Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Statistik Fermi-Dirac merupakan kasus tertentu dalam statistik partikel yang


dikembangkan oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac dalam menentukan distribusi
statistik keadaan energi fermion dari sistem kesetimbangan termal dengan kata lain
distribusi peluang tiap kemungkinan level-level energi yang diduduki oleh suatu
fermion.
Statistik Fermi-Dirac membahas tentang fungsi gelombang dari fermion yang
antisimetris di bawah pengaruh pertukaran fermion. Fermion merupakan partikel
yang tak dapat dibedakan dan mengikuti asas larangan Pauli: tidak boleh suatu
partikel mepunyai bilangan kuantum yang sama dalam waktu yang sama. Fermion
mempunyai spin setengah. Statistik termodinamika digunakan untuk mendeskripsikan
perilaku partikel dalam jumlah besar.
Kumpulan dari fermion tanpa interaksi disebut dengan gas fermi. Statistik
Fermi-Dirac diperkenalkan pada tahun 1926 oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac yang
diaplikasikan pada tahun yang sama oleh Ralph Fawler dalam menggambarkan
kehancuran bintang kerdil putih dan pada tahun 1927 oleh Arnold Sommerfeld
digunakan untuk menggambarkan elektron dalam logam. Mempelajari statistik
Fermi-Dirac mengikuti aturan larangan pauli. Namun, ketentuan dalam statistik
Fermi-Dirac ini lebih ketat dalam pengisian titik fase misalkan suatu kompartemen
bervolume h3 tidak boleh lebih dari dua titik fase. Implikasinya, prinsip larangan
pauli ini mempengaruhi susunan elektron di dalam atom yang sama yang mempunyai
bilangan kuantum yang sama. Koordinat kompartemen di dalam ruang fase
berkorespondensi dengan bilangan kuantum dengan alasan itu, maka boleh terdapat
dua titik fase di dalam kompartemen yakni elektron-elektron yang mana titik
representatif mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik
representatif mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik

1
representatif di dalam sel dua kali jumlah kompartemen (sudah tentu kondisi aktual
mungkin kurang karena mungkin ada kompartemen yang kosong).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimana karakteristik statistik Fermi-Dirac?
1.2.2 Bagaimana menghitung peluang termodinamika statistik Fermi-Dirac?
1.2.3 Bagaimana fungsi distribusi statistik Fermi-Dirac?

1 . 3 Tu j u a n
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1 Menjelaskan karakteristik statistik Fermi-Dirac.
1.3.2 Menghitung peluang termodinamika statistik Fermi-Dirac.
1.3.3 Menjelaskan fungsi distribusi statistik Fermi-Dirac.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Karakteristik Statistik Fermi-Dirac
Statistik Fermi-Dirac berlaku ketentuan yang lebih ketat seperti aturan
larangan Pauli dalam pengisian titik fase misalkan Ni menyatakan jumlah titik fase
dalam cell ke i. Prinsip pauli menyatakan dalam satu kompartemen yang bervolume
h3 tidak boleh lebih dari dua titik fase. Prinsip larangan Pauli ini mempengaruhi
susunan elektron di dalam atom yang sama yang mempunyai bilangan kuantum yang
sama. Koordinat kompartemen di dalam ruang fase berkorespondensi dengan
bilangan kuantum dengan alasan itu, maka boleh terdapat dua titik fase di dalam
kompartemen yakni elektron-elektron yang mana titik representatif mempunyai arah
spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik representatif di dalam sel dua kali
jumlah kompartemen (Sudah tentu kondisi aktual mungkin kurang karena mungkin
ada kompartemen yang kosong). Marilah kita bayangkan bahwa masing-masing
kompartemen dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing bagian tidak boleh
lebih dari satu titik. Jumlah setengah kompartemen di dalam masing-masing cell
yaitu:
2H
n ....................................................................................
h3
(1)
Jumlah titik maksimum di dalam masing-masing cell adalah n. Setengah
kompartemen dalam statistik Fermi-Dirac disebut kompartemen juga.

2.2 Menghitung peluang termodinamika statistik Fermi-Dirac


Sebuah sistem dengan dua cell i dan j, masing-masing dibagi menjadi
empat kompartemen, dan anggaplah makrostate N i = 3, dan Nj = 1. Gambar 1
menunjukkan cell i dan j dan kita lihat bahwa tidak boleh lebih dari satu titik
tiap kompartemen, dengan demikian ada 4 cara susunan tiga titik fase di dalam
cell i, dan empat cara susunan sebuah titik di dalam cell j.
cell i . . . . . . Wi = 4
. . . . . .

3
cell j . . Wj = 4
. .

Gambar 1: Susunan titik fase yang berbeda di dalam sebuah cell di dalam ruang fase
menurut Statistik Fermi-Dirac

Peluang termodinamika masing-masing cell adalah:


Wi = 4, Wj = 4……………………………………..(2)
Setiap susunan di dalam cell i kita dapat memiliki salah satu susunan di dalam cell j.
Dengan demikian jumlah total kemungkinan susunan atau peluang termodinamika
dari makrostate adalah :
W = Wi Wj = 16…………………………………....(3)
Berbeda dengan hasil statistik Mxwell-Boltzmann untuk kasus yang sama di mana
diperoleh W = 4, serta untuk staistik Bose-Einstein W = 80. Secara umum untuk
sejumlah cell dalam statistik Fermi-Dirac dapat dirumuskan :
W=  Wi……………………………………….(4)
Penurunan pernyataan untuk sembarang Wi lebih mudah daripada untuk
statistik Bose-Einstein untuk n kompartemen dari sebuah cell, jika ada Ni yang
ditempati, maka ada (n - Ni) yang tak ditempati (kosong). Perhitungan jumlah cara
untuk n kompartemen yaitu dapat dibagi di dalam dua kelompok, satu kelompok
dengan kompartemen yang ditempati, dan kelompok yang lain untuk kompartemen
yang kososng.
Pembahasan statistik sebelumnya telah dikaji jumlah cara untuk N partikel
yang didistribusikan diantara cell-cell dalam ruang fase, dengan N 1, N2, dst. Jumlah
tersebut yaitu:
N! N!

N 1 ! N 2 ! N 3 !...  N i ! ……………………………….…..
(5)
Secara umum, persamaan di atas memberikan jumlah cara untuk sesuatu N
yang disusun dalam suatu kelompok, jumlah N1, N2, dst. Statistik Maxwell-
Boltzmann “sesuatu” yang disusun adalah titik fase, jumlah “kelompok” sama dengan

4
jumlah cell di dalam ruang fase, dan jumlah cara dari susunan “sesuatu” disebut
peluang termodinamika dari makrostate.
Peluang termodinamika untuk cell tertentu dengan cara yang sama
didefinisikan sebagai jumlah cara kompartemen yang berbeda dapat dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu kelompok yang ditempati dan kelompok yang kosong. Jumlah
kompartemen total adalah n, yang ditempati adalah Ni, dan yang kosong adalah n-Ni
dengan demikian cara berbeda dalam pembagian kompartemen ke dalam kelompok
ditempati dan kelompok kosong, atau peluang termodinamika Wi adalah :
n
Wi  ……………………………………..(6)
N i  n  N i 

Sebagai contoh kita ambil, Ni = 3, Nj = 1, n =4, maka akan diperoleh :



Wi  =4
    


Wj  =4
    

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan cara menghitung.


Secara umum pernyataan untuk peluang termodinamika dari makrostate tertentu
dalam statistik Fermi-Dirac adalah :
n!
W N ……..……………………………..(7)
i !( n  N i )!

2.3 Fungsi Distribusi Statistik Fermi-Dirac


Setiap jenis statistik diasumsikan bahwa entropi adalah sebanding dengan
logaritma peluang termodinamika, dan bahwa suatu keadaan setimbang, entropi
sistem bernilai maksimum. Hal ini berarti ln W bernilai maksimum, sehingga
d  ln W   0 .

n!
Berdasarkan persamaan W  , maka akan diperoleh
Ni ! n  Ni  !

persamaan baru seperti berikut:

5
n!
W 
Ni ! n  Ni  !
 n! 
ln W   ln 
 Ni ! n  Ni  ! 
  …………………
ln W  ( ln n !  ln  Ni ! n  Ni  ! )
ln W  (ln n !  ln Ni !  ln  n  Ni  )
ln W  ( n ln n  ln Ni !  ln  n  Ni  )

……..(8)
n dan Ni merupakan bilangan yang sangat besar dikarenakan jumlah cell
sangat besar, maka dapat digunakan pendekatan Stirling, sehingga persamaan
ln W  ( n ln n  ln Ni !  ln  n  Ni  ) akan menjadi seperti berikut.

ln W  ( n ln n  ln Ni ! ln  n  Ni  )
ln W   n ln n  Ni ln Ni   n  Ni  ln  n  Ni  
ln W    n ln n  Ni ln Ni  n ln  n  Ni   Ni ln  n  Ni 

ln W    n ln n  Ni ln Ni  n ln  n  Ni   Ni ln  n  Ni  
d ln W  d  n ln n    Ni ln Ni  n ln  n  Ni   Ni ln  n  Ni  
....(9)
Jumlah partikel dan energi total adalah konstan, akan terdapat persamaan
kondisi seperti berikut.
dN  dNi  0
dU  wi dNi  0

Mempermudah perhitungan, dapat dilakukan dengan mengalikan persamaan


pertama dengan (–ln B) dan persamaan kedua dengan (   ) ,
dN x (  ln B)  dNi x ( ln B )   ln B dNi  0
dU x (  )  wi dNi x (  )    wi dNi  0

 n  Ni 
kemudian menambahkannya dengan persamaan d ln W   ln  dNi  0 ,
 Ni 

maka akan terbentuk persamaan baru seperti berikut.

6
 n  Ni 
 ln B dNi  (   wi dNi )   ln  dNi  0
 Ni 
 n  Ni 
  ln B dNi     wi dNi   ln  dNi  0
 Ni 
 n  Ni 
  ln  ln B   wi  dNi  0
 Ni 

 n  Ni 
Suku   ln  ln B   wi  dan dNi saling bebas, dalam artian jika dNi = 0,
 Ni 

 n  Ni 
maka   ln  ln B   wi   0 dan sebaliknya jika
 Ni 

 n  Ni  Ni
  ln  ln B   wi   0 , maka dNi ≠ 0. Namun agar terdefinisi, maka
 Ni  n

 n  Ni 
  ln  ln B   wi  harus sama dengan nol oleh karena itu, akan diperoleh
 Ni 
persamaan baru seperti berikut.
 n  Ni 
  ln  ln B   wi   0
 Ni 
n  Ni
ln  ln B   wi  0
Ni
n  Ni
ln Ni   wi
B
n  Ni
ln   wi
B Ni
n  Ni
exp  wi 
B Ni
n  Ni
B exp  wi 
Ni
n
B exp  wi  1
Ni
………………………………………...
n
B exp (  wi )  1 
Ni
(10)
n
 B exp (  wi )  1 , sehingga :
Ni

7
Ni 1
 ………………………………………...
n B exp (  wi )  1

(11)
Persamaan (11) dikenal dengan fungsi distribusi Fermi-Dirac untuk keadaan
probabilitas termodinamika maksimum.
Bandingkan fungsi distribusi ketiga statistik yang sudah dikaji, maka akan
terdapat suatu perbedaan seperti tampak berikut.
Fungsi Distribusi Maxwell-Boltzmann
Ni 1

n B exp (  wi )

Fungsi Distribusi Bose-Einstein


Ni 1

n B exp (  wi )  1

Fungsi Distribusi Fermi-Dirac


Ni 1

n B exp (  wi )  1

Menentukan nilai B dan  , menentukan  dengan menggunakan hubungan


termodinamika dalam keadaan setimbang pada suatu proses dengan volume konstan,
sehingga:
dU  T dS

S  k ln W
S  k  N ln N  ln NNi  ln ZNi   wi Ni 
S  k  ln ZNi   wi Ni 
S  Nk ln Z  k U
Nk
S  Z  k U
Z

 S  Nk Z
   k
 U  Z U
 S  Nk Z 
  .  k
 U  Z  U
 S 
   k
 U 
 dS  1
   k   k
 dU  T

8
1
 …………………………………………..……………..
kT
………...(12)
Seperti yang telah diketahui bahwa dalam statistik Fermi-Dirac, terdapat

2H
jumlah kompartemen sebesar , dan dapat juga ditulis dengan persamaan seperti
h3
berikut.
2H
n
h3
2
n  3 dx dy dz dp x dp y dp z
h
2 1
d 6N  dx dy dz dp x dp y dp z
h B exp  w / kT   1
3

……………...(13)
Persamaan (13) menyatakan volume suatu ruang enam dimensi selanjutnya,
integrasi seluruh nilai x, y, dan z akan menghasilkan persamaan berikut.
2V 1
d 3N  dp x dp y dp z ……….…………...
h 3 B exp  w / kT   1

(14)
Persamaan (14) merupakan fungsi distribusi dalam ruang momentum tiga
dimensi. Langkah selanjutnya adalah menyatakan w dalam bentuk p atau sebaliknya
dan integrasi d 3 N untuk seluruh p.
Suku B exp  w / kT  akan bernilai sangat besar pada temperatur sangat
rendah dalam artian B exp  w / kT  >>1 akibatnya nilai 1 dapat diabaikan, sehingga
akan didapat formula untuk statistik Maxwell-Boltzmann. Gas elektron, metode
aproksimasi ini tidak dapat dilakukan, yang berarti bahwa nilai B harus ditentukan
dari persamaan (14).
Bentuk persamaan B pertama kali diturunkan oleh Sommerfeld untuk kasus B
kecil, dan didapat bentuk seperti berikut.
 wm
B  exp  

 kT 

9
Masukkan nilai B ini ke persamaan (14), maka akan didapat bentuk baru
seperti berikut.
2V 1
d 3N  dp x dp y dp z
h exp  ( w  wm ) / kT   1
3

  dp x dp y dp z ………………………………………...

(15)
Temperatur mendekati harga nol absolut (0 K), fungsi distribusi ini akan
menjadi sangat sederhana. Hal ini disebabkan pada suhu nol absolut wm  w ,
2V 1
d 3N  dp x dp y dp z
h exp  ( w  wm ) / kT   1
3

2V 1
d 3N  dp x dp y dp z
h exp(  )  1
3

2V
d 3 N  3 dp x dp y dp z
h
2V
 ……………………………………………………...
h3
(16)
Persamaan (16) menyatakan bahwa pada temperatur mendekati nol absolut,
kerapatan titik-titik representatif dalam ruang momentum merupakan nilai yang

2V
konstan, yaitu sebesar di dalam sebuah cell yang energinya w << wm. Jika
h3
w>>wm, maka persamaan (14) akan menjadi
2V 1
d 3N  dp x dp y dp z
h 3 exp  ( w  wm ) / kT   1
…………..
d 3 N  0 . dp x dp y dp z
 0

.(17)
Interpretasi fisis dari wm pada temperatur mendekati nol absolut atau sering
disebut dengan wm0 adalah merupakan energi maksimum dari elektron-elektron pada
temperatur mendekati nol absolut.

10
Persamaan yang menyatakan hubungan antara energi (w) dengan momentum
(p) adalah seperti berikut
1
m v2  w
2
m v 2  2w ……………………………...
m 2 v 2  2 wm
p 2  2 wm  p   2 m w
1
2

(18)
Energi maksimum elektron pada temperatur mendekati nol absolut (wmo)
berkaitan dengan momentum pada saat itu, di mana momentumnya (pmo) adalah
seperti berikut.

p mo   2 m wmo 
1
2 ………………………….…………...

(19)
Ungkapan secara geometri dapat dikatakan bahwa pada ruang momentum nol
absolut, populasi elektron secara uniform dalam sebuah bola yang jari jarinya pmo dan
tidak ada titik-titik fase di luar bola ini. Proses integrasi kerapatan untuk seluruh
ruang momentum dapat direduksi menjadi perkalian kerapatan konstan  0 dengan
volume bola yang jejarinya pmo. Perkalian ini sama dengan jumlah total dari elektron
(N).
2V 4
x  p mo  N
3

h3 3
8Vp mo
3

N ………...
3h 3
1
3 Nh 3  3 Nh 3  3
8Vp mo  3Nh  p mo  3   
3 3

8V  8V 
(20)
2
p
Diketahui bahwa wmo  mo dengan mensubstitusi persamaan (20) ke persamaan
2m

2
p
wmo  mo , maka akan diperoleh
2m

11
2/3
h 2  3N 
wmo    ……………………………………..
8m  V 

(21)
Nilai wmo ini dihitung secara numerik, maka akan didapat hasil seperti berikut.
2/3
h 2  3N 
wmo   
8m  V 
2/3
(6,62 x 10 34 ) 2  3 28 
wmo   x 5,86 x 10 
8 . 9 .10 31  
wmo  9 x 10 19 Joule

wmo  5,6 elektron  volt ………………………………..


(22)
Harga wmo  5,6 elektron  volt merupakan energi kinetik maksimum pada
elektron bebas pada temperatur sangat rendah mendekati nol absolut. Besarnya energi
rata-rata pada nol absolut adalah 3/5 dari energi maksimum elektron. Rata-rata ( w )
energi absolut ini yakni:
w  3 / 5 . 5,6 ev

w  3,46 ev  5,75 x 10 19 joule ………………………

…..(23)
Hasil yang diperoleh dari kajian menggunakan statistik Fermi-Dirac sangat
berbeda dengan hasil yang diperoleh dari kajian statistik Maxwell-Boltzmann.
Statistik Maxwell-Boltzmann, energi kinetik rata-rata dari molekul gas monoatomik

adalah 3 kT dan berharga nol pada temperatur nol absolut.


2
Selanjutnya, akan dicari besarnya wm untuk sebarang nilai temperatur selain
nol absolut. Hasil yang diperoleh Somerfed adalah seperti berikut.
 2  kT 
2

wm  wmo 1  
w 
  ...... ………………………..
 12  mo  
 

(24)
Temperatur adalah nol mutlak, maka wm akan direduksi menjadi wmo .
Semakin tinggi temperatur, maka perbadaan antara wm dan wmo akan semakin

12
kecil. Fungsi distribusi Fermi-Dirac ini dinyatakan dalam bentuk grafik, maka
terwujud grafik seperti berikut.

dNv x v y v z
dv x dv y dv z
T=0K

T1

wmo w

T2
Gambar 2. Distribusi dalam ruang momentum menurut statistik Fermi-Dirac

Fungsi distribusi kecepatan diperoleh dengan mengganti elemen momentum


(dpx) dengan d(mvx), (dpy) dengan d(mvy), dan (dpz) dengan d(mvz) oleh karena itu
akan terbentuk persamaan berikut.
2V 1
d 3N  dp x dp y dp z
h exp  ( w  wm ) / kT   1
3

2V 1
d 3 Nv x v y v z  3 dmv x dmv y dmv z
h exp  ( w  wm ) / kT   1

2Vm3 1
d 3 Nv x v y v z  dv x dv y dv z ……
h 3
exp  ( w  wm ) / kT   1

….(25)
2Vm 3 1
Suku yang merupakan koefisien dari elemen
h 3
exp  ( w  wm ) / kT   1

volume dv x dv y dv z adalah jumlah titik representatif per satuan volume atau disebut
juga dengan kerapatan dalam ruang kecepatan.
Fungsi distribusi kelajuan dapat diturunkan dari fakta bahwa distribusinya
adalah simetri bola. Dengan demikian, jumlah titik representatif dalam kulit tipis di
dalam ruang kecepatan dengan jejari v sama dengn hasil kali kerapatan di dalam
ruang kecepatan dengan volume kulit 4 v 2 dv .

13
Dengan demikian
8m 3V v2
dNv  dv ……………………….…
h3 exp  ( w  wm ) / kT   1

(26)

w  1 mv 2 , maka v 2  2 w , akibatnya persamaan (26) akan


2 m
menjadi

16m 2V w
dNv  dv …………………
h 3
exp  (1 / 2mv  wm ) / kT   1
2

…(27)
Temperatur nol absolut (T = 0 K), akan muncul persamaan-persamaan berikut :
dN v 8m 3V 2
 v  v  v mo  …………....
dv h3
(28)
dN v 16m 2V
 w  w  wmo  …………...
dv h3
(29)
dN v
0  v  v mo , w  wmo  …..
dv
(30)
Fungsi ditribusi kelajuan diplot pada gambar sebagai fungsi v (Gambar 3), dan fungsi
w (Gambar 4) pada temperatur nol Kelvin dan dua temperatur yang lebih tinggi
dN v
dv

T= 0 K

T1

vmo v

14
T2

Gambar 3. Fungsi distribusi kelajuan menurut statistik Fermi-Dirac


Makna fisis dari grafik distribusi kelajuan di atas adalah bahwa pada
temperatur nol absolut, kerapatan partikel yang berkelajuan v adalah maksimum,
sedangkan partikel partikel yang berada dalam suatu daerah bertemperatur T, di mana
T ≠ 0, maka kerapatan partikel tersebut akan menurun seiring dengan bertambahnya
kelajuan partikel.

dN v
dv

T= 0
K
T1

wmo w

T
Gambar 4. Fungsi
2 distribusi kelajuan
Makna fisis dari grafik ditribusi kelajuan sebagai fungsi energi seperti di atas
adalah pada tempratur nol mutlak, semua partikel masih memiliki energi sebesar
wmo dan kerapatan partikel bertambah seiring dengan pertambahan energi.
Sebaliknya pada temperatur selain nol mutlak (T≠0), kerapatan partikel menurun
seiring dengan pertambahan energi.
Fungsi distribusi kelajuan, terdapat juga fungsi distribusi energi. Fungsi
distribusi energi dapat dinyatakan sebagai berikut.

15
1
4V w 2
dNw  3  2m 
3
2 dw …………………
h exp  ( w  wm ) / kT   1
(31)
1
4V w2
 2m 
3
Suku 2 pada fungsi distribusi energi diplot
h3 exp  ( w  wm ) / kT   1
sebagai fungsi w pada Gambar 5 berikut
dN w
dw

T= 0
TK
1

w
wmo
Makna fisis dari grafik fungsi distribusi energi di atas adalah bahwa pada
T
temperatur nol Kelvin, partikel masih
2 memiliki energi sebesar wmo dan kerapatan
Gambar 5. Fungsi distribusi energi
partikel tiap perubahan kecil energi ( dw ) bertambah secara eksponensial seiring
dengan pertambahan energi sampai pada batas maksimum ( wmo ).
Memperoleh distribusi di dalam salah satu komponen kecepatan, misalnya v,

2Vm 3 1
kembali pada persamaan d Nv x v y v z 
3
dv x dv y dv z ,
h 3
exp  ( w  wm ) / kT   1

dan dengan melakukan integrasi pada pada seluruh nilai v y dan vz, sehingga diperoleh

2m 3V  
 
1
persamaan berikut. dNv x w 
h 3   
  exp  ( w  wm ) / kT   1
dv y dv z  dv x

…...........................…….(32)

Dengan w 
1
2
2 2 2
m vx  v y  vz . 

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Statistik Fermi-Dirac berlaku ketentuan yang lebih ketat seperti aturan
larangan Pauli dalam pengisian titik fase misalkan Ni menyatakan jumlah titik
fase dalam cell ke i.
3.1.2 Secara umum pernyataan untuk peluang termodinamika dari makrostate tertentu

n!
dalam statistik Fermi-Dirac adalah : W N
i !( n  N i )!

Ni 1
3.1.3 Fungsi distribusi Fermi-Dirac n  B exp ( wi )  1

3.2 Saran
Saran yang hendak kami sampaikan adalah untuk memudahkan dalam
pemahaman konsep statistik Fermi Dirac, hendaknya memahami terlebih dahulu teori

17
fungsi distribusi statistik Fermi Dirac dan dibantu dengan fisika matematika akan
mempercepat pemahaman dalam statistik Fermi Dirac.

18

Anda mungkin juga menyukai