Anda di halaman 1dari 7

BAB II

2.1 PENGERTIAN PERSEDIAAN


Persediaan merupakan salah satu faktor penting untuk kelangsungan jalannya
suatu perusahaan. Terdapatnya beberapa pengertian persediaan yang dikemukaan oleh
para ahli yaitu:
1. Teori persediaan berkaitan dengan penentuan prosedur yang optimal untuk
pengadaan saham dari berbagai variasi komoditas untuk memenuhi permintaan
di masa mendatang. Starr dan Miller (1977).
2. Persediaan adalah sumber daya menganggur apapun, asalkan sumber daya
tersebut memiliki nilai ekonomi. Baroto (2002)
3. Persediaan didefinisikan sebagai simpanan produk. Material yang dibeli atau
produk yang dibuat disimpan sebagai persediaan sampai material/produk
tersebut diperlukan. Secara umum, persediaan dapat ditunjukan sebagai suatu
sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut
dan memiliki nilai ekonomis. Fogarty, dkk (1991).
Timbulnya persediaan dalam suatu sistem baik sistem manufaktur maupun non
manufaktur merupakan akibat dari 3 kondisi yaitu:
a. Akibat dari mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction motive).
b. Akibat dari adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian (precautionary
motive).
 Jenis persediaan yang diperuntukkan untuk meredam ketidakpastian ini
sering disebut sebagai persediaan pengaman (safety stock)
c. Akibat dari keinginan untuk melakukan spekulasi (speculative motive).
 Tujuannya mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga barang
dimasa mendatang
 Faktor spekulasi ini biasanya terjadi pada barang-barang yang langka
dipasaran atau barang-barang monopotistik.
Alasan penyimpanan persediaan yaitu:
 Trade-off antara ongkos simpan dan ongkos pesan
 Menghadapi permintaan tak terduga
 Permintaan musiman
 Menghadapi variasi permintaan
 Memanfaatkan adanya potongan harga
 Menghadapi kenaikan harga, Nasution & Prasetyawan (2008),

2.2 FUNGSI PERSEDIAAN


Secara spesifik, fungsi persediaan dapat diklasifikasikan menjadi lima
klasifikasi, yaitu:
1. Persediaan dalam lot size (lot size stock), persediaan muncul karena adanya
persyaratan ekonomis untuk penyediaan kembali (replenishment). Faktor
penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya set up, biaya pesiapan produksi
atau pembelian dan biaya transportasi.
2. Persediaan cadangan (safety stock), pengendalian persediaan timbul berkenaan
dengan ketidakpastian (uncertainty). Peramalan permintaan konsumen biasanya
selalu disertai kesalahan peramalan. Persediaan cadangan mengamankan
kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan
manufaktur tepat pada waktunya.
3. Persediaan pipeline (pipeline stock), sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai
sekumpulan tempat persediaan (stock point) dengan aliran diantara tempat
persediaan tersebut. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti
perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen. Persediaan dalam aliran
tersebut disebut persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk
tidak berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke
tempat penyimpanan lain. Persediaan tersebut disebut persediaan transportasi.
Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut
persediaan pipeline.
4. Persediaan antisipasi (anticipation stock), persediaan dapat timbul untuk
mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan kenaikan
permintaan (demand) atau kenaikan harga.
5. Persediaan lebih, persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau
kerusakan fisik. Tersine (1994).

2.3 TERMINOLOGI DALAM SISTEM PERSEDIAAN


Terdapat 4 terminologi sistem persediaan sebagai berikut:
1. Kebutuhan Barang (Demand), keputusan dalam persediaan (kebijakan, jumlah
dan pemesanan) dibuat berdasarkan demand atau permintaan dapat bersifat
deterministik, probabilistik, statis atau dinamis.
2. Waktu Ancang (Lead Time), adalah lamanya waktu antara mulai dilakukanya
pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut dan
diterima di gudang persediaan.
3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point), adalah saat atau titik tingkat
persediaan dimana harus dilakukan pemesanan lagi untuk mengganti stock yang
berkurang, sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu tepat
pada waktu dimana persediaan atas safety stock sama dengan nol.
4. Cadangan Pengaman (Safety Stock), adalah persediaan yang harus ditinggalkan
(persediaan tambahan) dalam gudang untuk mengantisipasi fluktuasi
permintaan. Safety stock tidak dicadangkan untuk memenuhi permintaan saat
lead time yang telah diprediksikan, melainkan dicadangkan untuk memenuhi
permintaan yang terjadi diluar dugaan. Elsayed & Boucher (1994).

2.4 MACAM-MACAM PERSEDIAAN

Dilihat dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum, yaitu:


1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan oleh perusahaan.
2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau
dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah
lanjutan agar menjadi produk jadi.
3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap
untuk disimpan digudang barang jadi, dijual, atau dididstribusikan ke lokasi-
lokasi pemasaran.
4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk
menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang
dihasilkan perusahaan. Nasution (2008).

2.5 ONGKOS SISTEM PERSEDIAAN


Biaya atau ongkos dalam sistem persediaan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Ongkos Pembelian (Purchasing Cost = c). Ongkos pembelian (purchase cost)
dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut
diperoleh dari sumber-sumber eksternal, dan biaya produksi per unit bila item
tersebut dibuat oleh perusahaan atau sumber internal.
2. Ongkos Pengadaan (Procurement Cost). Ongkos pengadaan dibedakan menjadi
2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu ongkos pemesanan (ordering cost) bila
barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan ongkos
pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dari produksi sendiri.
a. Ongkos Pemesanan (Ordering Cost = k). Ongkos pemesanan adalah semua
pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Ongkos ini
diasumsikan tetap untuk setiap kali pemesanan barang. Ongkos ini pada
umumya meliputi, antara lain :
 Pemrosesan pesanan.
 Ongkos ekspedisi.
 Ongkos telepon dan keperluan komunikasi lainnya.
 Pengeluaran surat menyurat, fotokopi dan perlengkapan administrasi
lainnya.
 Ongkos pengepakan dan penimbangan.
 Ongkos pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
 Ongkos pengiriman ke gudang, dan seterusnya.
Secara normal, ongkos pemesanan tidak naik bila kuantitas pesanan
berubah. Tetapi bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali
pemesanan, maka jumlah pemesanan per periode akan turun dan biaya
pemesanan total akan turun.
b. Ongkos Pembuatan (Setup Cost = k). Ongkos pembuatan adalah semua
pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang.
Ongkos ini biasanya timbul didalam pabrik, yang meliputi ongkos menyetel
mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya. Karena
kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu
pengadaan, maka didalam sistem persediaan ongkos tersebut sering
disebut sebagai ongkos pengadaan (procurement cost).
3. Ongkos Penyimpanan (Holding Cost = h). Ongkos penyimpanan merupakan
biaya yang naik seiring dengan membesarnya jumlah persediaan. Biasanya biaya
ini merupakan fungsi dari nilai (value) persediaan. Jika produk yang disimpan
merupakan hasil pembelian, akan dinilai seharga pembelian. Jika produk dibuat
perusahaan, bagian akuntansi akan memberi nilai produk, yaitu jumlah biaya
tenaga kerja, bahan baku dan overhead. Biaya-biaya yang termasuk sebagai
ongkos penyimpanan adalah:
a. Biaya Memiliki Persediaan (biaya Modal). Penumpukan barang digundang
berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos
yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang
ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya
sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi
nilai persediaan untuk periode tertentu.
b. Biaya Gudang. Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan
sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatan disewa maka
biaya gundang merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan. Barang yang disimpan dapat mengalami
kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya
berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya
diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa (Absolence). Barang yang disimpan dapat mengalami
penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-
barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya
penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. Biaya Asuransi. Premi kebijakan asuransi meliputi kebakaran, kerusakan
akibat air dan resiko lainnya akan bervariasi terhadap nilai persediaan dan
akan berkontribusi terhadap biaya persediaan.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan. Biaya ini dikeluarkan untuk
mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan,
penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk
memindahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk
upah buruh dan peralatan handling. Dalam manajemen persediaan,
terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per
unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan
(misalnya: Rp/unit/tahun).
4. Ongkos Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p). Ongkos kekurangan bahan
(stockout cost) adalah ongkos yang paling sulit diperkirakan dari semua biaya-
biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan. Ongkos ini timbul bilamana
persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan. Biaya-
biaya yang termasuk ongkos kekurangan persediaan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan; ketika perusahaan tidak mampu memenuhi suatu
pesanan, maka ada nilai penjualan yang hilang bagi perusahaan.
b. Kehilangan pelanggan tetap (langganan); pelanggan yang merasa
kebutuhannya tidak dapat dipenuhi perusahaan akan beralih ke perusahaan
lain yang mampu memenuhi kebutuhan mereka.
c. Biaya pemesanan khusus; agar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan
akan suatu item, perusahaan bisa melakukan pemesanan khusus agar
item tersebut diterima tepat waktu. Pemesanan khusus biasanya
mengakibatkan pertambahan biaya pada biaya ekspedisi dan harga item
yang dibeli.
d. Terganggunya proses produksi, jika kekurangan persediaan terjadi pada
persediaan bahan, dan hal ini tidak diantisipasi sebelumnya, maka kegiatan
produksi akan terganggu.
e. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Biaya kekurangan persediaan dapat diukur sebagai berikut:
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat
memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses
produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti (p) atau hukuman
kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.
b. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau
lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu
menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya
waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/unit.
c. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan pengadaan darurat
yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan
normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan
ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan
misalnya Rp/setiap kali kekurangan. Kadang-kadang biaya ini disebut juga
biaya kesempatan (opportunity cost).
5. Ongkos Sistemik
Ongkos sistemik adalah ongkos yang dikeluarkan untuk membangun sistem
persediaan seperti ongkos perancangan dan perencanaan sistem persediaan,
ongkos-ongkos untuk mengadakan peralatan serta melatih tenaga yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem. Ongkos ini dapat dianggap sebagai
ongkos investasi bagi pengadaan suatu sistem persediaan. Dalam identifikasi
ongkos persediaan ada perbedaan pengertian antara ongkos persediaan actual
dan ongkos persediaan didalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Ongkos
persediaan yang diperhitungkan dalam kebijaksanaan hanyalah ongkos yang
mempengaruhi hasil optimal pengendalian persediaan. Jika suatu elemen biaya
tidak terpengaruh oleh kebijakan persediaan maka elemen biaya tersebut tidak
diperhitungkan. Ristono (2008).

Anda mungkin juga menyukai