PENDAHULUAN
1
Fisika Statistik
Pendekatan statistik mempunyai hubungan dengan thermodinamika dan gas
kinetik. Untuk sistem-sistem ini, energi partikel dapat ditentukan, salah satu
dengan menggunakan rata-rata statistik persamaan keadaan dari substansi dan
persamaan energi. Fisika statistik dilengkapi dengan interpretasi tentang konsep
entropi.
Mekanika statistik, tidak seperti teori kinetik, tidak mengulas secara detail
anggapan tentang tumbukan molekul antar molekul atau molekul dengan
permukaan dinding. Akan tetapi mengungkapkan fakta bahwa molekul-molekul
yang sangat banyak dan sifat-sifat rata-rata sejumlah molekul yang besar yang
dapat dihiutng tanpa informasi yang detail tentang molekul tertentu. Mekanika
statistik menghindari perincian mekanis gerak melokular dan hanya berurusan
segi energi molekul. Mekanika statistik sangat mengandalkan pada teori peluang,
tetapi lebih sederhana matematiknya daripada teori kinetik walaupun konsepnya
lebih sulit. Hanya keadaan setimbang saja yang dibahas.
Berbeda dengan teori kinetik, untuk memahami gejala-gejala thermodinamika
dengan pendekatan yang lebih banyak memanfaatkan sifat-sifat statistik benda
banyak. Molekul-molekul gas misalnya kita pelajari sebagai kumpulan benda
banyak tanpa menghiraukan perangai masing-masing molekul satu persatu.
2
Fisika Statistik
1.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam menulis makalah ini adalah metode
kajian pustaka. Dalam metode kajian pustaka penulis menggunakan buku-buku
sumber dan internet yang relevan dengan materi yang dibahas dalam makalah.
3
Fisika Statistik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Entropi dan Probabilitas (Peluang).
2.1.1 Entropi (S)
Telah diketahui bersama bahwa entropi (S) adalah salah satu variabel dalam
termodinamika. Dimana entropi lebih banyak dibahas dalam penerapan hukum ke dua
termodinamika. Dalam hal ini hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi
mengatakan, "Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu keadaan
kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak
di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin
besar". Jadi dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa entropi adalah ukuran
ketidakteraturan sistem atau secara sederhana bisa dikatakan sebagai suattu derajat
ketidakberaturan atau derajat kehancuran. Jika entropi sistem meningkat, komponen
sistem menjadi semakin tidak teratur, random dan energi sistem lebih terdistribusi
pada range lebih besar Sdisorder > Sorder.
Pada persamaan () menyatakan jumlah titik fase Ni di dalam cell ke i di dalam
ruang fase untuk makrostate dengan peluang maksimum. Dari sudut pandang
termodinamika, keadaan seimbang untuk sistem tertutup memiliki entropi maksimum.
Jika sistem tidak seimbang maka akan terjadi perubahan dalam sistem sampai entropi
maksimum tercapai. Jadi, di dalam keadaan seimbang baik entropi dan peluang
termodinamika mempunyai harga maksimum, yang mana akan dapat digunakan
sebagai dasar memprediksi korelasinya. Dalam hal ini dapat dicari korelasinya yaitu
antara S dan W dengan meninjau dua buah sistem A dan B yang serupa yang
bersentuhan secara termal. Pada sistem A terdapat kondisi dengan besar entropi S A
dan peluang termodinamik WA, dan untuk sistem B terdapat kondisi dengan besar
entropi SB dan peluang termodinamik WB. Karena entropi merupakan perubahan
ekstensif, maka entropi total sistem gabungan adalah:
Stotal = Sfinal – Sinitial …………………………………………(37)
Jadi seperti halnya energi dalam atau entalpi, entropi (S) juga fungsi keadaan
yaitu hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir tidak pada bagaimana proses
terjadinya yaitu: Jika entropi meningkat maka Stotal akan negatif, sebaliknya jika
entropi turun, maka Stotal akan positif.
4
Fisika Statistik
Sedangkan untuk peluang termodinamikanya, perumusannya adalah:
Wtotal = WA .WB ……………………….…………………(38)
Jika kita ambil dalam hal ini S = f (W), maka:
f (WAWB) = f (WA) + f (WB). ……………………………………(39)
Satu-satunya fungsi yang dapat memenuhi hubungan antara entropi (S) dengan
Peluang termodinamik (W) adalah logaritma, maka dapat dituliskan persamaannya
yaitu:
S = k ln W ……………………………………………………….(40)
Dengan:
K adalah konstanta Boltzman = 1, 381 x 10-23 J/K atau 8, 617 x 10-5 eV/K.
S adalah entropi.
W adalah peluang termodinamik.
Dari sudut pandangan mekanika statistik dapat diinterpretasikan bahwa
kenaikan entropi di dalam sistem tertutup adalah sebagai konsekuensi kecendrungan
alamiah sebuah sistem dari keadaan kurang mungkin menjadi lebih mungkin.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal,
dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya
semakin besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu
daerah bervolume V adalah sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka
semakin besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di dalam V.
Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah, pers.
(40):
W1 = c V ……………………………………………….(41)
6
Fisika Statistik
masing-masinggas yang telah rangkap (pada temperatur konstan, jika gas adalah
ideal).
Di dalam ekspansi adiabatik reversible dari gas, volume bertambah tetapi
temperatur berkurang. Entropi yang tersisa adalah konstan, dengan demikian ketidak
teraturan juga tetap. Peningkatan ketidak teraturan sebagi akibat penambahan volume
dikonpensasi dengan penurunan ketidak teraturan akibat dari pemancaran kecepatan
yang lebih kecil pada suhu yang lebih rendah.
Menurut hukum termodinamika, proses ini hanya dapat terjadi di dalam sistem
tertutup untuk entropi yang membesar atau di dalam limit yang tersisa konstan. Setiap
proses dalam mana entropi akan berkurang merupakan sesuatu yang dilarang. Kita
lihat bahwa penjelasan statistik dalam menginterpretasikan entropi merupakan
pernyataan dogmatis yang harus dimodifiskasi. Misalnya sebuah sistem dalam
keadaan peluang termodinamika maksimum atau entropi maksimum. Keadaan ini
bukanlah statis karena perubahan kontinue titik fase di dalam ruang fase. Kadang-
kadang sebuah keadaan akan menghasilkan peluang dan juga entropi kurang dari
harga maksimum. Perubahan kecil lebih mungkin dari pada perubahan besar, namun
perubahan besar tersebut tidak mungkin. Kita akan membahas permasalahan ini lebih
detail di dalam topik fluktuasi.
Marilah kembali pada persamaan () S = k ln W. berdasarkan persamaan () dan
persamaan (), maka diperoleh:
ln W = N ln N – Σ Ni ln Ni
= N ln N – Σ Ni (ln N – ln Z - βwi)
= N ln N – ln N Σ Ni + ln Z Σ Ni + β Σ Ni wi ………………(43)
Karena Σ Ni = N dan β Σ Ni wi sama dengan energi internal U. Dengan demikian:
S = k ln W = N k ln Z + k β U ……………………………………..(44)
Berdasarkan uraian diatas, konsep temperatur tidak muncul di dalam
pengembangan teori statistik. Hal itu sekarang dapat dikumukakan sebagai berikut.
Berdasarkan prinsif termodinamika dari hubungan:
U S 1
T atau …………………………………..(45)
S V U V T
Berdasarkan persamaan (44), maka diperoleh:
S Nk Z
k kU
U V Z V U U
7
Fisika Statistik
= k β ………………………………………………………..(46)
U
Dengan:
Z
UZ / N ………………………………………………...(47)
U V
Berdasarkan persamaan (46) dan (47), maka diperoleh:
β = 1/kT
sekarang konstanta β dapat ditentukan. Dengan demikian seperangkat persamaan yang
melibatkan β dapat dituliskan kembali yaitu:
Jumlah titik-titik di dalam cell ke I dapat dinyatakan dalam bentuk T.
N
Ni exp ( wi / k T ) ……………………………………………(48)
Z
Dengan Z menyatakan fungsi partisi, yang dirumuskan sebagai:
Z = Σ exp (- wi / kT )……………………………………………….(49)
Energi internal sistem U adalah:
N
U = Σ wi Ni =
Z
w i exp ( wi / kT )
8
Fisika Statistik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
9
Fisika Statistik
DAFTAR PUSTAKA
Sujanem, R. 2004. Fisika Statistik Bagian 2. Buku ajar. IKIP N Singaraja. Tidak
diterbitkan.
10
Fisika Statistik