meninggalkan selotak sehingga terjadi edema setempat.
Kemudian kalsium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas
sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh
mengalami defisit neurologis lalu mati (Esther, 2010).

Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh trombus dan


emboli akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh
darah, jika hal ini berlanjut terus-menerus maka jaringan tesebut akan
mengalami infark. Dan kemudian akan mengganggu sistem persyarafan
yang ada di tubuh seperti : penurunan kontrol volunter yang akan
menyebabkan hemiplagia atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami
hambatan mobilitas, defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan
tubuh untuk merawat diri sendiri, pasien tidak mampu untuk makan
sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Defisit neurologis juga akan
menyebabkan gangguan pencernaan sehingga mengalami disfungsi kandung
kemih dan saluran pencernaan lalu akan mengalami gangguan eliminasi.
Karena ada penurunan kontrol volunter maka kemampuan batuk juga akan
berkurang dan mengakibatkan penumpukan sekret sehingga pasien akan
mengalami gangguan jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu
menggerakkan otot-otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan
komunikasi verbal berupa disfungsi bahasa dan komunikasi.
5. Klasifikasi
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Tarwoto dkk, (2007) adalah :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam.
b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam
waktu 1-3 minggu.
c. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampe bebrapa hari.
d. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa hari
e. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.

6. Tanda Dan Gejala


Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011)
antara lain :
a. Hipertensi
b. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan visual
e. Gangguan keseimbangan
f. Nyeri kepala (migran, vertigo)
g. Muntah
h. Disatria (kesulitan berbicara)
i. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor,
koma)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-
tanda vital: tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bervariasi
c. Kepala
 Inspeksi : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, pertumbuhan
rambut merata
 Palpasi : Tidak ada benjolan, atau masa
d. Mata
 Inspeksi : warna konjungtiva merah mudah, sklera putih, pupil
isokor
e. Hidung
 Inspeksi : Nafas cepat, sesak nafas
 Palpasi : Nyeri tekan sinisitis (-)
f. Telinga
 Inspeksi : Daun telinga simetris, tidak ada serumen.
g. Mulut
 Inspeksi : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal, kesulitan menelan dan kesulitan
membuka mulut.
h. Wajah
 Inspeksi : Wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang
sehat.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus.
i. leher
 Inspeksi : Keadaan leher
 Palpasi : Tidak ada pembesaran kelelenjar limfe, kelenjar tyroid, dan
vena jugularis
j. Dada
 Inspeksi : Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan
 Palpasi : Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Ada suara nafas tambahan
k. Abdomen
 Inspeksi : Warna kulit sama seperti sekitarnya, tidak ada benjolan
 Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
 Perkusi : Terdengar suara timpani
 Auskultasi : Peristaltik menurun
l. Genetalia
 Inspeksi : Bersih
 Palpasi : -
m. Intergumen
 Inspeksi : Tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan jelek, decubitus
 Palpasi : Turgor kulit kembali dalam >2 detik
n. Ektermitas
 Inspeksi : Bentuk normal jari lengkap, hemiplegia, hemiparesis,
fasikulasi.
 Palpasi : Turgor kilit jelek,
 Perkusi : Bisep (-), trisep (-)

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
g. Pemeriksaan Laboraturium
1) Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin.
3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

9. Diagnostik
Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan MRI atau
CT scan tanpa kontras untuk membedakan antara stroke iskemik dan
hemoragik serta mengidentifikasi adanya efek tumor atau massa
(kecurigaan stroke luas). Stroke iskemik adalah diagnosis yang paling
mungkin bila CT scan tidak menunjukkan perdarahan, tumor, atau infeksi
fokal, dan bila temuan klinis tidak menunjukkan migren, hipoglikemia,
ensefalitis, atau perdarahan subarakhnoid (Goldszmidt et al., 2009).
Pencitraan otak atau CT scan dan MRI adalah instrumen diagnosa
yang sangat penting karena dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
stroke yang diderita oleh seseorang. Hasil CT scan perlu diketahui terlebih
dahulu sebelum dilakukan terapi dengan obat antikoagulan atau antiagregasi
platelet. CT scan dibedakan menjadi dua yaitu, CT scan non kontras yang
digunakan untuk membedakan antara stroke hemoragik dengan stroke
iskemik yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan penyebab
lain yang memberikan gambaran klinis menyerupai gejala infark atau
perdarahan di otak, misalnya adanya tumor. Sedangkan yang kedua adalah
CT scan kontras yang digunakan untuk mendeteksi malformasi vaskular
dan aneurisme.

10. Penatalaksanaan
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk
menstabilkan pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk
diantaranya pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60
menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada manajemen akut ini
mencakup perlu tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan
menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian terapi trombolitik.
a. Penatalaksanaan Umum
1) Airway and breathing
Pasien dengan GCS ≤ 8 atau memiliki jalan napas yang tidak
adekuat atau paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tanda-tanda
peningkatan tekanan eficitnial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan
untuk mencegah efek samping dari intubasi. Pada kasus dimana
kemungkinan terjadinya herniasi otak besar maka target Pco 2 arteri
adalah 32-36 mmHg.
Dapat pula diberikan manitol intravena untuk mengurangi
edema serebri. Pasien harus mendapatkan bantuan oksigen jika pulse
oxymetri atau pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan terjadinya
hipoksia. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia pada
stroke non hemoragik adalah adanya obstruksi jalan napas parsial,
hipoventilasi, atelektasis ataupun GERD.
2) Circulation
Pasien dengan stroke non hemoragik akut membutuhkan terapi
intravena dan pengawasan jantung. Pasien dengan stroke akut berisiko
tinggi mengalami aritmia jantung dan peningkatan biomarker jantung.
Sebaliknya, atrial fibrilasi juga dapat menyebabkan terjadinya stroke.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi (Arif Muttaqin, 2008).
1) Terapi antikoagulan
Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan
riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar.
2) Penytonin (dilantin) dapat di gunakan untuk mencegah kejang .
3) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk menghancurkan
trombotik dan embolik
4) Epsilon-aminocaproic acid (amicar) dapat digunakan untuk stabilkan
bekuan di atas anurisma yang ruptur.
5) Calcium channel blocker (nimodipine) dapat di berikan untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah
6) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
e) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
c. Penatalaksanaan Farmakologi (Arif Muttaqin, 2008).
1) Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
2) Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah
pada daerah yang di pengaruhi.

11. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2006) meliputi hipoksia serebral,
penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera, embolisme.
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Luasnya area cidera
d. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian trombus lokal.

12. Prognosis
Dari penelitian ditemukan bahwa, rasio mortilitas pada 30 hari setelah
stroke adalah sebesar 28%, rasio mortalitas pada stroke iskemik adalah 19%
dan ketahanan hidup pasien 1 tahun paska stroke iskemik adalah 77%. Stroke
berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah defisit, yang paling penting adalah sifat
dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,
penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi
prognosis.
Secara keseluruhan, didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10
tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia
lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode
akut, sekitar satu setengah sampai dua pertiga kembali fungsi independen,
sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional (George et al,
2009).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Non


Hemoragik
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (ras kulit hitam),
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk memimta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain. bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan adanya penurunan
atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial. Keluhan perubahan juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kemungkinan adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetes mellitus, penyakit jangtung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, penyakit
jantung, cacat pada bentuk pembuluh darah (factor genetic paling
berpengaruh), gaya hidup dan pola makan keluarga (biasanya sulit diubah),
diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
g. Riwayat psikososiospiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Dalam pola penanganan
stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
Karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam
pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah
spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
h. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
Pada pasien dengan stroke biasanya menderita obesitas,dan hipertensi
2) Pola nutrisi metabolic
Pada pasien dengan penyakit stroke non hemoragik biasanya terjadi
penurunan nafsu makan, mual dan muntah selama fase akut
(peningkatan tekanan intracranial), kehilangan sensori (rasa kecap)
pada lidah, pipi dan tenggorokan, peningkatan lemak dalam darah.
3) Pola eliminasi
Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya terjadi perubahan pola
berkemih seperti inkontinensia urine, distensi abdomen (distensi
kandung kemih berlebihan), dan bising usus negative.
4) Pola aktivitas latihan
Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya merasa kesulitan untuk
melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis (hemilegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat
(nyeri / kejang otot) serta kaku pada tengkuk.
5) Pola istirahat tidur
Selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial), pasien dengan
penyakit stroke mengalami ketergangguan / kenyamanan tidur dan
istirahat karena nyeri dan sakit kepala.
6) Pola kognitif persepsi
Pasien dengan penyakit stroke terjadi gangguan pada fungsi kognitif,
penglihatan, sensasi rasa, dan gangguan keseimbangan
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi pada peningkatan
rasa kekhawatiran klien tentang penyakit yng dideritanya serta pada
pasien juga akan mengalami harga diri rendah.
8) Pola peran hubungan
Pada pasien dengan penyakit stroke peran hubungannya akan
terganggu karena pasien mengalami masalah bicara dan
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi masalah pada pola
reproduksi dan seksualitasnya karena kelemahan fisik dan gangguan
fungsi kognitif.
10) Pola koping dan toleransi stress
Dengan adanya proses penyembuhan penyakit yang lama, akan
menyebabkan meningkatnya rasa kekhawatiran dan beban pikiran
bagi pasien stroke.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Karena nyeri kepala, pusing, kaku tengkuk, kelemahan, gangguan
sensorik dan motorik menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah
pasien.

2. Pathway
Terlampir

3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
3) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system
saraf pusat.
4) Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebri.

4. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Ketidakefektifan NOC : NIC
perfusi jaringan  Circulation status Peripheral Sensation Management
cerebral  Tissue perfusion : cerebral (manajemen sensasi perifer)
berhubungan Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan 1. Monitor adfanya daerah tertentu yang
dengan gangguan status sirkulasi yang ditandai dengan : hanya peka terhadap
transport oksigen  Tekanan systole dan diastole dalam panas/dingin/tajam/tumpul
melalui alveoli dan rentang yang diharapkan 2. Monitor adanya paretese
membrane kapiler  Tidak ada ortostatik hipertensi 3. Instruksikan keluarga untuk
 Tidak ada tanda – tanda peningkatan mengobservasi jika ada isi atau
tekanan intracranial (tidak lebih dari laserasi
15 mmhg) 4. Gunakan sarung tangan untuk
Mendemonstrasikan kemampuan proteksi
kognitif yang ditandai dengan : 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Berkomunikasi dengan jelas dan punggung
sesuai dengan kemampuan 6. Monitor kemampuan BAB
 Menunjukkanperhatian, konsentrasi 7. Kolaborasi pemberian analgetik
dan orientasi 8. Monitor adanya tromboplebitis
 Memproses informasi 9. Diskusikan mengenai penyebab
 Membuat keputusan dengan benar perubahan sensasi
Menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan –
gerakan involunter
2 Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik  Joint movment : Active Exercise therapy : ambulation
berhubungan  Mobility level 1. Memonitoring vital sign sebelum/
dengan gangguan  Selft care : ADLs sesudah latihan dan lihat respon
neuromuskular  Transfer performance pasien saat latihan
Kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
 Klien meningkat dalam aktivitas tentang rencana ambulasi sesuai
fisik dengan kebutuhan
 Mengerti tujuan dari peningkatan 3. Bantu klien untuk menggunakan
mobilitas tongkat saat berjalan dan cegah
 Memverbalisasikan perasaan dalam terhadap cedera
meningkatkan kekuatan dan 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
kemampuan berpindah lain tentang teknik ambulasi
5. Kaji kemampuan psien dalam
ambulasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu pemenuhi
kebutuhan ADLs pasien
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
3 Hambatan NOC : NIC :
komunikasi verbal  Pencegahan aspirasi Aspirasi Precautions
berhubungan  Ketidakefektifaan pola menyusui 1. Memantau tingkat kesadaran, reflex
dengan perubahan  Status menelan : tindakan pribadi batuk, reflex muntah, dan
system saraf pusat untuk mencegah pengeluaran cairan kemampuan menelan
dan partikel padat kedalam paru 2. Memonitor status paru
 Status menelan : fase esophagus : ,menajaga/mempertahankan jalan
penyaluran cairan atau partikel padat nafas
dari faring ke lambung 3. Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
 Status menelan : fase oral : mungkin
persiapan , penahanan, dan 4. Jauhkan manset trakea meningkat
pergerakan cairan atau partikel padat 5. Jauhkan pengaturan hisap yang
kea rah posterior di mulut tersedia
 Status menelan : fase faring 6. Menyuapkan maknan dalam jumlah
:penyaluran cairan atau partikel padat kecil
dari mulut ke esophagus 7. Periksa penempatan tabung NG atau
Kriteria hasil : gastrostomy sebelum menyusui
 Dapat mempertahankan makanan 8. Periksa tabung NG atau gastrostomy
dalam mulut sisa sebelum makan
 Kemampuan menelan adekuat 9. Hindari makan,jika residu tinggi
 Pengiriman bolus ke hipofaring tempat “pewarna “ dalam tabung
selaras dengan reflex menelan pengisi NG
 Kemampuan untuk mengosongkan 10. Hindari cairan atau
rongga mulut menggunakan zat pengental
 Mampu mengontrol mual dan muntah 11.Penawaran makanan atau cairan yang
 Imobilitas konsekuensi : fisiologis dapat dibentuk menjadi bolus
 Penegtahuan tentang prosedur sebelum menelan
pengobatan 12. Potong makanan menjadi
 Tidak ada kerusakan otot potongan –potongan kecil
tenggorokan atau otot wajah, 13. Permintaan obat dalam bentuk
menelan, menggerakkan lidah, atau obat mujarab
reflus muntah 14. Istirahat atau menghancurkan pil
 Pemulihan pasca prosedur sebelum pemberian
pengobatan 15. Jauhkan kepala tempat tidur
 Kondisi pernafasan, ventilasi adekuat ditinggikan 30 sampai 45 menit
 Mampu melakukan perawatan setelah makan
terhadap non pengobatan parenteral 16. Sarankan pidato/berbicara
 Mengidentifikasi factor emosi atau patologi berkonsultasi, sesuai
psikologis yang menghambat 17. Sarankan barium menelan kue
menelan atau video fluoroskopi,sesuai
 Dapat mentoleransi ingesti makanan
tanpa tersedak atau aspirasi
 Menyusui adekuat
 Kondisi menelan bayi
 Memelihara kondisi gizi: makanan
adan asupan cairan ibu dan bayi
 Hidrasi tidak ditemukan
 Pengetahuan mengenai cara
menyusui
 Kondisi pernafasan adekuat
 Tidak terjadi gangguan neurologis

4 Gangguan menelan NOC NIC


berhubungan  Anxiety self control Communication Enhancement:Speech
dengan paralisis  Coping Deficit
serebri  Sensory Function ; 1. Gunakan penerjemah, jika
hearing& vision diperlukan
 Fear self control 2. Beri satu kalimat simple setiap
Kriteri hasil bertemu, jika diperlukan
 Komunikasi: penerimaan, interpretsi 3. Konsultasikan dengan dokter
dan ekspresi pesan kebutuhan terapi wicara
 Lisan tulisan dan non verbal 4. Dorong pasien untuk berkomunikasi
meningkat secara perlahan dan untuk
 Komunikasi ekspresif (kesulitan mengulangi permintaan
berbicara) : ekspresi peran verbal dan 5. Dengarkan dengan penuh perhatiaan
atau non verbal yang bermakna 6. Berdiri didepan pasien ketika
 Komunikasi reseptif (kesuliatan berbicara
mendengar) : penerimaan komunikasi 7. Gunakan kartu baca, kertas pensil,
dan interpretasi pesan verbal dan/ atau bahasa tubuh, gambar, daftar kosa
non verbal kata, bahasa asing, computer dua
 Gerakan terkoordinasi : mampu arah yang optimal
mengkoordinasi gerakan dalam 8. Ajarkan bicara dari esophagus, jika
menggunakan isyarat diperlukan
 Pengolahan informasi : klien mampu 9. Berikan anjuran kepada dan
untuk memperoleh, mengatr dan keluarga tentang penggunaan alat
menggunakan informasi bantu bicara (misalnya, prostesi
 Mampu mengontrol respon ketakutan trakeoesofagus dan laring buatan
dan kecemasan terhadap ketidak 10. Berikan pujian positive, jika
mampuan berbicara diperlukan
 Mampu memanajemen kemampuan 11. Anjurkan pada pertemuan kelompok
fisik yang dimiliki 12. Anjurkan kunjungan kelurga secara
 Mampu mengkomunikasikan teratur untuk memberi stimulas
kebutuhan dengan lingkungan sosial komunikasi
13. Anjurkan ekspresi diri dengan cara
lain dalam menyampaikan informasi
(bahasa isyarat)
 Communication Enhancemen :
Hearing Deficit
 Communication Visual Deficit
 Anxiety Reducation
 Active Listening

 Evaluasi
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler.
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih
dari 15 mmhg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkanperhatian, konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan benar

Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat


kesadaran membaik, tidak ada gerakan – gerakan involunter
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
3) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system saraf
pusat.
 Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
 Kemampuan menelan adekuat
 Pengiriman bolus ke hipofaring selaras dengan reflex menelan
 Kemampuan untuk mengosongkan rongga mulut
 Mampu mengontrol mual dan muntah
 Imobilitas konsekuensi : fisiologis
 Penegtahuan tentang prosedur pengobatan
 Tidak ada kerusakan otot tenggorokan atau otot wajah, menelan,
menggerakkan lidah, atau reflus muntah
 Pemulihan pasca prosedur pengobatan
 Kondisi pernafasan ,ventilasi adekuat
 Mampu melakukan perawatan terhadap non pengobatan parenteral
 Mengidentifikasi factor emosi atau psikologis yang menghambat
menelan
 Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau aspirasi
 Menyusui adekuat
 Kondisi menelan bayi
 Memelihara kondisi gizi: makanan adan asupan cairan ibu dan bayi
 Hidrasi tidak ditemukan
 Pengetahuan mengenai cara menyusui
 Kondisi pernafasan adekuat
 Tidak terjadi gangguan neurologis

4) Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebri.


 Komunikasi: penerimaan, interpretsi dan ekspresi pesan
 Lisan tulisan dan non verbal meningkat
 Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) : ekspresi peran verbal dan
atau non verbal yang bermakna
 Komunikasi reseptif (kesuliatan mendengar) : penerimaan komunikasi
dan interpretasi pesan verbal dan/ atau non verbal
 Gerakan terkoordinasi :mampu mengkoordinasi gerakan dalam
menggunakan isyarat
 Pengolahan informasi : klien mampu untuk memperoleh, mengatr dan
menggunakan informasi
 Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidak
mampuan berbicara
 Mampu memanajemen kemampuan fisik yang dimiliki
 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R.Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta;
Salemba Medika.
Stanley, Mickey dan Patricia.(2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:
EGC
Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer.(2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Intranatal
    LP Intranatal
    Dokumen19 halaman
    LP Intranatal
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mobilisasi
    LP Mobilisasi
    Dokumen15 halaman
    LP Mobilisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Intranatal
    LP Intranatal
    Dokumen20 halaman
    LP Intranatal
    Rizqi
    Belum ada peringkat
  • LP Intranatal
    LP Intranatal
    Dokumen20 halaman
    LP Intranatal
    Rizqi
    Belum ada peringkat
  • PERSIAPAN INTRANATAL
    PERSIAPAN INTRANATAL
    Dokumen16 halaman
    PERSIAPAN INTRANATAL
    Maftuh Arifiin
    50% (2)
  • LP Tumor Parotis
    LP Tumor Parotis
    Dokumen13 halaman
    LP Tumor Parotis
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke
    LP Stroke
    Dokumen1 halaman
    LP Stroke
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Panti
    LP Panti
    Dokumen14 halaman
    LP Panti
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mobilisasi
    LP Mobilisasi
    Dokumen15 halaman
    LP Mobilisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Panti
    LP Panti
    Dokumen14 halaman
    LP Panti
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP NSTEMI
    LP NSTEMI
    Dokumen11 halaman
    LP NSTEMI
    Rosiana Kurnia Shabella
    Belum ada peringkat
  • Askep Psikosiallllll
    Askep Psikosiallllll
    Dokumen13 halaman
    Askep Psikosiallllll
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Tumor Parotis
    LP Tumor Parotis
    Dokumen13 halaman
    LP Tumor Parotis
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mobilisasi
    LP Mobilisasi
    Dokumen12 halaman
    LP Mobilisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mobilisasi
    LP Mobilisasi
    Dokumen15 halaman
    LP Mobilisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mobilisasi
    LP Mobilisasi
    Dokumen14 halaman
    LP Mobilisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • KB KDP Nutrisi
    KB KDP Nutrisi
    Dokumen11 halaman
    KB KDP Nutrisi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • KB KDP Nutrisi
    KB KDP Nutrisi
    Dokumen2 halaman
    KB KDP Nutrisi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Senam Kaki
    Leaflet Senam Kaki
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Senam Kaki
    Febriana Dwie Sastrowiyono Miharjo
    Belum ada peringkat
  • KB KDP Nutrisi
    KB KDP Nutrisi
    Dokumen11 halaman
    KB KDP Nutrisi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • LP Mengioma
    LP Mengioma
    Dokumen17 halaman
    LP Mengioma
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Resume Imunisasi
    Resume Imunisasi
    Dokumen11 halaman
    Resume Imunisasi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • KB KDP Nutrisi
    KB KDP Nutrisi
    Dokumen2 halaman
    KB KDP Nutrisi
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM 3j
    Leaflet DM 3j
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DM 3j
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Antenatal Fix
    Asuhan Keperawatan Antenatal Fix
    Dokumen7 halaman
    Asuhan Keperawatan Antenatal Fix
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Sop Perawatan Luka Annisah
    Sop Perawatan Luka Annisah
    Dokumen5 halaman
    Sop Perawatan Luka Annisah
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM 3j
    Leaflet DM 3j
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DM 3j
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Hipospadia
    Komplikasi Hipospadia
    Dokumen2 halaman
    Komplikasi Hipospadia
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat
  • Antenatal
    Antenatal
    Dokumen7 halaman
    Antenatal
    NurmasCahayaFitri
    Belum ada peringkat