OLEH :
Tujuan PSAK No 1
1
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Aset,
liabilitas, ekuitas, pendapatan diakui ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan
di kerangka dasar (framework).
4. Materialitas dan Penggabungan
Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika nilainya tidak material,
penyajian bisa digabung dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau
disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan dan
beban kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh PSAK. Pengecualian: pengukuran aset
secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian misalnya keusangan atas persediaan
dan penyisihan piutang tak tertagih, bukan kategori saling hapus.
6. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan. Jika akhir
periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan disajikan untuk periode yang
lebih panjang atau lebih pendek daripada 1 tahun
7. Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali
dinyatakan lain oleh PSAK/ ISAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan
untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan antar periode dilakukan
secara konsisten, kecuali : Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
operasi entitas atau kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa
penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan
mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapaan kebijakan akuntansi
dalam PSAK 25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.
2
Perbedaan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK No. 1 Tahun 2009
Terdapat perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK No. 1 Tahun 2009.
Perubahan tersebut didasarkan atas:
3
Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia
harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari
IFRSs sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements
paragraf 19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu
sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di
Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan
dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa
setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS.
Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian
tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang
dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy.
Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan
tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual
strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara –
negara berkembang seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material
sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012,
Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang
diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan
dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi
global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund
raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan.
Alasan perlunya konvergensi ke IFRS adalah :
1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri
spesifik.
2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan
realitas ekonomi yang ada.
4
3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal internasional.
4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya
untuk analisis keuangan bagi para analis.
6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
5
DAFTAR PUSTAKA
http://hobiakuntansi.blogspot.co.id/2015/04/penyajian-laporan-keuangan-menurut-psak.html
(Diakses tanggal 21 Oktober 2018)