Anda di halaman 1dari 14

2.

2 Persiapan pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan


1. Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat
dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau
sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepada pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika
pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.3 Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan


Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM,
tanyakan umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra
Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum :
jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
1. Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur dalam tahun
2. Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
Da = n / 20 + Dd ( mg )
n = umur dalam tahun
3. Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
4. Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
5. Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
6. Clark
Untuk umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
7. Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal
2.4 Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik kebidanan
1. Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku obat
b. bat dan tempatnya
c. Air minum ditempatnya
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja,
dan tepat pendokumentasian.
4) Bantu untuk meminumnya:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan
tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5) Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan
mencatat hasilpemberian obat
6) Cuci tangan

2. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan


Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan
Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi
jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat injeksi
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
d. Kondisi atau penyakit klien
e. Pasien yang benar
f. Obat yang benar
g. Dosis yang benar
h. Cara atau rute pemberian obat yang benar
i. Waktu yang benar
Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah
lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
Alat dan bahan:
a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit 1 cc / spuit insulin
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
i. Jarum cadangan
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3) Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan
keataskan
4) Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
instrument atau injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11) Catat reaksi pemberian
12) Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.
Daerah Penyuntikan
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan
tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.

3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan


Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu
jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular )
dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat
atau juga termasuk tipe lambat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat injeksi
b. Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
c. Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
d. Kondisi atau penyakit klien
e. Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
f. Obat yang akan diberikan harus benar
g. Dosisb yang akan diberikan harus benar
h. Cara atau rute pemberian yang benar
i. Waktu yang tepat dan benar
Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak
memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan
tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau
minyak.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka
pada bak injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam
bengkok.
11) Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.
12) Cuci tangan
Daerah Penyuntikan
Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina
Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
4. Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika
( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis
( kepala ).
Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Hal-hal yang diperhatikan
· Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
· Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
· Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
· Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
· Kondisi atau penyakit klien.
· Obat yang baik dan benar
· Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
· Dosis yang diberikan harus tepat.
· Harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1 cc / spuit insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Karet pembendung
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan.
Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang
akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung
diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit yang berisi obat
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh
darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
obat hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan
dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14. Cuci tangan.

5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )


Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah
cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapetik dalam darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam
botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d. Obat yang baik dan benar.
e. Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
f. Dosis yang diberikan harus tepat.
g. tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan ( kantong / botol )
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan
perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7. Pemberian Obat per Intramuskuler


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada
daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi
tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat injeksi.
b. Jenis spuit dan jarum yang digunak
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d. Kondisi atau penyakit klien.
e. Obat yang tepat dan benar.
f. Dosis yang diberikan harus tepat.
g. Pasien yang tepat.
h. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm,
anak panjang : 1,25-2,5cm.
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan
pada bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6) Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah
d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus.
8) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan-lahan hingga habis.

2.5 Pencegahan injury pengobatan dalam praktek kebidanan


Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara
berlebihan terhadap obat yang digunakan.
· Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
· Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan kondisi/respon organ-organ
dalam/luar.
· Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat menimbulkan alergi bukan karena zat
tambahan didalamnya.
· Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara yaitu hanya dengan menghentikan
pemakaian obat tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dari efek.
· Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
· Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat
tertentu membuat tubuh alergi atau yang dicurigai menimbulkan alergi, akan sangat bagus atau
baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis mengenai penggunaan obat dan apa yang
dialami tubuhnya.
2.6 Teknik penyimpanan obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak
atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang
berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh
beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh)
pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

Teknik penyimpan obat dapat dibagi menjadi 2 yaitu :


· Secara Umum
Cara penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika
tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Peralatan penyimpanan obat secara umum memerlukan :
1. Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan
2. Lantai dilengkapi dengan palet
· Secara Khusus
Penyimpanan obat yang secara khusus juga perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena
dalam suhu kamar akan mencair.
2. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat
menyebabkan ledakan.
Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi
khusus diantaranya :
1. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
2. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
3. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik dan obat
berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan
pengunjung
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk memudahkan
pengawasan, yaitu :
1. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan
terkunci.
2. Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
3. Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang
berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik. Cairan ini
disimpan terpisah dari obat-obatan.
Syarat ruang penyimpanan menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/ SK/X/2004 adalah
ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya, kelembaban,
fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas, kondisi khusus untuk
ruang penyimpanan :
- Obat termolabil
- Alat kesehatan dengan suhu renda

2.7 Hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian obat pada ibu hamil
a. Sedapat mungkin hindari penggunaan obat terutama pada trimester pertama kehamilan.
Upayakan terapi non farmakologik (dilakukan terapi dengan menghindari pemberian obat-
obatan)
b. Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan resikonya.
c. Hindari obat baru, karena datanya masih terbatas.
d. Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui
e. Utamakan monoterapi (maksudnya, penggunaan satu jenis obat untuk pengobatan suatu
penyakit)
f. Gunakan dosis efektif yang terendah, tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan fisiologis ibu
selama masa kehamilan akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga pada beberapa obat
mungkin perlu peningkatan dosis untuk mempertahankan kadar terapeutiknya.
g. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin.
h. hidari obat yang bersifat teratogen pada wanita usia produktif.
i. Jika obat yang digunakan kuat dapat menyebabkan kecacatan, maka lakukan USG.

2.8 Mengatasi seseorang dengan obat dosis tinggi atau overdosis


a. Membersikan perut dengan cara mencuci lambung (memompa perut untuk mengeluarkan obat
secara mekanis tidak diserap dilambung, biasanya dengan mendorong tubuh untuk muntah.
b. Mengkonsumsi arang aktif (mudah dibeli ditoko). Karena arang aktif bisa membantu mengikat
dan menjaga obat dalam lambung serta usus sehingga mengurangi jumlah obat yang diserap
kedalam darah.
c. Jika kondisi semakin memburuk/timbulnya gejala lain segera hentikan mengkonsumsi obat dan
mintalah bantuan tenaga medis untuk mengatasinya.
d. Untuk overdosis obat tertentu kadang diperlukan obat-obatan lainnya sebagai penangkal untuk
mengembalikan efek yang timbul dan mencegah kerugian lebih lanjutdari obat yang sebelumnya
dikonsumsi.

2.9 Macam-macam tingkat kesedaran


· Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
· Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
· Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
· Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
· Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
· Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).
2.10 Macam-macam Cairan
1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk
darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam
fisiologis.
2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah
albumin dan steroid.

BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi didalam
tubuh, tetapi obat juga bisa menjadi racun apabila penggunaanya tidak memperhatikan dosis
atau takaran obat, yang bias menyebabkan overdosis,untuk itu kita harus mengetahui macam-
macam dosis, yaitu :
1. Dosis lazim
Yaitu dosis yang tercantum dalam literatur,merupakan dosis yang lazimnya dapat
menyembuhkan pembuatan sesuai kompetensi resep dokter.
2. Dosis taksis
Yaitu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan keracunan pada penderita
3. Dosis letails
Yaitu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian.
Tehnik pemberian obat diantaranya yaitu :
A. Peberian obat peroral
B. Pemberian obat suplingual
C. Pemberian obat secara bulcal
D. Pemberian obat secara parental / injeksi: injeksi intradermal, injeksi subkutan, injeksi
intramuscular, injeksi intravena
E. Pemberian obat secara topical, yaitu pemberian obat mata, pemberian obat tetes telinga,
pemberian tetes hidung, pemberian obat melalui vagina
Adapun persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian
obat,diantaranya:
1. Tepat obat
2. Tepat dosis
3. Tepat pasien
4. Tepat jalur pemberian
5. Tepat waktu
Cara untuk menghindari terjadinya alergi obat, maka :
· Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter ( tenaga medis)
· Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat
tertentu membuat tubuh alergi atau yang di curigai menimbulkan alergi, akan sangat baik jika
setiap orang memiliki catatn tertulis mengenai penggunaan obat dan apa yang di alami tubuhnya.
· Hindari mengonsumsi obat yang tidak di perlukan
· Untuk mengentikan alergi obat hanya dengan 1 cara yaitu dengan menghentikan pemakaian obat
tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dengan efek
Teknik penyimpana obat dengan memperhatika 3 faktor, yaitu :
1. Suhu adalah faktor penting, karena obat bersifat termolabil atau berubah karena panas, untuk itu
perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda- beda
2. Posisi adalah letak yang harus di perhatikan ( pada tempat yang terang letak setinggi mata,
bukan tempat umum dan tercuci )
3. Kadaluarsa, dapat di hindari dengan cara rotasi stop, di mana obat baru di letakkan di belakang,
yang lama di ambil duluan. Perhatikan perubahan warna ( dari bening menjadi keruh ) pada
tablet menjadi basah dan rusak.

REFERENSI
· Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Salemba Medika.Jakarta.
· Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Kebutuhan Dasar Manusia Buku Saku
Praktikum.EGC.Jakarta.
· Sunarsih & Ambarwati, RE.2011.KDPK KEBIDANAN Teori & Aplikasi.Nuha
Medika.Yogjakarta.
· Diana.2006.Kamus Kedokteran Lengkap.Serba Jaya.Surabaya.
· http://howtobealuckyperson.blogspot.com/2012/11/cara-penyimpanan-obat.html
Diakses pada 22 Febuari 2013 : 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai