Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FIBROADENOMA MAMMAE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Nama : Ika hari Karti


NIK : PK.11.17.088

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI NERS
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2017
FIBROADENOMA MAMMAE

A. DEFINISI
Tumor jinak payudara (fam) adalah benjolan pada payudara yang biasanya
merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai
kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh.
FAM lebih banyak di derita oleh wanita yang berumur sekitar 16 tahun – 30
tahun. Yang perlu diperhatikan adalah jika ada benjolan jangan langsung
berpikiran yang seram–seram apalagi langsung memvonis benjolan itu kanker,
selalu untuk berpikir positif. Sifat benjolan pada tumor jinak payudara (FAM)
adalah : Biasanya berbentuk bulat menyerupai kelereng, jika bentuk tidak beraturan
maka dicurigai tumor ganas, konsistensi (kekerasan pada benjolan) kenyal seperti
bakso karena berisi lemak, jadi jika benjolan di tekan maka lembeknya seperti kita
menekan bakso, jika keras seperti batu di curigai tumor ganas.
B. ANATOMI
Gambaran Umum

Mammae adalah kelenjar kulit yang dimodifikasi, terletak di bagian anterior


dan termasuk bagian dari lateral thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini
terletak di fasia pektoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior
dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea mid-aksilaris.
Kompleks nipple-areola terletak diantara kosta empat dan lima. Terdapat Langer
lines pada kompleks nipple-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse
(melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam
menentukan area insisi pada biopsi mammae.Pada bagian lateral atasnya jaringan
kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara.
Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari
beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran ke
papila mamma yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar
susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum Cooper yang memberi bentuk untuk mammae.
2
Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria interna;
(2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan (3) cabang dari arteri
aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri
torakoakromial.

AliranLimfa
Aliran limfe dari mamm ae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran
yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10
sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Enam kelompok kelenjar limf pada aksila yang diakui oleh ahli bedah
adalah (1) kelompok vena aksila (lateral); (2) kelompok mammaria eksternal
(anterior atau pectoral); (3) kelompok skapular (posterior atau subskapular); (4)
kelompok sentral; (5) kelompok subklavikal (apical); dan (6) kelompok
interpektoral (Rotter’s node).

C. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan
ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus
yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran
histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi

3
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. FibroadenomaPericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
2. Fibro adenomaintracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.

Etiologi dan Epidemologi.


Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa
penyebabsesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa
pengaruhhormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari
fibroadenomamammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat
berubah padasiklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa
tumor iniadalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama
sekalitidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitupada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer
Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun,
kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9%
populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkanlaporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanitadengan umur antara 15 dan 25

4
tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadianfibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia
yang lebih tua atau bahkansetelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian
yang lebih kecil disbanding pada usia muda.
Penyebab Gangguan
Peningkatan aktifitas estrogen yang absolut atau relatif
PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Geografi
d. Pekerjaan
e. Hereditas
f. Diet
g. Stress

D. TANDA & GEJALA


1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
3. Ada penekanan pada jaringan sekitar
4. Ada batas yang tegas
5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma )
6. Memiliki kapsul dan soliter
7. Benjolan dapat digerakkan.
8. Pertumbuhannya lambat.
9. Mudah diangkat dengan lokal surgery.
10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian.

E. PATOLOGI
Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih
keabuan.
Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma
fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).
PenegakanDiagnosa
Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah
dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada
mammae) atau ultrasound pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan
tepat dalam diagnosa terhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan

5
sample biopsi. Pengambilan sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris
bagian mammae atau dengan memasukkan jarum yang kecil dan panjang untuk
mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut.
Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian
klinis, ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum.
Penilaian klinis terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:
F. EMBRIOLOGI
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu
yang terbentang dari aksila sampai ke region inguinal. Pada manusia, golongan
primate gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera
menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal
payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut
mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya system duktus dan
tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak
langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu didalam di dalam sirkulasi darah bayi.
Setelah lahir, kadar hormone ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan pada
payudara.

G. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,masa
fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya. asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik,terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu..

6
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan Nyeri berkurang/dapat teratasi Independent :
jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau dengan kriteria : 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan
efek samping therapy/tindakan, ditandai  Melaporkan rasa nyeri intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi
dengan : yang sudah teratasi (rasa nyeri.
a. Data Subjektif : nyeri berkurang) 2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan
 Klien mengeluhkan rasa  Dapat mongontrol ADLs aktivitas diversional.
nyeri seminimal 3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik
 Meringis karena nyeri (facial mask mungkin. relaksasi, visualisasi, Komunikasi therapeutik melalui
of pain)  Dapat mendemontrasikan sentuhan.
 Lemah dan istirahat kurang keterampilan relaksasi dan 4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan
b. Data Objektif aktivitas diversional pemberian medikasi sesuai kebutuhannya
 Gangguan tonus otot sesuai situasi individu. Kolaborasi :
 Gangguan prilaku 5. Kembangkan rencana management penanganan sakit
 Respon autonomic dengan klien dan dokter
6. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

Evaluasi
S = Klien masih mengeluh adanya nyeri pada lokal incisi, wajah klien menunjukkan rasa nyeri bila dareah lengan kiri dekat lokasi incisi
digerakkan, klien masih lemah
O = Respon Autonom +, perubahan prilaku - , Tonus otot tidak lemah, Klien melaporkan akan melakukan petunjuk yang disarankan perawat
dalam penanganan nyeri. Klien mampu mengontrol dan membatasi ADLs.

7
A = Pengkajian tentang nyeri sangat vital baik subyektif &obyektif karena dipengaruhi pula oleh pengalaman individu dan sosial budaya
individu. Nyeri merupakan sumber yang mengakibatkan ketidakpuasan dan gangguan kebutuhan dasar manusia karena rasa nyaman
terganggu.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana dan promote klien untuk berpartisipasi dalam penanganan nyeri.

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


2. Gangguan gambaran diri (body image) Gambaran diri berkembang Independent :
berhubungan dengan tindakan ditandai dengan : secara positif dengan kriteria : 1. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan
Data Subjektif : 1. Mengerti tentang tindakan guna membantu klien agar dapat aktif
 Verbalisasi perubahan pola hidup. perubahan pada tubuh. kembali sesuai ADLs.
 Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada 2. Menerima situasi yang 2. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan
bagian tubuh. terjadi pada dirinya. tindakan yang dilakukan termasuk efek yang
 Tidak dapat menerima perubahan struktur dan 3. Mulai mengembangkan mengganggu aktivitas seksual
fungsi tubuh. mekanisme koping 3. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima
 Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh pemecahan masalah. pemecahan masalah dari efek yang terjadi.
 Mengungkapkan keputus asaan. 4. Menunjukkan penyesuaian 4. Beri informasi/konseling sesering mungkin.
 Mengungkapkan ketakutan ditolak terhadap perubahan. 5. Beri dorongan/support psikologis.
5. Dapat menerima realita. 6. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan
 Mengungkapkan kelemahan
6. Hubungan interpersonal interaksi (pertahankan kontak mata)
Data Objektif :
adekuat. 7. Refer klien pada kelompok program tertentu.
 Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian
2. Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi ;
tubuh yang berubah
 Mengurangi kontak sosial
 Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh
yang hilang
 Menolak penjelasan perubahan tubuh
 Tidak mau turut bertanggung jawab dalam
perawatan diri

8
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
3. Resiko tinggi Integritas jaringan/kulit Independent :
gangguan integritas adekuat dengan kriteria : 1. Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan
jaringan/kulit - Indentifikasi intervensi lambat
berhubungan dengan pada kondisi-kondisi 2. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena
efek treatment. khusus. gangguan.
- Partisipasi aktif dalam 4. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep
tehnik guna pencegahan dan powder jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
komplikasi / 5. Atur posisi sesuai kebutuhan.
meningkatkan penyembu Kolaborasi :
han. 6. Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
7. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk ;
 Efek-efek reaksi kulit dapat berupa kemerahan, gatal, kering,
kelembaban berkurang, hiperpigmentasi, koloid, cikatriks.
 Mencegah trauma / gesekan pada kulit.
 Iritasi/reaksi pada kulit dapat meningkat.
 Meningkatkan sirkulasi dan pencegahan tekanan pada jaringan /
kulit.
 Mengurangi kerusakan jaringan pada area / lokal.
 Intervensi yang berbeda ini tergantung pada jenis-jenis agen
yang digunakan, misalnya :
1. Luka operasi dalam kondisi adekuat, tidak ada tanda-tanda
inflamasi.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada klien dampak dari garukan
pada lokal pos op.

9
3. Menyarankan pada klien untuk tidak memakai cream, lotion,
powder pada area yang dioperasi dan tidak memijat daerah
tersebut.
4. Melakukan alih posisi sesuai kebutuhan klien dengan tanpa
menekan pada daerah incisi.Mengajarkan pada klien hal-hal yang
penting dari alih posisi dan tehniknya.
5. Tidak dilakukan karena klien tidak menunjukkan indikasi pada
penggunaan obat tersebut.
6. Menganjurkan klien untuk memberikan kompres pada daerah
yang jauh dari area incisi dan menghindari area jadi basal

S = Klien mengemukakan tentang pengaruh pada kulit setelah operasi


O = Tampak perubahan akibat incisi pada jaringan +kulit sekitar area post op. Integritas kulit masih baik. Tidak menunjukkan efek samping
dan reaksi yang khusus pada kulit. Palpasi : daerah yang jauh darri area incisi teraba hangat normal, tidak ada oedema.
A = Kondisi integritas jaringan / kulit akibat incisi penting dipertahankan guna menurunkan komplikasi/mencegah side efek lanjutan.
P = Lanjutkan tindakan sesuai rencana.

10

Anda mungkin juga menyukai