DAN ISLAM”
Disusun oleh :
Muhammad Aun 23010212060011
Latar Belakang
Seleksi adalah segala hal menyangkut pemilihan hewan unggul yang akan
dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Proses ini terjadi pula di alam
yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungan (the fittest) akan dapat
bertahan hidup untuk kemudian berkembang biak, sedangkan yang lainnya akan
mati.
Sebagai pemulia, kita tidak hanya tertarik kepada sifat-sifat adaptif (fitness
traits) tetapi juga terhadap sifat-sifat produksi dan reproduksi. Oleh karenanya
dilakukanlah seleksi buatan yang dititik beratkan pada sifat-sifat produksi sesuai
Berdasarkan hal ini, maka di buatlah makalah mengenai sistem seleksi pada
sapi potong. Dalam sistem seleksi sapi potong ini akan menggambarkan secara
Disapih ?
Yang dimaksud dengan seleksi secara kuantitatif adalah metode seleksi dengan
perhitungan kuantitatif. Dengan metode ini, nilai genetik ternak ditaksir dari
b. Kecepatan pertumbuhan
Berat badan yang sering digunakan sebagai kriteria seleksi adalah berat sapih,
Kecepatan pertumbuhan meliputi pertambahan berat badan harian pra dan pasca
sering digunakan adalah tinggi gumbah, lingkar dada dan panjang badan, yang
yang murni yang sekarang mulai populer adalah tinggi pinggul. Lingkar skrotum
a) Berat lahir
Berat lahir adalah berat lahir pada saat pedet dilahirkan. Namun sering
dijumpai kesulitan teknis untuk menimbang pedet tepat saat pedet dilahirkan,
sehingga biasanya berat lahir didefinisiakan sebagai berat pedet yang ditimbang
dalam kurun waktu 24 jam setelah lahir. Berat lahir sekarang jarang digunakan
sebagai kriteria seleksi karena adanya hubungan antara berat lahir yang tinggi
dengan kesukaran melahirkan. Selain itu, disebabkan oleh masalah teknis dalam
Dalam berat lahir jika digunakan sebagai kriteria, maka berat lahir biasanya
disesuaikan pada kelahiran berat jantan, yang oleh USDA (1981) disarankan
penggunaan faktor koreksi sebesar 1,07. Jadi misalnya seekor sapi mempunyai
anak dengan betina dengan berat lahir sebesar 30 kg. bila berat lahir akan dipakai
sebagai kriteria seleksi, maka berat lahir tersebut disesuaikan terlebih dahulu
dengan induknya. Di luar negeri penyapihan dilakukan pada umur 7-8 bulan,
Standardisasi berat sapih yang paling umum adalah pada sat umur 205 hari,
artinya pedet diasumsikan ditimbamg pada umur yang seragam, yaitu 205 hari.
berpengaruh terhadap berat sapih anaknya maka perlu adanya faktor penyesuaian
(koreksi) terhadap umur induk yang berupa faktor koreksi induk (FKUI). Adapun
rumus umum yang digunakan dalam menghitung berat sapih yang disesuaikan
𝐵𝐵 − 𝐵𝐿
𝐵𝑆205 = [ 𝑥 205 + 𝐵𝐿] [𝐹𝐾𝑈𝐼]
𝑈𝑚𝑢𝑟
Keterangan :
BL = Berat lahir
Weight dilakukan pada umur sekitar 12 bulan. Yearling weight mempunyai angka
pewarisan tinggi , yaitu sebesar 0,45-0,55 sehingga sangat baik digunakan sebagai
kriteria seleksi. Perhitungan berat badan yang disesuaikan pada umur 365 hari
𝐵𝐵 − 𝐵𝑆
𝐵𝑆365 = [ 𝑥 160 + 𝐵𝑆]
𝑇𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
Keterangan :
sekarang
Penggunaan evaluasi pada umur 365 hari ini digunakan pada kelompok
pedet sapihan yang diberi pakan dengan konsentrat tinggi. Untuk peternak yang
umur sekitar 550 hari (18 bulan), lebih-lebih untuk pedet sapihan betina karena
penggantian induk dilakukan pada umur ini. Sesuai dengan rumus di atas maka
rumus untuk mencari berat badan yang disesuaikan pada umur 550 hari adalah :
Berat badan yang diukur pada umnur sekitar 550 hari ini sering disebut
terakhir dari pedet sapihan dalam memutuskan pedet mana yang terpilih sebagai
calon pengganti.
d) Rata-rata Pertambahan Berat Badan Harian
berat badan setiap harinya sejak lahir sampai saat ini, yang dicari dengan
Data berat terkahir dapat dapat berupa BB365 ataupun BB550. Kriteria ini sangat
praktis karena tanpa menggunakan faktor koreksi apapun dan mengabaikan berat
lahirnya. Sering digunakan ranch komersial tetapi kurang tepat untuk suatu
peternakan pembibitan.
e) Tinggi Pinggul
membantu melihat gambaran seekor hewan, akhir-akhir ini sangat menjadi suatu
Beberapa pengukuran yang lain dari sapi termasuk tebal lemak punggung,
ukuran pelvis, tinggi pundak, tinggi pinggul, dan panjang badan. Selama beberapa
pengujian ternak. Penyesuaian (adjusted) terhadap berat dan rasio berat diikuti
performans.
diantara beberapa pola tertentu yang penting bagi mereka. Pengukuran secara
linier seharusnya tidak diinterpretasikan sebagai berat ternak pada umur tertentu.
tambahan untuk seleksi. Tidak ada satupun ukuran tubuh dari seekor ternak yang
paling baik semua sistem pemberian pakan, sistem breeding dan biaya pakan.
Efisiesi reproduksi dan berat pemasaran akan menentukan range ukuran tubuh
tertentu yang optimum dalam suatu pemberianpakan, sistem breeding dan biaya
produksi.
Akhir-akhir ini tinggi pinggul mulai mendesak kriteria tinggi gumba. Hal ini
Daya tahan ini diukur terhadap daya tahan ternak untuk menekan
bentuk larva.
Ternak ditulari dengan 2 x 0,5 g larva yang di tempatkan di sisi kanan dan
kiri leher. Caranya adalah pada setiap sisi lehernya, dilekatkan 0,5 g larva dengan
dihitung pada satu sisi saja (biasanya sisi kanan), kemudian hasilnya dikalikan
dua. Berbeda dengan yang jantan, caplak betina jauh lebih besar sehingga mudah
dihitung. Satu gram larva diasumsikan mengandung 20.000 larva. Dalam seleksi
diambil ternak dengan daya tahan 95 % atau lebih. Daya tahan ini mempunyai
angka pewarisan cukup tinggi, yaitu sebesar 0,80-0,82 pada sapi Brahman dan
pula disertai dengan daya tahan terhadap caplak, maka kriteria paling akhir
sebagai calon pejantan adalah libido dan kualitas spermanya. Libido dan kualiotas
sperma paling lambat harus diukur pada umur 24 bulan. Pada umur tersebut
digunakan untuk menilai induk sapi potong. Dalam hal ini, sebagai data adalah
berat sapih anaknya. Karena berat sapih anak terjadi pada generasi yang berbeda-
beda maka yang digunakan adalah peringkat berat sapih (PBS) anak-anaknya.
2. Rekording dan Test Performans
Apalagi jika berkaitan dengan ternak bibit, karena berhubungan dengan kualitas
ternak ke depan.
hewan yang terliat merupakan hasil dari hereditas dan total lingkungan tempat ia
lingkungan yang besar yang disebabkan oleh lokasi, manajemen, kesehatan dan
kelompok pengelolaan yang berbeda pada ternak yang ada. Perbedaan genetik
antara kelompok ternak memang ada, tetapi hanya lewat evaluasi terkontrol yang
berikut :
1. Semua hewan, harus berdasarkan pada usia dan jenis kelamin diberikan
seragam.
2. Catatan sifat-sfat yang secara ekonomis penting secara pada semua hewan
sumber variasi seperti usia induk, usia anak sapi dan jenis kelamin
3. Catatan digunakan untuk menyeleksi pejantan dan sapi dara pengganti dan
yang baik.
c) Pencatatan (Recording)
1. Suatu tanda yang khas dan permanen pada setiap individu hewan dalam
Ada 6 faktor yang mempengaruhi performans anak sapi sebelum di sapih yaitu:
3. Umur anak
5. Kebakaan anak
4. Reproduksi
Reproduksi atau fertilisasi adalah sifat ekonomis yang paling penting pada
ternak sapi potong. Sangat ditekankan kepada para peternak untuk mencatat
performans reproduksi baik pada sapi jantan maupun pada betina dan untuk
usaha dan mengambil keputusan untuk seleksi dan culling secara rutin. Data yang
1. Tanggal Perkawinan
2. Status perkawinan
3. Tanggal perkawinan
Catatan ini dibuat setiap tahun untuk semua induk. Dimulai dengan musim
1. Lama Bunting
3. Interval melahirkan
1. Keadaan Skrotum
d) Pengukuran Pelvis
sebagai alat manajemen untuk membantu dalam mengurangi insiden dan kesulitan
pedet (berat lahir) dan saluran kelahiran betina (area pelvis) dapat menjadi
Evaluasi karkas adalah teknik dalam menilai kualitas dan kuantitas dari seluruh
3. Warna lean pada Rib-Eye, ini digunakan sebagai indikator dari maturity
4. Firmness, adalah keseluruhan permukaan sayatan rib eye dan whole sale
Kesimpulan
1. Sistem seleksi pada sapi ptong terdiri dari seleksi secara kuantitatif,
kuantitatif.
perkembangannya.
4. Reproduksi atau fertilisasi adalah sifat ekonomis yang paling penting pada
5. Evaluasi karkas adalah teknik dalam menilai kualitas dan kuantitas dari
dapat dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Ilmu pemuliaan ternak (pengertian dasar dan ruang lingkup).
http://sang-rusa.blogspot.com/2012/04/notes-1-ilmu-pemuliaan-
ternak.html. Diakses Desember 2012.
Wello, Basit. 2012. Produksi Ternak Potong dan Kerja. Masagena Press.
Makassar.