Dokumen - Tips - Resume Perilaku Organisasi
Dokumen - Tips - Resume Perilaku Organisasi
IDENTITAS BUKU
Judul Asli : Organizatinal Behavior
Penulis : Stephen P. Robbins
Alih Bahasa : Tim Indeks
Penerbit : edisi asli oleh Prentice Hall, Inc.
Edisi Indonesia oleh PT Indeks Kelompok Gramedia
Tempat Terbit : edisi asli Upper Sddle River, New Jersey 07458
Edisi Indonesia Jakarta
Tahun Terbit : edisi asli 2001
Edisi Indonesia 2003
Tebal : 426 hlm
BAB I
Apakah Perilaku Organisasi Itu?
Organisasi merupakan suatu unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang berfungsi dasar secara terus menerus guna mencapai suatu
tujuan. Organisasi memerlukan orang-orang yang bertanggung jawab mengawasi kegiatan-
kegiatan orang lain dalam organisasi itu yang disebut dengan manajer. Menurut Henry Fayol,
manajer menjalankan empat fungsi yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi,
sebagai berikut :
Perencanaan meliputi menentukan tujuan organisasi, menetapkan strategi
keseluruhan untuk mencapai tujuan organisasi, mengembangkan rencana utnuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan dalam organisasi tersebut.
Pengorganisasian menetepkan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang
harus melakukan, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokkan dan dimana
keputusan harus diambil.
Pemimpin manajer memotivasi bawahan serta mengarahkan orang lain,
memilih saluran komunikasi yang paling efektif atau memecahkan konflik-konflik
dalam organisasi.
Pengendalian setelah fungsi manajemen diatas dilaksanakan, harus dilakukan
pengendalian atau pemantauan guna memastikan apakah kegiatan yang berjalan
sesuai dengan perencanaan atau tidak dan juga mengevaluasi setiap terjadi
penyimpangan.
Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi kegiatan pencapaian tujuan oleh
orang lain tersebut, manajer memiliki sepuluh peran manajer yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar menurut Henry Mintzberg :
- Peran Hubungan Antar Pribadi
1. Peran lambang pemimpin atau figurehead, yakni menjalankan tugas-tugas
yang sifatnya seremonial atau simbolik.
2. Peran penghubung, yakni memelihara hubungan dengan pihak luar guna
memberi informasi kepada manajer.
3. Peran memimpin, yakni mempekerjakan, melatih, memotivasi, dan
mendisiplinkan karyawan.
- Peran Informasi
1. Peran pemantau, yakni menerima dan mengumpulkan informasi dari pihak
luar guna mengetahui bagaimana selera pasar atau strategi yang digunakan
oleh pesaing.
2. Peran penyebar atau disseminator, yakni meneruskan informasi kepada
anggota-anggota organisasi.
3. Peran juru bicara, yakni mewakili organisasi ketika menghadapi pihak luar.
- Peran Keputusan
1. Peran wiraswasta atau entrepreneur, yakni manajer memprakarsai dan
mengawasi proyek-proyek baru yang akan menyempurnakan kinerja
organisasi.
2. Peran penanganan terhadap hambatan, manajer mengambil tindakan
penyelesaian sebagai tanggapan atau respon terhadap masalah yang tidak
terduga sebelumnya.
3. Peran pengeluaran sumber daya, manajer sebagai penanggung jawab
pengalokasian sumber daya manusia, fisik dan modal.
4. Peran perunding, manajer mewakili organisasi dalam perundingan untuk
memperoleh keuntungan bagi organisasinya.
Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
organisasinya, manajer harus memiliki ketrampilan-ketrampilan berikut :
1. Ketrampilan teknis : yakni kemampuan dalam menerapkan pengetahuan
khusus atau keahlian spesialisasi yang dimiliki.
2. Ketrampilan manusiawi : kemampuan dalam bekerja sama, memotivasi orang
lain baik individu maupun kelompok .
3. Ketrampilan konseptual : kemampuan manajer untuk menganalisis dan
mendiagnosis suatu masalah yang rumit.
Menurut penelitian Luthans dan kawan-kawannya terhadap 450 manajer, semua
manajer tersebut melakukan 4 kegiatan manajerial berikut:
1. Manajer Tradisional: mengambil keputusan, merencanakan, dan
mengendalikan
2. Komunikasi: mempertukarkan informasi rutin dan memproes dokumen
3. Manajemen sumber daya manusia: memotivasi, mendisiplinkan, mengelola
konflik, pengisian staf (staffing), dan melatih
4. Membentuk jaringan: bersosialisasi, berpolitik, dan berinteraksi dengan orang-
orang luar.
Pelaksanaan kegiatan manajerial dengan porsi waktu yang berbeda-beda
menghasilkan tipe manajer yang berbeda yakni manajer rata-rata, manajer berhasil, dan
manajer efektif.
Perilaku organisasi atau yang biasa disebut dengan organizational behavior (OB)
adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada
perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan tentang hal-hal tersebut
demi memperbaiki organisasi. OB mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi:
perorangan, kelompok, dan struktur. Dalam penekanannya OB selalu dikaitkan dengan
pekerjaan, kerja, kemangkiran, keluar-masuknya karyawan, produktifitas, kinerja manusiawi,
dan manajemen. Singkatnya, OB merupakan studi mengenai apa yang dilakukan orang-orang
dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja dari
organisasi.
Terkadang setiap manusia melakukan peramalan terhadap tindakan orang lain
mengenai apa yang akan dilakukan dan mengapa berperilaku demikian, tapi ramalan yang
hanya berdasarkan insting tersebut sering kali salah. Sehingga opini-opini yang bersifat
intuitif terssebut perlu digantikan dengan pendekatan yang lebih sistematis, dengan dasar
bahwa perilaku itu tidak bersifat acak. Perilaku tersebut berasal dari dan diarahkan ke
beberapa tujuan yang diyakini individu, benar atau salah demi kepentingan terbaiknya. Selain
itu terdapat konsistensi-konsistensi fundamental sebagai dasar identifikasi dan modifikasi
perilaku dari semua individu. Konsistensi fundamental ini sangat penting karena
memungkinkan adanya kemampuan untuk meramal. Umumnya perilaku dapat diramalkan,
dan studi sistematis terhadap perilaku merupakan suatu cara untuk membuat ramalan yang
cukup akurat. Ungkapan sistematis adalah melihat pada hubungan-hubungan, mencoba
menghubungkan sebab dan akibat, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
Sasaran teks ini adalah untuk mendorong anda meninggalkan pandangan intuitif mengenai
perilaku dan menuju ke suatu analisis sistematik, dengan keyakinan bahwa analisis semacam
itu akan memperbaiki ketepatan anda dalam menjelaskan dan meramalkan perilaku.
Perilaku organisasi pada dasarnya merupakan ilmu terapan yang terbangun dari
adanya beberapa sumbangan dari beberapa disiplin ilmu seperti: psikologi, sosiologi,
psikologi sosial, antropologi, dan ilmu sosial. Psikologi fokus pada individu, sedangkan
sosiologi fokus pada individu yang telah tergabung menjadi satu dalam kelompok. Beda lagi
dengan psikologi sosial yang menfokuskan pada pengaruh satu orang terhadap orang lain.
Antropologi merupakan disipli ilmu yang memfokuskan pada manusia dan lingkungan
sekitarnya. Ilmu politik lebih fokus pada perilaku individu dan kelompok dalam lingkungan
politik. Sumbangannya beberapa disiplin ilmu tersebut terhadap perilaku individu adalah :
1. Psikologi : pembelajaran, persepsi, kepribadian, keefektifan kepemimpinan,
kebutuhan dan kekuatan motivasi, kepuasan kerja, proses pengambilan
keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi karyawan,
desain pekerjaan, dan stress kerja.
2. Sosiologi : dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teori dan
struktur organisasi formal, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi,
kekuasaan, dan konflik.
3. Psikologi sosial : pengukuran, pemahaman, perubahan sikap, pola komunikasi,
cara-cara dalam kegiatan kelompok yang mana dapat memuasakan kebutuhan
individu, proses pengambilan keputusan dalam kelompok.
4. Antropologi : budaya organisasi, lingkungan organisasi.
5. Ilmu politik : perilaku individu dan kelompok dalam suatu lingkungan politik.
Organisasional Behavior dikembangkan dengan konsep umum dengan penerapan
khusus. Maksudnya teori ataupun konsep yang dikembangkan dalam perilaku organisasi
didasarkan pada hal-hal yang bersifat umum, sedangkan saat pengimplementasian pada
kehidupan nyata, cenderung bersifat khusus. Jadi, penerapan konsep perilaku organisasi
mendasarkan pada situasi yang sedang dihadapi.
Tantangan dan peluang untuk OB
Pemahaman konsep perilaku organisasi saat ini, sudah mulai diperhitungkan dan
digunakan oleh manajer untuk mengendalikan ataupun memantau perilaku individu dalam
organisasi.
1. Menanggapi globalisasi. Manajer pada era globalisasi dituntut untuk mulai
bekerja sama dengan pihak lain yang berbeda budaya. Bagi seorang manajer
Globalisasi mampu mempengaruhi dua hal, yaitu pertama, ketika seorang
manajer mendapat tugas baru ditempat baru dengan budaya baru, maka
manajer harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan budaya kerja
baru yang ada dilingkungan tersebut. Kedua, globalisasi menuntut seorang
manajer untuk memahami budaya kerja yang membentuk perilaku dalam
organisasi.
2. Mengelola keanekaragaman angkatan kerja. Dalam suatu organisasi
keanekaragaman merupakan hal yang harus dihadapi oleh semua lini dalam
organisasi. Seorang manajer harus mampu meleburkan perbedaan dan
keanekaragaman yang ada dalam organisasi menjadi satu kesatuan. Jadi,
keanekaragaman angkatan kerja mempunyai implikasi penting bagi praktik
manajemen. Manajer perlu mengubah cara pandang mereka dari yang
memperlakukan secara sama menjadi mengakui perbedaan yang ada dalam
organisasi. Keanekaragaman bila dikelola dengan baik akan meningkatkan
kreativitas dan inovasi, sedangkan bila tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan perpecahan dlam organisasi.
3. Memperbaiki kualitas dan produktivitas. Manajer mempunyai dua konsep
untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas karyawan dengan menggunakan
dua konsep yaitu
a. Manajemen mutu total, yaitu konsep managemen yang didasarkan
pada kepuasaan pelanggan melalui perbaikan mutu secara
berkesinambungan dalam proses organisasi.
b. Rekayasa ulang, yaitu konsep managemen dengan melakukan
restrukturisasi ulang pada sistem yang ada dalam organisasi, bahkan
secara ekstrem mengulang dari dasar atau nol sistem yang telah ada.
Yang harus selalu diingat bahwa, dalam memperbaiki mutu dan produktivitas
dalam organisasi, harus melibatkan seluruh lini yang ada dalam organisasi.
4. Memperbaiki ketrampilan menangani orang. Dalam organisasi seorang
manajer dituntut untuk dapat mengelola individu-individu berserta
kemampuan yang mereka miliki agar mampu meningkatkan kualitas
organisasi.
5. Pemberian kuasa kepada orang. Saat ini, manajer sudah mulai memberikan
kepercayaan tanggung jawab untuk melakukan suatu pekerjaan.
6. Berhadapan dengan “Temporariness” atau waktu.
7. Merangsang inovasi dan perubahan
8. Memperbaiki perilaku etis
BAB II
Kepribadian dan Emosi
Kepribadian
Kepribadian menurut para psikolog pada umumnya adalah suatu konsep dinamik yang
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan sistem psikologis seseorang.
Sedangkan kepribadian menurut Gordon Alport yaitu organisasi dinamik dari sistem-sistem
psikologis dalam individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap
lingkungannya. Kepribadian seseorang yang telah dewasa pada umumnya dianggap terbentuk
dari faktor keturunan, lingkungan, dalam kondisi situasional.
1. Keturunan merujuk pada apa yang telah ditentukan sejak lahir, yakni karakteristik
yang umumnya dianggap sepenuhnya atau secara substansial dipengaruhi oleh siapa
orang tua anda. Keturunan memainkan suatu bagian penting dalam menentukan
kepribadian seseorang, beberapa ciri kepribadian bisa dibangun ke dalam kode
genetik seperti yang mempengaruhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna
rambut. Selain itu, kepuasan individual ternyata benar-benar stabil sepanjang waktu,
sehingga diyakini bahwa kepuasan ditentukan oleh sesuatu yang inheren dalam
pribadi dan bukannya oleh faktor-faktor lingkungan luar.
2. Selain keturunan terdapat faktor yang memberikan tekanan pada formasi kepribadian
seorang individu yaitu budaya (culture). Dimana budaya membangun norma-norma,
sikap, dan nilai yang akan diteruskan mulai dari satu generasi ke generasi berikutnya
dan menciptakan konsistensi. Keturunan menentukan parameter atau batas luar, tetapi
potensi sepenuhnya seorang individu akan ditentukan oleh seberapa baiknya dia
menyesuaikan diri dengan budaya lingkungan dan berbagai permintaan dalam
persayaratannya.
3. Faktor ketiga yakni situasi, mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan
terhadap kepribadian. Kepribadian seorang individu, walaupun umumnya stabil dan
konsisten, dapat seketika berubah dalam situasi yang berbeda. Situasi sangat berbeda
dalam batasan-batasan yang diterapkan pada perilaku. Beberapa situasi membatasi
banyak perilaku, situasi lain mempunyai batasan yang relatif sedikit.
Karakteristik populer mencakup perasaan malu, keagresifan, sikap patuh, kemalasan,
ambisi, kesetiaan, dan sifat takut dan malu. Karakteristik tersebut bila diperagakan dalam
sejumlah besar situasi disebut ciri-ciri kepribadian. Sehingga ciri-ciri kepribadian adalah
sifat-sifat yang tetap bertahan dan menggambarkan perilaku seorang individu. Karena ada
begitu banyak ciri-ciri dalam tiap-tiap individu, maka perhatian diarahkan langsung untuk
mengurangi ribuan ciri-ciri ini menjadi satu jumlah yang lebih dapat dikelola.
Salah satu kerangka kerja kepribadian yang paling luas digunakan disebut Myers-Biggs
Type Indicator (MBTI), menggunakan satu tes kepribadian dengan 100 pertanyaan yang
menanyakan bagaimana mereka biasanya bertindak atau merasa dalam situasi-situasi tertentu.
Hasil MBTI ini menyatakan para pemikir intuitif itu mewakili hanya kira-kira 5 persen
penduduk. Tidak ada bukti yang kuat bahwa MBTI ini merupakan satu ukuran kepribadian
yang valid, namun MBTI memiliki model kepribadian lima faktor (Lima Besar) yang
meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-faktor
Lima Besar ini adalah:
1. Ekstraversi, mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan
2. Kemampuan untuk bersepakat, merujuk pada kecenderungan seorang individu untuk
tunduk kepada yang lain
3. Sifat mendengarkan suara hati, merupakan ukuran dari keandalan (reliability)
4. Stabilitas emosional, membuka jalan bagi kemampuan seseorang untuk bertahan
terhadap stress
5. Keterbukaan terhadap pengalaman, mengajukan suatu kisaran minat induvidual dan
kekaguman terhadap hal baru.
Selain memberikan satu kerangka kepribadian yang menyatu, riset tentang Lima Besar
juga menemukan hubungan penting antara dimensi-dimensi kepribadian ini dengan kinerja
jabatan. Hasil-hasil menunjukkan bahwa suara hati meramalkan kinerja jabatan bagi semua
kelompok jabatan. Sesuai dengan temuan-temuan ini, terdapat satu tingkat kinerja jabatan
yang relatif kuat dan konsisten antara suara hati dan perilaku kewarganegaraan organisasi.
Untuk dimensi kepribadian lainnya, kemampuan untuk meramal tergantung pada kriteria
kinerja dan kelompok jabatan.
Persepsi seseorang terhadap sumber nasibnya diistilahkan sebagai lokus kendali, yakni
sejauh mana orang yakin bahwa mereka menjadi tuan atas nasib mereka sendiri. Sejumlah
besar riset yang membandingkan internal dengan eksternal telah memperlihatkan bahwa
orang-orang eksternal memahami diri mereka sebagai pemilik sedikit kontrol atas hasil-hasil
organisasi. Mereka yakin bahwa apa yang terjadi pada diri mereka terkontrol oleh kekuatan
dari luar seperti nasib, atau kesempatan. Sedangkan orang-orang internal menganggap hasil-
hasil organisasi berasal dari tindakan mereka sendiri, merekalah yang mengontrol apa yang
terjadi pada diri mereka.