FIBROADENOMA MAMMAE
A. DEFINISI
Tumor jinak payudara (fam) adalah benjolan pada payudara yang biasanya
merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai
kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh.
FAM lebih banyak di derita oleh wanita yang berumur sekitar 16 tahun – 30
tahun. Yang perlu diperhatikan adalah jika ada benjolan jangan langsung
berpikiran yang seram–seram apalagi langsung memvonis benjolan itu kanker,
selalu untuk berpikir positif. Sifat benjolan pada tumor jinak payudara (FAM)
adalah : Biasanya berbentuk bulat menyerupai kelereng, jika bentuk tidak beraturan
maka dicurigai tumor ganas, konsistensi (kekerasan pada benjolan) kenyal seperti
bakso karena berisi lemak, jadi jika benjolan di tekan maka lembeknya seperti kita
menekan bakso, jika keras seperti batu di curigai tumor ganas.
B. ANATOMI
Gambaran Umum
AliranLimfa
Aliran limfe dari mamm ae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran
yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10
sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Enam kelompok kelenjar limf pada aksila yang diakui oleh ahli bedah
adalah (1) kelompok vena aksila (lateral); (2) kelompok mammaria eksternal
(anterior atau pectoral); (3) kelompok skapular (posterior atau subskapular); (4)
kelompok sentral; (5) kelompok subklavikal (apical); dan (6) kelompok
interpektoral (Rotter’s node).
C. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan
ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus
yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran
histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
3
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. FibroadenomaPericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
2. Fibro adenomaintracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.
4
tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadianfibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia
yang lebih tua atau bahkansetelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian
yang lebih kecil disbanding pada usia muda.
Penyebab Gangguan
Peningkatan aktifitas estrogen yang absolut atau relatif
PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Geografi
d. Pekerjaan
e. Hereditas
f. Diet
g. Stress
E. PATOLOGI
Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih
keabuan.
Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma
fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).
PenegakanDiagnosa
Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah
dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada
mammae) atau ultrasound pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan
tepat dalam diagnosa terhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan
5
sample biopsi. Pengambilan sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris
bagian mammae atau dengan memasukkan jarum yang kecil dan panjang untuk
mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut.
Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian
klinis, ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum.
Penilaian klinis terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:
F. EMBRIOLOGI
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu
yang terbentang dari aksila sampai ke region inguinal. Pada manusia, golongan
primate gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera
menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal
payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut
mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya system duktus dan
tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak
langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu didalam di dalam sirkulasi darah bayi.
Setelah lahir, kadar hormone ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan pada
payudara.
G. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,masa
fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya. asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik,terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu..
6
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan Nyeri berkurang/dapat teratasi Independent :
jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau dengan kriteria : 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan
efek samping therapy/tindakan, ditandai Melaporkan rasa nyeri intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi
dengan : yang sudah teratasi (rasa nyeri.
a. Data Subjektif : nyeri berkurang) 2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan
Klien mengeluhkan rasa Dapat mongontrol ADLs aktivitas diversional.
nyeri seminimal 3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik
Meringis karena nyeri (facial mask mungkin. relaksasi, visualisasi, Komunikasi therapeutik melalui
of pain) Dapat mendemontrasikan sentuhan.
Lemah dan istirahat kurang keterampilan relaksasi dan 4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan
b. Data Objektif aktivitas diversional pemberian medikasi sesuai kebutuhannya
Gangguan tonus otot sesuai situasi individu. Kolaborasi :
Gangguan prilaku 5. Kembangkan rencana management penanganan sakit
Respon autonomic dengan klien dan dokter
6. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
Evaluasi
S = Klien masih mengeluh adanya nyeri pada lokal incisi, wajah klien menunjukkan rasa nyeri bila dareah lengan kiri dekat lokasi incisi
digerakkan, klien masih lemah
O = Respon Autonom +, perubahan prilaku - , Tonus otot tidak lemah, Klien melaporkan akan melakukan petunjuk yang disarankan perawat
dalam penanganan nyeri. Klien mampu mengontrol dan membatasi ADLs.
7
A = Pengkajian tentang nyeri sangat vital baik subyektif &obyektif karena dipengaruhi pula oleh pengalaman individu dan sosial budaya
individu. Nyeri merupakan sumber yang mengakibatkan ketidakpuasan dan gangguan kebutuhan dasar manusia karena rasa nyaman
terganggu.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana dan promote klien untuk berpartisipasi dalam penanganan nyeri.
8
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
3. Resiko tinggi Integritas jaringan/kulit Independent :
gangguan integritas adekuat dengan kriteria : 1. Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan
jaringan/kulit - Indentifikasi intervensi lambat
berhubungan dengan pada kondisi-kondisi 2. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena
efek treatment. khusus. gangguan.
- Partisipasi aktif dalam 4. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep
tehnik guna pencegahan dan powder jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
komplikasi / 5. Atur posisi sesuai kebutuhan.
meningkatkan penyembu Kolaborasi :
han. 6. Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
7. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk ;
Efek-efek reaksi kulit dapat berupa kemerahan, gatal, kering,
kelembaban berkurang, hiperpigmentasi, koloid, cikatriks.
Mencegah trauma / gesekan pada kulit.
Iritasi/reaksi pada kulit dapat meningkat.
Meningkatkan sirkulasi dan pencegahan tekanan pada jaringan /
kulit.
Mengurangi kerusakan jaringan pada area / lokal.
Intervensi yang berbeda ini tergantung pada jenis-jenis agen
yang digunakan, misalnya :
1. Luka operasi dalam kondisi adekuat, tidak ada tanda-tanda
inflamasi.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada klien dampak dari garukan
pada lokal pos op.
9
3. Menyarankan pada klien untuk tidak memakai cream, lotion,
powder pada area yang dioperasi dan tidak memijat daerah
tersebut.
4. Melakukan alih posisi sesuai kebutuhan klien dengan tanpa
menekan pada daerah incisi.Mengajarkan pada klien hal-hal yang
penting dari alih posisi dan tehniknya.
5. Tidak dilakukan karena klien tidak menunjukkan indikasi pada
penggunaan obat tersebut.
6. Menganjurkan klien untuk memberikan kompres pada daerah
yang jauh dari area incisi dan menghindari area jadi basal
10