Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

GOWA, 26 Maret 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 3
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
Bab II Pembahasan
A. Pengertian ............................................................................................... 5
B. Klasifikasi ............................................................................................... 6
C. Etiologi ..................................................................................................... 7
D. Anatomi dan fungsi hati ......................................................................... 8
E. Patofisiologi dan Pathway ..................................................................... 11
F. Tanda dan Gejala ................................................................................... 13
G. Komplikasi .............................................................................................. 14
H. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 15
I. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 15
Bab III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .............................................................................................. 17
B. Diagnosa keperawatan ........................................................................... 18
C. Intervensi ................................................................................................ 19
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................ 33
B. Saran ...................................................................................................... 33
Daftar Pustaka .............................................................................................. 34

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi,
pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk
dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul
apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis)
di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan
sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga
pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab
kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.
Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai
pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.
B. Tujuan
 Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Sirosis
Hepatis.
 Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Sirosis
Hepatis.
 Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan
keperawatan klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.

3
 Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan
keperawatan klien dengan dengan Sirosis Hepatis.
C. Rumusan Masalah
 Apa Pengertian serosis Hepatis ?
 Apa penyebab serosis hepatis ?
 Bagaimana perjalanan serosis hepatis ?
 Bagaimana mainifestasi klinis sirosis hepatis ?
 apa penatalaksanaan sirosis hepatis ?
 Mengetahui asuhan keperawatan sirosis hepatis ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang
tidak normal. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai
dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati
membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah.
Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya,
sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali. Sedangkan pada sirosis
hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati
tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis
adalah virus, obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara
penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan
pencangkokan hati.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
1. Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
2. Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan
dengan distorsi arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati.
3. Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan
hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel

5
hati yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan
normal (Sylvia Anderson,2001:445).
4. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini
merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).
5. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
6. Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus,
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai
dengan proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).
B. Klasifikasi
secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi:
1. Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang
nyata
2. Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik
yang jelas. Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses
hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara
klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.

Secara morfologi Sherrlock membagi Chirrosis hati bedasarkan besar kecilnya


nodul, yaitu:
 Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
 Mikronoduler (reguler, monolobuler)
 Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati
atas:

6
 Chirrosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler
atau sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk
karena banyak terjadi jaringan nekrose.
 Nutrisional chirrosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler,
chirrosis alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Chirrosis
terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
 Chirrosis Post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah
menderita hepatitis.
Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:
 Chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut
secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis
kronis
 Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
 Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di
sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi (kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan
periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati
bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian
akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas
saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut.
C. Etiologi
Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis
adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu
penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh
Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati

7
kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya
nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal
bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk
lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang
kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan
kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut
ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang,
namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada
kerusakan parenkim hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua
kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
 Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
 Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari
Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
D. Anatomi dan Fungsi Hati
a. Anatomi Hati
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua

karena kaya akan persediaan darah.


Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan
ligamentum teres dan di posterior oleh fissure dinamakan dengan
ligamentum venosum. . Lobus kanan hati enam kali lebih besar dari lobus
kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus

8
caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang
dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritorium pada sebagian besar
keseluruhan permukaannnya
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang
berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam
amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri
hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Untuk lebih jelasnya anatomi hati dapat dilihat pada gambar berikut:

Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada
gambar berikut

9
b. Fungsi Hati
Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar , juga
mempunyai fungsi yang terbanyak. Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai
organ keseluruhannya dan dapat dilihat dari sel-sel dalam hati.
Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
1. Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua
cairan dan garam akan melewati hati sebelum ke jaringan
ekstraseluler lainnya.
2. Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah,
misalnya pada dekompensasio kordis kanan maka hati akan
membesar.
3. Sebagai alat saringan (filter)
4. Semua makanan dan berbagai macam substansia yang telah diserap
oleh intestine akan dialirkan ke organ melalui sistema portal.
Fungsi dari sel-sel hati dapat dibagi. Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
1. Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat, arang,
protein, lemak, empedu, Proses metabolisme akan diuraikan sendiri
2. Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil
metabolisme. Hati menyimpan makanan tersebut tidak hanya untuk
kepentingannnya sendiri tetapi untuk organ lainya juga.
3. Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya akan
mengeluarkan glukosa, protein, factor koagulasi, enzim, empedu.
4. Proses detoksifikasi, dimana berbagai macam toksik baik eksogen
maupun endogen yang masuk ke badan akan mengalami detoksifikasi
dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa atau konjugasi.
Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem
retikulo endothelial.
1. Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin
2. Membentuk a-globulin dan immune bodies
3. Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau
makromolekuler.

10
E. Patofisiologi dan Pathway
patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan
parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun
etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama,
septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi
parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral.
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam
ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan
gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal
demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama.
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules,
sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan
kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa
ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif.
Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.

11
Pathway

Pathway Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)

12
F. Tanda dan Gejala Klinis
Gejala
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di
liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-
mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya
jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi

kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta
ploriferasi jaringan ikat yang difus.
Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa
ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata
terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat
menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya
pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
2. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites
adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
3. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan
rasa nyeri bila ditekan.
4. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

13
G. Komplikasi
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises
esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau
hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang
keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung
dan tukak duodeni.
2. Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat
rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma
hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran
penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma
hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan
fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma
hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung,
tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap
asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
3. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih
besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan
disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan
duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain
ialah timbulnya defisiensi makanan.
4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang

14
akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi
karsinoma yang multiple.
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi,
termasuk juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang
sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun
septikemi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati
dapat menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
2. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus
hepatitis
3. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa
jauh keparahan sirosis hatinya.
4. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang
kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis
dapat membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
5. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
6. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati,
limpa, organ pencernaan.

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medik
1. Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan
kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi
pembekuan darah.
2. Tindakan Penjagaan

15
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur,
menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-
benda tajam. Perawat harus memahami kemungkinan melena dan
memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan
tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat
pelunak feses yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan
ketat untuk mendeteksi pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda
vital, cairan intravena dan obat-obatan.
3. Jika terjadi Hemoragi
Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk
menghentikan pendarahan, memberikan terapi cairan serta komponen
darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat pendarahan dari varises
esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif. Penderita sirosis
memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
4. Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak
dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pemantauan

Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri


pada status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati,
kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat jika abnormal.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk


perawatan di rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang
paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet.

Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang


perlunya kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup
istirahat, kemungkinan perubahan gaya hidup, diet yang memadai dan
pantang alkohol.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari


pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan chirrosis hepatis :
1. Aktivitas dan istirahat :
kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung,
reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia,
bunyi jantung ekstra (S3, S4).
3. Eliminasi
Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan
atau tidak ada bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap,
pekat.
4. Nutrisi
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual,
muntah, Penurunan berat badan atau peningkatan cairan penggunaan
jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit kering,Turgor buruk, Ikterik,
angioma spider, Nafas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.
5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan
mental, perubahan mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak
jelas.
6. Nyeri
Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer,
Perilaku berhati-hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.
7. Respirasi

17
Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi
paru terbatas (asites), Hipoksia
8. Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis,
petekia.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.
9. Seksualitas
Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan
rambut (dada, bawah lengan, pubis).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat
badan
2. Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
pada sirosis
3. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status
imunologi yang terganggu
5. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
6. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan
mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
7. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar
serta nyeri tekan dan asites)
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan
edema.
9. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati
dan peningkatan kadar ammonia
10. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi
pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan
dalam rongga toraks

18
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC Rasional
Intoleransi Tujuan: 1. Tawarkan diet 1. Memberikan
tinggi kalori, tinggi kalori bagi
aktivitas Peningkatan
protein (TKTP). tenaga dan
berhubungan energi dan 2. Berikan suplemen protein bagi
vitamin (A, B proses
dengan partisipasi dalam
kompleks, C dan penyembuhan.
kelelahan dan aktivitas K) 2. Memberikan
3. Motivasi pasien nutrien
penurunan Kriteria Hasil:
untuk melakukan tambahan.
 Melaporkan
berat badan latihan yang 3. Menghemat
peningkatan
diselingi istirahat tenaga pasien
kekuatan dan
4. Motivasi dan bantu sambil
kesehatan
pasien untuk mendorong
pasien.
melakukan latihan pasien untuk
 Merencanakan
dengan periode melakukan
aktivitas untuk
waktu yang latihan dalam
memberikan
ditingkatkan secara batas toleransi
kesempatan
bertahap pasien.
istirahat yang
4. Memperbaiki
cukup.
perasaan sehat
 Meningkatkan
secara umum
aktivitas dan
dan percaya diri
latihan
bersamaan
dengan
bertambahnya
kekuatan.

Memperlihatk
an asupan
nutrien yang
adekuat dan
menghilangka
n alkohol dari
diet.
Perubahan Tujuan: 1. Catat suhu tubuh 1. Memberikan
secara teratur. dasar untuk
suhu tubuh: Pemeliharaan
2. Motivasi asupan deteksi hati dan
hipertermia suhu tubuh yang cairan evaluasi
3. Lakukan intervensi.
berhubungan normal
kompres dingin 2. Memperbaiki
dengan proses Kriteria Hasil: atau kantong es kehilangan

19
inflamasi pada  Melaporkan untuk cairan akibat
suhu tubuh menurunkan perspirasi serta
sirosis
yang normal kenaikan suhu febris dan
dan tidak tubuh. meningkatkan
terdapatnya 4. Berikan tingkat
gejala antibiotik seperti kenyamanan
menggigil atau yang diresepkan. pasien.
perspirasi. 5. Hindari kontak 3. Menurunkan
 dengan infeksi. panas melalui
Memperlihatka 6. Jaga agar pasien proses konduksi
n asupan dapat beristirahat serta evaporasi,
cairan yang sementara suhu dan
adekuat. tubuhnya tinggi. meningkatkan
tingkat
kenyaman
pasien.
4. Meningkatkan
konsentrasi
antibiotik serum
yang tepat untuk
mengatasi
infeksi.
5. Meminimalkan
resiko
peningkatan
infeksi, suhu
tubuh serta laju
metabolik.
6. Mengurangi laju
metabolik.
Gangguan Tujuan: 1. Batasi 1. Meminimalkan
natrium seperti pembentukan
integritas kulit Memperbaiki
yang diresepkan. edema.
yang integritas kulit 2. Berikan 2. Jaringan dan
perhatian dan kulit yang
berhubungan dan proteksi
perawatan yang edematus
dengan jaringan yang cermat pada mengganggu
kulit. suplai nutrien
pembentukan mengalami
3. Balik dan dan sangat
edema. edema. ubah posisi rentan terhadap
pasien dengan tekanan serta
Kriteria Hasil:
sering. trauma.

Memperlihatka 4. Timbang 3. Meminimalkan
n turgor kulit berat badan dan tekanan yang
yang normal catat asupan lama dan
pada serta haluaran meningkatkan

20
ekstremitas dan cairan setiap mobilisasi
batang tubun. hari. edema.
 Tidak 5. Lakukan 4. Memungkinkan
memperlihatka latihan gerak perkiraan status
n luka pada secara pasif, cairan dan
kulit. tinggikan pemantauan
 ekstremitas terhadap adanya
Memperlihatka edematus. retensi serta
n jaringan yang 6. Letakkan kehilangan
normal tanpa bantalan busa cairan dengan
gejala eritema, yang kecil cara yang paling
perubahan dibawah tumit, baik.
warna atau maleolus dan 5. Meningkatkan
peningkatan tonjolan tulang mobilisasi
suhu di daerah lainnya. edema.
tonjolan tulang. 6. Melindungi
 Mengubah tonjolan tulang
posisi dengan dan
sering. meminimalkan
trauma jika
dilakukan
dengan benar.
Gangguan Tujuan: 1. Observasi dan 1. Memberikan
catat derajat dasar untuk
integritas kulit Memperbaiki
ikterus pada kulit deteksi
berhubungan integritas kulit dan sklera. perubahan dan
2. Lakukan evaluasi
dengan ikterus dan
perawatan yang intervensi.
dan status meminimalkan sering pada kulit, 2. Mencegah
mandi tanpa kekeringan kulit
imunologi iritasi kulit
menggunakan dan
yang Kriteria Hasil: sabun dan meminimalkan
melakukan masase pruritus.
terganggu 
Memperlihatka dengan losion 3. Mencegah
n kulit yang pelembut ekskoriasi kulit
utuh tanpa (emolien). akibat garukan.
terlihat luka 3. Jaga agar kuku
atau infeksi. pasien selalu
 Melaporkan pendek.
tidak adanya
pruritus.

Memperlihatka
n pengurangan
gejala ikterus
pada kulit dan

21
sklera.
 Menggunakan
emolien dan
menghindari
pemakaian
sabun dalam
menjaga
higiene sehari-
hari.
Perubahan Tujuan: 1. Motivasi pasien 1. Motivasi sangat
untuk makan penting bagi
status nutrisi, Perbaikan status
makanan dan penderita
kurang dari nutrisi suplemen anoreksia dan
makanan. gangguan
kebutuhan Kriteria Hasil:
2. Tawarkan makan gastrointestinal.
tubuh  makanan dengan 2. Makanan
Memperlihatka porsi sedikit tapi dengan porsi
berhubungan n asupan sering. kecil dan sering
dengan makanan yang 3. Hidangkan lebih ditolerir
tinggi kalori, makanan yang oleh penderita
anoreksia dan tinggi protein menimbulkan anoreksia.
gangguan dengan jumlah selera dan menarik 3.Meningkatkan
memadai. dalam selera makan
gastrointestina  Mengenali penyajiannya. dan rasa sehat.
l. makanan dan 4. Pantang alkohol. 4. Menghilangkan
minuman yang 5. Pelihara higiene makanan dengan
bergizi dan oral sebelum “kalori kosong”
diperbolehkan makan. dan menghindari
dalam diet. 6. Pasang ice collar iritasi lambung
 Bertambah untuk mengatasi oleh alkohol.
berat tanpa mual. 5. Mengurangi
memperlihatka 7. Berikan obat yang citarasa yang
n penambahan diresepkan untuk tidak enak dan
edema dan mengatasi mual, merangsang
pembentukan muntah, diare atau selera makan.
asites. konstipasi. 6. Dapat
 Mengenali 8. Motivasi mengurangi
dasar pemikiran peningkatan frekuensi mual.
mengapa pasien asupan cairan dan 7. Mengurangi
harus makan latihan jika pasien gejala
sedikit-sedikit melaporkan gastrointestinal
tapi sering. konstipasi. dan perasaan
 Melaporkan 9. Amati gejala yang tidak enak pada
peningkatan membuktikan perut yang
selera makan adanya perdarahan mengurangi
dan rasa sehat. gastrointestinal. selera makan

22
 Menyisihkan dan keinginan
alkohol dari terhadap
dalam diet. makanan.
 Turut serta 8. Meningkatkan
dalam upaya pola defekasi
memelihara yang normal dan
higiene oral mengurangi rasa
sebelum makan tidakenak serta
dan distensi pada
menghadapi abdomen.
mual. 9. Mendeteksi
 Menggunakna komplikasi
obat kelainan gastrointestinal
gastrointestinal yang serius.
seperti yang
diresepkan.
 Melaporkan
fungsi
gastrointestinal
yang normal
dengan
defekasi yang
teratur.
 Mengenali
gejala yang
dapat
dilaporkan:
melena,
pendarahan
yang nyata.
Resiko cedera Tujuan: 1. Amati setiap 1. Memungkinkan
feses yang deteksi
berhubungan Pengurangan
dieksresikan perdarahan
dengan resiko cedera untuk memeriksa dalam traktus
warna, gastrointestinal
hipertensi Kriteria Hasil:
konsistensi dan .
portal,  Tidak jumlahnya. 2. Dapat
memperlihatka 2. Waspadai gejala menunjukkan
perubahan
n adanya ansietas, rasa tanda-tanda
mekanisme perdarahan penuh pada dini perdarahan
yang nyata dari epigastrium, dan syok.
pembekuan
traktus kelemahan dan 3. Mendeteksi
dan gangguan gastrointestinal. kegelisahan. tanda dini yang
 Tidak 3. Periksa setiap membuktikan
dalam proses
memperlihatka feses dan adanya
detoksifikasi n adanya muntahan untuk perdarahan.

23
obat. kegelisahan, mendeteksi darah 4. Menunjukkan
rasa penuh pada yang perubahan
epigastrium dan tersembunyi. pada
indikator lain 4. Amati mekanisme
yang manifestasi pembekuan
menunjukkan hemoragi: darah.
hemoragi serta ekimosis, 5. Memberikan
syok. epitaksis, petekie dasar dan bukti
 dan perdarahan adanya
Memperlihatka gusi. hipovolemia
n hasil 5. Catat tanda-tanda dan syok.
pemeriksaan vital dengan 6. Meminimalkan
yang negatif interval waktu resiko
untuk tertentu. perdarahan dan
perdarahan 6. Jaga agar pasien mengejan.
tersembunyi tenang dan 7. Memudahkan
gastrointestinal. membatasi insersi kateter
 Bebas dari aktivitasnya. kontraumatik
daerah-daerah 7. Bantu dokter untuk
yang dalam memasang mengatasi
mengalami kateter untuk perdarahan
ekimosis atau tamponade balon dengan segera
pembentukan esofagus. pada pasien
hematom. 8. Lakukan yang cemas
 observasi selama dan melawan.
Memperlihatka transfusi darah 8. Memungkinkan
n tanda-tanda dilaksanakan. deteksi reaksi
vital yang 9. Ukur dan catat transfusi
normal. sifat, waktu serta (resiko ini akan
 jumlah meningkat
Mempertahank muntahan. dengan
an istirahat 10. Pertahankan pelaksanaan
dalam keadaan pasien dalam lebih dari satu
tenang ketika keadaan puasa kali transfusi
terjadi jika diperlukan. yang
perdarahan 11. Berikan vitamin diperlukan
aktif. K seperti yang untuk
 Mengenali diresepkan. mengatasi
rasional untuk 12. Dampingi pasien perdarahan
melakukan secara terus aktif dari
transfusi darah menerus selama varises
dan tindakan episode esofagus)
guna mengatasi perdarahan. 9. Membantu
perdarahan. 13. Tawarkan mengevaluasi
 Melakukan minuman dingin taraf
tindakan untuk lewat mulut perdarahan dan

24
mencegah ketika kehilangan
trauma perdarahan darah.
(misalnya, teratasi (bila 10. Mengurangi
menggunakan diinstruksikan). resiko aspirasi
sikat gigi yang 14. Lakukan tindakan isi lambung
lunak, untuk mencegah dan
membuang trauma : meminimalkan
ingus secara a. resiko trauma
perlahan-lahan, Mempertahan lebih lanjut
menghindari kan pada esofagus
terbentur serta lingkungan dan lambung.
terjatuh, yang aman. 11. Meningkatkan
menghindari b. Mendorong pembekuan
mengejan pada pasien untuk dengan
saat defekasi). membuang memberikan
 Tidak ingus secara vitamin larut
mengalami efek perlahan- lemak yang
samping lahan. diperlukan
pemberian obat. c. Menyediakan untuk
 Menggunakan sikat gigi yang mekanisme
semua obat lunak dan pembekuan
seperti yang menghindari darah.
diresepkan. penggunaan 12. Menenangkan
 Mengenali tusuk gigi. pasien yang
rasional untuk d. Mendorong merasa cemas
melakukan konsumsi dan
tindakan makanan memungkinkan
penjagaan dengan pemantauan
dengan kandungan serta deteksi
menggunakan vitamin C terhadap
semua obat. yang tinggi. kebutuhan
e. Melakukan pasien
kompres selanjutnya.
dingin jika 13. Mengurangi
diperlukan. resiko
f. Mencatat perdarahan
lokasi tempat lebih lanjut
perdarahan. dengan
g. Menggunakan meningkatkan
jarum kecil vasokontriksi
ketika pembuluh
melakukan darah esofagus
penyuntikan. dan lambung.
15. Berikan obat 14. Meningkatkan
dengan hati-hati; keamanan
pantau efek pasien.

25
samping a. Mengurangi
pemberian obat. resiko trauma
dan
perdarahan
dengan
menghindari
cedera,
terjatuh,
terpotong,
dll.
b. Mengurangi
resiko
epistaksis
sekunder
akibat trauma
dan
penurunan
pembekuan
darah.
c. Mencegah
trauma pada
mukosa oral
sementara
higiene oral
yang baik
ditingkatkan.
d.
Meningkatka
n proses
penyembuha
n
e. Mengurangi
perdarahan
ke dalam
jaringan
dengan
meningkatka
n
vasokontriksi
lokal.
f.
Memungkink
an deteksi
tempat
perdarahan
yang baru

26
dan
pemantauan
tempat
perdarahan
sebelumnya.
g.
Meminimalk
an
perambesan
dan
kehilangan
darah akibat
penyuntikan
yang berkali-
kali.
15. Mengurangi
resiko efek
samping yang
terjadi
sekunder
karena
ketidakmampu
an hati yang
rusak untuk
melakukan
detoksifikasi
(memetabolisa
si) obat secara
normal.
Nyeri kronis Tujuan: 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi
baring ketika kebutuhan
berhubungan Peningkatan rasa
pasien mengalami metabolik dan
dengan agen kenyamanan gangguan rasa melindungi
nyaman pada hati.
injuri biologi Kriteria Hasil:
abdomen. 2. Mengurangi
(hati yang  2. Berikan iritabilitas
Mempertahank antipasmodik dan traktus
membesar an tirah baring sedatif seperti gastrointestinal
serta nyeri dan yang diresepkan. dan nyeri serta
mengurangi 3. Kurangi asupan gangguan rasa
tekan dan aktivitas ketika natrium dan nyaman pada
asites) nyeri terasa. cairan jika abdomen.
 Menggunakan diinstruksikan. 3. Memberikan
antipasmodik dasar untuk
dan sedatif mendeteksi
sesuai indikasi lebih lanjut

27
dan resep yang kemunduran
diberikan. keadaan pasien
 Melaporkan dan untuk
pengurangan mengevaluasi
rasa nyeri dan intervensi.
gangguan rasa 4. Meminimalkan
nyaman pada pembentukan
abdomen. asites lebih
 Melaporkan lanjut.
rasa nyeri dan
gangguan rasa
nyaman jika
terasa.
 Mengurangi
asupan natrium
dan cairan
sesuai
kebutuhan
hingga tingkat
yang
diinstruksikan
untuk
mengatasi
asites.
 Merasakan
pengurangan
rasa nyeri.

Memperlihatka
n pengurangan
rasa nyeri.

Memperlihatka
n pengurangan
lingkar perut
dan perubahan
berat badan
yang sesuai.
Kelebihan Tujuan: 1. Batasi asupan 1. Meminimalkan
natrium dan pembentukan
volume cairan Pemulihan
cairan jika asites dan
berhubungan kepada volume diinstruksikan. edema.
2. Berikan diuretik, 2. Meningkatkan
dengan asites cairan yang
suplemen kalium ekskresi cairan
dan normal dan protein lewat ginjal dan
seperti yang mempertahanka

28
pembentukan Kriteria Hasil: dipreskripsikan. n keseimbangan
3. Catat asupan dan cairan serta
edema.  Mengikuti
haluaran cairan. elektrolit yang
diet rendah
4. Ukur dan catat normal.
natrium dan
lingkar perut 3. Menilai
pembatasan
setiap hari. efektivitas
cairan seperti
5. Jelaskan rasional terapi dan
yang
pembatasan kecukupan
diinstruksikan.
natrium dan asupan cairan.
 Menggunakan
cairan. 4. Memantau
diuretik,
perubahan pada
suplemen
pembentukan
kalium dan
asites dan
protein sesuai
penumpukan
indikasi tanpa
cairan.
mengalami
5. Meningkatkan
efek samping.
pemahaman

Memperlihatk dan kerjasama
an peningkatan pasien dalam
haluaran urine. menjalani dan
 melaksanakan
Memperlihatk pembatasan
an pengecilan cairan.
lingkar perut.

Mengidentifik
asi rasional
pembatasan
natrium dan
cairan.
Perubahan Tujuan: 1. Batasi protein 1. Mengurangi
makanan seperti sumber amonia
proses berpikir Perbaikan status
yang diresepkan. (makanan
berhubungan mental 2. Berikan makanan sumber
sumber protein).
dengan Kriteria Hasil:
karbohidrat dalam 2. Meningkatkan
kemunduran  porsi kecil tapi asupan
Memperlihatk sering. karbohidrat
fungsi hati dan an perbaikan 3. Berikan yang adekuat
peningkatan status mental. perlindungan untuk
 terhadap infeksi. memenuhi
kadar amonia. Memperlihatk 4. Pertahankan kebutuhan
an kadar lingkungan agar energi dan
amonia serum tetap hangat dan “mempertahank
dalam batas- bebas dari angin. an” protein
batas yang 5. Pasang bantalan terhadap proses

29
normal. pada penghalang pemecahannya
 Memiliki di samping untuk
orientasi tempat tidur. menghasilkan
terhadap 6. Batasi tenaga.
waktu, tempat pengunjung. 3. Memperkecil
dan orang. 7. Lakukan resiko
 Melaporkan pengawasan terjadinya
pola tidur yang keperawatan yang peningkatan
normal. cermat untuk kebutuhan
 Menunjukkan memastikan metabolik lebih
perhatian keamanan pasien. lanjut.
terhadap 8. Hindari 4. Meminimalkan
kejadian dan pemakaian gejala
aktivitas di preparat opiat dan menggigil
lingkungannya barbiturat. karena akan
. 9. Bangunkan meningkatkan
 dengan interval. kebutuhan
Memperlihatk metabolik.
an rentang 5. Memberikan
perhatian yang perlindungan
normal. kepada pasien
 Mengikuti dan jika terjadi
turut serta koma hepatik
dalam dan serangan
percakapan kejang.
secara tepat. 6. Meminimalkan
 Melaporkan aktivitas pasien
kontinensia dan kebutuhan
fekal dan urin. metaboliknya.
 Tidak 7. Melakukan
mengalami pemantauan
kejang. ketat terhadap
gejala yang
baru terjadi dan
meminimalkan
trauma pada
pasien yang
mengalami
gejala konfusi.
8. Mencegah
penyamaran
gejala koma
hepatik dan
mencegah
overdosis obat
yang terjadi

30
sekunder akibat
penurunan
kemampuan
hati yang rusak
untuk
memetabolisme
preparat
narkotik dan
barbiturat.
9. Memberikan
stimulasi
kepada pasien
dan kesempatan
untuk
mengamati
tingkat
kesadaran
pasien.
Pola napas Tujuan: 1. Tinggalkan 1. Mengurangi
bagian kepala tekanan
yang tidak Perbaikan status
tempat tidur. abdominal pada
efektif pernapasan 2. Hemat tenaga diafragma dan
pasien. memungkinkan
berhubungan KriteriaHasil:
3. Ubah posisi pengembangan
dengan asites  Mengalami dengan interval. toraks dan
perbaikan 4. Bantu pasien ekspansi paru
dan restriksi
status dalam menjalani yang maksimal.
pengembangan pernapasan. parasentesis atau 2. Mengurangi
 Melaporkan torakosentesis. kebutuhan
toraks akibat
pengurangan a. Berikan metabolik dan
aistes, distensi gejala sesak dukungan dan oksigen pasien.
napas. pertahankan 3. Meningkatkan
abdomen serta
 Melaporkan posisi selama ekspansi
adanya cairan peningkatan menjalani (pengembangan
tenaga dan prosedur. ) dan oksigenasi
dalam rongga
rasa sehat. b. Mencatat pada semua
toraks  jumlah dan bagian paru).
Memperlihatk sifat cairan 4. Parasentesis
an frekuensi yang dan
respirasi yang diaspirasi. torakosentesis
normal (12- c. Melakukan (yang dilakukan
18/menit) observasi untuk
tanpa terhadap bukti mengeluarkan
terdengarnya terjadinya cairan dari
suara batuk, rongga toraks)
pernapasan peningkatan merupakan

31
tambahan. dispnu atau tindakan yang
 frekuensi menakutkan
Memperlihatk denyut nadi. bagi pasien.
an Bantu pasien
pengembangan agar bekerja
toraks yang sama dalam
penuh tanpa menjalani
gejala prosedur ini
pernapasan dengan
dangkal. meminimalkan
 resiko dan
Memperlihatk gangguan rasa
an gas darah nyaman.
yang normal. a.
 Tidak Menghasilka
mengalami n catatan
gejala konfusi tentang
atau sianosis. cairan yang
dikeluarkan
dan indikasi
keterbatasan
pengembang
an paru oleh
cairan.
b.
Menunjukka
n iritasi
rongga
pleura dan
bukti adanya
gangguan
fungsi
respirasi
oleh
pneumotora
ks atau
hemotoraks
(penumpuka
n udara atau
darah dalam
rongga
pleura).

32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan sebagai
proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah
penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba
kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
B. Saran
Kepeda para pembaca di harapkan untuk memberikan kritik dan
sarannya karena makalah ini jauh dari kata sempurna.

33
DAFTAR PUSTAKA

http://bellanursolihah31.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sirosis-hepatis.html

http://marchosong.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sirosis-hepatis_20.html

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-sirosis-
hepatis_4798.html#.Wrh96ZqrfIU

34

Anda mungkin juga menyukai