Anda di halaman 1dari 52

MUSYAWARAH MASYARAKAT KELURAHAN (MMK) 2

LAPORAN HASIL ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI


LINGKUNGAN SONGKOLO KELURAHAN BORONGLOE KECAMATAN
BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA

DI SUSUN :

POSKO II
(KELOMPOK 4 & KELOMPOK 8)

PRECEPTOR INSTITUSI

(....................................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta, wahai Dia yang
karena-Nya terlepas simpul kesulitan, wahai Dia yang dari-Nya diperoleh jalan keluar menuju
jalan keselamatan, yang telah menganugerahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada
Kelompok 4 dan kelompok 8 (Posko 2) sehingga “Laporan Hasil Analisa Asuhan
Keperawatan Komunitas Di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa” ini dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari
kesempurnaan.
Semoga Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada hambah- Nya yang diutus
sebagai rahmat bagi sekalian alam, sang revolusioner dunia sejati yang telah mengantarkan kita
dari pengetahuan klasik sampai kepada pengetahuan modern yaitu Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW.
Segala kesempurnaan di dunia ini hanyalah milik Allah SWT semata dan dengan rendah
hati, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan komunitas ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kritik, saran dan sanggahan yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan komunitas ini. Besar harapan penyusun
dengan adanya laporan komunitas yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan
membantu penyusun untuk menyempurnakan laporan komunitas ini. Aamiin.

Makassar, 28 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 6
1.1.Latar Belakang ................................................................................................... 6
1.2.Tujuan................................................................................................................. 7
1.3.Manfaat............................................................................................................... 8
1.4.Ruang Lingkup ................................................................................................... 8
1.5.Metode Penulisan ............................................................................................... 9
1.6.Sistematika Penulisan ......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................... 10
2.1.Konsep Keperawatan Komunitas ....................................................................... 10
2.2.Asuhan Keperawatan Komunitas ....................................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 16
3.1. Pengkajian ......................................................................................................... 16
3.2. Analisa Data ...................................................................................................... 31
3.3.Prioritas Masalah ................................................................................................ 33
3.4.Diagnosa ............................................................................................................. 35
3.5.Planing Of Action ............................................................................................... 35
3.6.Implementasi ...................................................................................................... 37
3.7. Evaluasi ............................................................................................................. 39
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 47
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 47
5.2. Saran .................................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia


Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Golongan Darah
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Keadaan Fisik
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Data Imunisasi Balita
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Data Pasangan Usia
Subur
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Data Sosial Ekonomi
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jaminan Kesehatan
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Rumah
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tipe Rumah
Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan
Masalah
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Penggunaan Tempat
Tempat Sampah Masalah
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kondisi Kandang
Ternak
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan Terdekat
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Sarana Pelayanan
Kesehatan Yang Sering Digunakan
Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
Pada Pasangan Usia Subur
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia Lanjut Kecamatan
Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Penyakit Usia Lanjut
Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Lansia yang Bekerja
Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Aktivitas Lansia Pada Waktu

iii
Senggang
Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Lansia yang Ikut Posbindu
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Lansia
Tabel 3.28 Analisa Data
Tabel 3..29 Prioritas Masalah Keperawatan Kesehatan Komunitas Lingkungan Songkolo
Kelurahan Boronglo Kecamatann Bontomarannu Kabupaten Gowa
Tabel 3.40 Planing Of Actions (Poa) Program Profesi Ners Umi Angkatan XIII Wilayah
Kerja Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamtan Bontomarannu
Kabupaten Gowa
Tabel 4.1 Hasil Kegiatan
Tabel 4.2 Faktor Penghambat Dan Pendukung Pelaksanaan Kegiatan (Analisis Swot)

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbicara mengenai kesehatan tentunya kita tidak terlepas dari definisi klasik WHO
tentang kesehatan yaitu “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak sedang
menderita sakit atau kelemahan”. Mengapa WHO memasukkan istilah sosial? Sosial
berarti “Hidup bersama dalam kelompok dengan situasi yang saling membutuhkan satu
dengan yang lain”. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas, yang
lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap
berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan tidak melupakan upaya-upaya
pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun
dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Efendi, 2016).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Perawat sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan kesehatan,
melaksanakan fungsi- fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Sehat secara sosial meupakan hasil dari interaksi positif di
dalam komunitas. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung pada stressor yang ada
dan kemampuannya untuk mengatasi masalah serta memelihara homeostasis. Setiap
manusia mempunyai rentang yang terdiri dari dua kutub yaitu keadaan sehat optimal dan
keadaan sakit (Efendi, 2016).
Asuhan keperawatan komunitas merupakan pelayanan kesehatan terhadap klien baik
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang diberikan secara holistik (bio-psiko-
sosio-spiritual) bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan komunitas
sebagai mitra dalam menyelesaikan masalah (Sinaga, 2021 ). Definisi sehat terkini yang
dianut oleh beberapa negara maju seperti Kanada yang mengutamakan konsep sehat-
produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya
kesehatan harus diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan

6
yang cukup agar bisa hidup produktif. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Dalam
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indikator status kesehatan merupakan salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan perkapita (Efendi, 2016).
Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang memiliki peran penting dalam
mendukung percepatan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal maka diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah pusat dan daerah. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
ditetapkan sub sistem upaya kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM). UKM terutama
diselenggarakan oleh Pemerintah dengan peran serta aktif masyarakat dan swasta, sedang
UKP dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah. Penyelenggaraan
upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terarah, terencana, terpadu, berkelanjutan,
terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu (Efendi, 2016).
1.2.Tujuan
1. Tujuan Umum
untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001 dan
002 /RT 001 dan 002 kelurahan borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek asuhan keperawatan komunitas di lingkungan
songkolo RW 001 dan 002 /RT 001 dan 002 kelurahan borongloe kecamatan bontomarannu
kabupaten gowa, mahasiswa mampu:
1) Melakukan pengkajian keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001 dan
002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
2) Menetapkan diagnose keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001 dan
002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
3) Menetapkan intervensi keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001 dan
002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
4) Menerapkan implementasi keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001
7
dan 002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
5) Melakukan evaluasi keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001 dan
002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
6) Melakukan dokumentasi keperawatan komunitas di lingkungan songkolo RW 001
dan 002 /RT 001 dan 002, wilayah kerja Puskesmas Bontomaranno kelurahan
borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
1.3.Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
1) Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
2) Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
3) Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi
dinamika masyarakat.
4) Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
1) Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
2) Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari masalah
kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang dialami
masyarakat.
3) Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi tentang kondisi kesehatan
masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bontomarano kelurahan
Bontomarano Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan guna membantu program
kesehatan pada masyarakat.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Praktek Keperawatan Komunitas yang dilakukan Mahasiswa Profesi
Ners Angkatan XIII Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

8
selama 5 minggu ( 14 April 2022 s/d 04 Juni 2022) berlokasi di Lingkungan Songkolo
Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.

1.5. Metode Penulisan


Penulisan laporan hasil praktek profesi keperawatan komunitas ini menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Studi literatur, dengan membaca dan mempelajari buku serta makalah yang
berhubungan dengan keperawatan komunitas.
2. Wawancara, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada warga dan pihak
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kuesioner/format
pengkajian komunitas.
3. Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap pola perilaku atau kebiasaan yang
terkait dengan kesehatan warga di lingkungan
4. Winshield survey, dengan mengamati secara sekilas keadaan Masyarakat

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan hasil praktek profesi keperawatan komunitas ini adalah
sebagai berikut :
1. Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode serta
sistematika penulisan laporan hasil praktek komunitas.
2. Bab II. Tinjauan Teoritis
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep teori pelayanan kesehatan utama, konsep
keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan komunitas.
3. Bab III. Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada bab ini akan diuraikan tentang kegiatan-kegiatan mahasiswa selama menjalankan
proses asuhan keperawatan dimulai dari tahap persiapan, pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi
4. Bab IV. Penutup
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran- lampiran

9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah
tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan perilaku care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan
dapat terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
pemberian pelayanan keperawatan (Akbar, 2019).
Keperawatan Komunitas adalah Pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Nofita Veronika, Asti Nuraeni, 2017).
Perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi sebagai tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan pada masyarakat tersebut (Priyoto,
2018). Perawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan
kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif
sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam
spektrum pelayanankesehatan untuk masyarakat (Akbar, 2019).
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama
yang ditujukan pada masyarakat, praktiknya memerlukan acuan atau landasan
teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar
komunitas.Banyak konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli, salah
satunya adalah konsep model dari Betty Neuman (1972), yang menekankan pada
pendekatan sistem untuk mengatasi masalah kesehatan (Akbar, 2019).

10
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi , yang


akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara kesehatan
secara mandiri (self care) (Efendi & Makhfudli, 2015).
3. Sasaran Kesehatan Komunitas
Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita, lansia dan ibu hamil. Fokus Keperawatan komunitas adalah keluarga, karena
keluarga merupakan satu kesatuan unit yang berfungsi, artinya keluarga dapat
mempengaruhi keluarga-keluarga lain dalam berbagai macam problem kesehatan
(Nofita Veronika, Asti Nuraeni, 2017).
1) Sasaran keluarga Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan
terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular

11
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
2) Sasaran kelompok Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus
yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi
3) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal
4) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
lembaga pemasyarakatan (lapas)
5) Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
d. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll)
e. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya
(Akbar, 2019).
4. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi : upaya upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif) dan mengemblikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif
(Efendi & Makhfudli, 2015)
5. Strategi Keperawatan Komunitas
Strategi inervensi keperawatan komunitas meliputi :

12
1) Proses Kelompok
2) Pendidikan kesehatan
3) Kerja sama (partnership) (Akbar, 2019)

2.2. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara )optimal, sehingga
mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak,2015). Keperawatan komunitas
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan
sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan
yang menyuluruh danumum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas.
Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan
kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfatkan kebijaksanaan pemerintah. (Efendi &
Makhfudli, 2015)
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi
masalah kesehatannya sendiri (Akbar, 2019). Kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses
keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai berikut :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan.
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process)
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara )optimal, sehingga mampu

13
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2015).
b. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Analisa data adalah Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2015). Kesehatan Diagnosis
keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun
potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang
ada.Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P),
etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
(Mubarak, 2015).
c. Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang
sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencaan intervensi
yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
diatas adalah:
d. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan harus bekerjasama
dengan angota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa,
dan anggota masyarakat (Mubarak, 2015).
a) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatankesehatan
c) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit
d) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
e. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

14
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang
sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2015). Adapun tindakan
dalam melakukan evaluasi adalah:
a) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
d) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
e) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatankesehatan
f) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk
mencegahgangguan penyakit
g) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengkajian
1. Karakteristik komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2014). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok
ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya.Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dansebagainya
(Mubarak, 2015).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2014).
Karakteristik wilayah komunitas yang akan dilakukan kegiatan berada di
lingkungan songkolo kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten
Gowa.
a. Data yang akan digali lebih lanjut
Data yang diperoleh dari Puskesmas Bontomarannu selama 6 bulan terakhir
didapatkan 10 jenis penyakit terbanyak yaitu demam yamg tidak diketahui
sebabnya (718), batuk (576), ispa (569), dermatitis dan eksim (521), luka
kecelakaan (511), sakit kepala (397), influenza (372), commond cold (341),
gastritis (318), artritis dan lainnya (152).
Dari data tersebut maka dilakukan pendataan di wilayah kerja lingkungan
Songkolo Kecamatan Makassar dengan hasil sebagai berikut :

16
1) Data Demografi
Dari data yang didapatkan pada saat pendataan, tahun 2022, Jumlah Kepala
Keluarga di lingkungan songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa
dengan perincian menurut jenis kelamin sebagai berikut:

1. Jumlah KK : 6 0 0 KK
2. Jumlah penduduk : 1993 jiwa

3. Jumlah Laki-Laki/Perempuan : 1011/982 jiwa


4. Jumlah kepala keluarga yang terdata : 240 KK

Penentuan sampel menggunakan Rumus Slovin

n = N

1 + Ne2

Ket :

n = Jumlah Sampel Yang Dicari

N = Ukuran Populasi

e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari ukuran populasi (0,05).

Penye :

n = 600

1 + (600 x 0,052)

600 = 600 = 240 Sampel

1 + (600 x 0,0025) 2,5

17
2) Komposisi keluarga

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Usia di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Usia Jumlah Persentase (%)


1 19-25 Tahun (Dewasa 14 5,8
Muda)
2 26-44 Tahun (Dewasa Tua) 96 40,0
3 45-59 Tahun (Pra Lansia) 81 33,8
5 > 60 Tahun (Lansia) 49 20,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%), dimana jumlah
Lansia sebanyak 49 jiwa (20,4%), pra lansia 81 jiwa (33,8 %),
d e w a s a t u a 9 6 j i w a ( 4 0 , 0 ) , dewasa muda 14 jiwa (5,8%),

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis


Kelamin di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki-laki 105 43,75
2 Perempuan 136 56,25
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022

Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk


yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%), jumlah
yang berjenis kelamin laki laki 105 jiwa (43,75) dan berjenis kelamin
perempuan 136 jiwa (56,25).

18
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di
Lingkungan Songkolo Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa
No Agama Jumlah Persentase (%)
1 Islam 240 100
Total 240 100%
Sumber : Data Primer April 2022
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan agama di lingkungan songkolo Kelurahan borongloe
Kecamatan Makassar dari 240 jiwa (100 %). Dimana semua penduduk
beragama islam.

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Suku di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Suku Jumlah Persentase (%)


1 Makassar 240 100
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022

Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk


yang terdata di lingkungan songkolo keseluruhan berasal dari suku
Makassar 240 jiwa (100%)

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Golongan Darah di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Keadaan Fisik Jumlah Persentase (%)
1 Tidak dikeahui 156 65,0
2 A 16 6,7
3 B 17 7,1
4 AB 5 2,1

19
5 O 46 19,2
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Golongan Darah, jumlah terbanyak yaitu yang tidak
mengetahui golongan darah sebanyak 156 jiwa 65,0%).

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Keadaan Fisik di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Keadaan Fisik Jumlah Persentase (%)
1 Sehat 205 85,4
2 ISPA 2 0,8
3 Diare 2 0,8
4 Reumatik 4 1.7
5 Gastritis 5 2,1
6 Hipertensi 16 6,7
7 Thypoid 3 1,3
8 Lain-lain 3 1,3
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Keadaan Fisik, jumlah penduduk terbanyak dalam
keadaan sehat 205 jiwa (85,4%), dan jumlah yang paling sedikit yaitu
ISPA 2 jiwa (0,8%) dan Diare 2 jiwa (0,8%).

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Data Imunisasi Balita di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Imunisasi Jumlah Persentase (%)
1 Tidak diketahui 37 15,4

20
2 Lengkap 123 51,3
3 Tidak lengkap 80 33,3
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%), jumlah
yang melaksanakan imunisai lengkap 123 jiwa (51,3%) dan tidak
lengkap 80 jiwa (33,3%).

Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Data Pasangan Usia Subur di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Imunisasi Jumlah Persentase (%)
1 Akseptor KB 24 10,0
2 Bukan Akseptor KB 216 90
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%), jumlah
Pasangan Usia Subur yang merupakan Akseptor KB 24 jiwa (10,0%)
dan Bukan Akseptor KB 216 jiwa (90%)

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Suku di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Suku Jumlah Persentase (%)
1 Makassar 240 100
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022

Berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang


terdata di lingkungan songkolo keseluruhan berasal dari suku
Makassar 240 jiwa (100%)

.
21
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Belum Sekolah 2 0,8
2 SD 47 19,6
3 Tamat SD 54 22,5
4 Tidak Tamat SD 16 6.7
5 SMP 45 18,8
6 SMA 69 28,8
7 D III 1 0,4
8 S1 5 2,1
9 Pasca Sarjana 1 0,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022

Berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa jumlah penduduk


yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah yang belum sekolah 2 jiwa
(0,8%), SD 47 jiwa (19,6%), Tamat SD 54 jiwa (22,5%), Tidak Tamat
SD 16 (6,7 %), SMP 45 jiwa (18,8%), SMA 69 jiwa (28,8%), D III 1
jiwa (0,4%), S1 5 jiwa (2,1%), Pasca Sarjana 1 jiwa (0,4%).

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di


lingkungan songkolo Kecamatan Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Petani 82 34,2
2 Buruh Harian 54 22,5
3 Wiraswasta 67 27,9
4 TNI/POLRI/PNS 3 1,3
5 Karyawan swasta 8 3,3
6 Pensiunan 4 1,7

22
7 Tidak bekerja 7 2.9
8 IRT 15 6,3
Total 240 100 %
Sumber : Data Primer April 2022
Berdasarkan tabel 3.11 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan pekerjaan di dilingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%)
dimana jumlah pekerjaan terbanyak adalah petani yaitu sebanyak 82 jiwa
(34,2%), dan jumlah pekerjaan paling sedikit adalah PNS/TNI/POLRI
sebanyak 3 jiwa (1,3%). Jumlah penduduk yang tidak bekerja sebanyak 7
jiwa (2,9%).

Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Data Sosial


Ekonomi di Lingkungan Songkolo Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa
No Data Sosial Ekonomi Jumlah Persentase (%)
1 Tidak berpenghasilan 1 4
2 < 900.000 45 18,8
3 900.000-1.500.000 85 35,4
4 1.500.000 - 2.500.000 59 24.6
5 > 2.500.000 50 20.8
Total 240 100%
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 3.12 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan data sosial ekonomi di lingkungan songkolo didapatkan
penghasilan terbanyak 900.000-1.500.000 sebanyak 85 (35,4 %) dan
yang terendah yaitu Tidak berpenghasilan sebanyak 2 jiwa (4%)
Kelurahan borongloe Kecamatan Makassar yang tertinggi dari 240 jiwa
(100 %).

23
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jaminan
Kesehatan di lingkungan songkolo Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa

No Jaminan Jumlah Persentase (%)


Kesehatan
1 Askes 13 5,4
2 Jamkesmas 158 65,8
3 Jamsostek 48 20,0
4 Tidak Ada 21 8,8
Total 240 100 %
Sumber : Data Primer April 2022
Berdasarkan tabel 3.13 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan jaminan kesehatan di lingkungan songkolo dari 240 jiwa
(100%) dimana jumlah jaminan kesehatan jamkesmas terbanyak adalah
jamkesmas yaitu sebanyak 158 jiwa (65,8%), dan yang paling sedikit
yaitu tidak memiliki jaminan kesehatan sebanyak 21 jiwa (8,8%).

Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan


Rumah di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Kepemilikan Rumah Jumlah Persentase (%)
1 Sewa 2 0,8
2 Menumpang 11 4,6
3 Milik Sendiri 227 94,6
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.14 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Kepemilikan Rumah, Rumah Milik sendiri 227 jiwa
(94,6%), menumpang 11 jiwa (4,6%), dan sewa 2 jiwa (0,8%).

Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tipe Rumah di


Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa
No Tipe Rumah Jumlah Persentase (%)
1 Permanen 231 96,3

24
2 Semi Permanen 8 3,3
3 Tidak Permanen 1 0,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.15 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Tipe Rumah, Tipe Rumah Permanen 231 jiwa (96,3%),
Semi Permanen 8 jiwa (3,3%),dan Tidak Permanen 1 jiwa (0,4%).

Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat


Pembuangan Masalah di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
Makassar
No Tempat Pembuangan Jumlah Persentase (%)
Sampah
1 Tempat sampah umum 8 33,3
2 Sungai 3 1,3
3 Sembarang tempat 3 1,3
4 Diangkut petugas 92 38,3
5 Di Bakar 130 54,2
6 Ditimbun 4 1,7
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.16 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Tempat Pembuangan Sampah, Terbanyak membuang
sampah dengan cara di bakar 130 jiwa (54,2%)

Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Penggunaan


Tempat Tempat Sampah Masalah di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Tempat Sampah Jumlah Persentase (%)
1 Tertutup kedap air 31 12,9
2 Terbuka tidak kedap air 115 47,9

25
3 Tertutup, tidak kedap air 39 16,3
4 Terbuka, kedap air 55 22,9
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Pengunaan Tempat Sampah, yang terbanyak yaiu
penggunaan tempat sampah terbuka tidak kedap air 115 jiwa (47,9)

Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kondisi


Kandang Ternak di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Kondisi Kandang Ternak Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Terawat 165 66,7
2 Terawat 75 31,3
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.18 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan kondisi kandang ternak, yang tidak terawat 162 jiwa
(66,7) dan yang terawat (31,3%) jiwa.

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan


Terdekat di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa
No Sarana Kesehatan Jumlah Persentase (%)
Terdekat
1 Rumah Sakit 17 7,1
2 Puskesmas 187 77,9
3 Balai Pengobatan 5 2,1
4 Dokter Praktek 30 12,5
5 Perawat 1 0,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.19 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
26
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Sarana Kesehatan Terdekat Rumah Sakit (7,1%),
Puskesmas (77,9%), Balai Pengobatan (2,1%), Dokter Praktek
(12,5%) dan Perawat (0,4%).
Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Sarana
Pelayanan Kesehatan Yang Sering Digunakan di Lingkungan
Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa

No Sarana Pelayanan Jumlah Persentase (%)


Kesehatan
1 Rumah Sakit 29 12,1
2 Puskesmas 161 67,1
3 Dokter Praktek 47 19,6
4 Mantri 3 1,3
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.20 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Sering Digunakan
Rumah Sakit (12,1%), Puskesmas (67,2%), Dokter Praktek (19,6%),
dan Mantri (1,3%).

Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Jenis Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur di Lingkungan
Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa

No Jenis Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)


1 IUD 2 7,1
2 Suntik 13 77,9
3 Pil 9 2,1
4 Tidak Ikut KB 216 12,5
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022

27
Berdasarkan tabel 3.21 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Jenis Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur, IUD
(0,8%), Suntik (5,4%), Pil (3,8%) dan yang tidak ikut KB (90,0%).

Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Usia Lanjut di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Jenis Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)


1 Usia Lanjut 119 49,6
2 Tidak Ada Usia Lanjut 121 50,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.22 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Usia Lanjut (49,6%) dan Tidak Ada Usia Lanjut (50,4%).

Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Jenis Penyakit Usia Lanjut di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Jenis Penyakit Lansia Jumlah Persentase (%)


1 Tidak Ada Lansia 121 50,4
2 Asma 2 0,8
3 TBC 10 4,2
4 Hipertensi 51 21.3
5 Kencing Manis 3 1,3
6 Penyakit Kulit 7 2,9
7 Penyakit Jantung 1 0,4
8 Lain-lain 45 18,8
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.14 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
28
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan penyakit lansia, Tidak Ada Lansia (50,4%), Asma (0,8%),
TBC (4,2%), Hipertensi (21,3%), Kencing Manis (1,3%), Penyakit
Kulit (2,9%), Penyakit Jantung (0,4%), dan penyakit lain-lain
(18,8%).

Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Lansia


yang Bekerja di Lingkungan Songkolo Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Jenis Penyakit Lansia Jumlah Persentase (%)


1 Tidak Ada Lansia 121 50,4
2 Lansia yang Bekerja 72 30,0
3 Lansia yang Tidak Bekerja 47 19,6
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.24 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Lansia yang Bekerja, Tidak Ada Lansia (50,4%), Lansia
yang Bekerja (30,0%) dan Lansia yang Tidak Bekerja (19,6%).

Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Aktivitas Lansia Pada Waktu Senggang di Lingkungan
Songkolo Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa

No Jenis Penyakit Lansia Jumlah Persentase (%)


1 Tidak Ada Lansia 121 50,4
2 Berkebun 49 20,4
3 Nonton TV 45 18,8
4 Bukan Salah Satunya 25 10,4
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.25 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

29
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Aktivitas Lansia Pada Waktu Senggang, Tidak Ada
Lansia (50,4%), Berkebun (20,4%), Nonton TV (18,8%) dan Bukan
Salah Satunya (10,4%).

Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Lansia


yang Ikut Posbindu di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Posbindu Lansia Jumlah Persentase (%)


1 Ada 0 0%
2 Belum Ada 240 100%
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.26 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Posbindu Lansia, Belum ada Posbindu Lansia (100%).
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Kebiasaan Lansia di Lingkungan Songkolo Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

No Kebiasaan Lansia Jumlah Persentase (%)


1 Tidak Ada Lansia 121 50,4
2 Merokok 48 20,0
3 Minum Kopi 45 18,8
4 Minum Teh 9 3,8
5 Lain-lain 17 7,1
Total 240 100 %

Sumber : Data Primer April 2022


Berdasarkan tabel 3.27 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terdata di lingkungan songkolo dari 240 jiwa (100%),
berdasarkan Kebiasaan Lansia, Tidak Ada Lansia (50,4%), Merokok
(20,0%), Minum Kopi (18,8%), Minum Teh (3,8%) dan Lain-lain
(7,1%).

30
2. Rencana Keperawatan
a) Tabel 3.28 analisa data
No. Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan

1. Resiko terjadinya penyakit Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat berhubungan dengan faktor resiko
akibat lingkungan yang tidak kurangnnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan ditandai dengan :
sehat berhubungan dengan  Sebagian masyarakat memiliki kandang ternak yang tidak terawat sebanyak
faktor resiko kurangnnya 66,7 % dan terawat 31,3 %
kepedulian masyarakat  Masih adanya warga yang membuang sampah sembarang tempat sebanyak 1,3 %, suangai 1,
terhadap kebersihan 3%
lingkungan.
2. Resiko terjadinya penurunan Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut dilingkungan songkolo kelurahan
derajat kesehatan pada usia borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa berhubungan dengan tidak adanya
lanjut dilingkungan songkolo pembinaan usia lanjut, tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
kelurahan borongloe ditandai dengan:
kecamatan bontomarannu  Belum efektifnya posbindu lansia dilingkungan songkolo
kabupaten gowa
berhubungan dengan tidak
adanya penetapan waktu yang
pasti dalam pelaksanaan
jadwal posbindu dilingkungan
songkolo

31
b) Dari analisa data di atas diagnosa yang muncul
1. Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat berhubungan
dengan faktor resiko kurangnnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan.
2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut dilingkungan
songkolo kelurahan borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
berhubungan dengan tidak adanya penetapan waktu yang pasti dalam
pelaksanaan jadwal posbindu dilingkungan songkolo

32
3. TABEL 3..29 PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS LINGKUNGAN SONGKOLO
KELURAHAN BORONGLO KECAMATANN BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA

DIAGNOSA
NO A B C D E F G H I J K TOTAL PRORITAS
KEPERAWATAN

1 Resiko terjadinya penyakit 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 33 1


akibat lingkungan yang tidak
sehat berhubungan dengan faktor
resiko kurangnnya kepedulian
masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan.

2 Resiko terjadinya penurunan 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 32 2


derajat kesehatan pada usia
lanjut dilingkungan songkolo
kelurahan borongloe kecamatan
bontomarannu kabupaten gowa
berhubungan dengan tidak
adanya penetapan waktu yang
pasti dalam pelaksanaan jadwal
posbindu dilingkungan songkolo

37
33
KETERANGAN :

1 : Sangat Rendah A : Resiko Terjadi

2 : Rendah B : Resiko Parah

3 : Cukup C : Potensial Untuk Pendidikan Kesehatan

4 : Tinggi D : Minat Masyarakat

5 : Sangat Tinggi E : Mungkin Diatasi

F : Sesuai Dengan Program Pemerintah

G : Tempat

H : Waktu

I : Dana

J : Fasilitas Kesehatan

K : Sumber Daya Manusia

37

34
3.2. Diagnosa berdasarkan prioritas masalah
1. Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat berhubungan dengan faktor resiko kurangnnya kepedulian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut dilingkungan songkolo kelurahan borongloe kecamatan
bontomarannu kabupaten gowa berhubungan dengan tidak adanya penetapan waktu yang pasti dalam pelaksanaan jadwal
posbindu dilingkungan songkolo

3.3. Intervensi Keperawatan (Planiing Of Action)


No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
kegiatan

1. Resiko terjadinya Memberikan edukasi kesehatan Penyuluhan Warga 30 menit Masjid Rp.100.000 Mahasiswa
penyakit akibat mengenai phbs, menjadwalkan phbs, lingkunga , Profesi Ners
baksos, dan n lingku Kelompok 4
lingkungan yang tidak baksos setiap hari sabtu, dan pengadaan songkolo ngan dan 8, kader
sehat berhubungan melakukan pembuatan tempat tempat songko dan pihak
sampah di lo puskesmas
dengan faktor resiko sampah di 8 titik di lingkungan
8 titik
kurangnnya kepedulian songkolo agar dapat
masyarakat terhadap meminimalisir terjadinya
kebersihan lingkungan. penyakit

37
35
2. Resiko terjadinya Memberikan usulan penetapan Diskusi Warga , 45 menit Kantor desa Rp.1.500.0 Mahasiswa
penurunan derajat kegiatan posbindu, melakukan bersama pemerinta 00 Profesi
pihak h desa, Ners
kesehatan pada usia senam lansia tiap hari sabtu di puskesmas dan pihak Kelompok
lanjut dilingkungan Puskesmas, melakukan mengenai puskesma 4 dan 8,
pengusulan s kader dan
songkolo kelurahan pemeriksaan kesehatan yang
ketetapan lingkunga pihak
borongloe kecamatan bekerja sama dengan pihak pelaksanaan n puskesmas
bontomarannu puskesmas dilingkungan kerja kegiatan songkolo
posbindu,
kabupaten gowa puskesmas bontomarannu yaitu kegiatan
berhubungan dengan lingkungan songkolo senam
lansia, dan
tidak adanya
pemeriksaan
penetapan waktu yang kesehatan
pasti dalam pemerintah
desa serta
pelaksanaan jadwal
warga
posbindu
dilingkungan
songkolo

37

36
51

3.4. Implementasi
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan
kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko
tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan
sangat tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam
memberikan informasi yang valid dan akurat. Melalui pendekatan dan
melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh
agama dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan
keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan
tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi:
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi .Pembahasan inipun
mengacu pada analisis SWOT (Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan,
Opportunity/kesempatan dan Threat/ancaman).
1. Implementasi Fisik
1) Melakukan kegiatan Sabtu Bersih (Kerja Bakti Bersama Masyarakat)
tiap hari sabtu dengan tujuan membersihkan lingkungan, sehingga
lingkungan bersih dan bebas dari bakteri, serta masyarakat dapat
memahami pentingnya menjaga kesehatan lingkungan terutama pada
permasalahan sampah, dengan hasil kerja bakti telah dilaksanankan
pada minggu pertama masa Praktik Komunitas Mahasiswa, yaitu pada
hari Sabtu, 14, 21, Mei 2022.
2) Melaksanakan kegiatan senam lansia setiam hari sabtu di Puskesmas
Bontomarannu pada tanggal 14, 21 Mei 2022
3) Meklaksanakan kegiatan pengadaan tempah sampah di lingkungan
songkolo pada tanggal 30 Mei 2022

37
2. Implementasi Non Fisik
1) Dilakukannya Pemeriksaan Kesehatan Gratis yaitu pemeriksaan gula
darah, asam urat , kolesterol, dan tekanan darah pada warga
dilingkungan Songkolo dan Balang-Balang yang dilaksanakan di
posko 2 lingkungan Songkolo pada hari Jumad, 20 Mei 2022.
2) Melakukan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Masjid bersama ibu Majelis Ta’lim agar masyarakat mengetahui
manfaat dari perilaku hidup bersih bagi individu dan kelompok yang
dilakukan pada hari Jumad, 20 Mei 2022.

38
3.5. Evaluasi

Waktu/ Indikator
No. Diagnosa Keperawatan Kegiatan Peserta Hambatan Solusi
Tempat Keberhasilan
1 Resiko terjadinya 1. Pelaksanaan Sabtu, 14 Mei Mahasiswa Indikator Pada saat Perlu arahan
penyakit akibat bakti sosial 2022 / dan warga keberhasilan 80% diadakan kerja mengenai
lingkungan yang tidak setiap hari Lingkungan Lingkungan bakti, sebagian pentingnya gotong
sehat berhubungan sabtu Songkolo Songkolo masyarakat tidak royong
dengan faktor resiko sebanyak 30 berpartisipasi membersihkan
kurangnnya kepedulian orang lingkungan sekitar.
masyarakat terhadap Jumad, 20 Mei Ibu-ibu Indikator Terkendala di Adanya pembagian
kebersihan lingkungan. 2. Penyuluhan 2022 / Masjid majelis keberhasilan 80% LCD yang leaflet mengenai
PHBS Al- Huda Pattiro Ta’lim gambarnya materi penyuluhan
sebanyak 25 kurang besar
orang
3. Pengadaan Senin, 30 Mei Masyarkat Indikator Terkendala pada Adanya pembagian
tempat sampah 2022/ Lingkungan keberhasilan 80% transportasi pada leaflet mengenai
Lingkungan Songkolo saat distribusi materi penyuluhan
Songkolo Di 8 titik tempat sampah

39
37
• Keluraha
n
• Masjid
(3)
• Ibu
lingkunga
n
• Posyando
• 2 posko
2. Resiko terjadinya 1. Diskusi Selasa, 10 Mei Penanggung Indikator Jumlah lansia Dilakukannya
penurunan derajat bersama pihak 2022/ Puskesmas jawab keberhasilan 60% yang sedikit di kegiatan posbindu
kesehatan pada usia puskesmas di Bontomaranno kegiatan Lingkungan yang secara bergilir
lanjut dilingkungan mengenai posbindu Songkolo dimasing-masing
songkolo kelurahan pengusulan setiap lingkungan
borongloe kecamatan ketetapan kerja Puskesmas
bontomarannu pelaksanaan Bontomaranno
kabupaten gowa kegiatan
berhubungan dengan posbindu
tidak adanya penetapan

40
38
waktu yang pasti dalam
pelaksanaan jadwal
posbindu dilingkungan 2. Kegiatan Sabtu, 14, 21 Para lansia di Indikator Pada saat Perlu diadakan
songkolo senam lansia, Mei 2022/ lingkungan keberhasilan 80% melakukan senam edukasi kepada
Puskesmas kerja lansia sebagian para lansia
di Bontomaranno Puskesmas lansia tidak hadir mengenai
Bontomarann karena terkendala pentingya ikut
o terutama dengna waktu dan senam lansia serta
Lingkungan kondisi lansia. memperkuat
Songkolo . pendekatan
yang ikut mahasiswa
serta 19 terhadap warga
peserta
3. Pemeriksaan Jumad , 20 Mei Warga Indikator Kegiatan tidak Perlu arahan
kesehatan 2022/ Posko 2 Songkolo dan keberhasilan 80% sesuai dengan mengenai
lansia Lingkungan Balang- jadwal yang pentingnya tepat
Songkolo balang ditentukan karena waktu
peserta Kurangnya
sebanyak 38 kesadaran

41
39
orang masyarakat untuk
hadir tepat waktu.

4.3. Tabel 4.2 Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Kegiatan (Analisis SWOT)

No Kriteria Analisis SWOT


1 Pengkajian Kekuatan :Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif dari masyarakat, dan kader
kesehatan, serta aparat pemerintah setempat.
Kelemahan : Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang diperoleh hal ini diakibatkan adanya
kesulitan dalam berkomunikasi dengan masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan,
serta kepala keluarga yang tidak ada pada saat dilakukannya pendataan.
Kesempatan : Kesempatan dari tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik dari masyarakat karena
kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ancaman : Adalah keakuratan data yang diragukan dan keseriusan pengumpul data dalam mengkaji
permasalahan yang dialami sebenarnya dan beberapa rumah yang kepala keluarganya tidak
berada di tempat pada saat dilakukannya pengkajian.
2 Perencanaan Kekuatan : kekuatan dalam perencanaan ini adalah meliputi kerja sama yang baik antara teman
kelompok, serta setiap kegiatan yang dilakukan memiliki penanggung jawab dan motivasi

40
42
dari pemerintah setempat, puskesmas untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan.
Kelemahan : Pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk
beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar, sehingga beberapa metode tepat
guna disiapkan untuk menghadapi kendala dana tersebut dan dalam penyusuan
perencanaan tidak melibatkan pihak terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan.
Masyarakat menginginkan mahasiswa yang membuat rencana kegiatan dan mereka
mendukung kegiatan yang direncanakan.
Kesempatan :Setiap rencana kegiatan yang akan dilakukan selalu mendapat dukungan dari kepala Lurah,
Kepala Lingkungan, RT, RW maupun dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan
berupa kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
Ancaman : Perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan
nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan dalam bertani atau malas keluar
rumah. Dan ketidakpastian sumber dana untuk membiayai setiap rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan dan Bantuan dana
3 Pelaksanaan Masalah kesehatan I : Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat berhubungan
dengan faktor resiko kurangnnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan.
Analisis SWOT

Kekuatan : Dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat,

43
41
pemerintah setempat, tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan
serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan.

Kelemahan : Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan rumah . Dan
juga diperberat dengan keadaan ekonomi/pendapatan masyarakat yang tidak memadai.

Kesempatan : Adanya beberapa program pemerintah dan puskesmas yang sejalan dengan program
mahasiswa misalnya, melakukan kegiatan Sabtu bersih dan perilaku hidup bersih dan
sehat.

Ancaman : Saat pelaksanaan kegiatan, ada beberapa mahasiswa yang tidak dapat terlibat dalam
kegiatan tersebut karena sulit diatur.

Masalah Kesehatan II:Kurangnya Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut
dilingkungan songkolo kelurahan borongloe kecamatan bontomarannu kabupaten gowa
berhubungan dengan tidak adanya penetapan waktu yang pasti dalam pelaksanaan
jadwal posbindu dilingkungan songkolo

Analisis SWOT

Kekuatan : Yang ada dalam masalah ini adalah adanya minat masyarakat yang cukup besar untuk
mengikuti penyuluhan dan konseling kesehatan, serta adanya dukungan dari
pemerintah setempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan

44
42
masalah ini.

Kelemahan : Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan serta
belum ditetapkan secara pasti mengenai jadwal dilakukakannya kegiatan dilingkungan
songkolo.

Kesempatan : Adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas,
misalnya mengadakan posyandu dan pelatihan kader kesehatan

Ancaman : Yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari
aparat pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam tinjaklanjut program serta
dibutuhkannya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
yang ada serta program yang dibuat.

45
43
4.4. Evaluasi
1. Struktur
Dalam perencanaan kegiatan telah diorganisir dengan baik mencakup
penunjukan penanggung jawab dalam setiap kegiatan dengan harapan
tersebut dapat berlangsung dengan baik.
2. Proses
Pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung dengan baik karena semua anggota
kelompok dapat berpartisipasi dan bekerja sama dalam kegiatan yang
dilakukan.
3. Hasil
a. Kegiatan yang terlaksana sesuai dengan rencana, yaitu penyuluhan
kesehatan PHBS, pemeriksaan kesehatan lansia, pengadaan senam
lansia setiap hari sabtu, pengadaan tempat sampah dan sabtu bersih
yang dilaksanakan di di lingkungan songkolo terlaksana dengan
cukup baik mengingat antusias masyarakat yang cukup tinggi.
b. Setelah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gratis dan penyuluhan,
masyarakat mengatakan telah mengerti dan memahami tentang
pentingnya kesehatan baik kesehatan perorangan maupun kesehatan
lingkungan.

46
44
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan komunitas diberikan melalui tahap proses
keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosis,
perencanan, implementasi dan evaluasi.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas di Lingkungan
Songkolo, mahasiswa melibatkan peran serta masyarakat melalui strategi
pembinaan wilayah dan keluarga binaan dimana mahasiswa dan
masyarakat lainnya bekerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Adapun masalah kesehatan yang ditemukan di Lingkungan Songkolo
adalah: Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat
berhubungan dengan faktor resiko kurangnnya kepedulian masyarakat
terhadap kebersihan lingkunganResiko terjadinya penurunan derajat
kesehatan pada usia lanjut dilingkungan songkolo kelurahan borongloe
kecamatan bontomarannu kabupaten gowa berhubungan dengan tidak
adanya penetapan waktu yang pasti dalam pelaksanaan jadwal posbindu
dilingkungan songkolo
4. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat dalam mengatasi
masalah tersebut yaitu: Pemeriksaan kesehatan, Penyuluhan kesehatan
penyakit lansia, senam lansia, pengadaan tempat sampah dan penyuluhan
PHBS.

Kegiatan yang dilakukan tersebut tentu saja tidak terlepas dari peran serta
masyarakat sebagai objeknya, serta pihak-pihak lain yang telah mendukung
baik itu pemerintah setempat (aparat desa dan kepala dusun), para tokoh
pendidik, para tokoh masyarakat, dan pihak Puskesmas.

47
5.2. Saran
1. Pihak Pendidikan
a. Dalam proses persiapan memasuki program Kuliah Kerja Profesi Ners
Keperawatan yang dibekalkan kepada mahasiswa hendaknya memiliki
suatu konsep yang terstruktur dan mengintegrasikan keseluruhan
konsep Kuliah Kerja Profesi Ners dengan kondisi lapangan, sehingga
didapatkan kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan persepsi menuju
peningkatan efektifitas pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi Ners di
lapangan.
b. Untuk meningkatkan, memperluas, dan mempermudah hubungan
instansi yang terkait dengan Kuliah Kerja Profesi Ners Keperawatan
dengan mahasiswa diharapkan adanya kerjasama antara pendidikan
dengan instansi terkait baik berupa kontrak waktu atau dalam bentuk
yang lain.
2. Pemerintah Desa
a. Agar senantiasa memotivasi masyarakat untuk meningkatkan status
kesehatan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Agar melanjutkan kegiatan-kegiatan yang telah dirintis oleh
mahasiswa pada hari-hari selanjutnya.
3. Mahasiswa Kuliah Kerja Profesi Ners Keperawatan
Tunjukkan profesionalisme kita sebagai Profesi Ners, sehingga
memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat dan bermanfaat bagi
semua pihak yang bersangkutan.Pertahankan kebersamaan dengan
kerjasama yang baik antar anggota kelompok dalam melaksanakan disiplin
Ilmu Profesi Ners sebagai mana yang kami lakukan, sebab itu modal
keberhasilan kita

48
46
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A. (2019). Konsep Konsep Dasar Dalam Keperawatan


Komunitas. Deepublish.
Efendi, F. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas . Jogyakarta Airlangga
Efendi, F., & Makhfudli. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas :
Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Salemba Medika.
Mubarak, W. 2015. Pengantar keperawatan komunitas, Jakarta : Sagung Seto
Nofita Veronika, Asti Nuraeni, & M. S. (2017). Efektivitas Pelaksanaan
Pendampingan Oleh Kader Dalam Pengaturan Diet Rendah Garam
Terhadap Kestabilan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di
Kelurahan Purwoyoso Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan
(Jikk), Iii(1), 46–53. Http:/ /Ejourna l.Stikestelogor ejo.Ac.Id/Index.Ph
p/Jikk/ Articl e/V iew/55 1/550
Priyoto. (2018). Ilmu Keperawatan Komunitas. Pustaka Panasea.
Sinaga, M. R. (2021 ). Pencegahan Covid-19 Melalui Pemberian Asuhan
Keperawatan. Educations - Pengabdian Kepada Masyarakat Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 60.
Sumijatun. 2014., Standar Praktik Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Widagdo, S.N. 2016. Keperawatan keluarga dan komunitas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

49
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai