Anda di halaman 1dari 16

Jasa-jasa Bank Lainnya

A. Pengertian Jasa Bank

Tujuan pemberian jasa-jasa bank adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan,
maka semakin baik. Lengkap atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung
dari kemampuan bank tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan, fasilitas sampai
kepada personel yang mengoperasikannya. Kelengkapan jasa bank ini juga tergantung
dari jenis bank, atau status bank tersebut. Kemudian kelengkapan jasa dapat pula dilihat
dari status cabangnya, apakah cabang penuh, cabang pembantu atau kantor kas.

B. Keuntungan Jasa-jasa Bank

Keuntungan pokok perbankan adalah dari selisih bunga simpanan dengan bunga kredit
atau pinjaman. Keuntungan ini dikenal dengan istilah spread based. Keuntungan dari
transaksi dalam jasa-jasa bank ini disebut juga fee based. Perolehan keuntungan dari jasa
– jasa bank ini walaupun relative kecil namun mengandung suatu kepastian hal ini
disebabkan resiko terhadap jasa – jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan
kredit. Kemudian yang paling penting jasa – jasa bank ini sangat berperan besar dalam
memperlancar transaksi simpanan dan pinjaman yang ada di dunia perbankan.

C. Jenis – jenis jasa bank lainnya.

Jenis – jenis jasa bank yang dapat dikatakan lengkap untuk ukuran perbankan di
Indonesia dewasa ini.

1. kiriman uang (transfer)

Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota maupun luar kota
atau keluar Negara. Lama pen giriman tergantung dengan sarana yang digunakan untuk
mengirim.

Sarana – sarana yang biasa digunakan adalah;

- Surat - Fax smile

- Telex - On line komputer

- Telepon - Dan sarana lainnya

2. Kliring (Clearing)

Kliring merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan warkat – warkat yang akan di kliringkan di lembaga kliring. Lembaga
kliring ini di bentuk dan di koordinir oleh bank Indonesia. Peserta kliring adalah bank
yang sudah memperoleh izin dari bank Indonesia.

Tujuan dilaksanakan kliring oleh bank Indonesia antara lain:

a. untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

b. Agar perhitungan utang piutang dapat dilaksanakan lebih mudah aman dan efesien.

Warkat – warkat yang dapat dikliringkan atau diselesaikan di lembaga kliring adalah
warkat – warkat yang berasal dari dalam kota seperti :

a. Cek

b. Bilyet giro (BG)

c. Wesel bank

d. Surat bukti penerimaan transfer dari luar kota

e. Lalu lintas giral (LLG) / nota kredit

Proses penyelesain warkat – warkat kliring di lembaga terdiri dari :

a. kliring keluar, yaitu membawa warkat – warkat kliring ke lembaga kliring dan
menyerahkan kepada yang berhak.

b. Kliring masuk, menerima warkat di lembaga kliring dan di proses di bank yang
bersangkutan.

c.Pengembalian kliring,(clearing retour), yaitu pengembalian warkat – warkat kliring


yang tidak memenuhi syarat yang telah di tentukan.

3. Inkaso (collection)

Inkaso merupakan jasa bank untuk menagihkan warkat-warkat yang berasal dari luar kota
atau luar negeri. Dalam hal ini bank di tempat warkat di cairkan lah yang menagihkannya
ke bank yang menerbitkan warkat dan proses penagihan ini kita sebut inkaso. Adapun
warkat-warkat yang dapat diinksokan atau ditagihkan adalah warkat yang berasal dari
luar kota atau luar negeri seperti:

cek
- Kuitansi
- Bilyet giro
- Dan surat berharga lainnya
- Wesel
Proses inkaso yang dilakukan oleh bank dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu :

a. inkaso berdokumen

b. inkaso tidak berdokumen.

4. Safe Deposit Box (SDB)

SDB berbentuk kotak dengan ukuran tertentu dan disewakan kepada nasabah yang
berkepentingan untuk menyimpan dokumen-dokumen atau benda-benda berharga
miliknya.

Kegunaan dari SDB adalah untuk menyimpan surat-surat berharga dan surat-surat penting
seperti sertifikat deposito, sertifikat tanah, saham, obligasi, surat perjanjian, akte
kelahiran, surat nikah, ijasah, paspor dan lain-lain, selain itu dapat pula digunakan untuk
menyimpan benda-benda berharga seperti emas, mutiara, berlian dan benda yang
dianggap berhara lainnya.

Keuntungan bagi bank dengan membuka jasa SDB kepada masyarakat adalah sebagai
berikut :

- biaya sewa

- uang setoran jaminan yang mengendap

- pelayanan nasabah

Biaya yang dikenakan kepada nasabah yang menyewa SDB ada 2 macam :

a. biaya sewa yang besarnya tergantung ukuran box yang diinginkan serta waktu sewa.

b. Setoran jaminan merupakan biaya pengganti apabila kunci yang dipegang oleh nasabah
hilang dan box harus dibongkar.

5. Bank Card

Bank card merupakan “kartu plastic” yang dikeluarkan oleh bank yang diberikan kepada
nasabahnya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran ditempat-tempat tertentu.

Kartu ini juga dapat diuangkan (mengambil uang tunai) diberbagai tempat seperti ATM
(Automated Teller Machine).

6. Bank Notes

Merupakan uang kartal asing yang dikeluarkan dan terbitkan oleh bank di luar negeri.
Bank notes dikenal juga dengan istilah “devisa tunai” yang mempunyai sifat-sifat seperti
uang tunai. Sedangkan yang dimaksud dengan jual beli bank notes merupakan transaksi
antara valuta yang dapat diterima pembayarannya dan dapat diperjualbelikan dan
diperdagangkan kembali sesuai dengan nilai tukar yang terjadi pada saat itu. Dalam
transaksi jual beli bank notes, bank mengelompokkan bank notes ke dalam 2 klasifikasi
yaitu bank notes yang lemah dan bank nots yang kuat.

Dalam transaksi jual beli bank notes menggunakan kurs. Kurs ini setiap hari diperoleh
dari kurs konversi yang dikeluarkan oleh bank Indonesia, dimana isinya perbandingan
antara nilai tukar mata uang rupiah dengan valuta asing. Kurs dikeluarkan oleh bank
Indonesia oleh perbankan dijadikan patokan harga mata uang asing tersebut.

7. Travellers Cheque

Travelers cheque dikenal dengan nama cek wisata atau ce perjalanan yang biasanya
digunakan oleh mereka yang hendak bepergian atau sering dibawa oleh turis. Travelers
cheque diterbitkan dalam pecahan-pecahan tertentu seperti halnya uang kartal dan
diterbitkan dalam mata uang rupiah dan mata uang asing.

Keuntungan serta manfaat penggunaan travelers cheque terutama bagi mereka yang suka
bepergian antara lain:

a. memberikan kemudahan berbelanja

b. mengurangi resiko kehilangan uang karena setiap travelers cheque yang hilang dapat
diganti.

c.Memberikan rasa percaya diri karena si pemakai travelers cheque dilayani secara prima.

d. Dapat dijadikan cedera mata ataupun hadiah buat teman, kolega atau nasabah.

e. Biasanya untuk pembelian travelers cheque, tidak dikenakan biaya begitu pula pada
saat pencairannya, namun hal ini sangat tergantung kepada bank yang menerbitkannya.

Jenis-jenis travelers cheque yang beredar dapat dilihat dari segi mata uang antara lain:

- travelers cheque mata uang rupiah

- travelers cheque dalam valuta asing yang diterbitkan oleh bank yang berstatus bank
devisa.

8. Letter Of Credit (L/C)

Salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk memperlancar ekspor –
impor termasuk barang dalam negeri. Kegunaannya adalah menampung dan
menyelesaikan kesulitan – kesulitan dari pihak importir maupun eksportir dalam transaksi
dagangnya.
Pengertian umum L/C merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan nasabah
untuk menyediakan dan membayar sejumlah tertentu untuk kepentingan pihak ke tiga.
Sering disebut juga kredit berdokumen.

Pembukaan L/C oleh importir dilakukan nasabah melalui bank yang disebut Opening
bank atau issuing bank sedangkan bank eksportir merupakan bank pembayar terhadap
barang yang diperdagangkan. Dalam hal ini eksportir berhubungan dengan bank
pembayaran atau disebut advising bank.

Jenis – jenis L/C antara lain :

a. Revocable L/C

L/C yang setiap saat dapat di batalkan atau diubah sepihak oleh bank pembuka (opening
bank)tanpa pemberitahuan terlebih dulu kepada benefeciary

b. Irrevocable L/C

L/C yang tidak dapat di batalkan atau diubah tanpa persetujuan semua pihak yang terlibat

c. Sight L/C

L/C yang syarat pembayarannya langsung pada saat dokumen diajukan oleh eksportir
kepada advise Bank.

d. Usance L/C

L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang waktu tertentu, misalnya 1
bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah penunjukan dokumen

e. Restricted L/C

L/c yang pembayarannya atau penerusannya hanya dibatasi kepada bank – bank tertentu
yang namanya tercantum dalam L/C

f. Unrestricted L/C

L/C yang membebaskan negosiasi dokumen di bank manapun

g. Red clause L/C

L/C di mana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank untuk membayar uang
muka kepada benefeciary sebagian tertentu atau seluruh nilai L/C sebelum benefeciary
menyerahkan dokumen
h. Transferable L/C

L/C yang memberikan kepada benefeciary untuk memnidahkan sebagian atau seluruh
L/C kepada satu atau beberapa pihak lainnya.

i. Revolving L/C

L/C yang penggunaanya dapat dilakukan secara berulang – ulang

j. Dan lain – lain

Dokumen – Dokumen L/C antara lain :

a. Bill of loading (B/L) atau konosemen


e. Daftar pengepakan (packing list)
b. Wesel
f. Certificate of Origin
c. Faktur (invoice)
g. Certificate of inspection
d. Asuransi

9. Bank Garansi dan Referensi Bank

Bank garansiyaitu jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak
dalam bentuk surat jaminan. dengan maksud bank menjamin akan memenuhi kewajiban
dari pihak yang dijaminkan kepada pihak yang menerima jaminan. Apabila kemudian
hari tidak memenuhi kewajiban sesuai yang diperjanjikan.

Terdapat 3 pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas bank garansi

- Pihak peminjam (Bank)

- Pihak terjamin (nasabah)

- Pihak penerima pinjaman (pihak ketiga)

Tujuan pemberian bank garansi kepada penerima jaminan atau yang dijaminkan adalah
sebagai berikut :

a. Memberikan bantuan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar transaksi nasabah

b. Memberikan keyakinan bahwa pemegang jaminan tidak akan menderita kerugian bila
pihak peminjam melalaikan kewajibannya.
c. Menumbuhkan rasa saling percaya.

d. Member rasa aman

Jenis – jenis Bank Garansi :

a. Bank garansi untuk penangguhan bea masuk

Diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan pemilik barang guna penangguhan
pembayaran bea masuk atau barang yang dikeluarkan oleh pelabuhan

b. Bank garansi untuk pita cukai tembakau

Diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan yang dijamin

c. Bank garansi untuk tender dalam negeri

Diberikan kepada bouwheer (yang member pekerjaan) untuk kepentingan


kontraktor/leveransir

d. Bank garansi untuk pelaksanaan pekerjaan

Diberikan kepada bouwheer untuk kepentingan kontraktor guna menjamin pelaksanaan


pekerjaan yang diterima dari bouwheer

e. Bank garansi untuk uang muka pekerjaan

Diberikan kepada bouwheer untuk kepentingan kontraktor untuk menerima pembayaran


uang muka dari yang member pekerjaan

f. Bank garansi untuk tender luar negeri

Diberikan untuk kepentingan kontraktor yang akan mengikuti tender pemborong yang
mana bouwheer adalah pihak luar negeri

g. Bank garansi untuk perdagangan

Diberikan kepada agen atau dealer perdagangan atau depot – depot perdagangan

h. Bank garansi untuk penyerahan barang

Diberikan kepada nasabah yang akan melakukan penyerahan barang

i. Bank garansi untuk mendapatkan keterangan pemasukan barang


Diberikan untuk pengeluaran barang yang L/C nya belum dibayar penuh oleh importir

Setiap transaksi yang berkaitan dengan bank garansi akan dikenakan biaya. Biaya ini
merupakan balas jasa atau pendapatan bagi bank, dan ini merupakan kompensasi dari
resiko yang akan dihadapi bank yang mungkin akan terjadi di kemudian hari. Biaya yang
dimaksud adalah :

a. Biaya provisi

Sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terjamin kepada Bank sebagai balas jasa untuk
pemberian Bank garansi

b. Biaya administrasi

Biaya yang lazim dipungut berhubungan untuk pelaksanaan administrasi

c. Bea materai

Biaya materai yang dilekatkan pada surat perjanjian bank garansi yang ditandatangani
oleh pihak Bank dan pihak terjamin

Disamping biaya yang dikenakan terhadap nasabahnya, permohonan bank garansi juga
harus disertai jaminan lawan yang sepadan. Adapun bentuk jaminan lawan yang
diberikan antara lain dapat berupa :

a. Uang tunai

b. Giro yang dibekukan

c. Sertifikat Deposito

d. Surat – surat berharga, seperti saham dan obligasi

e. Sertifikat tanah

Menerima Setoran-Setoran
Jasa ini diutamakan untuk membantu nasabahnya dalam melakukan setoran atau
pembayaran lewat bank. Setoran atau pembayaran yang biasa diterima bank antar lain :
• pembayaran listrik • pembayaran uang kuliah
• pembayaran telpon • pembayaran rekening air dan
• pembayaran pajak • setoran ONH

Melakukan Pembayaran
Jasa ini termasuk jasa lain-lain yang juga disediakan oleh bank, diantaranya pembayaran
gaji, pensiun, bonus dan hadiah
Bank Syariah

Bank Syariah Pengertian Prinsip Tujuan Fungsi Perkembangan Menurut Para Ahli

Pengertian Bank Syariah - Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 bank syariah
adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Syariah Pengertian Prinsip Tujuan Fungsi Perkembangan Menurut Para Ahli -
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak
lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina). Pembahasan tentang bank syariah akan dibahas lebih mendalam oleh penulis
pada sub bab tersendiri di bab ini.

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah
 Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah
SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai
ajaran Islam
 Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta
nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
 Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelola bank
pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai
sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank
 Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,
prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
 Prinsip bagi hasil:
 Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
 Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh
 Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan
jumlah pendapatan
 Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
 Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika
proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak
Bank Konvensional
 Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh
imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham
adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan
suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan
pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah).
Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi
antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi
sebagai lembaga perantara saja
 Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola
Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak
belakang
 Sistem bunga:
 Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank
 Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman
harus selalu untung untuk pihak Bank
 Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan
berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk
agama Islam
 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk
agama Islam
 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Prinsip Bank Syariah

Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam
sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati.
 Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas
yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan
(halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat
dilarang (haram).
 Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam
melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip
syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat
bagi pengguna jasa perbankan syariah.
 Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam
mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul
rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi
(mudharib).
 Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara profesional dan
kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang
ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan
kecermatn dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah)

Tujuan Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan
demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa
belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna
menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan
membangun model teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan
ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan
bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah
didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan
(QS. Al-Baqarah 2 : 275). Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan
usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga
(Zaenul Arifin, 2002: 39-40).

Fungsi Bank Syariah


 Intermediary agent (sama seperti bank konvensional)
 Fund atau investment manager
 Penyedia jasa perbankan pada umumnya (sama seperti bank konvensional)
sepanjang tidak melanggar syariah
 Pengelola fungsi sosial (ZISWA)
 Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional)

Falsafah Operasional Bank Syariah

Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk
memperoleh kebajikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga
keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari (ibid).

a) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya :


 Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti
keberhasilan usaha (QS. Luqman, ayat :34)
 Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya terhadap
hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat
gandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu
(QS. Ali-Imron, 130)
 Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun
kualitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)
 Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan tambahan dimuka atas hutang
yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim, Bab
Riba No. 1569 s/d 1572).
b) Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah
harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari
oleh adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah
berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi
barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya
penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

Produk Perbankan Syariah

Dari hasil musyawarah (ijma internasional) para ahli ekonomi Muslim beserta para ahli
fiqih dari Academi Fiqh di Mekkah pada tahun 1973, dapat disimpulkan bahwa konsep
dasar hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam bentuk sistem ekonomi Islam
ternyata dapat diterapkan dalm operasional lembaga keuangan bank maupun lembaga
keuangan non bank. Penerapan atas konsep tersebut terwujud dengan munculnya lembaga
keuangan Islam di persada nusantara ini.

Sepuluh tahun sejak diundangkannya pada Lembaga Negara, Undang-Undang Nomor 7


Tahun 1992 tentang Perbankan Bagi Hasil, yang direvisi dengan UU No. 10 tahun 1998,
bank syariah dan lembaga keuangan non bank secara kuantitatif tumbuh dengan pesat.
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam
menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara : pemilik dana (shahibul mal)
yang menyimpan uangnya di lembaga, lembaga selaku pegelola dana (mudharib) dan
masyarakat yang membutuhkan dana yang bisa berstatus peminjam dana atau pengelola
usaha.

Pada sisi pengerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi hasil dari usaha
lembaga keuangan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama, bagi hasil yang
diterima shahibul mal akan naik turun secara wajar sesuai dengan keberhasilan lembaga
keuangan dalam mengelola dana yag dipercayakan kepadanya. Tidak ada biaya yang
perlu digeserkan karena konsep bagi hasil bukan konsep biaya.

Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan Bank Islam
disalurkan dalam bentuk barang dan jasa yang dibelikan Bank Islam untuk nasabahnya.
Dengan demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila barang dan jasa telah ada terlebih
dahulu. Dengan metode ada barang dahulu, baru ada uang maka masyarakat dipacu untuk
memproduksi barang dan jasa atau mengadakan barang dan jasa. Selanjutnya barang
yang dibeli/diadakan menjadi jaminan (collateral) hutang.

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut ditentukkan
oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima konsep ini
bank syariah dapat menerapkan produk-produk lembaga keuangan bank syariah dan
lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan. Kelima konsep
tersebut adalah :

1) Prinsip Simpanan Murni (al’Wadiah)


Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank Islam untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya
dalam bentuk al-Wadiah. Fasilitas al-Wadiah diberikan utnuk tujuan investasi guna
mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

2) Bagi Hasil (Syirkah)


Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara
bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah

3) Prinsip Jual beli (at-Tijarah)


Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank
akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai
agen bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)


Prinsip ini secara garis besar terbagi atas dua jenis : (1). Ijarah, sewa murni, seperti
halnya penyewaan alat-alat produk (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat
membeli equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan
hanya telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit
tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak
untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

5) Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah)


Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk
produk yang berasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa,
Transfer, dll.

Perkembangan Produk Perbankan Syariah di Indonesia

Seiring dengan perkembangannya, bank syariah tahun demi tahun mengalami


peningkatan dari sisi asset dan share secara nasional, begitu pula dengan jumlah dana
pihak ketiga (deposito fund) dan kredit (financing) yang diberikan. Pada akhir tahun 2002
total asset bank syariah sebesar Rp 4 Trilyun atau share sebesar 0,36% dari total aset
perbankan nasional, sedangkan pada akhir tahun 2003 meningkat menjadi Rp 7,8 Trilyun
atau share sebesar 0,74% dari total aset perbankan nasional atau meningkat hampir
sebesar 100% dari total aset perbankan syariah tahun sebelumnya. Dari sisi produk
perbankan syariah maka total deposit fund yang dimiliki bank syariah pada akhir tahun
2002 sebesar Rp 2,92 Trilyun dan pada akhir tahun 2003 sebesar Rp 5,72 Trilyun atau
mengalami peningkatan hampir sebesar 100%. Sedangkan disisi financing posisi pada
tahun 2002 akhir sebesar Rp 3,28 Trilyun dan pada akhir tahun 2003 sebesar Rp 5,53
Trilyun atau mengalami penongkatan hampir sebesar 70%. Secara keseluruhan akan
dapat dilihat pada tabel pangsa perbankan syariah terhadap total bank posisi Desenber
2003 dibawah ini.

Tabel 4.1
Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank (Desember 2003)

Islamic Banks Total Banks


Nominal Share
Total Assets 7,86 0,74% 1068,40
Deposit Fund 5,72 0,64% 888,60
Credit/Financing extended 5,53 1,16% 477,19
LDR/FDR* 96,60% 53,70%

NPL 2,34% 8,2%

Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah-BI


*) FDR = Financing extended/Deposit Fund
LDR= Credit extended/Deposit Fund

Prospek Perkembangan Produk Perbankan Syariah di Indonesia

Prospek perkembangn produk bank syariah masih terbuka lebar, jika bank syariah
melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk baru. Sehingga muncul
inovasi dalam membuat produk-produk baru yang customized bagi customers.
Pemahaman akan produk (product knowledge) dan skim-skim syariah menjadi dasar
dalam pengembangan produk bank syariah. Minimnya pengetahuan mengenal aspek fiqh
dalam perbankan syariah juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk
di bank syariah. Berdasarkan perkembangan perkembangan secara nasional maka ada
kecenderungan ke depan trennya adalah kepeminjaman konsumen. Disisi lain pemberian
pinjaman kepada kelompok UKM (Usaha Kecil Menengah) juga menjadi salah satu
pilihan karena hal ini dapat mengurangi resiko kemacetan kredit yang biasanya
disebabkan oleh debitur-debitur besar, jika satu debitur besar mengalami kemacetan maka
akan mempengaruhi posisi CAR suatu bank secara signifikan.
Sumber Dana Bank Syariah

Bagi bank konvensional selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk
“menahan” uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan: transaksi,
cadangan(jaga-jaga), dan investasi (John M. Keynes, 1936). Oleh karena itu, produk
penghimpunan dana pun sesuai dengan tiga fungsi tersebut yaitu berupa giro, tabungan,
dan deposito.

Dalam pandangan syariah uang bukanlah suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat
untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value). Hal ini
bertentangan dengan perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembang-biakan
uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Untuk
menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar (primary
economic activities) baik secara langsung maupun melalui transaksi perdagangan ataupun
secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh
kegiatan usaha tersebut.

Berdasarkan prinsip tersebut Bank syariah dapat menarik dana pihak ketiga atau
masyarakat dalam bentuk (Zainul Arifin, Op.cit, 53):
 Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya
(guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbaaln atau keuntungan.
 Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed account) untuk
investasi umum (general investment account/ mudharabah mutlaqah) di mana bank
akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan porofolio yang
didanai dengan modal tersebut.
 Investasi khusus (spesial investment account / mudharabah muqayyadah) di mana
bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut
berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil resiko atas investasi.

Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari (Ibid):


 Modal Inti (core capital)
 Kuasi ekuitas (mudharabah account)
 Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit)

Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti sektor lainnya, adalah
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan aktifitas operasi bank yang bermanfaat dalam mengambil
keputusan.

Fungsi Laporan Keuangan

Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan,
laporan keuangan setidaknya harus berfungsi sebagai berikut:
 menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
 sahibul maal/pemilik dana  pembayar zis
 kreditur  pemegang saham
 otoritas pengawasan  Lembaga penjamin
 Bank Indonesia simpanan
 Pemerintah  Masyarakat
 informasi dalam menilai prospek arus kas bertujuan untuk memberikan informasi
yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur, dan pihak-pihak lain dalam
memperkirakan jumlah, aset, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas di masa depan
atas deviden, bagi hasil,dan hasil dari penjualan, pelunasan(redemption), dan jatuh
tempo dari surat berharga atau pinjaman.
 informasi atas sumber daya ekonomi bertujuan memberikan informasi tentang
sumber daya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk
mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham serta
kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi
perubahan sumber daya tersebut.
 informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan
pegelolaan pendapatan dana bank tersebut.
 informasi untuk membantu pihak terkait di dalam menentukan zakat bank atau
pihak lainnya.

Acuan Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan bank syariah didasarkan dari beberapa acuan yang relevan,
adapun acuan tersebut adalah:
 Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Umum,
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Umum, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (PSAKS) dan Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK).
 Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization of Islamic
Financial Institutions).
 International Accounting Standard (IAS), Statement of Financial Accounting
Standard (SFAS), sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
 Peraturan perundang-undagan yang relevan dengan laporan keuangan
 Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum, sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai