Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkunganya yang satu dengan lainnya tidak dapat di pisahkan. Taman Nasional

Rawa Aopa Watumohai adalah taman nasional yang terletak di provinsi Sulawesi

Tenggara, Indonesia. Rawa aopa ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun

1989 dan memiliki luas 1.050 km2. Ketinggian taman nasional ini bervariasi dari

di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 km. Taman ini memiliki beragam

vegetasi seperti hutan mangrove, 155 spesies burung 37 diantaranya endemik.

Selain itu, di Taman Nasional Rawa Aaopa Watumohai terdapat 323 spesies

tanaman

Valuasi jasa ekosistem hutan adalah kegiatan pengelolaan sumber daya

alam khususnya kawasan hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat, baik

manfaat nyata maupun tidak nyata. Namun banyak manfaat tersebut baik berupa

barang maupun jasa yang belum memiliki pasar. Manfaat yangt tidak nyata sering

belum banyak diketahui dan sulit di wujudkan dalam nilai ekonomi secara

kuantitatif. Untuk memahami manfaat sumber daya alam ini maka perlu dilakukan

penilaian terhadap semua manfaat barang dan jasa yang dihasilkan oleh Sumber

daya alam tersebut.

Hutan alam merupakan hutan yang tumbuh secara alami dan memiliki

tajuk yang berlapis , seresah dan humus yang tebal, dengan perakaran yang

berpariasi dari dangkal sampai dalam.sedangkan hutan tanamn umumnya


ditanaman secrara monokultur dan seumur dimana tajuknya tidak berlapis,

kedalaman dan bentuk perakaranya yang seragam, sertah ketebalan seresah dan

humus yang tipis (Lisnawati, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka sangat penting dilakukan praktikum

Valuasi Jasa Ekosistem Hutan untuk mengetahui Jasa Lingkungan Karbon pada

tegakan potensi tegakan yang ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum Valuasi Jasa Ekosistem Hutan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jasa lingkungan karbon pada tegakan di hutan pegunungan

rendah pada Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Manfaat praktikum Valuasi Jasa Ekosistem Hutan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui jasa lingkungan karbon pada tegakan di hutan pegunungan

rendah pada Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kawasan Konservasi

Undang-undang No. 41 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 34

Tahun 2002 membagi kawasan hutan ke dalam tiga kawasan utama:

 Hutan konservasi,

 Hutan lindung dan

 Hutan produksi.

Menurut pasal 69 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002, klasifikasi ini

berlaku baik untuk hutan negara maupun untuk hutan milik. Berbeda dengan

SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun1996 hutan atau kawasan lindung dipisahkan

dari hutankonservasi. Hutan konservasi dibagi ke dalam:

 Kawasan Suaka Alam,

 Kawasan Pelestarian Alam dan

 Taman Buru
Sedangkan Hutan Lindung dibagi ke dalam:

 Kawasan lindung,

 Kawasan penggunaan dan

 Kawasan lain.(Wiryono,2003).

Banyak kawasan konservasi di Indonesia ditetapkan pada masa Pemerintahan

Kolonial Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Timur.


Penetapan tersebut didasarkan atas beberapa undang-undang dan peraturan

mengenai perlindungan satwa liar, terutama mamalia besar dan burung yang

menarik dan spesies mamalia kecil. Kebanyakan kawasan konservasi ditetapkan

sebagai monumen alam (natuurmonumenten) dan suaka margasatwa

(wildreservaat) Pemberlakuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan menyebutkan bahwa hutan untuk tujuan

konservasi dibagi menjadi Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata. Oleh karenanya,

natuurmonumenten dan wildreservaat dikelompokkan ke dalam Hutan Suaka

Alam dan ditetapkan kembali sebagai Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Berdasarkan RKN, potensi beberapa kawasan konservasi yang diusulkan juga

dinilai dan ditetapkan sebagai cagar alam, suaka margasatwa atau taman wisata

alam termasuk kawasan perairan pesisir dan perairan dangkal untuk melestarikan

terumbu karang dan habitat kehidupan laut. (GIZ,2017)

Berdasarkan konsep, cakupan, dan arah konservasi dapat dinyatakan

bahwa konservasi merupakan sebuah upaya untuk menjaga, melestarikan, dan

menerima perubahan dan/atau pembangunan. Perubahan yang dimaksud bukanlah

perubahan yang terjadi secara drastis dan serta merta, melainkan perubahan secara

alami yang terseleksi. Hal tersebut bertujuan untuk tatap memelihara identitas dan

sumber daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk

memenuhi kebutuhan arus modernitas dan kaulitas hidup yang lebih baik. Dengan

demikian, konservasi merupakan upaya mengelola perubahan menuju pelestarian

nilai dan warisan budaya yang lebih baik dan berkesinambungan. Dengan kata

lain bahwa dalam konsep konservasi terdapat alur mem-perbaharui kembali


(renew), memanfaatkan kembali (reuse), reduce (mengurangi), mendaurulang

kembali (recycle), dan menguangkan kembali (refund).(Rahman,2012)

2.2. Pengertian Taman Nasional

Sumberdaya alam berupa hutan merupakan tempat hidup bagi masyarakat

sekitar hutan yang hidup bergantung pada sumberdayatersebut. Mereka dikenal

sebagai forest dependent people yang mengandalkan hutan tidak saja sebagai

sumber energi tetapi sebagai tempat untuk hidup. Untuk memanfaatkanhutan

biasanya mereka mengacu pada aturan-aturan yang disusun secara turun temurun

danberlaku pada kelompok-kelompok masyarakat sekitar hutan. Aturan yang

lazim disebut sebagai hak ulayat ini mencakup aturan penguasaan sumberdaya

hutan, kewilayahan dan pemanfaatannya Tidak dapat dipungkiri, dalam konteks

nasional, hutan juga merupakan sumberdaya dan energi bagi sebuah negara.

Untuk itu ada pengaturan yang secara istimewa lekat pada negara guna mengelola

sumberdaya alam yang ada. Dalam hal negara mengatur sumberdaya alam, aturan

yang berlaku secara adat atau hak ulayat biasanya menjadi tidak valid lagi

keberlakuannya. Salah satu pengaturan yang dibuat negara untuk mengelola

sumberdaya hutan adalah dengan membuat Taman Nasional sebagai wilayah

konservasi. Tujuan utama pendirian taman nasional di samping untuk konservasi

binatang atau tanaman tertentu adalah juga sebagai kawasan yang berkontribusi

positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya, sebuah tujuan ideal yang telah

banyak dibahas dinamikanya (Sayer dan Campbell 2004; Zerner 2000; Lynch dan

Harwell 2002 dalam purwanto 2005).


Taman Nasional merupakan kawasan yang ditetapkan untuk melindungi

ekosistem asli dan dikelola oleh Balai Taman Nasional (BTN) dengan sistem

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

penunjangan budi daya, pariwisata, dan rekreasi (Undang-Undang No. 5, Tahun

1990). Karena adanya sistem zonasi ini, Taman Nasional sangat mungkin dikelola

bersama masyarakat dan mengakomodasi kepentingan masyarakat. Dalam

Permenhut No. P. 56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional

dijelaskan bahwazonasi TN adalah suatu proses pengaturan ruang dalam Taman

Nasional menjadi zona-zona. Zona Taman Nasional adalah wilayah di dalam

kawasan Taman Nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologi,

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Proses pengaturan tersebut meliputi

tujuh kegiatan:

 persiapan,

 pengumpulan dan analisis data,

 penyusunan draf rancangan zonasi,

 konsultasi publik,

 pengiriman dokumen,

 tata batas dan

 penetapan.(CIFOR,2010).

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli dikelola dengan sistem yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan,menunjang budidaya, parawisata,dan rekreasi (UU No 5,

1990). Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelolah dengan

sistem zonasi yang terdiri dari zona inti dan atau zona-jona lain yang
dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, paraswisata dan rekresai

(Keputusan Mentri Kehutanan RI No. 687/KPTS-II/1989).Sistem Taman Nasional

memiliki keunggulan dibandingkan sistem lainya, dintaranya Taman Nasional

dibentuk untuk kepentingan masyarakat karna harus bermanfaat bagi masyarakat

dan didukung oleh masyarakat,konsepsi pelestarian didasarkan atas atas

perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi unsur-unsur

pembentukya, Taman Nasional dapat dimasuki oleh pengungjung sehingga

sehingga pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi-fungsi lainya dapat

dikembangkan secara efektif (Bratamihardji, 1979)

2.3 Pengertian Jasa lingkungan

Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi

ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara

langsung maupun tidak langsung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder)

dalam rangka membantu memelihara dan atau meningkatkan kualitas lingkungan

dan kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem secara

berkelanjutan (Sriyanto 2007 diacu dalam Suprayitno 2008). Wunder (2005)

dalam Rachadian 2016, membagi jasa lingkungan berdasarkan fungsinya yaitu

sebagai jasa penyediaan seperti penyedia sumber pakan, sumberdaya gentik dan

obat-obatan, jasa pengaturan seperti pengaturan tata air, pengaturan iklim dan

kontrol erosi, jasa kultural seperti ilmu, kebudayaan dan religi dan jasa pendukung

seperti mendukung ketersediaan habitat dan mendukung ketersediaan unsur hara

untuk tumbuhan.Berkurangnya lahan bervegetasi menyebabkan menurunnya

kualitas jasa lingkungan. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar
terjadinya penurunan kualitas jasa lingkungan maka perlu dilakukan pengkajian

terhadap perubahan jasa lingungan (Rachadian,2015)

Jasa lingkungan adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung

(intangible). Contoh-contoh jasa lingkungan adalah jasa wisata alam, jasa

perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir,

keindahan dan keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon

offset). Selain itu, jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan

lahan (hutan atau pertanian), juga perairan baik air tawar (sungai, danau, rawa)

maupun laut. Manusia sudah ada yang memanfaatkan jasa lingkungan secara tidak

langsung, sehingga jarang memperhitungkannya secara ekonomi. Namun apabila

terjadi bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, manusia baru sadar

adanya jasa lingkungan yang sering diabaikan. Merskipun demikian penghitungan

ekonomi (valuasi lingkungan) hanya dilihat dari sudut kerugian material akibat

bencana alam, jarang diperhitungkan dari jasa lingkungan yang sebelumnya telah

hilang akibat ulah manusia sehingga mengakibatkan timbulnya bencana alam

antropogenik.Pemanfaatan sumber daya alam dengan cara-cara yang melampaui

potensi pemulihan alami akan mempengaruhi ketersediaan jasa lingkungan di

masa mendatang. Jika terus berlanjut, keberadaan aset lingkungan akan menurun

tajam dan jasa lingkungan yang saat ini diperoleh cuma-cuma akan hilang atau

menjadi mahal.(Soenarno,2014).

Pengelolaan DAS adalah rangkaian upaya perumusan tujuan, sinkronisasi

program, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan sumberdaya DAS lintas para

pemangku kepentingan secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik,


ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna mewujudkan tujuan pengelolaan

DAS (Kodoatie dan Syarif 2010) dalam . Pada rangkaian manajemen DAS

terdapat aktivitas pengelolaan yang melibatkan hubungan timbal balik antara SDA

dengan masyarakat. Dalam pelaksanaannya terjadinya dampak hubungan timbal

balik antara manusia dengan lingkungan yang secara spesifik dikenal dengan

eksternalitas (Sankar, 2008). Terkait dengan eksternalitas tersebut, sebagai salah

satu upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, terutama di kawasan DAS dapat diterapkan konsep

Imbal Jasa Lingkungan (IJL) atau populer dengan istilah Payment for

Environmental Services (PES) (LP3ES, 2009). Economic and Social Commission

for Asia and the Pasific (2009) dalam Napitupulu 2013 mendefinisikan IJL

sebagai transaksi sukarela untuk jasa lingkungan yang telah didefinisikan secara

jelas, dibeli oleh pembeli jasa lingkungan dari sedikit-dikitnya seorang penyedia

jasa lingkungan, jika penyedia jasa lingkungan tersebut memenuhi persyaratan

dalam perjanjian dan menjamin penyediaan jasa lingkungan(Napitupulu,2013

2.4 Biomassa dan Karbon

Biomassa sebagai bahan bakar dimanfaatkan energinya oleh rumah tangga

dalam bentuk kayu bakar untuk memasak sedangkan dalam industri pertanian dan

kehutanan pemanfaatan biomassa yang merupakan limbah industri digunakan

untuk menggerakkan industri tersebut DEN (2010) dalam Arif 2016, Potensinya

yang besar, baru dan terbarukan, dan pemanfaatannya yang masih terbatas

menunjukkan peluang biomassa dapat dikembangkan menjadi sumber bahan

bakar yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa sebagai bahan
bakar yang berkelanjutan adalah pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar

pembangkit listrik terutama untuk daerah terpencil yang belum teraliri listrik.

Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit listrik akan mendorong

pertumbuhan luas hutan tanaman termasuk hutan tanaman yang ditanam khusus

untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik. Biomassa yang

memiliki bentuk beragam, seperti limbah daun dan ranting, memiliki potensi

peningkatan efisiensi jika digunakan dalam bentuk olahan yang seragam seperti

wood pellet. Wood pellet sebagai cara menyeragamkan biomassa yang ada

memiliki sifat yang lebih kering dan lebih kecil mempermudah pembakaran,

penyimpanan, dan distribusi, serta memiliki energi panas yang lebih besar jika

dibandingkan dengan biomassa sebelum diolah.(Arif,2016)

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses

fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain

adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja

dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan,

pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga

digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya yang digunakan

sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau

merupakan limbah setelah diambil produk primernya . Di Indonesia kayu

merupakan biomassa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan

sumber energi terbarukan. Menurut Maharjoeno (2005) dalam Arhamsyah 2010

potensi biomassa yang bersumber dari kayu antara lain : limbah penggergajian

kayu, limbah plywood dan limbah logging. Selain ketersediaannya cukup banyak
di Indonesia, biomassa kayu juga cenderung tidak menyebabkan dampak negatif

pada lingkungan (Alkarami, 2007). Dalam Arhamsyah 2010.

Biomassa pohon di hutan tropis yang didominasi oleh jenis-jenis

dipterocarpa merupakan tempat penyimpan cadangan karbon terbesar yang

terdapat pada batang, cabang, ranting, daun dan akar. Selain untuk menyimpan

cadangan karbon, pohon juga dapat meyerap karbon dari atmosfer dalam bentuk

karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis sehingga gas CO2 di atmosfer

dapat berkurang. Sementara meningkatnya kerusakan hutan berupa perubahan tata

guna lahan, kebakaran hutan, deforestasi, degradasi, pemanfaatan bahan bakar

fosil, industri telah menyebabkan tingginya tingkat emisi karbon di atmosfer.

Salah satu jawaban untuk dapat menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca di

atmosfer yaitu hutan. Hutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menyerap CO2 dan diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di

atmosfer. Oleh karena itu perlu adanya pengukuran biomassa dan karbon pohon di

hutan untuk mengestimasi seberapa besarkah pohon dapat menyimpan biomassa

dan karbon serta mampu menyerap CO2 dari Atmosfer(Niapele,2013).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Valuasi Jasa Ekosistem Hutan dilaksanakan di Han pegunungan

rendah pada Taman Nasional Rawa aopa Watumohai. Waktu praktikum Valuasi

Jasa Ekosistem Hutan yaitu Tanggal 03 sd04 April, pada hari Jum’at sd Sabtu

April 2019.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Valuasi Jasa Ekosistem Hutan yaitu:

meteran rol, pita meter..

Bahan yang digunakan pada praktikum Valuasi Jasa Ekosistem yaitu: alat

tulis menulis, papan komputer, tally sheet.

3.3. Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan yaitu :

1. Mengukur keliling pohon setinggi dada pengamat.


2. Mengambil titik koordinat setiap tegakan pohon.
3. Hasil pengamatan dicatat dalam Tally sheet.

3.4. Analisis Data

Teknik analisis data dibedakan menjadi dua yaitu analisis kualitatif

merupakan mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata atau symbol dan

Analisis deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data dalam bentu angka-

angka. Teknik analisis data yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik

analisis deskriptif kuantitatif.


Perhitungan stok karbon dilakukan dengan persamaan Allometrik,

pengolahan data meliputi perhitungan biomassa dan stok karbon pada seluruh

komponen di atas permukaan tanah. Biomassa dan stok karbon pada masing-

masing komponen dihitung dengan cara berbeda. Data yang diperoleh di lapangan

di analisis dengan beberapa persamaan, yaitu :

a.) Untuk menghitung nilai biomassa karbon tumbuhan berkayu di gunakan

persamaan Allometrik (Kaitering,2011 dalam Farmer 2014).Sebagai berikut :

Bk = 0,11 X ꝭX D 2,62

keteragan:

Bk = Berat kering
ꝭ= Berat jenis kayu ( gr/cm 3)
D = Diameter Pohon ( Cm )

b.) Biomassa persatuan luas ( ton/ha )

Biomassa persatuan luas = total biomasa


Luas area ( Hairia,et al. 2009)

c.) Estimasi jumlah karbon tersimpan pada bagian atas tanah

Stok karbon = biomassa persatuan luas X 0,46


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Tabel 1. Data valuasi lingkungan karbon di hutan pendidikan

Hutan Tanaman
5.2. Pembahasan

Rawa Aopa Watumohai memiliki wilayah seluas 1.050 km² dengan

Ketinggian taman ini bervariasi di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 m.

Kawasan ini menjadi tempat perlindungan satwa-satwa langka dan endemik.

Tercatat ada 155 jenis burung dengan 37 jenis burung endemik dan 32 jenis

burung langka. Hewan langka seperti Anoa, babirusa, buaya muara, rusa, musang

sulawesi dan beberapa jenis primata seperti tangkasi dan monyet hitam juga

terdapat di kawasan ini. Selain satwa langka, kawasan ini juga memiliki 323

spesies tanaman. Banyaknya jenis spesies antara lain disebabkan oleh ekosistem

yang bermacam-macam. Rawa Aopa memang tempat hidup bermacam jenis

teratai, mulai teratai merah, putih, ungu hingga perpaduan beberapa warna sesuai

cuaca. Ada yang mengapung dari jenis kiambang, ada yang tegak serupa anyelir.

Selain teratai, mata dimanjakan dedaun talas yang lebar, panda berduri, pudak

hijau, rumput bulat, dan bunga bakung. Terdapat juga jenis primata di Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai. Adapun primata tersebut adalah tangkasi/podi

(tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (macaca nigra nigra). Ada juga

satwa langka yang dilindungi, sperti anoa dataran rendah (babulus depressicornis),

anoa pegunungan (babulus quarlesi), soa-soa (hydro saurus amboinensis), kuskus

kerdil (strigocusvus celebensis celebansis), rusa (cervus timorensis djonga),

babirusa (babyrousa babyrussa celebensis), dan musang sulawesi (macrogalidia

musschenbroekii musschenbroekii). Untuk mengetahui potensi jasa karbon yang

berada di Taman Nasional Rawa Aopa maka perlu dilakukan penilaian jasa

ekosistem di hutan pegunungan rendah.


Kegiatan praktikum valuasi jasa ekosistem hutan dilaksanakan di Hutan

pendidikan Tatangge terdapat jenis vegetasi


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada plot 20x20 ini angka bentuk pada butan alam hanya terdapat 3 jenis

vegetasi yang masuk dalam kategori pohon yaitu eha (Castanopsis buruana)

yang memiliki keliling 96 cm, Sp1 74 cm dan Sp3 103 cm dengan jumlah

masing-masing 1. Sedangkan yang lain masuk dalam kategori tiang, pancang

dan semai.

2. sedangkan struktur dan komposisi hutan alam yaitu jati lokal (Gmelina

arborea) dan jati putih (Tectona grandis) didapatkan hasil angka bentuk pada

jati lokal yaitu 0,70 dan jati putih 0,70 . Dengan diameter dari jati lokal (dp)

0,27, (dt) 0,22, (du) 0,28 dan pada jati putih (dp) 0,09, (dt) 0,33 (du) 0,26.

Untuk tinggi total pada pohon jati lokal yaitu tan 54, 20,00 m dan jati putih tan

50, 8.00 m. Adapun volume dari jati lokal Vs 1,41, Vp 0,62 m dan jati putih Vs

0,05, Vp 0,14 m. Adapun struktur dan komposisi pohon hanya terdiri dari 2

jenis pohon yaitu jati lokal dan jati putih saja.

6.2. Saran

Saran saya pada praktikum ini adalah untuk mendapatkan hasil potensi

hutan yaitu kayu yang tinggi pada suatu lahan salah satu faktor yang mendukung

yaitu diperlukan tindakan silvikultur yang tepat mendapat hasil sesuai dengan

yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman. 2012. Tabel Volume Batang Di Bawah Pangkal Tajuk Pohon


Keruing (Dipterocarpus acutangulus) Di Labanan Berau Kalimantan
Timur. Balai Besar Penelitian Dipterocarpa.
Bena , A.A.L.M,.Achmad dan Falah,S . 2017. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun
Picung Terhadap Cendawan Botryodiplodia Theobromae Penyebab Mati
Pucuk Bibit Jabon Merah. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol: 6(3).
Dulsalam, Sukadaryati, dan Yuniawati. 2018. Produktivitas, Efisiensi, Dan Biaya
Penebangan Silvikultur Intensif Pada Satu Perusahaan Di Kalimantan
Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol:36 (1).

Gunarso, P. Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Shackleton,C. 2009.


Pengelolaan Sumberdaya Hutan Di Era Desentralisasi Pelajaran Yang
Diperoleh Dari Hutan Penelitian Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia.
CIFOR, Bogor.

Hadi, A.Q., dan Napitupulu, R.M. 2011. Sepuluh Tanaman Investasi Pendulang
Rupiah. Penebar Swadaya, Jakarta Timur.

Hidayat,A., dan Hendalastuti, H.R. 2004. Pengaruh Pembuatan Takik Rebah Dan
Takik Balas Terhadap Arah Jatuh Pohon : Studi Kasus Di Hutan Tanaman
Di Pulau Laut Kalimantan Selatan.

Hidayat, A dan Hendalastuti, R . 2004. Kerangka diusulkan untuk menilai


barang dan jasa ekosistem dari hutan tanaman.

Hidayat, A dan Hendalastuti, R . 2004. Kerangka diusulkan untuk menilai


barang dan jasa ekosistem dari hutan tanaman.

Krisnawati, H. 2003. Struktur Tegakan Dan Komposisi Jenis Hutan Alam Bekas
Tebangan Di Kalimantan Tengah .

Kunarso, A dan Azwar,F .2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada


Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman . Vol : 10 (2)

Krisnawati,H,. Kallio,M dan Kanninen,M. 2003. Anthocephalus cadamba Miq.


Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas.

Krisnawati, H., Adinugroho, W.C., Imanuddin, R. 2012. Model-Model Alometrik


Untuk Pendugaan Biomassa Pohon Pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan
Di Indonesia. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Kushartati Budiningsih, K dan Effendi,R .2013. Analisis Kelayakan Finansial
Hutan Tanaman Jelutung Di Kalimantan Tengah.J urnal Penelitian Hutan
Tanaman. Vol:10 (1).

Lisnawati, Y. 2012. Perubahan Hutan Alam Menjadi Hutan Tanaman Dan


Pengaruhnyaterhadap Siklus Hara Dan Air.Vol :5 (2)
Nuroniah, H.N,. Nuraeni,Y dan Bogidarmanti ,R. 2018. Perbanyakan Vegetatif
Mahoni (Swietenia Macrophylla King) Dengan Cara Stek Pucuk. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. Vol: 15 (1).

Manuel,R,. Guariguatab,.Rodney,. J.dan Keenanc .2016. Kerangka diusulkan


untuk menilai barang dan jasa ekosistem dari hutan tanaman .

Matangaran, J.R., Partiani, T., dan Purnamasari, D.R. 2013. Factor Eksploitasi
Dan Kuantifikasi Limbah Kayu Dalam Rangka Peningkatan Efisiensi
Pemanenan Hutan Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Muhdi. 2008. Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced


Impact Logging Dalam Pengelolaan Hutan Alam. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Muhdin. 2011. Dimensi Pohon Dan Perkembangan Metode Pendugaan Volume


Pohon. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No : P.31/
Menhut.II/2012 Tentang Lembaga Konservasi.

Rajadinata, S. dan Komar, T.E., 2011. Pedoman Pemanenan Pohon Ramin Di


Hutan Rawa Gambut. Bogor.

Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Pujiono, E., dan Umroni, A., 2012. Penerapan
Teknologi Pita Volume Pohon Berdiri Dalam Pemanfaatan Kaliwo Di
Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur. Insentif
Peningkatan Kemampuan Peneliti Dan Perekayasa. Kementrian Riset Dan
Teknologi.

Sumarna, Y. 2015. Kayu Jati Budidaya Dan Prospek Bisnis. Swadaya Grup.
Cibubur, Jakarta Timur.

Wisnu, S.D.W,. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia


R.A.Salisbury Di BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur
Perum Perhutani Unit Jawa Tengah. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.

Wahyuni,N.I dan makadompit,H.S.2016. Struktur, Komposisi Dan Keragaman


Jenis Pohon Di Hutan Produksi Inobonto Poigar I, Kphp Poigar, Sulawesi
Utara.
Wahyudi dan Anwar,M .2013. Model Pertumbuhan Pohon-Pohon Di Hutan Alam
Paska Tebangan Studi Kasus Pada Hutan Alam Produksi Di Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah.Vol: 15 (3)

Yuniawati dan Tinambunan.2005

Yusuf,R,. Purwaningsih dan Gusman. 2005. Komposisi Dan Struktur Vegetasi


Hutan Alam Rimbo Panti, Sumatera Barat.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai