PENDAHULUAN
seperti karbon dioksida dan metana (Windarni, 2017). Disisi lain, meningkatnya
kebakaran hutan dan kematian berbagi vegetasi juga dapat melipatgandakan emisi
pemanasan global, salah satunya adalah dengan menjaga kelestarian hutan. Hutan
sehingga hutan berperan penting sebagai penyediaan atmosfer udara yang baik serta
komponen oksigen yang stabil (Samsoedin et al., 2009 dalam Dewi, 2015). Setiap
bentuk energi (gugus gula) yang bermanfaat bagi kehidupan, serta sebagian
Salah satu tipe hutan dalam kemampuan menyerap karbon yaitu ekosisiem hutan
Ekosistem hutan ini memiliki fungsi ekologis yaitu berperan dalam pelestarian
setiap vegetasi yang terdapat di dalam hutan sebagai penyimpan karbon. Ekosistem
hutan pegunungan rendah dapat memanfaatkan CO2 sebagai proses fotosintesis dan
yang terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara. Jenis
tegakan vegetasi yang terdapat didalam kawasan ini terdiri dari jenis tumbuhan
yang dapat hidup di dalam genangan air atau rawa-rawa sekunder dan jenis yang
yang menjadi pemeran utama sebagai penghasil jasa penyerapan karbon yang
vegetasi menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu,
maka perlunya kajian untuk menegtahui jasa lingkungan karbon pada tegakan yang
Tujuan dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui jasa lingkungan karbon
pada tegakan hutan pegunungan rendah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
jasa lingkungan karbon pada tegakan yang terdapat dihutan pegunungan rendah
atau save) yang dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara apa yang kita
punga secara arif dan bijaksana ( Hamzah, 2014). Kawasan konservasi dapat
bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
No. 41 Tahun 1999 yang bebunyi hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Salah satu contoh kawasan konservasi
ialah kawasan Suaka Marga Satwa Tanjung Amolengu Desa Amolengo Kecamatan
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Bab VII pasal
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Suatu taman nasional dicirikan oleh keberadaannya sebagai kawasan
penting secara nasional ataupun internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatan
ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Kawasan alam ini relatif cukup luas dan materinya
tidak diubah oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumber daya. Secara
(5) melestarikan kondisi kawasan tangkap air; (6) mengendalikan erosi, sedimentasi
dan melindungi investasi kawasan liar; (7) menyediakan pelayanan rekreasi dan
(Anggraeni, 2017).
Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Bab VII pasal 31 ayat 1 yang
budaya, dan wisata alam (Anggraeni, 2017). Dimana pada suatu taman nasional
menyebutkan bahwa Taman Nasioanl memiliki; (1) zona inti, yaitu mewakili
formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri khas
ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan
belum diganggu oleh manusia; (2) zona rimba, yaitu kawasan yang merupakan
perkembangbiakan dari jenis satwa liar; (3) zona pemanfaatan, yaitu kawasan yang
mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem
tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik, serta mempunyai luasan
yang cukup untuk menjamin kelestarian potensl dan daya tarik untuk dimanfaatkan
rekreasi, penelitian dan pendidikan; (4) zona lainnya, yaitu kawasan seperti zona
taman nasional tersebut didasarkan pada potensi dan juga fungsi yang ada di setiap
taman nasional dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan juga
budaya.
ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara
pengaturan, penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi
potensi jasa (baik berupa jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, maupun
jasa pendukung) yang diberikan oleh fungsi ekosistem dengan cara tidak merusak
hidup orang banyak adalah air. Pada pengelompokan jasa lingkungan bentuk jasa
lingkungan air termasuk ke dalam jasa perlindungan DAS. Dixon dan Easter (1986)
menyebutkan bahwa DAS merupakan penyatu ekosistem alami antara wilayah hulu
(dari puncak gunung/bukit) dengan wilayah hilir (sampai dengan muara sungai dan
Daerah hulu yang biasanya berupa kawasan hutan berfungsi sebagai penyedia air
dilakukan tanpa disadari oleh masyarakat, serta telah berlangsung baik secara non
maupun komersial (perusahaan air minum, perusahaan air minum dalam kemasan,
Pemanfaatan air di dalam kawasan hutan ataupun hulu yang berkaitan dengan
kelestarian ekosistem kawasan hutan belum diatur dalam regulasi. Sedangkan untuk
pemanfaatan air di luar kawasan hutan ataupun hilir telah ada beberapa undang-
2.4.1. Biomassa
Energi biomassa telah ada sejak lama sebelum orang berbicara tentang
energi terbarukan atau sumber energi alternatif. Ada suatu masa ketika kayu adalah
bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak di seluruh dunia. Hal tersebut
sampai saat ini masih berlaku dibeberapa negara seperti Indonesia, meskipun sudah
dari biomassa disebut energi terbarukan. Biomassa disebut juga sebaga “fitomassa”
dan seringkali diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh
dari hayati. Basis sumber daya meliputi ratusan dan ribuan spesies tanaman, daratan
dan lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan, dan limbah residu dan proses
industri, limbah dan kotoran hewan. Tanaman energi yang membuat perkebunan
energi skala besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjanjikan, walaupun
belum dikomersialkan pada saat ini. Biomassa secara spesifik berarti kayu, rumput
Napier, rapeseed, eceng gondok, rumput laut raksasa, chlorella, serbuk gergaji,
serpihan kayu, jerami, sekam padi, sampah dapur, lumpur pulp, kotoran hewan, dan
dilakukan untuk mengetahui banyaknya bahan bakar kayu yang tersedia untuk
digunakan dan mengetahui banyaknya biomassa yang tersedia pada satu waktu
adalah penting untuk menilai produktivitas dan keberlanjutan hutan. Biomassa juga
berapa banyak biomassa yang hilang atau terakumulasi dari waktu ke waktu
2.4.2. Karbon
Isu emisi karbon yang semakin gencar saat-saat ini membuat para pengelola
hutan harus lebih bijaksana dalam mengelola hutan. Demikian juga halnya dengan
menggantikan peran utama hutan alam dalam menyediakan kebutuhan bahan baku
keanekaragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara
pengelolaannya. Penyimpanan karbon pada suatu lahan menjadi lebih besar bila
kondisi kesuburan tanahnya baik, karena biomasa pohon meningkat, atau dengan
kata lain cadangan karbon di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh
besarnya di dalam tanah (bahan organik tanah). Untuk itu pengukuran banyaknya
karbon yang disimpan dalam setiap lahan perlu dilakukan (Hairiah et al., 2011).
Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses
salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik
pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian daribiomassa atas permukaan.
selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungkin lebih
besar dibandingkan dengan simpanan karbon yang ada di atas permukaan. Karbon
juga masih tersimpan pada bahan organic mati dan produk-produk berbasis
biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah
dalam periode yang lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang
tersimpan dalam karbon pool ini mewakili jumlah carbon yang terserap dari
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2019 pukul 08.00
Tenggara.
pegunungan rendah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah : pita meter, tally sheet, alat tulis dan handphone.
dilapangan.
alometrik melalui pengolahan data yang meliputi penghitungan biomassa dan stok
karbon pada seluruh komponen di atas permukaan tanah. Biomassa dan stok karbon
pada masing-masing komponen dihitung dengan cara berbeda. Data yang diperoleh
BK = 0,11 × 𝜌 × 𝐷2,62
Keterangan :
BK : Berat kering
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠 = (Hairiah, et al., 2009)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎
RUPES (Rewards For Use Of And Shared Investment In Pro-Poor Environmental Service).
2009. Gagas Kebijakan Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa Lingkungan di
Indonesia. Bogor: RUPES World Agroforestry Center ICRAF Southeast Asia Regional Office.