PENDAHULUAN
lingkunganya yang satu dengan lainnya tidak dapat di pisahkan. Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai adalah taman nasional yang terletak di provinsi Sulawesi
Tenggara, Indonesia. Rawa aopa ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun
1989 dan memiliki luas 1.050 km2. Ketinggian taman nasional ini bervariasi dari
di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 km. Taman ini memiliki beragam
Selain itu, di Taman Nasional Rawa Aaopa Watumohai terdapat 323 spesies
tanaman
manfaat nyata maupun tidak nyata. Namun banyak manfaat tersebut baik berupa
barang maupun jasa yang belum memiliki pasar. Manfaat yangt tidak nyata sering
belum banyak diketahui dan sulit di wujudkan dalam nilai ekonomi secara
kuantitatif. Untuk memahami manfaat sumber daya alam ini maka perlu dilakukan
penilaian terhadap semua manfaat barang dan jasa yang dihasilkan oleh Sumber
Hutan alam merupakan hutan yang tumbuh secara alami dan memiliki
tajuk yang berlapis , seresah dan humus yang tebal, dengan perakaran yang
kedalaman dan bentuk perakaranya yang seragam, sertah ketebalan seresah dan
Valuasi Jasa Ekosistem Hutan untuk mengetahui Jasa Lingkungan Karbon pada
tegakan potensi tegakan yang ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
berikut:
Hutan konservasi,
Hutan produksi.
berlaku baik untuk hutan negara maupun untuk hutan milik. Berbeda dengan
SK Dirjen PHPA No. 129 Tahun1996 hutan atau kawasan lindung dipisahkan
Taman Buru
Sedangkan Hutan Lindung dibagi ke dalam:
Kawasan lindung,
Kawasan lain.(Wiryono,2003).
mengenai perlindungan satwa liar, terutama mamalia besar dan burung yang
konservasi dibagi menjadi Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata. Oleh karenanya,
Alam dan ditetapkan kembali sebagai Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
dinilai dan ditetapkan sebagai cagar alam, suaka margasatwa atau taman wisata
alam termasuk kawasan perairan pesisir dan perairan dangkal untuk melestarikan
perubahan yang terjadi secara drastis dan serta merta, melainkan perubahan secara
alami yang terseleksi. Hal tersebut bertujuan untuk tatap memelihara identitas dan
memenuhi kebutuhan arus modernitas dan kaulitas hidup yang lebih baik. Dengan
nilai dan warisan budaya yang lebih baik dan berkesinambungan. Dengan kata
sebagai forest dependent people yang mengandalkan hutan tidak saja sebagai
biasanya mereka mengacu pada aturan-aturan yang disusun secara turun temurun
lazim disebut sebagai hak ulayat ini mencakup aturan penguasaan sumberdaya
nasional, hutan juga merupakan sumberdaya dan energi bagi sebuah negara.
Untuk itu ada pengaturan yang secara istimewa lekat pada negara guna mengelola
sumberdaya alam yang ada. Dalam hal negara mengatur sumberdaya alam, aturan
yang berlaku secara adat atau hak ulayat biasanya menjadi tidak valid lagi
binatang atau tanaman tertentu adalah juga sebagai kawasan yang berkontribusi
positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya, sebuah tujuan ideal yang telah
banyak dibahas dinamikanya (Sayer dan Campbell 2004; Zerner 2000; Lynch dan
ekosistem asli dan dikelola oleh Balai Taman Nasional (BTN) dengan sistem
1990). Karena adanya sistem zonasi ini, Taman Nasional sangat mungkin dikelola
kawasan Taman Nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologi,
tujuh kegiatan:
persiapan,
konsultasi publik,
pengiriman dokumen,
penetapan.(CIFOR,2010).
asli dikelola dengan sistem yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
1990). Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelolah dengan
sistem zonasi yang terdiri dari zona inti dan atau zona-jona lain yang
dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, paraswisata dan rekresai
sehingga pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi-fungsi lainya dapat
ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara
sebagai jasa penyediaan seperti penyedia sumber pakan, sumberdaya gentik dan
obat-obatan, jasa pengaturan seperti pengaturan tata air, pengaturan iklim dan
kontrol erosi, jasa kultural seperti ilmu, kebudayaan dan religi dan jasa pendukung
kualitas jasa lingkungan. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar
terjadinya penurunan kualitas jasa lingkungan maka perlu dilakukan pengkajian
Jasa lingkungan adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir,
offset). Selain itu, jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan
lahan (hutan atau pertanian), juga perairan baik air tawar (sungai, danau, rawa)
maupun laut. Manusia sudah ada yang memanfaatkan jasa lingkungan secara tidak
terjadi bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, manusia baru sadar
ekonomi (valuasi lingkungan) hanya dilihat dari sudut kerugian material akibat
bencana alam, jarang diperhitungkan dari jasa lingkungan yang sebelumnya telah
masa mendatang. Jika terus berlanjut, keberadaan aset lingkungan akan menurun
tajam dan jasa lingkungan yang saat ini diperoleh cuma-cuma akan hilang atau
menjadi mahal.(Soenarno,2014).
DAS (Kodoatie dan Syarif 2010) dalam . Pada rangkaian manajemen DAS
terdapat aktivitas pengelolaan yang melibatkan hubungan timbal balik antara SDA
balik antara manusia dengan lingkungan yang secara spesifik dikenal dengan
Imbal Jasa Lingkungan (IJL) atau populer dengan istilah Payment for
for Asia and the Pasific (2009) dalam Napitupulu 2013 mendefinisikan IJL
sebagai transaksi sukarela untuk jasa lingkungan yang telah didefinisikan secara
jelas, dibeli oleh pembeli jasa lingkungan dari sedikit-dikitnya seorang penyedia
dalam bentuk kayu bakar untuk memasak sedangkan dalam industri pertanian dan
untuk menggerakkan industri tersebut DEN (2010) dalam Arif 2016, Potensinya
yang besar, baru dan terbarukan, dan pemanfaatannya yang masih terbatas
bakar yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa sebagai bahan
bakar yang berkelanjutan adalah pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar
pembangkit listrik terutama untuk daerah terpencil yang belum teraliri listrik.
pertumbuhan luas hutan tanaman termasuk hutan tanaman yang ditanam khusus
memiliki bentuk beragam, seperti limbah daun dan ranting, memiliki potensi
peningkatan efisiensi jika digunakan dalam bentuk olahan yang seragam seperti
wood pellet. Wood pellet sebagai cara menyeragamkan biomassa yang ada
memiliki sifat yang lebih kering dan lebih kecil mempermudah pembakaran,
penyimpanan, dan distribusi, serta memiliki energi panas yang lebih besar jika
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja
dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan,
pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan biomassa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan
potensi biomassa yang bersumber dari kayu antara lain : limbah penggergajian
kayu, limbah plywood dan limbah logging. Selain ketersediaannya cukup banyak
di Indonesia, biomassa kayu juga cenderung tidak menyebabkan dampak negatif
terdapat pada batang, cabang, ranting, daun dan akar. Selain untuk menyimpan
cadangan karbon, pohon juga dapat meyerap karbon dari atmosfer dalam bentuk
Salah satu jawaban untuk dapat menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca di
atmosfer yaitu hutan. Hutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menyerap CO2 dan diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Oleh karena itu perlu adanya pengukuran biomassa dan karbon pohon di
rendah pada Taman Nasional Rawa aopa Watumohai. Waktu praktikum Valuasi
Jasa Ekosistem Hutan yaitu Tanggal 03 sd04 April, pada hari Jum’at sd Sabtu
April 2019.
Alat yang digunakan pada praktikum Valuasi Jasa Ekosistem Hutan yaitu:
Bahan yang digunakan pada praktikum Valuasi Jasa Ekosistem yaitu: alat
angka. Teknik analisis data yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik
pengolahan data meliputi perhitungan biomassa dan stok karbon pada seluruh
komponen di atas permukaan tanah. Biomassa dan stok karbon pada masing-
masing komponen dihitung dengan cara berbeda. Data yang diperoleh di lapangan
Bk = 0,11 X ꝭX D 2,62
keteragan:
Bk = Berat kering
ꝭ= Berat jenis kayu ( gr/cm 3)
D = Diameter Pohon ( Cm )
5.1. Hasil
Hutan Tanaman
5.2. Pembahasan
Ketinggian taman ini bervariasi di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 m.
Tercatat ada 155 jenis burung dengan 37 jenis burung endemik dan 32 jenis
burung langka. Hewan langka seperti Anoa, babirusa, buaya muara, rusa, musang
sulawesi dan beberapa jenis primata seperti tangkasi dan monyet hitam juga
terdapat di kawasan ini. Selain satwa langka, kawasan ini juga memiliki 323
spesies tanaman. Banyaknya jenis spesies antara lain disebabkan oleh ekosistem
teratai, mulai teratai merah, putih, ungu hingga perpaduan beberapa warna sesuai
cuaca. Ada yang mengapung dari jenis kiambang, ada yang tegak serupa anyelir.
Selain teratai, mata dimanjakan dedaun talas yang lebar, panda berduri, pudak
hijau, rumput bulat, dan bunga bakung. Terdapat juga jenis primata di Taman
(tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (macaca nigra nigra). Ada juga
satwa langka yang dilindungi, sperti anoa dataran rendah (babulus depressicornis),
berada di Taman Nasional Rawa Aopa maka perlu dilakukan penilaian jasa
6.1. Kesimpulan
1. Pada plot 20x20 ini angka bentuk pada butan alam hanya terdapat 3 jenis
vegetasi yang masuk dalam kategori pohon yaitu eha (Castanopsis buruana)
yang memiliki keliling 96 cm, Sp1 74 cm dan Sp3 103 cm dengan jumlah
dan semai.
2. sedangkan struktur dan komposisi hutan alam yaitu jati lokal (Gmelina
arborea) dan jati putih (Tectona grandis) didapatkan hasil angka bentuk pada
jati lokal yaitu 0,70 dan jati putih 0,70 . Dengan diameter dari jati lokal (dp)
0,27, (dt) 0,22, (du) 0,28 dan pada jati putih (dp) 0,09, (dt) 0,33 (du) 0,26.
Untuk tinggi total pada pohon jati lokal yaitu tan 54, 20,00 m dan jati putih tan
50, 8.00 m. Adapun volume dari jati lokal Vs 1,41, Vp 0,62 m dan jati putih Vs
0,05, Vp 0,14 m. Adapun struktur dan komposisi pohon hanya terdiri dari 2
6.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini adalah untuk mendapatkan hasil potensi
hutan yaitu kayu yang tinggi pada suatu lahan salah satu faktor yang mendukung
yaitu diperlukan tindakan silvikultur yang tepat mendapat hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, A.Q., dan Napitupulu, R.M. 2011. Sepuluh Tanaman Investasi Pendulang
Rupiah. Penebar Swadaya, Jakarta Timur.
Hidayat,A., dan Hendalastuti, H.R. 2004. Pengaruh Pembuatan Takik Rebah Dan
Takik Balas Terhadap Arah Jatuh Pohon : Studi Kasus Di Hutan Tanaman
Di Pulau Laut Kalimantan Selatan.
Krisnawati, H. 2003. Struktur Tegakan Dan Komposisi Jenis Hutan Alam Bekas
Tebangan Di Kalimantan Tengah .
Matangaran, J.R., Partiani, T., dan Purnamasari, D.R. 2013. Factor Eksploitasi
Dan Kuantifikasi Limbah Kayu Dalam Rangka Peningkatan Efisiensi
Pemanenan Hutan Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Pujiono, E., dan Umroni, A., 2012. Penerapan
Teknologi Pita Volume Pohon Berdiri Dalam Pemanfaatan Kaliwo Di
Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur. Insentif
Peningkatan Kemampuan Peneliti Dan Perekayasa. Kementrian Riset Dan
Teknologi.
Sumarna, Y. 2015. Kayu Jati Budidaya Dan Prospek Bisnis. Swadaya Grup.
Cibubur, Jakarta Timur.