Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi 1,2

Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh
lepuh-lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak
hipopion. Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet.

Gambar 1. Impetigo bullosa


2.2 Epidemiologi 1,3

Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak,
sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak
pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama
banyak. Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim
panas dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.
2.3 Etiologi1
Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77
dan 55 yang memproduksi toksin epidermolisis.

Gambar 2. Staphylococcus aureus


2.4 Faktor Predisposisi 5
1. Hygiene yang kurang
2. Malnutrisi
3. Lingkungan yang kotor
4. Musim panas dengan banyak debu

2.5 Patogenesis 1,5,6

Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui


transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini
memproduksi toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum
korenum sehingga menimbulkan vesikel.
Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi
bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari
impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah
menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap.

2.6 Manifestasi Klinis 1,2

Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik
dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade
yang baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami
epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.

Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari
epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning
yang menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo
eritematosa.

Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula
tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang
berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan
adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sisner.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah
pecah sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula
yang utuh mengandung staphylococcus. Tempat predileksi impetigo bulosa ini
biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, ekstremitas, aksila, toraks, punggung,
dan daerah yang tidak tertutup pakaian.

2.7 Penegakan diagnosis 1,5

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis


yang khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem
disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo
bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur
cairan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang3

Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang


diagnosis yaitu:
1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan
adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau
kelompok
2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub
korneum atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah
stratum granulosum, terdapat sel akantolisis, edema dari papila dermis dan
infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh darah
pada plexus superficial
3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau
dikombinasi dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau
kadang dapat berdiri sendiri.
2.9 Diagnosis Banding 1,2,5
1. Pemfigoid bullosa

Penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bula subepidermal


yang besar dan berdinding tegang pada pemeriksaan imunopatologik ditemukan
C3 pada epidermal basement membrane zone.

Kelainannya berupa penyakit bula atau lepuhan yang kronik di mana


antibodi yang bersirkulasi pada pasien melawan sel pada permukaan jaringan
yang dikenal sebagai keratosit dan terjadi lepuhan pada kulit dan membrana
mukosa. Hal ini diakibatkan oleh hilangnya integritas pada perlekatan interselular
yang normal antara epidermis kulit dan epitel mukosa yang berhubungan dengan
kehadiran autoantibodi terhadap desmoglein-3. Lepuhan pada pemphigus vulgaris
terlihat menyerupai lesi terbakar dan batas keparahannya dari ringan sampai berat
sehingga dapat menyebabkan kematian.

Gambar 2. Pemfigus bullosa

2. Dermatitis herpetiformis

Penyakit yang menahun dan residif ruam bersifat polimorfik terutama


berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal

Gambar 3. Dermatitis Herpetiformis


2.10 Penatalaksanaan 1,2,5

Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus.
Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau
krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk
menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat.

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial.


Frekuensi isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti
pendekatan resonable pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang
tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.

Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:


1. Umum
 Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
 Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
 Meningkatkan daya tahan tubuh

2. Khusus
a. Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya
dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti
kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %.

b. Sistemik
Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan yang
tepat. Dalam orang dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan
dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali
sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4
x/hari. Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika
streptococci terisolasi) juga. Khusus single azitromisin oral (pada orang
dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari
berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk
infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo yang
disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang
biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin ditambah
clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg /
hari) cefaclor (20 mg / kg / hari).

2.11 Prognosis1

Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor


predisposisi dan mendapat terapi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai