Anda di halaman 1dari 3

Judul jurnal : UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PASIEN DALAM TATALAKSANA DIABETES MELLITUS

DENGAN PENDEKATAN TEORI MODEL BEHAVIORAL SYSTEM DOROTHY E. JOHNSON (Changing the
Patient’s Behavior in Diabetes Mellitus Management by Application Dorothy E. Johnson’s Behavioral
System Model)

Isi jurnal :

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Wordl Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia
menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah India,
China, dan Amerika (Pratiwi, 2007). Hasil penelitian di beberapa negara, ketidakpatuhan pasien diabetes
dalam berobat mencapai 40-50%. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien
pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% dan di negara
berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Menurut Mishali dari Departemen Psikologi
Universitas Tel Aviv, dari 21 studi atau penelitian dengan pemberikan intervensi yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan berobat pada pasien diabetes tipe-2 ternyata tidak memberikan hasil yang
signifikan. Ketidakpatuhan pasien beserta alasannya ini masih sedikit dipahami (Mishali et al, 2007).
Begitu pula yang diungkapkan oleh Tjokroprawiro (1997), walaupun pasien diabetes telah mendapatkan
pengobatan OAD, masih banyak pasien tersebut mengalami kegagalan. Perawat merupakan faktor yang
mempunyai peran penting dalam merubah perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan
(equilibrium) dalam diri pasien. Intervensi yang digunakan untuk merubah perilaku pasien dalam
Behavioral System Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara membatasi perilaku dan
menghambat respon perilaku yang tidak efektif, merubah elemen structure dengan tujuan untuk
memotivasi pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dan memenuhi
kebutuhan subsistem dengan cara nurture, protect dan stimulate (Tommey and M.R. Alligood, 2006).
Pemberian motivasi dapat memperbaiki perilaku pasien terhadap pengobatan karena dalam hal ini kita
menanamkan kesadaran individu untuk mentaati pengobatan didasari adanya keinginan yang timbul dari
dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep yang diciptakan oleh Johnson bahwa untuk merubah
perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara memotivasi drive menjadi action. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum
dan sesudah pemberian motivasi dan edukasi. Peningkatan pengetahuan ini terjadi karena dalam
pemberian motivasi ada materi edukasi tentang diabetes juga sehingga peningkatan pengetahuan yang
terjadi adalah karena pemberian edukasi.

Kelebihan :

Dalam jurnal ini menjelaskan cara memperbaiki perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus
dengan pemberian motivasi dan edukasi melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik.

Kekurangan :

Dalam jurnal ini menggunakan metode eksperimen jadi membutuhkan waktu yang lama untuk
pengaplikasiannya.
Judul jurnal : PENGARUH PENDIDIKAN GIZI METODE PEER EDUCATOR TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
REMAJA PUTRI PADA PENCEGAHAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DI KOTA SEMARANG

Isi jurnal :

Masa remaja merupakan tahapan dimana seseorang berada di antara fase anak dan dewasa dengan
banyak perubahan yang terjadi, diantaranya perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi.
Remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia 10 – 19 tahun. Pada remaja, masalah gizi yang
biasa dijumpai diantaranya anemia, obesitas, kekurangan energi kronis (KEK), serta perilaku makan
menyimpang seperti anoreksia nervosa dan bulimia. Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin di
dalam darah kurang dari nilai normal. Kadar Hb normal 12 gr%, untuk dewasa laki-laki 13gr% dan 12 gr%
untuk dewasa perempuan. Penelitian oleh Prahastuti menunjukkan bahwa konseling dan pendidikan
sebaya terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri usia 15-19 tahun dalam
pencegahan anemia di Kabupaten Subang. Sasaran dari penelitian ini adalah siswi kelas XI SMK Negeri 9
Semarang. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan gizi
metode peer educator terhadap perubahan perilaku remaja putri pada pencegahan anemia defisiensi
besi (Studi pada Siswa Kelas XI di 2 SMK Negeri Kota Semarang tahun 2018). Karakteristik responden
sebagian besar berusia 17 tahun pada kelompok intervensi dan kontrol dengan status gizi sebagian besar
normal. Tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pada kedua kelompok sebelum intervensi.
Ada perbedaan perubahan pengetahuan setelah intervensi pada kedua kelompok (kelompok intervensi
dan kelompok kontrol) berdasarkan hasil uji Mann Whitney (p=0,001:p<0,05). Ada perbedaan perubahan
sikap setelah intervensi pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) berdasarkan
hasil uji Mann Whitney (p=0,001:p<0,05). Tidak ada perbedaan perubahan praktik setelah intervensi
pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) berdasarkan hasil uji Mann Whitney
(p=0,089:p>0,05).

Kelebihan :

Dalam jurnal ini menggunakan metode Quasy Experimental dengan rancangan Pre-Post Control Group
sehingga hasil penelitian benar-benar sesuai riset.

Kelemahan :

Dalam jurnal ini waktu penelitiannya sangatlah terbatas dan responden tidak dilakukan benar-benar
secara acak.

Judul jurnal : SUSTAINABILITY CONSUMPTION: PERUBAHAN PERILAKU MENGONSUMSI DAGING

Isi jurnal :

Konsumsi daging pada satu sisi mempunyai dampak positif, namun di sisi lain juga membawa dampak
negatif, baik dalam tingkat individu maupun sosial. Kandungan nutrisi yang padat dan terkait dengan
kekayaan dalam masyarakat, menjadikan daging menjadi sumber makanan yang disukai. Konsumsi
daging dipertimbangkan sebagai sebuah posisi baik, yang menandakan rangking pribadi dalam hirarki
sosial (Hirsch dalam Frank, 2007). Hubungan antara konsumsi daging dan posisi baik dalam masyarakat
ini, terkait dengan kebutuhan seseorang untuk mendapatkan status dalam lingkungan sosialnya.
Konsumsi daging juga berdampak negatif pada kesehatan, efisiensi produksi rendah, kerusakan
lingkungan, serta masalah sosial dan etika. Kerusakan lingkungan yang terkait dengan konsumsi daging
antara lain: penggundulan hutan dan perusakan padang rumput, penipisan air tanah, pembuangan
limbah cair, pemanasan global dan kepunahan keaneka-ragaman hayati (Frank 2007). Hasil penelitian
menyatakan ada beda signifikan antara rangsangan berupa informasi tentang dampak negatif
mengonsumsi daging pada kesehatan, lingkungan, serta sosial dan etika dan kontrolnya. Sementara,
tidak ada beda signifikan antara rangsangan informasi dampak negatif mengonsumsi daging pada
efisiensi produksi dan kontrolnya. Simpulan penelitian adalah informasi tentang dampak negatif
mengonsumsi daging pada kesehatan, lingkungan, serta sosial dan etika mampu menghasilkan
perubahan perilaku.

Kelebihan :

Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa memberikan informasi kepada masyrakat tentang dampak negatif
mengkomsumsi daging dapat menghasilkan perubahan perilaku masyrakat.

Kelemahan :

Dalam jurnal ini ukuran sampel dalam setiap kelompok eksperimen dan kontrol yang relatif sedikit
(hanya tiga partisipan) sehingga hasilnya dapat berubah jika respondennya semakin banyak.

Anda mungkin juga menyukai