Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu

(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu

I Gede Agus Sastrawijaya


Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email :Agus.Sastrawijaya@yahoo.co.id

Saparuddin
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : sapar_59@yahoo.co.id

Harly Hamad
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako (Untad) Palu
Email : h2srw@yahoo.com

ABSTRAK

Rumah Sakit Wirabuana adalah rumah sakit milik TNI AD Kota Palu yang berwujud RSU dan dinaungi
oleh TNI AD. Karena rumah sakit Wirabuana berada di lingkungan padat penduduk, sehingga memiliki potensi
besar sebagai sumber pencemaran penyakit di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar
debit limbah cair pada rumah sakit tersebut. Dari data jumlah tempat tidur pasien rumah sakit yaitu 100 tempat
tidur, sehingga aktivitas yang berlangsung di rumah sakit wirabuana kota palu menghasilkan debit limbah cair
maksimum sebesar 7 m3/hari. Bentuk dan desain instalasi pengolahan limbah cair pada rumah sakit wirabuana
kota palu yaitu persegi panjang dengan sistem pengolahan biofilter anaerob-aerob. Pengolahan limbah cair dengan
proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pemisah minyak, bak ekualisasi, bak
pengendap awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob, bak pengendap akhir dan dilengkapi dengan bak
kontaktor khlorinasi. Adapun ukuran masing –masing bak yaitu bak pemisah minyak (0,9 m x 0,5 m x 0,9 m), bak
ekualisasi (2,6 m x 1,3 m x 1,4 m), bak pengendap awal (1,6 m x 0,8 m x 1,3 m), bak biofilter anaerob (2,5 m x
1,3 m x 1,4 m), bak biofilter aerob (1,8 m x 1 m x 1m), bak pengendap akhir (1,8 m x 0,9 m x 1 m) dan bak
khlorinasi (0,6 m x 0,3 m x 0,6 m). Sistem pengolahan ini dipilih karena sesuai dengan jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh rumah sakit, sistem pengolahan limbah cair yang aman, murah serta mudah dalam operasionalnya.

Kata kunci: Debit, Limbah Cair, Rumah Sakit

ABSTRACT

Wirabuana hospital is a hospital which is belonged to TNI AD in Palu it is a public hospital and sheltered
by TNI AD. As the Wirabuana hospital is located in densely population, so it has great potential as a source of
contamination of the disease in the community. The purpose of this research is to know the large liquid waste
discharge at the hospital. From the data the number of beds at the hospitals of 100 beds for inpatients, so that
activities that take place in the hospitals wirabuana discharge Palu City produces maximum liquid waste of 7
m3/day. The shape and design of the liquid waste processing installations at the hospitals wirabuana of the City
Palu a rectangle with anaerobic biofilter treatment system-aerobic. The processing of liquid waste by anaerobic-
aerobic biofilter process consists of several sections namely, oil separator basin equalization basin, preheated
basin, anaerobic biofilter, aerobic biofilter, the end, and equipped with chlorinated contactor tubs. As for the size
of each oil separator basin (0,9 m x 0,5 m x 0,9 m), a tub of equalization (2,6 m x 1,3 m x 1,4 m), basecoat (1,6
m x 0,8 m x 1,3 m), anaerobic biofilter tubs (2,5 m x 1,3 m x 1,4 m), aerobic biofilter tub (1,8 m x 1 m x 1m),
final setting tub (1,8 m x 0,9 m x 1 m) and chlorinated tubs (0,6 m x 0,3 m x 0,6 m). This processing system was
chosen because it corresponds to the amount of liquid waste produced by hospitals, liquid waste treatment system
that is safe, cheap and easy to operate.

Kewords: Discharge, Liquid Waste, Hospital

1
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

1. PENDAHULUAN 1.2 Tujuan


1.1 Latar Belakang Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Rumah sakit adalah institusi pelayanan 1. Mengetahui besar debit limbah cair yang
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan dihasilkan pada rumah sakit wirabuana kota
kesehatan perorangan secara paripurna yang palu.
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan 2. Mengetahui bentuk dan desain instalasi
gawat darurat (UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang pengolahan limbah cair pada rumah sakit
Rumah Sakit). Dengan banyaknya kegiatan yang ada wirabuana kota palu.
di rumah sakit, maka setiap manusia dapat
menghasilkan limbah. Limbah merupakan buangan 2. LOKASI DAN DATA PERENCANAAN
dari setiap kegiatan yang dilakukan perorangan 2.1 Kondisi Umum Lokasi Perencanaan
maupun kegiatan industri. Limbah tersebut dapat Penelitian ini dilakukan di rumah sakit
berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair wirabuana yang terletak di jl. Sisinga Mangaraja
(liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes) No.4, Kota Palu. Rumah sakit wirabuana memilik
(Sugiharto, 1987). luas tanah 14.998 m² dengan luas bangunan 1.788,50
Berdasarkan UU RI No. 32 Tahun 2009 m² dengan No. Surat Izin 57/23.5.7/BP2T/XI/2015
Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan Lingkungan pada tanggal 06/11/2015 diputuskan oleh Badan
Hidup, suatu kegiatan diwajibkan untuk mengolah Pelayanan Perizinan Terpadu dengan sifat surat izin
dan mengelola limbah hasil kegiatannya dalam perpanjang.
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup dan
limbah yang diolah dan dikelola tersebut wajib 2.2 Data Perencanaan
memenuhi standar baku mutu. Dari undang-undang Rumah sakit wirabuana memiliki 100 tempat
ini dapat dijadikan dasar rumah sakit untuk mengelola tidur terdiri dari kelas utama (VIP) kelas I, Kelas II,
limbah yang dihasilkan sampai memenuhi baku mutu dan kelas III, yang terbagi atas ruang perawatan
lingkungan hidup. Rumah sakit perlu membangun dewasa, ruang anak, ruang bersalin, dan ruang ICU.
instalasi pengelolahan limbah cair yang mampu (Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
menghasilkan efluen yang aman untuk dibuang ke Daya Manusia Kementrian Kesehatan Republik
lingkungan dan memenuhi baku mutu. Indonesia, 2017)
Rumah sakit wirabuana adalah salah satu
infrastruktur kesehatan yang berada di tengah kota. 3 TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit wirabuana adalah rumah sakit milik TNI 3.1 Limbah Cair Secara Umum
AD Kota Palu yang berwujud RSU dan dinaungi Limbah cair adalah semua bahan buangan
oleh TNI AD. Segala kegiatan yang ada di dalamnya yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung
menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun, dan
kehidupan sekitar. Dampak positifnya adalah radioaktivitas. (Kepmen LH No 58 Tahun 1995)
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah 3.2 Limbah Cair Rumah Sakit
sampah dan limbah medis yang dapat menimbulkan Air limbah rumah sakit adalah seluruh
penyakit dan pencemaran lingkungan. Karena rumah buangan cair yang berasal dari seluruh hasil proses
sakit wirabuana berada di lingkungan padat kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik
penduduk, sehingga memiliki potensi besar sebagai cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas
sumber pencemaran penyakit di masyarakat. pencuci pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah
Selain itu rumah sakit wirabuana belum yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit
memiliki sistem pengolahan limbah cair. Seiring misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dan
dengan cepatnya pertumbuhan penduduk dan lainnya; air limbah laboratorium; dan lainya.
banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit akan (Asmadi, 2013)
berdampak pada meningkatnya jumlah limbah cair
yang akan dihasilkan rumah sakit. Oleh sebab itu 3.3 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit
perlu direncanakan instalasi pengolahan limbah cair Limbah cair yang dikeluarkan oleh rumah sakit
yang aman, murah serta mudah dalam bersumber dari hasil berbagai macam kegiatan
operasionalnya. antara lain kegiatan dapur, laundry, rawat inap,
Oleh sebab itu, berdasarkan penjelasan ruang operasi, kantor, laboratorium, air limpasan
tersebut penulis bermaksud untuk merealisasikan tangki septik, air hujan dan lainnya. Pada
penilitiannya dalam bentuk tugas akhir atau skripsi dasarnya pengelolaan limbah cair rumah sakit
dengan judul : disesuaikan dengan sumber serta karakteristik
“PERENCANAAN INSTALASI limbahnya. (Said dan Widayat, 2013)
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH
SAKIT WIRABUANA KOTA PALU”. 3.4 Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit
Air limbah rumah sakit yang berasal dari
buangan domestik maupun buangan limbah cair
klinis umumnya mengandung senyawa polutan

2
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan mikroorganime yang digunakan dibiakkan secara
proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk tersuspensi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh
air limbah rumah sakit yang berasal dari proses pengolahan dengan sistem ini antara lain:
laboratorium biasanya banyak mengandung logam proses Lumpur aktif standar/konvesional (standard
berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke activated sludge), step aeration, contact
dalam proses pengolahan secara biologis dapat stabilization, extended aeration, oxidation ditch
mengganggu proses pengolahan, oleh karena itu air (kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya.
limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan Proses biologis dengan biakan melekat yakni
dan ditampung, kemudian diolah secara kimia- proses pengolahan limbah dimana mikroorganisme
fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan bersama- yang digunakan dibiakkan pada suatu media
sama dengan air limbah yang lain, dan diolah sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada
dengan proses pengolahan secara biologis. (Said dan permukaan media. Beberapa contoh teknologi
Widayat, 2013) pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain :
trickling filter atau biofilter, rotating biological
3.5 Dampak Limbah Cair Rumah Sakit contactor (RBC), contact aeration/oxidation (aerasi
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat kontak) dan lainnnya.
membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah Proses pengolahan air limbah secara biologis
berupa virus dan kuman yang berasal dari dengan lagoon atau kolam adalah dengan
laboratorium virologi dan mirobiologi yang sampai menampung air limbah pada suatu kolam yang luas
saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga
untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang dengan aktivitas mikroorganisme yang tumbuh
berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air
media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian
petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal
tersebut dapat berupa pencemaraan udara, dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah
minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen- kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization
agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-
dampak besar terhadap manusia. (Agustiani kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan
dkk,1998) biakan tersuspensi.
3.6 Teknologi Proses Pengolahan Limbah Cair 3.6.2 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses
Rumah Sakit Lumpur Aktif
3.6.1 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Pengolahan air limbah dengan proses lumpur
Biologis aktif secara umum terdiri dari bak pengendap awal,
Air limbah yang mengandung senyawa organik bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak
umumnya diolah menggunakan teknologi khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara
pengolahan air limbah secara biologis atau umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut.
gabungan antara proses biologis dengan proses Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung
kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung
dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah
kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk
anaerobik dan aerobik. Proses biologis aeorobik memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air
biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah limbah dalam bak penampung dipompa ke bak
dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi
sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended
untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD Solids) sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 % .
yang sangat tinggi. Dalam tulisan ini uraian dititik Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke
beratkan pada proses pengolahan air limbah secara bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air
aerobik. limbah dihembus dengan udara sehingga
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni organik yang ada dalam air limbah. Energi yang
proses biologis dengan biakan tersuspensi didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut
(suspended culture), proses biologis dengan biakan digunakan oleh mikroorganisme untuk proses
melekat (attached culture) dan proses pengolahan pertumbuhannya. Dengan demikian di dalam bak
dengan sistem lagoon atau kolam. aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang
Proses biologis dengan biakan tersuspensi biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau
adalah sistem pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan
aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
senyawa polutan yang ada dalam air dan

3
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap Pada saat biofilm yang melekat pada media yang
akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang berupa piringan tipis tersebut tercelup ke dalam air
mengandung massa mikroorganisme diendapkan limbah, mikroorganisme menyerap senyawa organik
dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi yang ada dalam air limbah yang mengalir pada
dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan(over permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di
flow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak atas permukaan air, mikroorganisme menyerap
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air oksigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam
limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk air untuk menguraikan senyawa organik. Energi hasil
membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh
yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat mikroorganisme untuk proses perkembangbiakan
langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. atau metabolisme.
Dengan proses ini air limbah rumah sakit dengan Senyawa hasil proses metabolisme
konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat diturunkan mikroorganisme tersebut akan keluar dari biofilm dan
kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. Surplus terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan
lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada
ditampung ke dalam bak pengering lumpur, pada mediumnya, sedangkan untuk padatan
sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan
penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi
aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan bentuk yang larut dalam air.
beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm
tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya
mengolah air limbah dalam jumlah yang besar. karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari
Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain mediumnya dan terbawa aliran air keluar.
yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada Selanjutnya, mikroorganisme pada permukaan
lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga
yang dihasilkan cukup besar. terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan
senyawa organik yang ada dalam air limbah.
3.6.3 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses
Lumpur Aktif Reaktor Biologis Putar 3.6.4 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses
(Rotating Biological Contactor, RBC) Aerasi Kontak
Reaktor biologis putar (rotating biological Proses ini merupakan pengembangan dari
contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan
pengolahan air limbah yang mengandung polutan air limbah dengan proses aerasi kontak ini terdiri dari
organik yang tinggi secara biologis dengan sistem dua bagian yakni pengolahan primer dan pengolahan
biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja sekunder.
pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah Pada pengolahan primer ini, air limbah dialirkan
yang mengandung polutan organik dikontakkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
dengan lapisan mikroorganisme (microbial film) yang sampah yang berukuran besar seperti sampah daun,
melekat pada permukaan media di dalam suatu kertas, plastik dll. Setelah melalui screen air limbah
reaktor. dialirkan ke bak pengendap awal, untuk
Media tempat melekatnya film biologis ini mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran
berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu berfungsi sebagai bak pengontrol aliran.
poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, Proses pengolahan sekunder ini terdiri dari bak
selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan kontaktor anaerob (anoxic) dan bak kontaktor aerob.
dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah Air limpasan dari bak pengendap awal dipompa dan
yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor dialirkan ke bak penenang, kemudian dari bak
tersebut. penenang air limbah mengalir ke bak kontaktor
Dengan cara seperti ini mikroorganisme anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas (up
misalnya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya flow). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
tumbuh melekat pada permukaan media yang dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu
berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat
terdiri dari mikroorganisme yang disebut biofilm lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air
(lapisan biologis). Mikroorganisme akan baku yang akan diolah. Air limpasan dari bak
menguraikan atau mengambil senyawa organik yang kontaktor anaerob dialirkan ke bak aerasi. Di dalam
ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut bak aerasi ini diisi dengan media dari bahan pasltik
dalam air atau dari udara untuk proses (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil
metabolismenya, sehingga kandungan senyawa diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
organik dalam air limbah berkurang. mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan

4
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

menempel pada permukaan media. Dengan demikian pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan
air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang bak kontaktor khlor.
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada Limbah cair yang berasal dari rumah tangga atau
permukaan media yang mana hal tersebut dapat rumah sakit dialirkan melalui saringan kasar (bar
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik. screen) untuk menyaring sampah yang berukuran
Proses ini sering dinamakan Aerasi Kontak (Contact besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah
Aeration). melalui screen limbah cair dialirkan ke bak pemisah
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap lemak untuk memisahkan antara minyak dan air,
akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang kemudian air limpasannya menuju ke bak ekualisasi,
mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan pada bak ini, pengendapan secara gravitasi dan tidak
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan ada penambahan bahan kimia. Bak ini digunakan
pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan untuk mengatasi adanya masalah operasional, adanya
(over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak variasi debit dan menangani adanya masalah
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan penanganan kualitas limbah cair yang akan masuk ke
senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme unit – unit pengolahan limbah. Kemudian masuk ke
patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah bak pengendap awal, bak ini berfungsi
proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran
atau saluran umum. Dengan kombinasi proses lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak
zat organik (BOD, COD), cara ini dapat menurunkan pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
konsentrasi nutrient (nitrogen) yang ada dalam air sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung
limbah. Dengan proses ini air limbah rumah sakit lumpur.
dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat Air limpasan dari bak pengendap awal
diturunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke bawah dan bawah ke
3.6.5 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
Biofilter "Up Flow" dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu
Proses pengolahan limbah cair dengan biofilter split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat
"up flow" ini terdiri dari bak pengendap, ditambah lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air
dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan baku yang akan diolah. Penguraian zat - zat organik
media kerikil atau batu pecah, plastik atau media lain. yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa
dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif hari operasi, pada permukaan media filter akan
aerobik. Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan, yang tumbuh lapisan film mikroorganisme.
pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung organik yang belum sempat terurai pada bak
lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap.
pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
terendapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
pengendap dialirkan ke media filter dengan arah kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan
aliran dari bawah ke atas. kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau bahan
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara
media filter akan tumbuh lapisan film sehingga mikroorganisme yang ada akan
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter Dengan demikian air limbah akan kontak
kemudian dibubuhi dengan khlorine atau kaporit dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air
untuk membunuh mikroorganisme patogen, maupun yang menempel pada permukaan media yang
kemudian dibuang langsung ke sungai atau saluran mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
umum. penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat
proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
3.6.6 Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering
Biofilter Anaerob-Aerob dinamakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Proses pengolahan dengan biofilter anaerob - Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap
aerob ini merupakan pengembangan dari proses akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
anaerob - aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan
pemisah lemak, bak ekualisasi, bak pengendap awal, (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan

5
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme 2. Perhitungan Bak Ekualisasi


patogen. 3. Perhitungan Bak Pengendapan Awal
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses 4. Perhitungan Bak Anaerob
khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau 5. Perhitungan Bak Aerob
saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan 6. Perhitungan Bak Pengendapan Akhir
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik 7. Perhitungan Bak Khlorinasi
(BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan 8. Gambar Desain Bak Limbah Cair Rumah Sakit
tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
4.6 Diagram Alir Perencanaan
4. METODE PERENCANAAN
4.1 Survei Lapangan
Survei yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kondisi lokasi penelitian sebagai
pertimbangan dalam perencanaan instalasi
pengolahan limbah cair. Selain itu ada beberapa
faktor yang ingin diketahui dari pelaksanaan survei
lapangan ini :
1. Masalah-masalah yang menjadi penelitian khusus
dalam pembuatan bangunan penampungan dan
pengolah limbah antara lain letak bangunan, luas
lokasi yang masih tersedia, serta kondisi
lingkungan sekitar lokasi tersebut.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber limbah cair
yang akan dibuatkan bangunan pengolahan serta
bangunan penampungannya.
3. Pengaruh limbah cair terhadap lingkungan rumah
sakit wirabuana kota palu.

4.2 Kajian Pustaka


Kajian pustaka dilakukan dengan tujuan
mencari informasi-informasi dasar mengenai
perencanaan bangunan pengolahan limbah cair rumah
sakit yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain
: buku-buku, instansi terkait, penelitian sebelumnya.

4.3 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu
data sekunder berupa data dari instansi terkait dalam
hal ini rumah sakit wirabuana kota palu dan
Kementerian Kesehatan Indonesia. Adapun data yang
dikumpulkan yaitu : jumlah tempat tidur pasien di
rumah sakit wirabuana kota palu.

4.4 Analisis dan Pengolahan Data


Kegiatan analisis data dalam penelitian
kuantitatif meliputi pengolahan dan penyajian data,
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan berbagai perhitungan untuk
5.1 Jumlah Tempat Tidur
mendeskripsikan data, serta melakukan analisis untuk Rumah sakit wirabuana memiliki 100 tempat
menguji hipotesis. Perhitungan dan analisis data tidur terdiri dari kelas utama (VIP) kelas I, Kelas II,
kuantitatif dilakukan menggunakan teknik statistik dan kelas III, yang terbagi atas ruang perawatan
yaitu menghitung debit limbah cair rumah sakit dari dewasa, ruang anak, ruang bersalin, dan ruang ICU.
data jumlah tempat tidur dan kebutuhan air bersih
(liter/bed/hari). 5.2 Perhitungan Perencanaan Instalasi
Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
4.5 Perencanaan Pengolahan Limbah Cair 5.2.1Perhitungan Debit Limbah Cair Maksimum
Setelah melakukan analisis dan pengolahan 1. Perencanaan Potensi Kecepatan Aliran Limbah
data, langkah selanjutnya yaitu melakukan Cair.
perhitungan dan desain bangunan instalasi Potensi kecepatan aliran limbah cair
pengolahan limbah cair yang meliputi : didapatkan dengan cara mengasumsikan sesuai
1. Perhitungan Bak Pemisah Minyak

6
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

dengan jenis ruangan dan pengoperasiannya. 5.2.3.1 Desain Bak Pemisah Lemak / Minyak
Maka kecepatannya diasumsikan dan Data Perencanaan :
divariasikan antara 0,00005 – 0,001 m/s. - Q limbah cair = 0,00008 m3/s
2. Perhitungan Debit Limbah Cair - Waktu Tinggal, WT = 1 jam (Said
Dalam menentukan besarnya debit limbah dan Widayat, 2013)
cair diperlukan data berupa jumlah kebutuhan = 3.600 s
air bersih seluruh kegiatan yang berada di rumah - Volume maksimum, Vmaks = Q limbah cair x
sakit. WT
Q air bersih = Jumlah tempat tidur (bed) x = 0,00008 x 3.600
Kebutuhan air bersih (liter/bed.hari) = 0,288 m3
Q limbah cair = 20% x Q air bersih - Kecepatan aliran, V0 = 0,00005 – 0,001
m/s
- Ruang bebas, w = 30% dari tinggi
- Endapan, e = 10% dari tinggi

Tabel 5.1 Standar Pemakaian Air Bersih Rata – Rata Sehari

Sumber : Noerbambang dan Morimura, 2005

Total Kebutuhan Air Bersih Di Rumah Sakit Perhitungan dimensi bak :


Wirabuana : P = V0 x WT
Q air bersih = Jumlah tempat tidur (bed) x = 0,00025 x 3.600
Kebutuhan air bersih = 0,9 m
(liter/bed.hari) L =½xP
= 100 x 350 = ½ x 0,9
= 35.000 liter/hari = 0,45 m ≈ 0,5 m
Jadi Debit Limbah Cair yang masuk dalam Vmax
Tair =
pengolahan : PXL
0,288
Q limbah cair = 20% x Q air bersih =
0,9 x 0,5
= 20% x 35.000 = 0,64 m
= 7000 liter/hari Tr = Tair + e + w
=7 m3/hari = Tair + (10% x Tair) + (30% x Tair)
= 0,00008 m3/s = 0,64 + (10% x 0,64) + (30% x 0,64)
= 0,89 m ≈ 0,9 m
5.2.2Kapasitas Desain Vr = P x L x Tr
Debit IPAL Maksimum : 7 m3/hari = 0,9 x 0,5 x 0,9
COD Limbah Cair Maksimum : 500 mg/l = 0,405 m³
BOD Limbah Cair Maksimum : 300 mg/l Cek :
Konsentrasi SS : 300 mg/l Vr > Vmaks
Total Efisiensi Pengolahan : 90 % 0,405 m³ > 0,288 m³ .... ( Memenuhi )
COD Olahan : 80 mg/l
BOD Olahan : 30 mg/l 5.2.3.2 Desain Bak Ekualisasi
SS Olahan : 30 mg/l Data Perencanaan :
- Q limbah cair = 0,00008 m3/s
5.2.3 Perhitungan Desain Dimensi Bak - Waktu Tinggal, WT = 12 jam (Said
Pengolahan Limbah Cair dan Widayat, 2013)

7
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

= 43.200 s Tr = Tair + e + w
= Tair + (10% x Tair) + (30% x Tair)
- Volume maksimum, Vmaks = Q limbah cair x = 0,9 + (10% x 0,9) + (30% x 0,9)
WT = 1,26 m ≈ 1,3 m
= 0,00008 x 43.200 Vr = P x L x Tr
= 3,456 m3 = 1,6 x 0,8 x 1,3
- Kecepatan aliran, V0 = 0,00005 – 0,001 = 1,664 m³
m/s Cek :
- Ruang bebas, w = 30% dari tinggi Vr > Vmaks
- Endapan, e = 10% dari tinggi 1,664 m³ > 1,152 m³ .... ( Memenuhi )
Perhitungan dimensi bak :
P = V0 x WT 5.2.3.4 Desain Bak Biofilter Anaerob
= 0,00006 x 43.200 Data Perencanaan :
= 2,59 m ≈ 2,6 m Q limbah cair = 7 m3/hari
L =½xP BODmasuk = 225 mg/l = 225 g/m3
= ½ x 2,6 BODkeluar = 75 mg/l = 75 g/m3
(225−75)
= 1,3 m Efisiensi pengolahan : x 100% = 66,7 %
Vmax 225
Tair = Kriteria perencanaan :
PXL
3,456 Untuk pengolahan limbah cair dengan proses
=
2,6 x 1,3 biofilter standar beban BOD per volume media
= 1,02 m adalah 0.4 – 4.7 kg BOD /m3.hari.
Tr = Tair + e + w Untuk limbah cair rumah sakit ditetapkan beban
= Tair + (10% x Tair) + (30% x Tair) BOD yang digunakan :
= 1,02 + (10% x 1,02) + (30% x 1,02) 0.75 kg BOD/m3 media.hari
= 1,43 m ≈ 1,4 m Beban BOD di dalam limbah cair = 7 m3/hari x
Vr = P x L x Tr 225 g/m3
= 2,6 x 1,3 x 1,4 = 1.575 g/hari
= 4,732 m³ = 1,575 kg/hari
Cek : 1,575 kg/ hari
Vr > Vmaks Volume media yang diperlukan =
0,75 kg/m3.hari
4,732 m³ > 3,456 m³ .... ( Memenuhi ) = 2,1 m3
Volume media = 50% dari total
5.2.3.3 Desain Bak Pengendapan Awal volume reaktor
Data Perencanaan : Volume reaktor yang diperlukan = 2 x 2,1 m3
Q limbah cair = 0,00008 m3/s = 4,2 m3
BODmasuk = 300 mg/l = 300 g/m3 Waktu tinggal di dalam Reaktor Anaerob
BODkeluar = 225 mg/l = 225 g/m3
(300−225) 4,2 m3
Efisiensi pengolahan : x 100% = 25 % = x 24
300 7 m3/hari
- Waktu Tinggal, WT = 4 jam (Said = 14,4 ≈ 15 jam
dan Widayat, 2013) Waktu tinggal dalam reaktor Anaerob = 15 jam,
= 14.400 s dengan kecepatan aliran dalam bak = 0,00005 m/s,
- Volume maksimum, Vmaks = Q limbah cair x sehingga dimensi Biofilter Anaerob menjadi :
WT Panjang = 2,5 m
= 0,00008 x 14.400 Lebar = 1,3 m
= 1,152 m3 Kedalaman air efektif =1 m
- Kecepatan aliran, V0 = 0,00005 – 0,001 Tinggi ruang bebas = 0,3 m
m/s Tinggi ruang lumpur = 0,1 m
- Ruang bebas, w = 30% dari tinggi Volume reaktor rencana = 2,5x1,3
- Endapan, e = 10% dari tinggi x1,4
Direncanakan dimensi bak : = 4,55 m3
P = Vo x WT Tinggi bed media pembiakan mikroba = 0,8 m
= 0,00011 x 14.400 Tinggi air di atas bed media = 0,2 m
= 1,58 m ≈ 1,6 m Volume total media biofilter anaerob = 2,5x1,3
L =½xP x0,8
= ½ x 1,6 m = 2,6 m3
= 0,8 m Cek :
Vmaks Volume Reaktor Rencana > Volume Reaktor Perlu
Tair =
PXL
1,152 4,55 m3 > 4,20 m3
= .... ( Memenuhi )
1,6 x 0,8
= 0,9 m

8
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

5.2.3.5 Biofilter Aerob Cek :


Debit Limbah = 7 m3/hari BOD Loading per volume media
BODmasuk = 75 mg/l = 75 g/m3
0,525 kg/hari
BODkeluar = 30 mg/l = 30 g/m3 =
(75−30) 0,96 m3
Efisien pengolahan : x 100%
= 60 %
75
Beban BOD di dalam limbah cair = 7 m3/hari x = 0,55 kg BOD/m3.hari
75 g/m3
= 525 g/hari Kebutuhan Oksigen
= 0,525 kg/hari Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob
Jumlah BOD yang dihilangkan = 60% x 0,525 sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan
kg/hari Kebutuhan Oksigen Teoritis = Jumlah BOD yang
= 0,315 kg/hari dihilangkan
Untuk pengolahan limbah cair dengan proses = 0,315 kg/hari
biofilter : Faktor keamanan ± 1,5
Strandar Beban BOD per volume media 0,4 - 4,7 kg Jadi, Kebutuhan Oksigen Teoritis = 1,5 x 0,315
BOD / m3.hari = 0,47 kg/hari
Beban BOD yang digunakan = 0.75 kg Temperatuh udara rata – rata = 28 °C
BOD/m3 media.hari Berat Udara pada suhu 28 °C = 1,1725 kg/m3
0,525 kg/hari Diasumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2 %
Volume media yang diperlukan = Jadi :
0,75 kg/m3.hari
= 0,70 m3 Jumlah Kebutuhan Oksigen Teoritis
Volume media = 40% x Volume Reaktor kg
0,47
hari
Volume Reaktor Biofilter Aerob yang diperlukan = kg O2
1,1725 x 0,232 g Udara
m3 g
= 100/40 x 0,70
= 1,73 m3/hari
= 1,75 m3
Efisiensi Difuser = 2,5% (gelembung kasar)
Waktu Tinggal di dalam Reaktor Aerob 1,73 m3/hari
=
1,75 m3
x 24 jam/hari Kebutuhan Udara Aktual =
0,025
7 m3/hari
= 69,20 m3/hari
= 6 jam
= 2,88 m3/jam
Reaktor dibagi menjadi dua ruang : ruang aerasi dan
= 0,048 m3/menit
ruang biofilter
Dimensi Ruang Aerasi Biofilter Aerob : Blower Udara Yang Digunakan :
- Panjang = 0,6 m Spesifikasi Blower :
- Lebar = 1 m Tipe : Hi Blow HP-60
- Kedalaman air efektif = 0,6 m Merek : Takatsuki
- Tinggi ruang bebas = 0,3 m Kapasitas : 0,06 m3/menit
- Tinggi ruang lumpur = 0,1 m Jumlah : 2 unit (operasi bergantian)
Dimensi Ruang Biofilter Aerob : Diffuser :
- Panjang = 1,2 m Kebutuhan Udara Aktual = 0,048 m3/menit
- Lebar = 1 m Diffuser udara menggunakan diffuser tipe “Fine
- Kedalaman air efektif = 0,6 m Bubble Diffuser” dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Tinggi ruang bebas = 0,3 m Size : 250 mm
- Tinggi ruang lumpur = 0,1 m Connectio Diameter : ¾ - 1 “
Cek : Flow rate : 60 – 80 liter/menit
Waktu tinggal di dalam Reaktor Aerob (tipikal = 70 liter/menit)
1,8 m x 1 m x 1 m
= x 24 jam/hari Material : Plastic Single membrane
7 m3/hari
= 6,17 jam ≈ 7 jam Jumlah Diffuser yang diperlukan
48 liter/menit
Waktu Tinggal di dalam Biofilter Aerob rata – rata =
70 liter/menit
= 7 jam = 0,69 ≈ 1 buah
- Tinggi bed media pembiakan mikroba
= 0,8 m Media Pembiakan Mikroba
- Tinggi air di atas bed media Spesifikasi media biofilter yang digunakan :
= 0,2 m Material : PVC sheet
- Volume total media pada biofilter Ukuran Modul : 0,25 m x 0,30 m x 0,30 m
aerob Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm
= 1,2 m x 1 m x 0,8 m Luas Kontak Spesifik : 200 – 226 m2/m3
= 0,96 m3 Diameter lubang : 0,02 m x 0,02 m
Warna : Hitam atau transparan
Berat Spesifik : 30 – 35 kg/m3

9
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

Porositas Rongga : 0,98 5.2.3.7 Desain Bak Khlorinasi


Jadi, Jumlah Volume Total Media yang dibutuhkan : Data Perencanaan :
Volume Total Media biofilter anaerob + Volume - Q limbah cair = 0,00008 m3/s
Total Media biofilter aerob - Waktu Tinggal, WT = 15 menit
Jumlah Volume Total Media yang dibutuhkan = 900 s
= 2,6 m3 + 0,96 m3 - Volume maksimum, Vmaks = Q limbah cair x
= 3,56 m3 WT
= 0,00008 x 900
5.2.3.6 Bak Pengendapan Akhir = 0,072 m3
Data Perencanaan : - Kecepatan aliran, V0 = 0,00005 – 0,001
- Q limbah cair = 0,00008 m3/s m/s
- Waktu Tinggal, WT = 4 jam (Said - Ruang bebas, w = 30% dari tinggi
dan Widayat, 2013) - Endapan, e = 10% dari tinggi
= 14.400 s Perhitungan dimensi bak :
- Volume maksimum, Vmaks = Q limbah cair x P = V0 x WT
WT = 0,00065 x 900
= 0,00008 x 14.400 = 0,59 m ≈ 0,6 m
= 1,152 m3 L =½xP
- Kecepatan aliran, V0 = 0,00005 – 0,001 = ½ x 0,6
m3/s = 0,3 m
- Ruang bebas, w = 30% dari tinggi Vmax
Tair =
PXL
- Endapan, e = 10% dari tinggi 0,072
Direncanakan dimensi bak : =
0,6 x 0,3
P = Vo x wt = 0,4 m
= 0,000125 x 14.400 Tr = Tair + e + w
= 1,8 m = Tair + (10% x Tair) + (30% x Tair)
L =½xP = 0,4 + (10% x 0,4) + (30% x 0,4)
= ½ x 1,8 m = 0,56 m ≈ 0,6 m
= 0,9 m Vr = P x L x Tr
Vmaks = 0,6 x 0,3 x 0,6
Tair =
PXL = 0,108 m³
1,152
= Cek :
1,8 x 0,9
= 0,71 m Vr > Vmaks
Tr = Tair + e + w 0,108 m³ > 0,072 m³ .... ( Memenuhi )
= Tair + (10% x Tair) + (30% x Tair)
= 0,71 + (10% x 0,71) + (30% x 0,71) 6. KESIMPULAN DAN SARAN
= 0,99 m ≈ 1 m 6.1 Kesimpulan
Vr = P x L x Tr Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
= 1,8 x 0,9 x 1 disimpulkan sebagai berikut :
= 1,620 m³ 1. Dari data jumlah tempat tidur pasien rumah
Cek : sakit yaitu 100 tempat tidur, sehingga
Vr > Vmaks aktivitas yang berlangsung di rumah sakit
1,620 m³ > 1,152 m³ .... ( Memenuhi ) wirabuana kota palu menghasilkan debit
limbah cair maksimum sebesar 7 m3/hari,
Pompa Air Sirkulasi dan nilai ini akan digunakan dalam
 Q limbah cair = 7 m3/hari perhitungan perencanaan instalasi
Spesifikasi pompa : pengolahan limbah cair.
- Tipe : Pompa 2. Bentuk dan desain instalasi pengolahan
celup/submersibel limbah cair pada rumah sakit wirabuana kota
- Kapasitas : 0.1 – 0.02 palu yaitu persegi panjang dengan sistem
m3/menit pengolahan biofilter anaerob-aerob.
- Bahan : Polimer atau Pengolahan limbah cair dengan proses
Stainless steel biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa
- Total Head : 8 – 11.5 m bagian yakni bak pemisah minyak, bak
- Listrik : 0.5 KW, 220 V ekualisasi, bak pengendap awal, bak biofilter
- Diameter Outlet : 2 “ anaerob, bak biofilter aerob, bak pengendap
- Jumlah : 2 unit (1 akhir dan dilengkapi dengan bak kontaktor
cadangan) khlorinasi. Adapun ukuran masing – masing
bak yaitu bak pemisah minyak (0,9 m x 0,5
m x 0,9 m), bak ekualisasi (2,6 m x 1,3 m x

10
Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Wirabuana Kota Palu
(I Gede Agus Sastrawijaya, Saparuddin, Harly Hamad)

1,4 m), bak pengendap awal (1,6 m x 0,8 m Said, N.I. (1999). Teknologi Pengolahan Air Limbah
x 1,3 m), bak biofilter anaerob (2,5 m x 1,3 Rumah Sakit dengan Sistem
m x 1,4 m), bak biofilter aerob (1,8 m x 1 m Biofilter Anaerob - Aerob. Seminar
x 1m), bak pengendap akhir (1,8 m x 0,9 m Teknologi Pengolahan Limbah II:
x 1 m) dan bak khlorinasi (0,6 m x 0,3 m x Prosiding. Jakarta.
0,6 m). Sistem pengolahan ini dipilih karena
sesuai dengan jumlah limbah cair yang Said, N.I., dan Widayat, W. (2013).
dihasilkan oleh rumah sakit, sistem Teknologi Pengolahan Air Limbah
pengolahan limbah cair yang aman, murah Rumah Sakit dengan Proses
serta mudah dalam operasionalnya. Biofilter Anaerob-Aerob. Pusat
Teknologi Lingkungan Balai
6.2 SARAN Pengkajian dan Penerapan
1. Diharapkan pihak rumah sakit / pihak terkait Teknologi. Jakarta.
dapat mengkaji pengadaan atau pelaksanaan
pembangunan IPAL untuk menangani Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengelolaan Air
limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
yang berlangsung di rumah sakit tersebut.
2. Dengan sistem pengolahan limbah cair pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32.
rumah sakit, maka diharapkan limbah yang (2009). Perlindungan Dan Pengelolahan
telah terolah, tidak mencemari lingkungan Lingkungan Hidup.
sekitar rumah sakit wirabuana yang berada
di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44.
(2009). Tentang Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani E, Slamet A, Winarni D. (1998).
Penambahan PAC pada proses lumpur
aktif untuk pengolahan air limbah rumah
sakit. Laporan Penelitian. Fakultas
Teknik. Surabaya.

Asmadi. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Rumah


Sakit. Cetakan Pertama. Gosyen
Publishing. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan. (1995). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
51204 / MENKES / SK / 2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017).


Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia.

Kusnoputranto. (1986). Kesehatan Lingkungan.


Depdikbud. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Jakarta.

Noerbambang, Soufyan Moh., dan Morimura, Takeo.


(2005). Perencanaan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing. Pradnya Paramita. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai