Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi


Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian
diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian
diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes
mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi
DM di Indonesia membesar sampai 57%.

Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko


yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang
kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur. Diabetes Mellitus disebut
dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata,


katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan
keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti
modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).

2.2 ETIOLOGI
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:

a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)


b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

2.3 EPIDEMIOLOGI
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang

2
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.

2.4 PATOFISIOLOGI
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :

 Resistensi insulin

 Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,


namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

3
2.5 FAKTOR RESIKO
1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,


pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg.

2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak


tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen


diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.

4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus


adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram.

4
6. Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental


Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali
lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

7. Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan


frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan
kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan
darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil
alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine
atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.

2.6 MANIFESTASI KLINIK


Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik . Gejala akut
diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum),
Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah.

5
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.7 DIAGNOSIS
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat .
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standard.

6
2.8 PENATALAKSANAAN
Berdasarkan KONSENSUS PERKENI 2015, algoritme pengelolaan DM
Tipe 2 adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

7
Adapun jenis-jenis obat anti hiperglikemia oral adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Adapun jenis-jenis obat anti hiperglikemia suntik adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3
Target terapi dari penderita diabetes dikatakan terkontrol jika :
 Tekanan darah 130/80

 HbA1C : < 7

 GDP : 80 – 130

 GD2PP :<180 mg/dl

8
 LDL : <100 mg/dl

 HDL : L 40, P 50

2.9 KOMPLIKASI
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
1. Komplikasi akut
 Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
 Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat
secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non
Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

2. Komplikasi Kronis

 Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum


berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.

 Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi


pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi.

9
BAB III
KASUS DAN ANALISIS KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Rabasia
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 69 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jln. Dwi Darma 2 BTN Dwi Darma B3 No, 7
Tanggal Berobat : 16 Februari 2019

B. Anamnesis
Dilakukan secara auto-anamnesis pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 14.00
WITA.
1. Keluhan Utama: Badan terasa ringan
2. Keluhan Tambahan: Sering lemas, sering haus, sering lapar, sering
kencing utamanya pada malam hari, mudah berkeringat
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien peremuan usia 69 tahun dengan keluhan awal badan terasa ringan
dan lemas, dirasakan mulai 4 bulan yang lalu. Badan terasa ringan tidak
dipengaruhi oleh aktivitas. Berat badan turun ada, turun 10 kg dalam waktu
+/- 1 bulan. Rasa sering lapar dan sering haus ada. Pasien mengaku sering
kencing terutama pada malam hari. Mudah berkeringat ada. Mual dan muntah
tidak ada. Demam tidak ada. Luka yang sulit sembuh tidak ada. Keram-keram
tidak ada. Mata kabur tidak ada.
Setelah di klinik, diperiksa GDS = 600, tetapi karena keadaan umum
pasien masih baik dan stabil, pasien tidak dirawat inap, diberikan obat oral,
dan disarankan untuk mulai menggunakan insulin,
4. Riwayat Penyakit Dahulu

10
Pasien memiliki riwayat sering nyeri dan kaku lutut pada pagi hari
(Rheumatoid Arthritis). Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, penyakit
jantung.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dekat yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama 2 orang anaknya yang telah dewasa, 2 orang
mantu, dan 4 orang cucu. Pasien tidak berkerja, dan untuk biaya kehidupan
sehari-harinya pasien menggunakan dana pensiun, dan sedikit dana
bantuan dari anak-anaknya. Sosial ekonomi keluarga ini termasuk
keluarga dengan ekonomi menengah ke atas.
7. Riwayat Kebiasaan
Sebelum sakit, sehari-hari pasien banyak mengonsumsi makanan berlemak
dan bersantan. Setiap pagi pasien mengonsumsi teh dicampur gula.

C. Pemeriksaan Fisis
1. Keadaan Umum: Baik
2. Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Tek. Darah : 110/80 mmHg
Frek. Nadi : 76 x/menit
Frek. Napas : 16 x/menit
Suhu : 37,0 C
BB : 54 kg
TB : 158 cm
IMT : 21,6 kg/m2

3. Sratus Generalis
a. Kepala
- Bentuk kepala: Normocephal, simetris
- Rambut: warna putih lebih dominan dari hitam

11
b. Mata
- Palpebra tidak udem
- Konjungtiva tidak anemis
- Sclera tidak ikterik
c. Telinga
- Tidak ada sekret
- Pendengaran baik
d. Hidung
- Tidak ada sekret
- Tidak ada napas cuping hidung
e. Mulut
- Bibir tidak sianosis
- Faring tidak hiperemis
f. Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Tekanan vena jugularis tidak meningkat
g. Thorax
- Dalam batas normal
h. Abdomen
- Datar simeteris
- Tidak ada pembesaran hepar dan lien maupun benjolan
i. Ekstremitas
- Akral hangat
- Tidak edema
- Tidak ada luka

D. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin
 GDS, GDP, GD2PP
 Pemeriksaan Mata

12
E. Genogram

13
F. Family Circle

14
G.STRUKTUR KELUARGA
Menurut Sussman, bentuk keluarga ini ialah traditional family yaitu keluarga yang
pembentukannya sesuai atau tidak melanggar norma-norma kehidupan masyarakat yang
secara tradisional dihormati bersama. Sedangkan menurut Goldenberg keluarga ini
merupakan keluarga besar yang terdiri dari ibu, ayah, anak kandung, kakek dan nenek.

Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien


dalam KDK
keluarga
Rabasia Nenek P 69 SMP IRT DM Tipe
2
Rahmat Anak L 46 S2 Pegawai -
Fatmawati Anak P 38 S1 Bidan -
Fitriani Anak P 38 S1 Perawat -
Ratnawati Anak P 35 S2 Wiraswasta -
Wahyuni Anak P 32 S1 Pegawai -
Fauzi Cucu L 25 S1 Pegawai -
Risma Cucu P 21 S1 - -
Dirga Cucu L 4 Belum - -
Sekolah
Gibran Cucu L 2 Belum - -
Sekolah
Ayu Cucu P 18 SMA - -
Ridwan Cucu L 13 SMP - -
Arif Cucu L 10 SMP - -
Marwa Cucu P 7 SD - -

H. SIKLUS KELUARGA

Menurut Duvall, siklus keluarga ini berada pada tahap kedelapan yaitu keluarga dalam
masa pensiun dan lansia dimana Ny. Rabasiah saat ini telah berusia 69 tahun dan telah
pensiun. Suaminya sudah meninggal, saat ini ia tinggal bersama anak kedua dan
ketiganya yang masing-masing sudah menikah. Ny. Rabasiah juga tinggal bersama empat

15
orang cucu, dua cucu dari anak keduanya, dan dua cucu dari anak kelimanya yang sedang
bekerja diluar kota.

I. FAMILY PROCESS

Dari 4 tahapan family process yakni pra-sejahtera, sejahtera 1, sejahtera 2, dan sejahtera 3
plus, pada saat ini keluarga pasien berada dalam tahap sejahtera 2, dimana keluarga telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, dan memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan
tempat tinggal dan transportasi.

J. APGAR KELUARGA

Penilaian
Selalu Kadang- Hampir
Komponen
No Pernyataan (2) kadang tidak
Penilaian
(1) pernah
(0)
1 Adaptasi Saya puas dengan bantuan yang √
diberikan oleh keluarga saya jika
saya berada dalam kesulitan?
2 Kemitraan Saya puas dengan cara-cara yang √
dilakukan oleh keluarga saya
dalam memberikan atau
menyelesaikan masalah-masalah,
membagi kesenangan terhadap
sesuatu dengan saya
3 Pertumbuhan Saya menemukan bahwa √
keluarga saya menerima
keinginan saya untuk bertumbuh
dan berkembang atau melakukan
perubahan pada diri saya
4 Kasih sayang Saya puas dengan cara keluarga √

16
saya menyatakan kasih sayang
kepada saya dan cara keluarga
merespon perasaan
(kegembiraan,kesedihan, dan
kemarahan) saya
5 Kebersamaan Saya merasa puas dengan √
dengan jumlah waktu yang kami
habiskan bersama-sama dengan
keluarga

17
K. THE MANDALA OF HEALTH

Gaya Hidup
Kurang

Perilaku Kesehatan:
-higiene pribadi dan Ling. Sosio-psiko-ekonomi
lingkungan baik -Penghasilan keluarga cukup
-Sadar akan kesehatan dan -Kehidupan sosial dengan
rutin memeriksakan diri ke lingkungan baik
layanan kesehatan

-Pasien dengan keluhan


penurunan BB sejak 4 bln,
Pelayanan
sering haus dan lapar,
Kesehatan: jarak
terbangun untuk BAK di Lingungan
rumah dengan klinik
malam hari kerja: tidak ada
dekat
-GDS: 600 mg/dl

Lingkungan fisik:
Faktor biologi: -ventilasi dan penerangan
tidak ada dalam rumah baik,
lingkungan cukup bersih
-sanitasi baik

18
L. DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Aspek Personal
Alasan kedatangan pasien adalah adanya keluhan penurunan berat badan
sebanyak 10 kg dalam 4 bulan. Selain itu pasien juga merasa sering haus dan
lapar. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Sementara hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan kelainan berupa gula darah sewaktu yang cukup tinggi
yaitu 600mg/dl.
2. Aspek Klinik
Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah diabetes melitus tipe 2
3. Aspek risiko internal
a. Sebelumnya pasien tidak memperhatikan pola makannya. Pasien sering
mengonsumsi makanan dan minuman yang manis dan dengan porsi
berlebih.
b. Pasien tidak pernah berolahraga
4. Aspek faktor eksternal
a. Kondisi lingkungan di dalam dan di luar rumah baik
b. Pemenuhan kebutuhan ekonomi pasien adalah dari pasien sendiri yaitu
gaji pensiunannya
5. Aspek derajat fungsional
Aktivitas menjalankan fungsi sosial memiliki nilai skala satu, yaitu dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada kesulitan, pasien dapat hidup secara
mandiri.

M. PEMBAHASAN DAN PENATALAKSANAAN

Studi kasus dilakukan pada Ny. Rabasia yang berusia 69 tahun, dengan keluhan
penurunan berat badan sebanyak 10 kg dalam 4 bulan. Keluhan lain yaitu sering merasa
haus dan lapar serta terbangun untuk BAK di malam hari. Ia memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis dan tinggi kolesterol. Ada riwayat
keluarga dengan diabetes melitus yaitu sepupunya.

Diagnosis diabetes melitus tipe 2 ditegakkan atas dasar gejala klinis berupa penurunan
berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, sering merasa haus dan lapar, serta
hasil pemeriksaan gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl yaitu sebesar 600mg/dl.

19
Penatalaksanaan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan diagnosis holistik ditegakkan:

 Axis 1
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diabetes melitus tipe 2
o Menginformasikan kepada keluarga untuk memberikan obat sesuai
anjuran dokter
 Axis 2
1. Non farmakologis: Edukasi dan terapi gizi medis
2. Farmakologis:
 Axis 3
o Edukasi pasien untuk menjaga pola makan
o Edukasi pasien untuk berobat teratur agar DM terkontrol
 Axis 4
o Menganjurkan keluarga memberi dukungan kepada pasien agar selalu
menjaga kesehatannya dan selalu mengingatkan pasien untuk kontrol berobat
 Axis 5
o Menyarankan pasien untuk latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
berjalan kaki

N. PROGNOSIS

1. Advitam : dubia ad bonam


2. Ad sanationam: dubia ad bonam
3. Ad fungsionam: dubia ad bonam

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Lampung, Lampung :


2015.
2. Infodatin. Waspada Diabete. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI ; 2014.
3. Priantono D,. Sulastianingsih DP. Diabetes Melitus. Kapita Selekta
Kedokteran. Ediasi IV; 2014
4. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011.

5. Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.

21

Anda mungkin juga menyukai