Anda di halaman 1dari 18

“HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN UMUM

DAN ISLAM”

Disusun oleh :
Muhammad Aun 23010212060011

PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seleksi adalah segala hal menyangkut pemilihan hewan unggul yang akan

dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Proses ini terjadi pula di alam

bebas yang sering disebut sebagai seleksi alami. Di dalamnya individu-individu

yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungan (the fittest) akan dapat

bertahan hidup untuk kemudian berkembang biak, sedangkan yang lainnya akan

mati.

Sebagai pemulia, kita tidak hanya tertarik kepada sifat-sifat adaptif (fitness

traits) tetapi juga terhadap sifat-sifat produksi dan reproduksi. Oleh karenanya

dilakukanlah seleksi buatan yang dititik beratkan pada sifat-sifat produksi sesuai

dengan program yang telah dicanangkan. Intinya adalah memilih individu-

individu dengan kualitas genetik terbaik untuk dapat meneruskan materi

genetiknya kepada generasi selanjutnya.

Berdasarkan hal ini, maka di buatlah makalah mengenai sistem seleksi pada

sapi potong. Dalam sistem seleksi sapi potong ini akan menggambarkan secara

gamblang mengenai seleksi kuantitatif performans, reproduksi dan lain-lain.


Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan seleksi secara kuantitatif ?

2. Menjelaskan tentang Rekording dan Performans Test ?

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Performan Anak Sapi sampai

Disapih ?

4. Menjelaskan tentang Reproduksi ?

5. Menjelaskan tentang Evaluasi Karkas ?


BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Seleksi Pada Sapi Potong

1. Seleksi Secara Kuantitatif

Yang dimaksud dengan seleksi secara kuantitatif adalah metode seleksi dengan

perhitungan kuantitatif. Dengan metode ini, nilai genetik ternak ditaksir dari

performansnya yang diukur secara kuantitatif. Kriteria-kriteria yang dapat

digunakan dalam seleksi sapi potong adalah :

a. Berat badan pada umur tertentu

b. Kecepatan pertumbuhan

c. Ukuran tubuh pada umur tertentu

Berat badan yang sering digunakan sebagai kriteria seleksi adalah berat sapih,

berat umur 8 sampai 12 bulan. Berat lahirnya biasanya tidak digunakan.

Kecepatan pertumbuhan meliputi pertambahan berat badan harian pra dan pasca

sapih, ataupunpertumbuhan pada tenggang waktu tertentu. Adapun ukuran yang

sering digunakan adalah tinggi gumbah, lingkar dada dan panjang badan, yang

kesemuanya sebetulnya merupakan indikator dari berat badannya. Ukuran badan

yang murni yang sekarang mulai populer adalah tinggi pinggul. Lingkar skrotum

juga mulai digunakan sebgai salah satu kriteria seleksi.


Metode seleksi pada sapi potong yang paling banyak digunakan adalah

independent culling level. Berikut disajikan sifat-sifat yang digunakan dalam

seleksi sapi potong.

a) Berat lahir

Berat lahir adalah berat lahir pada saat pedet dilahirkan. Namun sering

dijumpai kesulitan teknis untuk menimbang pedet tepat saat pedet dilahirkan,

sehingga biasanya berat lahir didefinisiakan sebagai berat pedet yang ditimbang

dalam kurun waktu 24 jam setelah lahir. Berat lahir sekarang jarang digunakan

sebagai kriteria seleksi karena adanya hubungan antara berat lahir yang tinggi

dengan kesukaran melahirkan. Selain itu, disebabkan oleh masalah teknis dalam

mendapatkan berat lahir sering dijumpai kesulitan.

Dalam berat lahir jika digunakan sebagai kriteria, maka berat lahir biasanya

disesuaikan pada kelahiran berat jantan, yang oleh USDA (1981) disarankan

penggunaan faktor koreksi sebesar 1,07. Jadi misalnya seekor sapi mempunyai

anak dengan betina dengan berat lahir sebesar 30 kg. bila berat lahir akan dipakai

sebagai kriteria seleksi, maka berat lahir tersebut disesuaikan terlebih dahulu

menjadi (30)(1,07) = 32,1 kg.


b) Berat sapih

Berat sapih adalah berat pada saat pedet dipisahkan pemeliharaannya

dengan induknya. Di luar negeri penyapihan dilakukan pada umur 7-8 bulan,

sedangkan di Indonesia penyapihan sering dilakukan pada umur 10 bulan.

Standardisasi berat sapih yang paling umum adalah pada sat umur 205 hari,

artinya pedet diasumsikan ditimbamg pada umur yang seragam, yaitu 205 hari.

Kecuali penyeragaman terhadap umur penimbangan, karena umur induk sangat

berpengaruh terhadap berat sapih anaknya maka perlu adanya faktor penyesuaian

(koreksi) terhadap umur induk yang berupa faktor koreksi induk (FKUI). Adapun

rumus umum yang digunakan dalam menghitung berat sapih yang disesuaikan

pada umur 205 hari adalah sebagai berikut :

𝐵𝐵 − 𝐵𝐿
𝐵𝑆205 = [ 𝑥 205 + 𝐵𝐿] [𝐹𝐾𝑈𝐼]
𝑈𝑚𝑢𝑟

Keterangan :

BS205 = Berat Sapih terkoreksi pada umur 205 hari

BB = Berat pada saat ditimbang pada waktu penyapihan

BL = Berat lahir

Umur = umur pada saat penyapihan, dinyatakan dalam hari

FKUI = Faktor Koreksi Umur Induk

c) Berat Satu Tahun (Yearling Weight)

Penimbangan berat badan setahun yang dikenal dengan sebutan Yearling

Weight dilakukan pada umur sekitar 12 bulan. Yearling weight mempunyai angka

pewarisan tinggi , yaitu sebesar 0,45-0,55 sehingga sangat baik digunakan sebagai
kriteria seleksi. Perhitungan berat badan yang disesuaikan pada umur 365 hari

adalah sebagai berikut :

𝐵𝐵 − 𝐵𝑆
𝐵𝑆365 = [ 𝑥 160 + 𝐵𝑆]
𝑇𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

Keterangan :

BB365 = berat badan yang disesuaikan pada umur 365 hari

BB = berat badan pada saat ditimbang

BS = berat sapi sesungguhnya

Tenggang Waktu = tenggang waktu antara penyapihan dengan penimbangan

sekarang

Penggunaan evaluasi pada umur 365 hari ini digunakan pada kelompok

pedet sapihan yang diberi pakan dengan konsentrat tinggi. Untuk peternak yang

tidak memberikan konsentrat tinggi, disarankan agar menimbang ternaknya pada

umur sekitar 550 hari (18 bulan), lebih-lebih untuk pedet sapihan betina karena

penggantian induk dilakukan pada umur ini. Sesuai dengan rumus di atas maka

rumus untuk mencari berat badan yang disesuaikan pada umur 550 hari adalah :

Berat badan yang diukur pada umnur sekitar 550 hari ini sering disebut

sebagai berat akhir (final weight), karena merupakan kriteria penimbangan

terakhir dari pedet sapihan dalam memutuskan pedet mana yang terpilih sebagai

calon pengganti.
d) Rata-rata Pertambahan Berat Badan Harian

Rata-rata pertambahan berat badan harian adalah rata-rata dari pertambahan

berat badan setiap harinya sejak lahir sampai saat ini, yang dicari dengan

membagi berat saat ditimbang dengan umurnya (weight/age, disingkat W/A).

Data berat terkahir dapat dapat berupa BB365 ataupun BB550. Kriteria ini sangat

praktis karena tanpa menggunakan faktor koreksi apapun dan mengabaikan berat

lahirnya. Sering digunakan ranch komersial tetapi kurang tepat untuk suatu

peternakan pembibitan.

e) Tinggi Pinggul

Penilaian ternak hidup dari beberapa pengukuran atau evaluasi untuk

membantu melihat gambaran seekor hewan, akhir-akhir ini sangat menjadi suatu

pertimbangan. Sebagai contoh, evaluasi termasuk pemeriksaan fisik pejantan

termasuk penis, pemeriksaan rectal, scrotum.

Beberapa pengukuran yang lain dari sapi termasuk tebal lemak punggung,

ukuran pelvis, tinggi pundak, tinggi pinggul, dan panjang badan. Selama beberapa

tahun penilaian terhadap tinggi telah menjadi penunjang dalam berbagai

pengujian ternak. Penyesuaian (adjusted) terhadap berat dan rasio berat diikuti

dengan pengukuran secara linier terhadap tinggi telah memberikan suatu

tambahan dimensi lain untuk mengevaluasi rasio lemak dalam program

performans.

Pengukuran linier adalah pengukuran objektif. Pengukuran ini memberikan

informasi tambahan secara komprehensif terhadap penilaian performans. Sejauh

mana peternak menggunakan informasi pengukuran linier ini tergantung kepada


tujuan mereka secara relative terhadap bentuk dan pola pertumbuhan, termasuk

diantara beberapa pola tertentu yang penting bagi mereka. Pengukuran secara

linier seharusnya tidak diinterpretasikan sebagai berat ternak pada umur tertentu.

Pengukuran linier harus digunakan sebagai informasi pertumbuhan sebagai suatu

tambahan untuk seleksi. Tidak ada satupun ukuran tubuh dari seekor ternak yang

paling baik semua sistem pemberian pakan, sistem breeding dan biaya pakan.

Efisiesi reproduksi dan berat pemasaran akan menentukan range ukuran tubuh

tertentu yang optimum dalam suatu pemberianpakan, sistem breeding dan biaya

produksi.

Akhir-akhir ini tinggi pinggul mulai mendesak kriteria tinggi gumba. Hal ini

terutama dikarenakan semakin banyaknya bangsa sapi potong yang mempunyai

punuk, sehingga sering menyulitkan dalam hal pengukuran tinggi gumba.

f) Daya Tahan Terhadap Caplak (Boophilus microplus)

Daya tahan ini diukur terhadap daya tahan ternak untuk menekan

pertumbuhan caplak betina yang sebelumnya sengaja ditularkan kepadanya dalam

bentuk larva.

Ternak ditulari dengan 2 x 0,5 g larva yang di tempatkan di sisi kanan dan

kiri leher. Caranya adalah pada setiap sisi lehernya, dilekatkan 0,5 g larva dengan

menggunakan semacam plester. Sesudah 19 hari, jumlah caplak betina dewasa

dihitung pada satu sisi saja (biasanya sisi kanan), kemudian hasilnya dikalikan

dua. Berbeda dengan yang jantan, caplak betina jauh lebih besar sehingga mudah

dihitung. Satu gram larva diasumsikan mengandung 20.000 larva. Dalam seleksi

diambil ternak dengan daya tahan 95 % atau lebih. Daya tahan ini mempunyai
angka pewarisan cukup tinggi, yaitu sebesar 0,80-0,82 pada sapi Brahman dan

Brahman Cross, dan 0,42-0,60 pada sapi Hereford dan Shorthorn.

g) Lingkar Skrotum (Scrotal Circumference)

Lingkar skrotum atau lingkar buah zakar dapat memberikan indikasi

kemampuan seekor pejantan menghasilkan mani. Kecuali itu, lingkar skrotum

mempunyai hubungan dengan umur kedewasaan dari sapi jantan.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur dengan skala cm.

mula-mula dilingkarkan pada bagian atas skrotum secara longgar, kemudian

dengan perlahan-lahan diturunkan sampai mencapai ukuran yang maksimun.

h) Libido dan Kualitas Sperma

Setelah diseleksi terhadap kecepatan pertumbuhan atau beratnya, yang dapat

pula disertai dengan daya tahan terhadap caplak, maka kriteria paling akhir

sebagai calon pejantan adalah libido dan kualitas spermanya. Libido dan kualiotas

sperma paling lambat harus diukur pada umur 24 bulan. Pada umur tersebut

ternak harus sudah mempunyai libido dengan kualitas sperma tertentu.

i) Penduga Kemampuan Berproduksi

Penduga kemampuan berproduksi atau Most Probable Producing Ability

digunakan untuk menilai induk sapi potong. Dalam hal ini, sebagai data adalah

berat sapih anaknya. Karena berat sapih anak terjadi pada generasi yang berbeda-

beda maka yang digunakan adalah peringkat berat sapih (PBS) anak-anaknya.
2. Rekording dan Test Performans

Recording adalah segala hal yang berkaitan dengan pencatatan terhadap

ternak secara individu yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangannya.

Apalagi jika berkaitan dengan ternak bibit, karena berhubungan dengan kualitas

ternak ke depan.

a) Pentingnya Performans Testing

Adanya perbedaan dalam performans antara kelompok atau seekor hewan

adalah disebabkan oleh genetis atau lingkungan. Performans pada masing-masing

hewan yang terliat merupakan hasil dari hereditas dan total lingkungan tempat ia

produksi. Catatan performans berguna untuk menjadi dasar dalam

membandingkan ternak yang ditangani dalam satu kelompok. Perbedaan

lingkungan yang besar yang disebabkan oleh lokasi, manajemen, kesehatan dan

nutrisi seringkali terdapat antara kelompok hewan atau perbedaan antara

kelompok pengelolaan yang berbeda pada ternak yang ada. Perbedaan genetik

antara kelompok ternak memang ada, tetapi hanya lewat evaluasi terkontrol yang

benar-benar teliti perbedaan ini dapat terlihat.


b) Pentingnya Rekor Performans

Keistimewaan utama catatan efektif program performans adalah sebagi

berikut :

1. Semua hewan, harus berdasarkan pada usia dan jenis kelamin diberikan

kesempatan yang sama dalam pemberian pakan dan manajemen yang

seragam.

2. Catatan sifat-sfat yang secara ekonomis penting secara pada semua hewan

tetap dipertahankan secara sistematis. Catatan tersebut disesuaikan dengan

sumber variasi seperti usia induk, usia anak sapi dan jenis kelamin

3. Catatan digunakan untuk menyeleksi pejantan dan sapi dara pengganti dan

dalam rangka mengeliminasi produsen yang jelek pengaturan nutrisi dan

praktek manajemen dilaksanakan dan dapat dibandingkan dengan yang

lain di mana keturunan kelompok ternak diharapkan memiliki performans

yang baik.

c) Pencatatan (Recording)

Untuk memulai pencatatan dibutuhkan :

1. Suatu tanda yang khas dan permanen pada setiap individu hewan dalam

kelompok yang akan dibuatkan catatan.

2. Timbangan dan Cattle Yard


3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performan Anak Sapi Sampai Disapih

Ada 6 faktor yang mempengaruhi performans anak sapi sebelum di sapih yaitu:

1. Kemampuan induk dalam memelihara anaknya (mothering ability),

2. Tatalaksana dan pemberian pakan

3. Umur anak

4. Jenis kelamin anak

5. Kebakaan anak

6. Perubahan faktor : penyakit, parasit, dll.

4. Reproduksi

Reproduksi atau fertilisasi adalah sifat ekonomis yang paling penting pada

ternak sapi potong. Sangat ditekankan kepada para peternak untuk mencatat

performans reproduksi baik pada sapi jantan maupun pada betina dan untuk

membangun data menjadi catatan kelompok.


a) Betina

Para peternak dapat menggunakan langkah-langkah khsusus atau ukuran

khusus performans reproduksi pada hewan betina unutk memonitor performans

reproduksi pada hewan betina untuk memonitor performans reproduksi

keseluruhan, mengidentifikasi area genetis dan lingkungan mengkonsentrasikan

usaha dan mengambil keputusan untuk seleksi dan culling secara rutin. Data yang

dicatat pada hewan betina adalah sebagai berikut :

1. Tanggal Perkawinan

2. Status perkawinan

3. Tanggal perkawinan

4. Berat lahir pedet

b) Reproduksi Induk atau Cara Penyelesaian

Catatan ini dibuat setiap tahun untuk semua induk. Dimulai dengan musim

perkawinan tahun sebelumnya. Catatan ini diringkas setelah penyapihan pedet

pada perkawinan tahun lalu dan riwayat kelahiran.

1. Lama Bunting

2. Usia melahirkan pertama

3. Interval melahirkan

4. Rata-rata Lama Hidup Berproduksi


c) Jantan

Suatu pemeriksaan terhadap kesehatan pejantan dapat dilakukan sebelum

musim perkawinan dapat menentukan pejantan yang bermasalah.

1. Keadaan Skrotum

2. Jumlah betina Yang Disiapkan

3. Persentase Kehamilan yang Dipalpasi

4. Persentase Hidup Pedet yang Lahir

5. Persentase Pedet yang Disapih

d) Pengukuran Pelvis

Banyak produsen sekarang ini tertarik menggunakan pengukuran pelvis

sebagai alat manajemen untuk membantu dalam mengurangi insiden dan kesulitan

calving yang berat. Penelitian menunnjukkan bahwa disproporsi antara ukuran

pedet (berat lahir) dan saluran kelahiran betina (area pelvis) dapat menjadi

kontributor besar kesulitan calving.

1. Pengukuran pada sapi Dara (Heifer)

2. Pengukuran pada Pejantan

3. Penyesuaian (Koreksi) Pelvis


5. Evalusi Karkas

Evaluasi karkas adalah teknik dalam menilai kualitas dan kuantitas dari seluruh

bagian-bagian palatibilitas edible meat dan bagian-bagian yang dapat dijual.

Faktor yang dasar dari Evaluasi Karkas :

1. Maturity, adalah estimasi umur fisiologis karkas

2. Marbling, kandungan lemak dalam daging adalah faktor utama dalam

menentukan quality grade setelah maturity ditentukan.

3. Warna lean pada Rib-Eye, ini digunakan sebagai indikator dari maturity

atau umur fisiologis.

4. Firmness, adalah keseluruhan permukaan sayatan rib eye dan whole sale

cuts dan menunjukkan kebebasan dari pemisahan atau kekendoran daging

pada whole sale cuts.

5. Tekstur, menunjukkan kekasaran atau kehalusan serat-serat otot yang

terlihat pada permukaan sayatan rib eye.

6. Kuantitas, adalah banyaknya daging dari karkas yang dapat dijual.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,

yaitu sebagai berikut :

1. Sistem seleksi pada sapi ptong terdiri dari seleksi secara kuantitatif,

Rekording dan Performans Test, Performan Anak Sapi sampai Disapih,

Reproduksi dan Evaluasi Karkas.

2. Sistem seleksi kauntitatif adalah metode seleksi dengan perhitungan

kuantitatif.

3. Recording adalah segala hal yang berkaitan dengan pencatatan terhadap

ternak secara individu yang menunjukkan pertumbuhan dan

perkembangannya.

4. Reproduksi atau fertilisasi adalah sifat ekonomis yang paling penting pada

ternak sapi potong.

5. Evaluasi karkas adalah teknik dalam menilai kualitas dan kuantitas dari

seluruh bagian-bagian palatibilitas edible meat dan bagian-bagian yang

dapat dijual.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Ilmu pemuliaan ternak (pengertian dasar dan ruang lingkup).
http://sang-rusa.blogspot.com/2012/04/notes-1-ilmu-pemuliaan-
ternak.html. Diakses Desember 2012.

Anonim. 2012. Manfaat Recording Terhadap Dunia Peternakan.


http://bbibsingosari.com/buletin_detail/manfaat_recording_terhadap_dun
ia_peternakan.html. Diakses Desember 2012.

Wello, Basit. 2012. Produksi Ternak Potong dan Kerja. Masagena Press.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai