Anda di halaman 1dari 6

“TRANKSAKSI DENGAN MATA UANG ASING”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh kelompok VII :
Yepi Abdullah
Fadia Faradila
Gita Merona Batotanete

JURUSAN ADMINISTRASI KEUANGAN 74


LP3I POLINAS TAMALANREA MAKASSAR
ANGKATAN TAHUN 2017
A. Tranksaksi dalam Mata Uang Asing menurut Akuntansi

Saat ini banyak perusahaan baik besar maupun kecil bergantung pada pasar internasional
dalam kegiatan jual beli produk dan jasa. Dengan harapan dengan masuknya sebuah perusahaan
tersebut pada pasar internasional, para pengusaha akan dapat meningkatkan dan
mengembangkan usaha dan tentu saja going concern perusahaan. Hampir setiap hari di media
memuat berita tentang mengenai dampak kegiatan ekspor dan impor pad perekonomian
Indonesia serta pengaruh aliran modal antarnegara di dunia.
Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh bisnis normal yaitu
seperti kurangnya permintaan atas produk mereka di pasar luar negeri, unjuk rasa buruh, dan
transportasi yang tertunda dalam pengiriman produk mereka kepada pelanggan mereka yang
diluar negeri. Disamping itu perusahaan juga dapat mengalami resiko mata uang asing ketika
melakukan transaksi dalam mata uang lain. Sebagai contoh, jika perusahaan Indonesia
memperoleh mesin secara kredit dari perusahaan Jepang, perusahaan Jepang tersebut mungkin
mengharuskan pembayaran dalam Yen Jepang. Ini berarti perusahaan Indonesia tersebut
terkadang harus menggunakan pedagang mata uang asing atau bank untuk menukarkan rupiah ke
Yen Jepang untuk membeli mesin yang akan dibeli. Selama proses tersebut perusahaan
Indonesia dapat mengalami keuntungan atau kerugian kurs dari fluktuasi dalam nilai relatif
terhadap Yen Jepang. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan mata uang
mencakup tingkat familier mata uang asing, potensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan
oleh kurs, nasionalisme, dan kepraktisan.

1. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

Tujuan dari Pernyataan ini menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valuta
asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana
menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Pernyataan ini diterapkan pada:
(a) akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif yang
termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
(b) penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam
laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi atau metode ekuitas; dan
(c) penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.
Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas
beroperasi, sedangkan mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.
Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional. Jumlah
valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang
fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.
Pada akhir setiap periode pelaporan:
(a) pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
(b) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
(c) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan menggunakan
kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.
Entitas mengungkapkan:
(a) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul pada
instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
(b) selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan
akhir periode.
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2012, maka
fakta tersebut diungkapkan.
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a) Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang
asing;
b) Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata
uang asing;
c) Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d) Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Aktivitas perusahaan yang menyangkut valuta asing (foreign activities) ada 2, yaitu:
1) Melakukan transaksi dalam mata uang asing
Suatu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya seringkali melakukan kegiatan yang
menggunakan valuta asing, hal ini diatur dalam PSAK No. 10. Misalnya melakukan ekspor,
impor, melakukan pinjaman luar negeri, dan menutup kontrak berjangka dalam valuta asing.
2) Memiliki Kegiatan usaha luar negeri (foreign operations)
Pada perusahaan multinasional yang memiliki anak perusahaan atau cabang di luar
negeri, laporan keuangannya harus dijabarkan dalam mata uang pelaporan perusahaan (rupiah),
hal ini diatur dalam PSAK No. 11.
Aktivitas-aktivitas diatas mengakibatkan timbulnya Laba atau Rugi Selisih Kurs.
2. Pelaporan Pada Tanggal Neraca
Pada setiap tanggal neraca:
1. Pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs pada tanggal neraca, pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan
kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
2. Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap
harus dilaporkan dengan mengghunakan kurs tanggal transaksi, dan
3. Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan mengghunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
3. Pengakuan Laba Rugi Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesain pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
1. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang
sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut.
2. Jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi,
maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkjan
perubahan kurs untuk masing masing periode.
B. Tranksaksi dalam Mata Uang Asing menurut Pajak

Menurut Pasal 4 (1) huruf l UU No. 36 tahun 2008 “Yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, termasuk: keuntungan selisih kurs mata uang asing;”
Penjelasan Pasal: Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Menurut Pasal 6 (1) huruf e UU No. 36 tahun
2008 “Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk: kerugian selisih kurs mata uang asing;
Penjelasan Pasal: Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Laba selisih kurs merupakan obyek pajak penghasilan dan kerugian selisih kurs merupakan
biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan bruto.
2. Sejak berlakunya UU No. 36 tahun 2008, perlakuan selisih kurs menurut akuntansi fiskal
mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7 tahun

1993 tentang Pajak Penghasilan

Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN.

Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit PT.Raja Grafindo

Perkasa

Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia

Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit Erlangga

Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center Unpam

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas

undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara

Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai