Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Agropastural

Sistem pertanian terpadu (SPT) merupakan suatu sistem yang


menggabungkan peternakan konvensional, budi daya perairan, hortikultura,
agroindustri, dan segala aktivitas pertanian. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak
digunakan untuk memupuk tanaman, dan residu tanaman digunakan sebagai
pakan ternak (Nurhidayati et al., 2008). SPT mampu menyediakan sarana
produksi yang diperlukan seperti bahan bakar, pupuk, dan makanan, di samping
produktivitas terus meningkat. Hal itu dapat mengubah sistem pertanian yang
penuh risiko ke arah sistem pertanian ekonomis dan kondisi ekologi seimbang.
Prinsip dasar pertanian berkelanjutan adalah membuang metode produksi
dengan penggunaan input yang bersumber dari industri dan menemukan sistem
input luar yang efektif, produktif dan murah. Melibatkan lebih banyak petani,
menghargai dan memahami kearifan lokal dalam pengelolaan pertanian dan
sumberdaya alam. Melaksanakan konservasi sumberdaya aktif yang terintegrasi
dalam kerangka sistem produksi (Shepherd, 1998). SEARCA (1995)
menyebutkan bahwa tujuan dari pertanian berkelanjutan adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Hal ini dapat dicapai melalui
pengembangan ekonomi, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan dan
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, kebebasan dan pemberdayaan
petani, jaminan stabilitas lingkungan (aman, bersih, seimbang, dan terbarukan),
dan fokus pada tujuan-tujuan produktivitas jangka panjang.
Menurut Handaka et al. (2009) sistem pertanian terpadu tanaman dan
ternak atau agropastural adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh
keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan
usaha tani atau dalam suatu wilayah. Keterkaitan merupakan faktor pemicu dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan dan pertanian
terpadu mengurangi risiko kegagalan panen.

Padi

Menurut BPS (2018), jumlah penduduk indonesia pada tahun 2017 adalah
261.89 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.34%. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi laju pertambahan penduduk diantaranya
angka kematian dan angka kelahiran. Angka kematian sebesar 2.5% dan angka
kelahiran sebesar 2.33%. Angka konsumsi beras perkapita mencapai 114.6
kg/tahun. Pada tahun 2016, produktivitas padi sawah Indonesia menduduki
peringkat ke-10 dari 30 negara penghasil beras di dunia dan di kawasan Asia
menduduki peringkat ke-3 setelah China dan Vietnam (Badan Litbang Pertanian,
2016). Saat ini, pemerintah memusatkan perhatian untuk meningkatan produksi
padi secara efisien dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan karena
berkaitan dengan daya saing produksi.
Menurut Hadipernata et al. (2012) rendemen dedak bersih adalah 75.60%
dari bobot sekam padi. Jadi dari 1500 kg sekam padi menghasilkan 1134 kg dedak
dan 366 kg kotoran sekam padi. Kandungan unsur nitrogen (N) dalam sekam padi
yaitu 0.34% (Pujotomo, 2017), pupuk kandang 0.1%, dan jerami 0.6% (Ansari et
al., 2014). Kandungan N pada dedak sendiri disamakan dengan kandungan N
pada sekam padi. Kebutuhan air padi adalah 650 mm/ha/musim (Fuadi et al.,
2016). Input dan output padi dapat dilihat pada tabel dibawah.
Kegiatan Volume Satuan Harga/satuan Jumlah
Biaya Sarana Produksi
Benih 30 Kg Rp 25,000 Rp 750,000
Pupuk
Urea 150 Kg Rp 1,900 Rp 285,000
SP-36 100 Kg Rp 2,000 Rp 200,000
KCL 75 Kg Rp 3,900 Rp 292,500
Pupuk Kandang 500 Kg Rp 500 Rp 250,000
Pestisida 1 Paket Rp 692,000 Rp 692,000
Biaya Tenaga Kerja
Manusia 128.42 HOK Rp 60,000 Rp 7,705,200
Traktor 1.71 HOK Rp 467,836 Rp 800,000
Trasher 1.29 HOK Rp 570,930 Rp 736,500
Jasa penggilingan padi 4500 Kg Rp 500 Rp 2,250,000
Total Pengeluaran Rp 13,961,200
Output
Beras 4500 Kg Rp 9,000 Rp 40,500,000
Sekam 366 Kg Rp 500 Rp 183,000
Jerami 16617 Kg Rp 200 Rp 3,323,400
Dedak 1134 Kg Rp 4,000 Rp 4,536,000
Total Pendapatan Rp 48,542,400
Pendapatan Bersih Rp 34,581,200
B/C ratio 2.48
Sumber: Umar dan Indrayati, 2013

Ayam
Input dan output ayam petelur
Konsumsi daging ayam perkapita adalah 44.64 kg/tahun. Konsumsi telur
ayam perkapita yaitu 763 butir/hari (BPS, 2018). Peternakan ayam petelur
umumnya diusahakan secara intensif, menggunakan berbagai jenis input seperti
bibit day old chick (DOC), pakan, investasi dan biaya pemeliharaan kandang,
tenaga kerja, dan living cost atau biaya hidup selama pemeliharaan dalam proses
produksi, sehingga relatif padat modal (Paly, 2011). Dengan kata lain, harus
mengeluarkan biaya input yang lumayan tinggi, sementara efisiensi sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang dikorbankan. Karena itu, efisiensi
skala dan intensitas penggunaan input menjadi penting. Efisiensi skala adalah
tingkat penggunaan keseluruhan input yang optimum (menguntungkan),
sementara intensitas penggunaan input lebih kepada tingkat penggunaan input
secara parsial (individu) yang optimum (Nahriyanti, 2008; Cyrilla dan Putri, 2010;
Chintia et al, 2014).
Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara sebagai ayam penghasil
telur. Terdapat dua tipe ayam ras petelur yaitu ayam petelur ringan dan ayam
petelur medium. Ayam petelur ringan bisa menghasilkan lebih dari 260 butir telur
pertahunya. Ayam jenis ini sangat sensitif pada suasana dan cuaca. Pakan yang
diperlukan oleh satu ekor ayam petelur yang berbobot 2 kg adalah sekitar 400
g/hari dengan kandungan protein sekitar 16-17%. Tenaga kerja yang diperlukan
pada budidaya ayam petelur yang dikelola secara manual untuk 2,000 ekor ayam
ras petelur mampu dipelihara oleh satu pria orang dewasa/hari. Bila menggunakan
alat otomatis maka untuk 6,000 ekor ayam petelur cukup satu orang pria dewasa
sebagai tenaga kandang dalam melakukan tugas sehari-hari (Rasyaf, 2005).
Tingkat kematian ayam petelur per tahun adalah 2% dari jumlah populasi.
Menurut penelitian Sanituri (2011), luas lahan yang digunakan oleh
PT.Sierat,Tbk adalah 1.5 ha. Biaya tetap meliputi biaya pembuatan kandang dan
sarana produksi. Kandang ayam terdiri dari dua yaitu kandang DOC dan kandang
layer. Total biaya pembuatan 1 unit kandang DOC dan 11 unit kandang layer
adalah Rp20,000,000,00 dan Rp300,000,000. Total populasi ayam yang ada
adalah 13,000 ekor. Biaya tetap dapat dilihat pada tabel dibawah.
No Uraian Satuan Jumlah Harga Biaya/Tahun
1 Gaji Karyawan
a. Kepala Kandang Orang 1 2.000.000 24.000.000
b. Administrasi Orang 1 1.300.000 15.600.000
c.Supir Orang 1 1.100.000 14.400.000
d.Bagian Produksi Orang 14 800.000 134.400.000
2 ATK 200.0000 1.400.000
3 Rekening
a. Listrik Bulan 3.000.000 36.000.000
b. Telepon Bulan 200.000 2.400.000
4 Pemeliharaan Tahun 34.721.000
Investasi
5 Penyusutan 64.523.762
6 Pajak Mobil Tahun 1.000.000
7 BBM Liter 223 1.003.500 12.042.000
8 PBB Tahun 280.000
TOTAL 347.132.166.67

Pemenuhan jumlah ayam petelur yang dilakukan diusahakan 100 persen


diperoleh dengan membeli dari produsen bibit atau DOC yaitu PT.Sierat,Tbk
seharga Rp 3.500,00 per ekor dengan umur DOC nol hari ( starter ). DOC
dibesarkan di kandang starter sampai berumur satu bulan, kemudian dipindahkan
kekandang grower. Pada kondisi ini , menunjukkan keadaan usaha ketika belum
melakukan pengembangan usaha atau penambahan jumlah kapasitas ayam ras
petelur. Ayam petelur akan mulai memproduksi telur ketika berumur 5 bulan.
Harga 1 kilogram telur adalah Rp 13,200,00. Sedaangkan untuk harga ayam afkir
DLF mematok Rp 30.000,00 per ekor dan kotoran ayam Rp 4,500,00 per karung
yang berisi. Total produksi kotoran ayam yaitu 1,000 karung perbulan. Fauziah
(2009) menyebutkan bahwa total feses ayam petelur yang dihasilkan perhari
adalah 150 g/ekor. Kandungan kotoran ayam petelur antara lain N 5-8%, P 1-2%,
K 1-2%, dan Mg 0.6-3%. Total biaya variabel produksi 13,000 ekor ayam petelur
selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah.
No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Jumlah pertahun
1 DOC Ekor 13,000 3,500 45,500,00
0
2 Sekam Karung 360 1,200
432,000
3 Karung Bekas 20,000 1,000 20,000,00
Buah 0
4 Pakan
- Jagung Kg 14,000 45,500.000
3,250
- Dedak Kg 4000 2,000 8,000,000
- Kulit Kerang Karung 80 3,000 240,000
- Konsentrat Kg 14,000 5,000 70, 000,000
- Ikan Kg 3000 2,500 7,500,000
5 Sekam padi 120 1,000 120,000
Kg
6 Spidol Buah 6 5.000 30,000
7 Insentif 17 50.000 8,500,000
Orang
8 Vaksin Liter 20 20.000 400,000
9 Obat-Obatan Pack 100 17.500 1,750,000
10 Desifektan dan Liter 50 35.000 1,750,000
Antiseptik
11 Gas Elpiji Tabung 540 15.000 8,100,000
TOTAL 217,822,000
Sumber: Dian layer farm, 2011
Sejalan dengan penurunan kapasitas produksi, juga mengalami rontok bulu
(molting) sebagai proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang telah
berusia sekitar 20 18-20 (Yildiz and Alpay, 2008). Rontok bulu berfungsi sebagai
peremajaan untuk memperbaiki kualitas dan produksi telur. Rontok bulu
berlangsung sekitar 4 bulan, ayam akan berhenti bertelur dan tentunya merugikan
peternak. Gejala ayam yang mengalami rontok bulu ini antara lain adalah
penurunan prouksi di bawah normal sampai terhentinya produksi telur sama
sekali, bulu-bulunya gugur dan mengering, jengger kepucatan dan berat badan
turun drastis (Petek et al, 2008; Yildiz and Alpay, 2008). Pada peternak yang
lebih maju dengan teknologi yang ada, rontok bulu bisa dipercepat prosesnya
dengan menerapkan metode rontok bulu paksa atau force molting, yang hanya
membutuhkan waktu 1 bulan saja (Amiruddin et al, 2014).

Telur ayam
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Komposisi telur ayam terdiri dari 73,7
persen air, 12,9 persen protein, 11,2 persen lemak dan 0,9 persen karbohidrat
(Ginting, 2007). Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan
dengan makanan berprotein hewani lainnya, telur juga mengandung protein cukup
tinggi (Sarwono, 1997). Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya.
Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral
seperti besi, fosfor sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50
persen) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang
jumlahnya sekitar 60 persen dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein
dan sedikit karbohidrat (Ginting, 2007) Telur dapat memberikan manfaat untuk
kesehatan, memberikan pengobatan, dan memiliki banyak kegunaan lainnya
sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi telur di
Indonesia rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang kini
mengkonsumsi enam butir telur per orang dalam seminggu (Yudohusodo, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, N. S. Tongku, Hamdan, Azhari, Jalaluddin, Zulkifli, dan A. A.


Rahman, 2014. Pengaruh pemberian ekstrak hipofisa sapi terhadap
peningkatan produktivitas ayam petelur pada fase akhir produksi. Jurnal
Kedokteran Hewan 8(1), Maret 2014:80-84
Ansari, H., Jamilah, Mukhlis. 2014. Pengaruh dosis pupuk dan jerami padi
terhadap kandungan unsur hara tanah serta produksi padi sawah pada
sistem tanam SRI (System Rice Intensification). J. Agroekoteknologi
2(3):1048-1055.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Itik.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia 2018. https://www.bps.go.id. [15
Mei 2019].
Chintia, C.L., Salele, B. Roimpandey, M.T. Massie, O.V.W. Poulla. 2014.
Analisis penggunaan faktor produksi pada perusahaan ayam ras petelur.
Jurnal Zootek. 34:1-14.
Cyrilla L., Z. Moesa, & S.M.P. Putri. 2010. Efisiensi produksi usaha peternakan
domba di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Media
Peternakan 33(1).
Fauziah. 2009. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam.
http://uwityangyoyo.wordpress.com. [15 Mei 2019].
Fuadi, N.A., M. Yanuar, J. Purwanto, S.D. Tarigan. 2016. Kajian kebutuhan air
dan produktivitas air padi sawah dengan sistem pemberian air secara SRI
dan konvensional menggunakan irigasi pipa. J. Irigasi 11(1):23-32.
Ginting, N. 2007. Penuntun Praktikum Teknologi Hasil Ternak. Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Hadipernata, M., W. Supartono, M.A.F. Falah. 2012. Proses stabilisasi dedak padi
(Oryza sativa L) menggunakan radiasi far infra red (FIR) sebagai bahan
baku minyak pangan. J. Aplikasi Teknologi Pangan 1(4):103-107.
Handaka, A, Hendriadi, Alamsyah T. 2009. Perpektif Pengembangan Mekanisasi
Pertanian dalam Sistem Integrasi Ternak– Tanaman Berbasis Sawit, Padi,
dan Kakao. Prosiding Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem
Integrasi ternak-Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor (ID).
Nahriyanti. 2008. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada
Usahatani Jagung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin.
Makasar.
Nurhidayati, I. Pujiwati, A. Solichah, A. Djuhari, Basit. 2008. Pertanian Organik.
Universitas Islamic, Malang (ID).
Paly, B. 2011. Metode Pengukuran Rfisiensi dan Produktivitas Usahatani. UIN
Alauddin Press. Makassar.
Petek, M., S.S. Gezen, F. Alpay, R. Cibik, 2008. Effects of non-feed removal
molting methods on egg quality traits in commercial brown egg laying
hens in Turkey. Trop. Heat Anim. Prod. 40:413-417.
Pujotomo, I. 2017. Potensi pemanfaatan biomassa sekam padi untuk pembangkit
listrik melalui teknologi gasifikasi. J. Energi dan Kelistrikan 9(2):126-135.
Rasyaf, M. 2005. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta (ID).
Sarwono, B. 1997. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
SEARCA, 1995. Working Paper on Sustainable Agriculture Indicators. SEAMEO
Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture
(SEARCA). College, Laguna 4031, Philippines.
Shepherd, A., 1998. Sustainable Rural Development. New York: ST. Martin’s
Press, Inc. (1998) and Great Britain: Macmillan Press Ltd (1998): 1-55.
Sianturi, E.C.J. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur Pada Dian
Layer Farm Di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Umar, S., L. Indrayati. 2013. efisiensi energi dan produksi pada usahatani padi di
lahan sulfat masam potensial. Agritech, vol. 33(2):244-249.
Yildiz, H. and F. Alpay, 2008. The effects of different moulting diets on bone
haracteristics and reproductive tracts in commercial brown egg laying
hens. Vet. Arhiv., 78: 227-234
Yudohusodo S. 2003. Pembangunan Indonesia Berbasis Pertanian. Seminar
Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB. Darmaga 4 September 2003.

Anda mungkin juga menyukai