Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA SEBAGAI PONDASI KEPRIBADIAN ANAK

A. Hakikat Pendidikan Keluarga


Pendidikan pada dasarnya sebagai upaya efektif dalam mengembangkan potensi setiap
individu agar berkembang sesuai fitrahnya. Proses ini berlangsung secara kontinu sejak
manusia itu lahir hingga menjelang akhir hayatnya. Proses pelaksanaan pendidikan yang
pertama kalinya berlangsung dalam lingkungan keluarga. Karena secara kodrati, keluarga
merupakan basis penentu dalam pengembangan pendidikan anak pada masa depan.
Keluarga sebagai inti terkecil dari sistem kemasyarakatan, yang terdiri dari ayah, ibu, anak
atau anggota keluarga lainnya senantiasa mengalami interaksi satu sama lainnya.
Pendidikan dalam keluarga adalah sebagai pendidikan pertama dan utama, karena
pendidikan yang berlangsung dalam keluarga merupakan basis pembentukan anak yang
berkualitas dan bermoral, sesuai dengan harapan yang didambakan orang tua. Orang tua
harus dapat meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan
akhlak yang mulia disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang
mengetahui kewajiban dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi
perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan
memeliharanya.
Nasikh Ulwan dalam bukunya “Tarbiyah Al-Aulad Fi-Al Islam”, sebagaimana dikutip
oleh Heri Noer Aly, merincikan bidang-bidang pendidikan anak sebagai berikut :
a. Pendidikan Keimanan, antara lain dapat dilakukan dengan menanamkan tauhid kepada
Allah dan kecintaannya kepada Rasul-Nya.
b. Pendidikan Akhlak, antara lain dapat dilakukan dengan menanamkan dan
membiasakan kepada anak-anak sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat
tercela.
c. Pendidikan Jasmaniah, dilakukan dengan memeperhatikan gizi anak dan
mengajarkannya cara-cara hidup sehat.
d. Pendidikan Intelektual, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak dan
memberi kesempatan untuk menuntut mencapai tujuan pendidikan anak.

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan
dan pembiasaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari
orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu,
bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap
individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola bagi
mereka.
b. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena
manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana
firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat
Artinya :”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-
orang yang berilmu diantara kalian”.
c. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses
pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai dari
pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang
melatarbelakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang
bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya
kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian
yang baik bagi anak didik yang relatif masih muda dan belum mengenal pentingnya
arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak ini agar terbiasa
berperilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya
orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si
anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.

B. Arti dan Tujuan Pendidikan Keluarga


 Arti pendidikan keluarga
Yang dimaksud dengan Pendidikan Keluarga adalah pendidikan yang harus
dilaksanakan dalam keluarga oleh orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga
yang lain dan kepada anak-anaknya. Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai
tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam
bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan dan pengajaran kepada dirinya sendiri,
anggota keluarga lain dan kepada anak-anaknya, sesuai dengan potensi mereka masing-
masing, dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan antar mereka.
Sehingga anggota keluarga dan anak yang bersangkutan kelak dapat hidup mandiri
yang bertanggung jawab dan ia dapat dipertanggung jawabkan dalam lingkungan
masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku dan agama yang
dianutnya.
 Tujuan pendidikan keluarga
Usaha pendidikan selalu bertujuan dalam lingkup kehidupan yang bernilai dan
bermakna dalam kerangka sesuatu yang “ideal” atau “maksimal” sesuai dengan
kemampuan anggota keluarga termasuk anak dalam keluarga itu. Dalam tujuan
pendidikan biasanya terkandung tiga aspek kehidupan manusia dalam kaitannnya
dengan kehidupan di dalam lingkungan masyarakatnya, yaitu aspek kehidupan pribadi,
sosial dan moral.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang menjadi tujuan pendidikan dalam
keluarga, ialah “Anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya untuk menjadi seseorang yang mandiri dalam
masyarakatnya dan dapat menjadi insan produktif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya itu. Kemudian setiap anggota keluarga berkembang menjadi orang
dewasa yang mengerti tindak budaya bangsanya dan menjadi seorang yang bertaqwa
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
C. Tugas dan Peranan Orang Tua dalam Keluarga
Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas
dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Melahirkan
b. Mengasuh
c. Membesarkan
d. Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku. Di samping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang
ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan
pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang
tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah karunia
yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia, sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46 :
Artinya :”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amanah-
amanah yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan”.
Beberapa hal yang perlu diberikan orang tua terhadap anaknya, adalah sebagai
berikut :
a. Respek dan kebebasan pribadi
b. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik
c. Hargai kemandiriannya
d. Diskusikan tentang berbagai masalah
e. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian
f. Anak-anak lain perlu dimengerti
g. Beri contoh perkawinan yang bahagia

Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya dalam


mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak tersebut. Dalam
rangka menggali potensi dan mengembangkan bakat dalam diri anak maka seorang
anak memerlukan pendidikan sejak dini
Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan, “Orang tua perlu menciptakan
lingkungan rumah atau keluarga yang serasi, selaras, dan seimbang dengan kehadiran
anak-anak berbakat. Disamping itu perlu menyiapkan sarana lingkungan fisik yang
memungkinkan anak mengembangkan bakatnya. Perlu sikap demokrasi juga dalam
memberikan banyak larangan, dirangsang untuk menjadi mandiri dan percaya diri.”
Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah mudah, salah satu
tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya.
Sebab orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang
teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya
sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan
mendidiknya, agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka
diperlukan adanya beberapa pengetahuan tentang pendidikan.
Sebagai penanggung jawab pendidikan dalam keluarga yang pertama dan utama
adalah orang tua. Adapun fungsi keluarga secara ilmu menurut ST. Vebrianto
sebagaimana dikutip oleh M. Alisuf Sabriialah sebagai berikut:
a. Fungsi Biologis, keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis
anak berasal dari orang tuanya.
b. Fungsi Afeksi, keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh
dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).
c. Fungsi Sosial, fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak melalui
interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga anak, masyarakat dan rangka
pengembangan kepribadiannya.
d. Fungsi Pendidikan, keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikandalam
keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar
dapat hidup secara sosial di masyarakat, sekarang pun keluarga dikenal sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar
kepribadian anak.
e. Fungsi Rekreasi, keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya
untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.
f. Fungsi Keagamaan, merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi
ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.
g. Fungsi Perlindungan, keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi
anak baik fisik maupun sosialnya.

D. Keluarga dan Proses Sosialisasi


Sebagaimana diketahui bahwa keluarga adalah sosial terkecil dan dari sinilah proses
pewarisan aspek-aspek sosial terjadi. Justru itu peranan keluarga dalam proses sosialisasi
menjadi penting.

1. Pengenalan dan Pengembangan Sikap Sosial Awal


Kemampuan mengadakan kontak sosial dan bermasyarakat tumbuh sejak masa
kanak-kanak yakni melalui hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya yang
kemudian berkembang melalui pergaulannya dengan anak-anak di sekitar. Keluarga
adalah lingkungan pertama bagi proses pertumbuhan sikap sosial dan kemampuan
hubungan sosial anak. Dalam keluarga berlangsung pengembangan sikap sosial awal
yang akan menopang perkembangan sikap sosial selanjutnya. Kemampuan bergaul
yang diperoleh di lingkungan keluarga mendasari kemampuan bergaul yang lebih luas.
Dalam hubungan sosial tersebut anak akan memahami tentang bagaimana menghargai
orang lain, mengetahui cara berkomunikasi dengan orang lain dan memahami bahwa
kebebasannya dibatasi oleh kebebasan orang lain.

2. Belajar Memegang Peran


Di dalam keluarga berlangsung sosialisasi mengenai berbagai status dan peran
yang dapat dimainkan oleh anak didik dalam masyarakat. Semua kedudukan dalam
masyarakat membawa kepada peran dan status tertentu. Jadi dalam hal ini “keluarga”
sebagai masyarakat terkecil perlu membentuk dan memelihara “jembatan” yang
menghubungkan dengan masyarakat luas.
Anak laki-laki secara alamiah cenderung lebih memperhatikan peran ayah,
sedangkan anak perempuan lebih memperhatikan peran ibunya. Peran ayah bukan saja
di sekitar keluarga tetapi masih banyak peran di luar keluarga seperti berbagai peran
pada lembaga sosial yang juga tidak luput dari perhatian anak-anaknya. Oleh karena
itu pada saat-saat tertentu anak didorong untuk ambil bagian dalam tugas-tugas sosial
terutama yang berkaitan langsung dengan masalah anak atau remaja. Latihan
memegang peran dalam kegiatan kelompoknya akan membantu keberhasilan di
masyarakat yang lebih luas.
3. Bimbingan Awal Kepribadian
Keluarga tempat berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi dalam pembentukan
kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila dan makhluk
keagamaan. Pengalaman hidup bersama di dalam keluarga akan memberi andil yang
besar bagi pembentukan kepribadian anak. Apakah anak akan berkepribadian lemah
tergantung dari latar belakang pengalaman di lingkungan keluarga.
Menurut sementara teori, kepribadian seseorang terbentuk sebagai pengaruh dari
warisan biologis, lingkungan pisik dan lingkungan budaya, tetapi tetap diakui bahwa
lingkungan budaya jauh lebih dominan dari yang lainnya. Faktor pengalaman dan
akomulasi pengetahuan seseorang adalah unsur pokok bagi pembentukan kepribadian
seseorang. Pengaruh keluarga terhadap kepribadian anak itu besar, meskipun dalam
ukuran yang relatif.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang dilalui anak di lingkungan keluarga


berpengaruh terhadap kepribadiannya. Oleh sebab itu situasi rumah tangga diusahakan
agar menopang terbentuknya kepribadian yang baik yakni kepribadian muslim.

E. Pendekatan dan Strategi Pendidikan Karakter/Kepribadian di dalam Keluarga


Dalam konteks pendidikan Islam, sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter
karena pendidikan Islam adalah tumbuh dan berkembangnya nilai ilahiyah dalam diri anak,
yakni nilai ilahiyah imaniah, ubudiyah dan muamalah. Kesemua nilai ilahiyah tersebut
akan membentuk sifat-sifat pribadi atau pengalaman batin yang arah perilaku yang positif.
Ada beberapa strategi dalam pendidikan keluarga untuk membentuk karakter anak,
antara lain :
1) Strategi keteladan orang dewasa di rumah tangga, bagaimana sifat-sifat mulia seperti ;
kejujuran, amanah, tablig dan fatanah terus dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari
bersama anak-anak. Berbagai sifat-sifat terpuji penumbuhannya harus dimulai
semenjak dini yakni mulai dari rumah tangga atau keluarga. Untuk itulah pendidikan
keluarga sangat berperan penting. Sifat amanah atau kepercayaan, penghormatan,
tanggung jawab, kejujuran, keberanian, keterbukaan, penuh perhatian, integritas, rajin
dan kenegarawanan akan tumbuh dan berkembang bila ditanamkan semenjak masa
kanak-kanak.
2) Strategi pembiasaan, pembiasaan berperilaku yang baik dan adab sopan santun adalah
bagian terpenting dalam pendidikan. Oleh sebab itu anggota keluarga terutama yang
sudah dewasa harus sudah terbiasa dengan perilaku yang positif. Penghargaan kepada
anak yang jujur harus diberikan. Anak yang jujur meskipun memperoleh nilai sekolah
rendah lebih berharga daripada anak yang bohong meskipun nilainya tinggi.
Keberanian untuk jujur perlu pembiasaan.
3) Strategi pengajaran, yakni memberikan petunjuk kepada anak mengenai sesuatu yang
baik yang harus dihayati dan diamalkan dalam perilaku sehari-hari, serta menunjukkan
sesuatu yang tidak baik atau tidak benar yang harus dijauhi. Informasi dan nasihat perlu
diberikan terus menerus kepada anak.

Anda mungkin juga menyukai