Anda di halaman 1dari 6

1.

Tujuan : untuk mengetahui 7 sistem kebutuhan di papua


ll. Dasar terori

Di wilayah Papua dan Papua Barat terdapat beberapa daerah yang dianggap sebagai daerah
yang damai, sebab situasi sosial-politik dan keamanannya cenderung stabil dan kondisi
perekonomiannya juga terjaga dengan baik. Daerah-daerah yang dimaksud antara lain,
Kaimana, Bintuni, Raja Ampat dan Fakfak yang tersebar di sekitar wilayah “Kepala Burung”
pulau Papua, yang sering dilambangkan seperti seekor Burung Kasuari raksasa yang sedang
duduk1. Di daerah-daerah itu jarang terjadi konflik dan kekerasan, sebagaimana sering
digambarkan dalam berbagai studi tentang Papua (LIPI, 2009, CSIS, 2011). Isu-isu sensitif
seperti “Papua Merdeka” yang menimbulkan demonstrasi dan mobilisasi massa, tidak serta
merta menimbulkan kekerasan di masyarakat. Fenomena yang terjadi justru sebaliknya, yakni
ituasi damai dan harmonis seperti yang dapat kita jumpai di wilayah Fakfak. Secara umum
kondisi keamanan di Fakfak cukup stabil dan jarang terjadi konflik dan kekerasan. Hubungan
antar masyarakat berlangsung dengan dengan baik dan harmonis, meskipun banyak
kelompok etnis dan agama yang menetap di Fakfak. Fakfak menjadi salah satu contoh
penting tentang potensi “Papua damai” di masa depan.2 Beberapa catatan menunjukkan
bahwa sejak tahun 1998 hingga 2011, hanya terjadi 2 kali peristiwa kekerasan dengan skala
yang cukup besar di Fakfak, baik dari segi jumlah korban jiwa dan masa yang terlibat,
maupun dampak sosial politik yang ditimbulkan. “Pertama”, pada tahun 1999 ketika terjadi
mobilisasi massa dan demonstrasi besar-besaran di Fakfak oleh kelompok yang mendukung
gerakan kemerdekaan Papua (pro-M) dan mereka yang menyebut diri sebagai Barisan Merah
Putih (BMP) dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peristiwa
tersebut selain memicu ketegangan antara kelompok masyarakat juga memiliki implikasi
sosial politik. Catatan Neles Tebay (2009:110), menunjukkan bahwa ada 45 orang yang
ditahan aparat keamanan Fakfak dalam aksi bentrokan tersebut. “Kedua”, pada tahun 2003,
ketika terjadi pertikaian antara masyarakat pendatang dari Seram-Maluku dan Masyarakat
Ayamaru yang berasal dari wilayah Sorong. Dalam peristiwa tersebut beberapa orang
menjadi korban dan memicu ketegangan sosial antara warga masyarakat (Wihel, 2011).
Namun konflik dan demonstrasi yang dilaporkan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu
singkat dengan pendekatan-pendekatan kultural sehingga tidak berkembang menjadi konflik
sosialyang luas dan berkepanjangan. Secara tradisional masyarakat Fakfak menganut nilai-
nilai lokal yang
menghidupkan perdamaian dalam masyarakat. Kearifan lokal di Fakfak terbentuk dari proses
akulturasi agama dan budaya yang telah berlangsung dalam waktu yang

cukup lama. Salah satu yang terpenting adalah filosofi satu tungku tiga batu yang
merekatkan berbagai kelompok sosial di Fakfak. Satu tungku tiga batu adalah penggambaran
persaudaraan kultural tentang hubungan persaudaraan antara tiga agama besar di wilayah
Fakfak; Islam, Kristen dan Katolik (Iribaram, 2011). Semangat satu tungku tiga batu
dipraktikkan bukan hanya dalam konteks hubungan antar umat beragama, namun juga dalam
membangun hubungan sosial antar masyarakat yang berbeda etnis dan budaya. Kearifan lokal
tersebut juga mewarnai hubungan antar masyarakat asli Fakfak dan masyarakat pendatang.
Bahkan secara luas diakomodasi kedalam sistem politik lokal, dimana konfigurasi
kepemimpinan lokal seperti Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah dijabat oleh tokoh
politik dan birokrat yang berbeda agama. Pada tingkat tertentu, spirit satu tungku tiga batu
telah menjadi nilai identitas kolektif yang membentuk masyarakat Fakfak sebagai masyarakat
yang toleran dan saling menghormati. Selain faktor budaya, faktor sejarah juga memiliki
pengaruh yang cukup penting dalam membentuk jati diri masyarakat Fakfak. Masyarakat di
wilayah ini merupakan komunitas lokal di Papua yang paling awal berinteraksi dengan
berbagai kelompok etnis dan kebudayaan di nusantara. Menurut catatan sejarah, sejak Abad
ke 15, Jazirah Onin di Fakfak merupakan wilayah yang sudah sering dikunjungi olehpara
pelaut dan pedagang dari berbagai negara dan bangsa. Kegiatan perdagangan semakin ramai
dan intensif ketika Kerajaan Tidore dari Maluku Utara melakukan ekspansi di wilayah ini
(Putuhena 2006, Musaad 2007). Hal ini mempertegas fakta bahwa persinggungan budaya
yang terjalin lama, telah membentuk watak keterbukaan (kosmopolit) di kalangan
masyarakat Fakfak. Mereka sudah terbiasa bertemu dan berinteraksi dengan orang lain
dengan budaya yang berbeda-beda. Oleh sebab itu upaya untuk tetap menjaga harmoni dan
perdamaian di Wilayah Fakfak, diyakini sebagai bagian dari kesadaran sejarah dan karakter
budaya yang telah terbentuk sejak lama

Saat ini kota kecil Fakfak yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik di
bagian Selatan Papua Barat, merupakan kota yang dinilai toleran terhadap berbagai
perbedaan. Wilayah ini seakan menjandi penanda wajah lain dari Papua yang jamak diketahui
sebagai wilayah penuh konflik dan kekerasan. Masyarakat pendatang yang sering menjadi
sasaran kekerasan di tempat lain diPapua, dapat menjalankan aktifitas dengan aman di
Fakfak. Demikian halnya dengan
masyarakat lokal (asli Papua) juga tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis yang
mengintimidasi kelompok lain. Meskipun pada beberapa momentum terakhir, terjadi
demonstrasi dari eksponen Pemuda Papua yang menuntut pengakuan terhadap hak hak orang
Papua bahkan juga kemerdekaan Papua, namun aksi-aksi tersebut tidak menimbulkan
kekerasan. Menurut Cristian Warta (2010), saat ini Fakfak yang dihuni 71.069 jiwa dan tiga
agama besar serta 14 etnis dari berbagai daerah, merupakan wilayah yang telah dikenal secara
luas sebagai daerah yang aman dan menjadi contoh yang terus menerus ditekankan tentang
bagaimana sebagian wilayah di Papua dapat menciptakan perdamaian di tengah berbagai
perbedaan. Suatu fakta yang selama inibelum banyak diketahui publik dan diungkap melalui
studi akademis. Sejauh ini studi tentang perdamaian di Papua masih dianggap sebagai sesuatu
yang tidak menarik dan “kurang seksi”, karena keluar dari opini dominan yang telah
menempatkan Papua sebagai salah satu wilayah konflik yang paling panas di Indonesia. Para
peneliti ilmu sosial dan dunia akademik seakan terjebak pada diskursus konflik yang
cenderung hegemonic itu. Berbagai penelitian tentang Papua lebih banyak menyoroti
dinamika konflik dan kekerasan, dibandingkan mempelajari secara mendalam kondisi yang
spesifik dari masing-masing daerah di Papua. Isu Papua sering digeneralisasi secara
berlebihan bahwa masyarakat Papua adalah masyarakat yang sulit untuk diajak berdamai
karena mereka menghendaki disintegrasi dan senang berkonflik, sebagamana ritual perang
suku yang sering divisualisasi di media secara tidak kritis dan berimbang. Masyarakat Papua
masih dilihat sebagai objek yang diam atau tidak punya prakarsa untuk menggagas
perdamaian. Rentetan konflik politik, sosial dan ekonomi yang memanjang sejak ntegrasi
Papua dengan Indonesia, dikonstruksi sebagai narasi dominan yang memperlihatkan kesulitan
untuk membangun perdamaian Papua berdasarkan inisiatif lokal. Padahal masyarakat Papua
pada dasarnya memiliki kekuatan dari dalam untuk mengelola konflik sosial dan kekerasan
dengan cara-cara local, yang kemudian terbukti sukses mengendalikan konflik dan kekerasan
sebagaimana yang terjadi di wilayah Fakfak. Situasi damai di Fakfak dan sekitarnya
menunjukkan bahwa terdapat dinamika konflik dan integrasi yang terjadi secara berbeda pada
setiap wilayah di Papua. Pada kasus Fakfak, integrasi sosial dapat berjalan dengan baik
karena adaberbagai faktor yang mendukungnya. Integrasi di bangun secara kultural di atas
kesadaran dan inisiatif lokal, sehingga memiliki makna dan kekuatan dari dalam untuk
merawat berbagai keragaman, baik agama, budaya, maupun perbedaan kepentingan ekonomi
an politik. Hal ini berbeda dengan konsepsi integrasi sosial yang dipahami dan dipraktikkan
selama kurun waktu kekuasaan Orde Baru (19711998). Keragaman di dalam masyarakat
selalu dipersepsikan sebagai sumber koflik yang mesti ditangani dengan cara-cara yang
hegemonic. Pendekatan ini menganggap masyarakat yang beranekaragam, senantiasa berada
dalam proses perubahan yang ditandai dengan konflik dan pertentangan terus menerus di
antara unsur-unsurnya, dan setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi
sosial. Tertib sosial (social order) hanya bisa tercipta melalui tekanan kekuasaan, hukum yang
tegas serta peran-peran keamanan dari aparatur negara. Integrasi sosial versi rezim Orde Baru
adalah tersatukannya Indonesia baik secara kewilayahan, politik, ekonomi, social maupun
budaya. Sebuah identitas nasional tunggal pun diberlakukan untuk mencapai integrasi itu, dan
secara tidak langsung keragaman pun disederhanakan. Misalnya dalam bidang politik, dua
partai politik, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) dan satu Golongan Karya (Golkar), telah dianggap cukup untuk mewakili keberagaman
aspirasi politik warga Negara. Sedangkan dalam bidang sosial keagaman juga terjadi
penyederhanaan, ribuan kepercayaan lokal dikelompokkan menjadi penghayat kepercayaan
atau dipaksa masuk dalam lima agama yang menjadi agama resmi Negara (Hasse J, 2012).

111. Hasil dan Pembahasan.


Pembahasan.

Rumah kaki seribu

Rumah adat tersebut dijuluki demikian karena menggunakan banyak tiang penyangga di bawahnya,
sehingga jika dilihat memiliki banyak kaki seperti hewan kaki seribu. Sedangkan untuk bagian
atapnya dibuat dari daun jerami atau daun sagu. Sementara untuk tiangnya menggunakan kayu,
yang terdiri dari kayu berukuran tinggi dan pendek. Fungsi dari tiang kayu tersebut adalah untuk
melindungi penduduk dari serangan musuh dan ancaman ilmu hitam. Rumah adar kaki seribu
berjenis rumah panggung dan memiliki corak khas Manokwari. Rumah ini dalam bahasa lokal disebut
Mod Aki Aksa (Igkojei) Rumah adat Kaki Seribu pada umumnya dipakai oleh penduduk yang tinggal
di daerah pegunungan dan berhawa dingin. Rumah ini dibuat berukuran tinggi untuk menghindari
serangan hewan buas. Rumah ini juga tidak memiliki jendela, hal ini dimaksudkan agar suhu di dalam
rumah tetap hangat. Rumah Adat Kaki Seribu merupakan warisan turun - temurun dari penduduk
Suku Arfak. Pembangunannya berdasarkan atas filosofi hidup masyarakat lokal, sehingga rumah adat
tersebut hanya bisa ditemukan di daerah Kabupaten Pegunungan Arfak dan sekitarnya.

Patung bik Orang asamat tengkorak dipakai bantal karena orang asmat mengenal 3 dunia
hidup,dan dunia orang mati dan dunia akhirat. Jadi orang berkomunikasi dengan tengkorak
untuk minta restu dan perlindungan orang asmat minta rejeki kepada tengkorak misalnya
perjalanan menuju kebun dan melintas batas orang lain. Untuk minta perlindungan kepada
tengkorak, sebelum melakukan perjalan bantal kepala dalam mimpi berkomunikasi dalam
mimpi dunia orang mati. Kalau perjalanannya aman atau tidak, kalau aman perjalan terus
kepada tempat tujuan tetapi kalau keadaan tidak bagus dia tidak akan pergi karena dia ada
komunikasi di dunia lain. Tengkorak dari musuh lain di bawah pulang untuk tanda bukti
kepada kepalah suku bahwa tengkorak adalah seorang pahlawan yang perkasa yang
dikalahkan kekuatan fisik maupun limu hitam tidak bisa di kalahkan jika satu generasi yang
habis menghadap dia akan musnakan dan datang lagi generasi baru yang menghadapi dia lagi
akan musna generasi ke 3 akan datang di kalahkan kepalahnya di musnakan dan diminta oleh
kepalah suku bawah kepalahnya di panggal bawah pulang sebagai tanda bukti kemenangan
kami sudah mengalahkan dia, lalu dalam hubung kerabatan kepalahnya di sajikan,
kepalahnya di pecahkan di lubangi. Setelah mama-mama yang sudah tua hak kasih keluar
kepalah manusia ini, jadi isi kepalah di aduk atau di campur sama sagu di asar lalu pesta
patung bik di proses dalam satu tahun atau lebih. Kepala suku di suruh bagun pantung bik
sama sudah jadi dan seorang seniman dan pengukir menginformasikan kepada kepalah suku
untuk mengumpulkan satu pasukan atau laki-laki perkasa itu semua berkumpul untuk
melawan pantung bik setelah mengalahkan dia untuk menunjukkan kepada kepala perang
akan memrintakan pengukir yang berkerja ukir patung bik di bawah keluar. Pesta berbulan-
bulan dansa, makan-makan. Karena pahlawan kita satu, dua,tiga sudah membunuh semua
orang, menghormat yang sudah meninggal dengan megeluarkan darah dari betis kita masing-
masing percikkan darah kepada roh untuk mengucapkan syukur dan menghormati arwah-
arwah yang sudah gugur di medan perang. Patung asmat adalah patung kerluarga dari asmat.

Mata kapak batu

Kapak Batu, Senjata Mahar Pernikahan


Januari 2, 2018

Kehidupan masyarakat Papua dari dulu hingga kini masih sangat kental dengan kearifan lokal
dan kebudayaan. Selain itu Papua juga terkenal memiliki kebudayaannya yang unik dan
menarik. Hal itu terlihat dari pakaian, rumah adat hingga perkakas atau senjata tradisional
yang biasa mereka gunakan dalam kehidupan. Bahan yang mereka gunakan nyaris tidak
menggunakan bahan buatan atau bisa dikatakan berbahan alami hingga saat ini.

Banyak ditemukan senjata tradisional yang berasal dari Provinsi ini di antaranya, Busur dan
Panah, Tombak, Pisau Belati, dan Kapak Batu. Pisau Belati sudah dibahas beberapa waktu
lalu, artikel kali kini akan membahas seputar Kapak Batu.

Anda mungkin juga menyukai

  • Atm 19
    Atm 19
    Dokumen15 halaman
    Atm 19
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen11 halaman
    Makala H
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen11 halaman
    DEFINISI
    ika
    Belum ada peringkat
  • Sistem Reproduksi
    Sistem Reproduksi
    Dokumen1 halaman
    Sistem Reproduksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen11 halaman
    DEFINISI
    ika
    Belum ada peringkat
  • Gerontik Jadi
    Gerontik Jadi
    Dokumen15 halaman
    Gerontik Jadi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Echa Ujian
    Echa Ujian
    Dokumen6 halaman
    Echa Ujian
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Wulan
    Tugas Wulan
    Dokumen3 halaman
    Tugas Wulan
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Cover Rahayu
    Cover Rahayu
    Dokumen1 halaman
    Cover Rahayu
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Aprilia Atm
    Aprilia Atm
    Dokumen6 halaman
    Aprilia Atm
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Aaaaaaaa
    Aaaaaaaa
    Dokumen14 halaman
    Aaaaaaaa
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • 11.konsep Dasar Infeksi
    11.konsep Dasar Infeksi
    Dokumen8 halaman
    11.konsep Dasar Infeksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Cover Rahayu
    Cover Rahayu
    Dokumen1 halaman
    Cover Rahayu
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Askep Henti Jantung
    Askep Henti Jantung
    Dokumen20 halaman
    Askep Henti Jantung
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • 11.konsep Dasar Infeksi
    11.konsep Dasar Infeksi
    Dokumen8 halaman
    11.konsep Dasar Infeksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • ACHMAD
    ACHMAD
    Dokumen19 halaman
    ACHMAD
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Cover Kep Anak
    Cover Kep Anak
    Dokumen1 halaman
    Cover Kep Anak
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Komunitas Tugas
    Komunitas Tugas
    Dokumen4 halaman
    Komunitas Tugas
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    Dokumen3 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    yusufpusk
    Belum ada peringkat
  • Palliative Care
    Palliative Care
    Dokumen4 halaman
    Palliative Care
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • ACHMAD
    ACHMAD
    Dokumen19 halaman
    ACHMAD
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    Dokumen29 halaman
    Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    ALWAHIDA
    Belum ada peringkat
  • Rizki Gadar Tugas
    Rizki Gadar Tugas
    Dokumen14 halaman
    Rizki Gadar Tugas
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Komunitas 1
    Tugas Komunitas 1
    Dokumen12 halaman
    Tugas Komunitas 1
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uts Paliatif
    Tugas Uts Paliatif
    Dokumen4 halaman
    Tugas Uts Paliatif
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gerontik
    Tugas Gerontik
    Dokumen13 halaman
    Tugas Gerontik
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Penuaan Ary
    Penuaan Ary
    Dokumen11 halaman
    Penuaan Ary
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas KMB 3
    Tugas KMB 3
    Dokumen18 halaman
    Tugas KMB 3
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat