Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari bentuk arsitektorat kulit


bumi serta gejala-gejala yang menyebabkan pembentuknya. Beberapa ahli memberi
sinonim geologi struktur dengan geologi tektonik, atau geotektonik. Perbedaan
antara sinonimsinonim tersebut terletak pada penekanan masalah yang dipelajari
dan skalanya.
Geologi struktur lebih cenderung pada geometri batuan dengan skala kecil
(lokal atau regional), sementara yang lain lebih cenderung pada gaya-gaya dan
pergerakan yang menghasilkan struktur geologi. Pengertian tersebut dapat
diuraikan dari akar kata geotektonik yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari
kata geo yang berarti earth (bumi) dan tekton yang berarti builder
(pembangun/pembentuk).

Dalam hal ini akan mengkaji tentang singkapan batuan yang terdapat di
Desa Tanjung Kramat Kec. Botupingge Kota Gorontalo. Ditempat ini mahasiswa
diharapkan dapat mendeskripsikan secara langsung singkapan b atuan, mulai dari
pengambilan data yang berupa foto parameter singkapan, pengambilan sampel dan
mendeskripsikan batuan, serta geomorfologi singkapan yang ada di daerah tersebut,
hingga penyusunan laporan secara kronologis. Mahasiswa diharapkan dapat aktif di
lapangan baik dalam segi kelompok maupun individu. Hal utama yang melatar
belakangi pelaksanaan kegiatan praktikum lapangan ini adalah sebagai persyaratan
kelulusan mata kuliah Geologi Struktur.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum lapangan Geologi Struktur ini,
yakni :
a) Mampu melakukan deskripsi dan Stuktur geologi suatu daerah penelitian.
b) Mampu memberikan informasi mengenai macam-macam struktur geologi.
c) Dapat menggunakan peralatan geologi dalam melakukan analisis singkapan.
d) Dapat membedakan ciri-ciri struktur geologi suatu daerah penelitian.
e) Mampu membuat lintasan geologi penelitian.

1
1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum geologi struktur ini, yaitu :

a) Mahasiswa dapat melakukan deskripsi struktur geologi di suatu daerah


praktikum.
b) Mahasiswa dapat memberikan informasi mengenai macam-macam struktur
geologi.
c) Mahasiswa dapat menggunakan peralatan geologi dalam melakukan analisis
singkapan.
d) Mahasiswa dapat membedakan ciri-ciri struktur geologi suatu daerah
penelitian.
e) Mahasiswa dapat membuat lintasan geologi penelitian.

1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Kegiatan praktikum lapangan Mata Kuliah Geologi Struktur ini


dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 23 November 2018. Lokasi praktikum
lapangan ini berada di desa tanjung kramat, Kecamatan Hulontalangi, Kota
Gorontalo dan Desa Ayuhula, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo.

Adapun lokasi penelitian ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat memakan waktu sekitar 40 sampai dengan 60 menit.
Selanjutnya pada saat melakukan pengamatan dan pengukuran lintasan kompas
dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang singakapan yang dilalui.

Lokasi 1

Lokasi 2

Gambar 1.1. Lokasi 1 dan 2 daerah praktikum

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiografi Regional

Secara fisiografis Gorontalo dapat dibedakan ke dalam empat zona


fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara Tilongkabila-Boliohuto, Zona
Dataran Interior Paguyaman-Limboto, Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-
Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato (Bramantyo : 2006).

Zona Pegunungan Utara Tilongkabila-Boliohuto umumnya terdiri dari


formasi- formasi batuan gunungapi berumur Miosen-Pliosen (kira-kira 23 juta
hingga 2 juta tahun yang lalu). Umumnya terdiri dari batuan beku intermediet
hingga asam, yaitu batuan-batuan intrusif berupa diorite, granodiorit, dan beberapa
granit. Batuan lainnya merupakan merupakan batuan sedimenter bersumber dari
gunungapi terdiri dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.

Dataran interior Paguyaman-Limboto merupakan dataran yang cukup


luas yang terbentang dari Lombongo sebelah timur Kota Gorontalo, menerus ke
Gorontalo, Danau Limboto, hingga Paguyaman, dan Botulantio sebelah barat,
merupakan pembagian yang jelas antara pegunungan utara dan selatan. Dataran ini
merupakan cekungan yang diduga di kontrol oleh struktur patahan normal seperti
dapat diamati di sebelah utara Pohuwato di pegunungan Dapi-Utilemba, atau di
utara Taludaa di gunungapi, Bone. Menurut Peta Geologi Lembar Tilamuta
(Bachri, dkk. 1993), sejak 2 juta tahun yang lalu (Pleistosen), merupakan danau
yang sangat luas. Pada Plio-Pleistosen, perbukitan sekeliling Danau Limboto
adalah laut dangkal dengan terumbu karang, seperti taman wisata Olele (2 juta
tahun yang lalu).

Zona Pegunugan Selatan Bone-Tilamuta-Modello umumnya terdiri


dari formasi-formasi batuan sedimenter gunungapi berumur sangat tua di
Gorontalo, yaitu Eosen–Oligosen (kira-kira 50 juta tahun yang lalu) dari
intrusi-intrusi diorite, granodiorit, dan granit berumur Pliosen. Batuan
gunungapi tua umumnya terdiri dari lava basalt, lava andesit, breksi, batu pasir
dan batu lanau, beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfisme
seperti halnya di utara.

Zona Dataran Pantai Pohuwato adalah zona yang relatif terbatas di


Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang terbentang dari Marisa di timur
hingga Torosiaje dan perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan
aluvial pantai yang sebagian besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona

3
pasang- surut. Hingga sekarang, di bagian selatan masih di dapati rawa-rawa bakau
(Mangrove) yang luas.

2.2 Struktur Geologi Regional

Secara tektonik/struktur dan sejarah perkembangannya, Pulau Sulawesi


dibagi dalam 4 mintakat geologi (Endarto dan Surono, 1991 dalam Kharudin dkk
2011) yaitu busur vulkanik Sulawesi Barat, kontinental kerak Banggai Sula,
oseanik kerak Sulawesi Timur dan kompleks metamorf Sulawesi Tengah.
Keempat mintakat tersebut dipisahkan oleh batas–batas tektonik yang saling
mempengaruhi satu sama lain Secara regional, Pulau Sulawesi mendapat
tekanan dari luar sehingga terjadi deformasi secara terus menerus, seperti tekanan
dari Laut Flores di bagian selatan mengaktifkan patahan Palu-Koro dan Walanea,
Banggai-Sula dan Laut Banda dari timur mengaktifkan patahan Matano, Batui,
Lawanoppo dan Kolaka, Laut Sulawesi dari utara mengaktifkan subduksi laut
Sulawesi dan patahan Gorontalo dan aktivitas gunung api di utara serta tekanan
dari lempeng Laut Maluku dari timur menimbulkan gempa dan gunung api di
Sulawesi Utara. Dari fenomena tersebut diatas Pulau Sulawesi terdapat
empat buah patahan transcurrent yaitu Sorong–Matano transcurrent bersifat
sinistral, Palu-Koro transcurrent bersifat sinistral, Gorontalo transcurrent
bersifat destral, dan Walanea transcurrent bersifat sinistral. (Kaharudin dkk.
2011).

Pulau Sulawesi memiliki sedikitnya sembilan unsur tektonik dan struktur


yaitu patahan Walanea, patahan Palu-Koro, patahan Matano-Lawanoppo, patahan
Kolaka, patahan Paternoster, patahan Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak,
subduksi lempeng Laut Sulawesi dan subduksi lempeng Maluku. ( Kaharudin
dkk. 2011 : 3).

Gambar 2.2 Peta tektonik dan struktur Sulawesi (Silver : 1983).

4
2.3 Stratigrafi Regional

Menurut Bachri dkk (1993), satuan batuan tertua di Lembar Tilamuta adalah
Formasi Tinombo (Teot) dengan penyusun utama berupa batuan gunungapi
berselingan dengan batuan sedimen dan sedikit batuan malihan lemah. Batuan
gunungapi terdiri dari lava basal, lava andesit dan breksi gunungapi. Batuan
sedimen terdiri dari batupasir wake, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah
dan batugamping abu-abu. Sebagian dari batuan sedimen ini mengalami pemalihan
derajat rendah. Formasi ini terbentuk pada lingkungan laut dalam dan diperkirakan
berumur Eosen hingga Oligosen. Secara tak selaras formasi ini ditindih oleh
Formasi Dolokapa (Tmd), Formasi Randangan (Tmr) dan Batuan Gunungapi
Bilungala (Tmbv). Ketiga satuan batuan tersebut diperkirakan beerumur Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir. Formasi Dolokapa dan Batuan Gunungapi Bilungala
berhubungan menjemari, sedangkan hubungannya dengan Formasi Randangan
tidak diketahui.

Batuan Gunungapi Pani (Tppv) dan Breksi Wobudu (Tpwv), keduanya


diduga berumur Pliosen Awal dan menindih takselaras satuan batuan yang berumur
lebih tua. Tak selaras di atas satuan batuan tersebut, terendapkan Formasi Lokodidi
(TQls), Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), dan batugamping klastika (TQl) yang
berumur Pliosen Akhir sampai Pliosen Awal.

Diperkirakan pada Plistosen Awal terbentuk Endapan Danau (Qpl),


Endapan Sungai Tua (Qpr. Pada Miosen Awal hingga Miosen Tengah, Diorit Bone
(Tmb) menerobos Batuan Gunungapi Bilungala. Diorit Boliohuto (Tmbo) berumur
Miosen Tengah hingga Miosen Akhir, dan menerobos Formasi Dolokapa.
Granodiorit Bumbulan (Tpbg), yang diperkirakan berumur Pliosen menerobos
Batuan Gunungapi Pani. Sejumlah retas basal (Tb) dan andesit (Ta), yang berumur
Miosen Awal sampai Pliosen banyak dijumpai menerobos Formasi tinombo,
Formasi Dolokapa, Breksi Wobudu, dan Batuan Gunungapi Pinogu.

Berdasarkan stratrigrafi, susunan batuan yang membentuk Sulawesi Utara


dari tua ke muda adalah; Batu gamping Gatehouse, Batu lumpur Rumah kucing,
Batu gamping Ratatotok, Intrusi Andesit Porfiri, Vulkanik Andesit, Epiklastik
Vulkanik dan Aluvial Endapan sungai dan Danau. (Sompotan 2012).

2.4. Konsep Dasar Pengolahan Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa


(arsitektur) batuan dari kerak bumi, yang meliputi :
- geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat simetri, dan
- komponen atau unsur yang membentuknya

5
Pada berbagai ukuran (skala) dari skala batuan, singkapan hingga regional,
yang merupakan hasil dari proses pembentukannya (kejadian) atau karena
perubahan akibat deformasi. Didalam geologi struktur terutama mempelajari bentuk
batuan akibat deformasi serta proses yang menyebabkannya.Deformasi adalah
perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan akibat pengaruh gaya
(tektonik) yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi didefinisikan menjadi empat pergerakan :
- Dilatasi, adalah perubahan volume (gambar 3.1A)
- Translasi, adalah perubahan posisi (gambar 3.1B)
- Rotasi, adalah perubahan orientasi (gambar 3.1C)
- Distorsi, adalah perubahan bentuk (gambar 3.1D)

Gambar 2.3. Jenis – Jenis Deformasi

(Structural Geology of Rock and Region. Davis, 1984)

Ada dua cara suatu batuan terdeformasi, yaitu, deformasi brittle (getas pecah)
dan Deformasi ductile (kenyal plastis).
Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumidapat bersifat:

1. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat
bersifat, tarikan (tension) dan tekanan (compression)
2. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu bidang (couple)
3. Berlawanan arah tetapi bekerja pada kedua ujung bidang (torsion)
4. Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang umumnya
berlangsung dalam kerak bumi (tekanan lithostatis)

Dalam geologi struktur kita mengenal apa yang dinamakan analisis yang
bertujuan untuk merekontruksi struktur-struktur geologi. Analisis- analisis tersebut
adalah :

6
1. Analisis deskriptif, yaitu mengenal unsur struktur geologi, memerikan
(mendeskripsi) yang meliputi sifat fisik dan geometrinya, mengukur
kedudukan dan menggambarkannya pada peta dan penampang.
2. Analisis kinematik, yaitu mengamati perubahan yang terjadi pada
batuan (deformasi), yang berhubungan dengan pembentukan struktur.
Analisis dinamik, yaitu mempelajari proses deformasi yang bekerja/yang
berpengaruh pada batuan, membahas tentang besaran dan arah gaya (force) dan
tegasan (stress), serta interpretasi tentang mekanisme yang membentuk unsur
struktur geologi.

2.4.1 Struktur Rekahan

Kekar adalah struktur rekahan yang belum/tidak mengalami pergeseran.


Kekar dapat terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan pembenntukan
batuan, misalnya kekar kolom dan kekar berlembar pada batuan beku) maupun
secara sekunder (setelah proses pembentukan batuan, umumnya merupakan kekar
tektonik). Beradasarkan genesanya kekar dapat dibagi menjadi :

a) Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan kompresif
(Compessive stress).
b) Tension joint (kekar tarik), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan tarikan
(tension stress), yang dibedakan menjadi :
- Extension joint, terjadi akibat peregangan/tarikan
- Release joint, terjadi akibat hilangnya tegasan yang bekerja.

Pola tegasasan yang membentuk kekar-kekar tersebut terdiri dari tegasan


utama maksimum, tegasan menengah, dan tegasan minimum. Tegasan utama
maksimum membagi sudut lancip yang dibentuk oleh kedua shear joint, sedangkan
tegasan utama minimum membagi sudut tumpul yang dibentuk oleh kedua shear
joint.

Kekar berdasarkan kedudukan terhadap bidang lain:


1. Dip joint
Jurusnya relatif sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan
2. Strike joint
Jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan
3. Bedding joint
Bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan di sekitarnya
4. Diagonal joint
Jurusnya memotong miring bidang perlapisan batuan sekitarnya

7
Gambar 2.4. Jenis kekar berdasarkan kedudukannya.

Analisa menggunakan Stereonet (Wulf Net) digunakan untuk menganalisa


kekar-kekar dengan kedudukan yang bervariasi. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
pertama ploting data shear ke dalam diagram stereonet. Selanjutnya mencari
kedudukan umum kekar dengan diagram kontur. Perpotongan kedua shear joint
adalah tegasan menengah σ2. Kemudian σ2 diletakkan pada garis East-west,
kemudian membuat bidang bantu yaitu 900 dari σ2 melewati pusat dihitung pada
pembagian skala yang terdapat di garis EW. Apabila perpotongan antara bidang
bantu dengan kedua shear joint membentuk susut lancip, maka sudut baginya adalah
σ1 dan σ3 dibuat 900 dari σ1 pada bidang bantu. Apabila hasil perpotongan
membentuk sudut tumpul maka sudut baginya adalah σ3 dan σ1 dibuat 900 dari σ3
pada bidang bantu.

Gambar 2.5 wulf net

8
2.4.2. Struktur Sesar

Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran melalui bidangnya. Suatu sesar dapat berupa bidang sesar (fault plane), atau
rekahan tunggal. Tetapi lebih sering berupa jalur sesar (fault zone), yang terdiri dari
lebih dari satu sesar. Jalur sesar atau gerusan (shear), mempunyai dimensi panjang dan
lebar yang beragam, dari skala minor atau sampai puluhan kilometer. Kekar yang
memperlihatkan pergeseran dapat pula dikatakan sebagai Sesar Mikro/Minor
(Microfault). Rekahan yang cukup besar pada permukaan akibat regangan, amblesan
(subsidence), longsor, yang disebut sebagai Fissures, tidak termasuk dalam definisi
sesar. Sesar yang terjadi pada daerah yang cukup dalam, pada kondisi temperatur dan
tekanan tinggi akan berkembang sebagai Jalur Gerusan (Shear zones).

Analisa menggunakan stereonet (Wulf Net) digunakan untuk mengetahui


kinematik pergerakan pergesarakan sesar dan penentuan jenisnya. Langkah-
langkahnya yaitu: pertama Mengeplot kedudukan umum SF dan EF. Perpotongan
antara SF dan EF adalah titik σ2. Selanjutnya σ2 diletakkan di sepanjang W-E
stereonet, kemudian menghitung ke arah pusat stereonet, kemudian buatlah busur
melalui titik 900 tersebut maka didapat bidang bantu (garis putus-putus). Pepotongan
EF dengan bidang bantu adalah σ1. Selanjutnya Plot data bidang sesar. Perpotongan
bidang sesar dengan bidang bantu adalah net slip. Ukur kedudukan bidang sesar dan
rake net slip. Kemudian Plot arah pergeseran pada net slipnya (simbol pergeseran
sesar).

Gambar 2.6. Diagram klasifikasi sesar translasi menurut Rickard, 1972

9
Perdefinisian sesar adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergerakan
sejajar bidangnya.Umumnya tidak mungkin untuk mengetahui gerak sebenarnya
sepanjang sesar dan bagian mana yang bergerak karena bergeraknya sudah berlangsung
pada waktu lampau. Dalam klasifikasi sesar dipergunakan pergeseran relatif, karena
tidak tahu blok mana yang bergerak. Satu sisi sesar bergerak ke arah tertentu relatif
terhadap sisi lainnya. Pergeseran salah satu sisi melalui bidang sesar membuat salah
satu blok relatif naik atau turun terhadap lainnya. Blok diatas bidang sesar disebut
hanging wall, sedangkanyang di bawah disebut foot wall. (Noor Aziz, 2005)
Beberapa bukti adanya sesar adalah:

a) cermin sesar dan gores garis


b) pergeseran bidang pelapisan batuan, urat, dsb.
c) zona hancuran atau breksiasi
d) perulangan lapisan yang sama
e) hilangnya lapisan yang seharusnya ada (disebut hiatus)
f) bukti-bukti fisiografi, misalnya kelurusan sungai, gawir sesar, dsb.

Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya


disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Berdasarkan
pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis, yaitu sesar mendatar
(Strike slip faults), sesar naik (Thrust faults), dan sesar turun (Normal faults).
(Djauhari, 2008)

Gambar 2.7. Gambar blok diagram dari Sesar

1. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar,
blok bagian kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok bagian

10
kanannya. Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi
menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu: (1). Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar
menganan) dan (2). Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar
Mendatar Dextral adalah sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah
perputaran jarum jam sedangkan Sesar Mendatar Sinistral adalah sesar yang
arah pergeserannya berlawanan arah dengan arah perputaran jarum jam.
Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar atau
pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip / oblique). Sedangkan
bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horisontal.
2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser
ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang
sesarnya. Pada umumnya bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil
dari 450.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran blok
batuan akibat pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar normal terjadi
sebagai akibat dari hilangnya pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke posisi
seimbang (isostasi). Sesar normal dapat terjadi dari kekar tension, release
maupun kekar gerus.
Sesar berdasarkan rake net slip:
a. Strike slip fault : Arah gerakan sejajar bidang sesar
b. Dip slip fault : Arah gerakan teka lurus bidang sesar
c. Diagonal fault
Berdasarkan pergerakan sesar:
1. Stick slip (tidak kontinyu)
Sesar yang bergerak secara tiba-tiba dengan menyimpan energi besar
seperti ini menyebabkan terjadinya gempa bumi.
2. Stable sliding (kontinyu)
Disebabkan oleh adanya fluida yang menyebabkan gerakan terus
berlangsung.

11
Gambar 2.8. Arah tegasan yang bekerja pada patahan (Anderson, 1951)

2.4.3 Struktur Lipatan

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis
bidang didalam bahan tersebut. Pembentukan lipatan dapat dapat terjadi melalui proses
:

a) Buckling, yaitu karena proses penekanan lateral dari suatu bidang planar. Proses
pelengkungan terjadi pada kedua sisi selama terjadi pemendekan.
b) Bending, yaitu karena pengaruh gerakan vertikal pada suatu lapisan, misalnya
penurunan lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran suatu masa
batuan pada bidang yang tidak rata.

Lipatan dijumpai dalam berbagai bentuk (geometri), yang disebut sebagai “fold
style” dan ukuran. Variasi geometri lipatan terutama tergantung pada sifat dan
keragaman bahan, dan asal kejadian mekanik pada saat proses perlipatan. Secara umum
terdapat “antiform”, bentuk tertutup ke atas dan “synform”, bentuk tertutup ke bawah.
Suatu antiklin adalah bentuk lipatan dengan bagian lapisan tertua pada inti (sisi cekung
permukaan lipatan) sedangkan sinklin dengan bagian termuda pada inti.

Beberapa terminologi lipatan:


a) Hinge : perlengkungan maksimum dari lipatan.
b) Crest : bagian paling tinggi dari lipatan.
c) Trough : bagian paling rendah dari lipatan.
d) Hinge line : garis yang menghubungkan beberapa hinge lapisan. Axis sinonim
dengan hinge, jadi axial line sama dengan hinge line.
e) Axial plane : bidang yang menghubungan semua hinge.
f) Crest line : bidang yang melalui semua crest.
g) Trough line : garis yang menghubungkan bagian paling rendah dari beberapa
lapisan.

12
h) Trough plane : bidang yang melalui semua trough.

Gambar 2.9. mekanisme Gaya Pembentuk Lipatan

Analisa menggunakan Stereonet (Wulf Net): pertama masukkan kedudukan


umum sayap lipatan yang didapatkan dari diagram kontur (titik potongnya adalah σ2 ).
Kedua buat garis dari pusat lingkaran melalui σ2: garis ini adalah garis sumbu lipatan.
Ketiga buat bidang sumbu lipatan. Langkah-langkah membuat sumbu lipatan yaitu:
Buat bidang bantu dengan cara menarik garis tegak lurus sumbu lipatan dan membuat
busur pada garis tersebut sebesar 90° dari titik σ2. Busur bidang bantu akan memotong
bidang-bidang sayap lipatan di L1 dan L2. Titik tengah perpotongan antara dua sayap
lipatan adalah σ3 (baik lancip maupun tumpul). σ1 dibuat 90° dari σ3 pada bidang
bantu dimana bidang bantu tetap pada posisi NS. Buat hinge-surface dengan
menghubungkan σ2 dan σ3. Baca kedudukan hinge surface dan hinge linenya dan
tentukan jenisnya dengan menggunakan klasifikasi Rickard atau Fluety.

Struktur lipatan disamping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang
terkecil (mikro fold) hingga berukuran regional (Mega fold), juga memiliki bentuk yang
bermacam-macam.

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat


dikelompokkan menjadi :
1. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.

13
3. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya sumbu utama.
4. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
5. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
6. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
7. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan
planar.
Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti
Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu
sesar.

Gambar 2.10. Bagian-Bagian dari lipatan

Metode rekonstruksi lipatan:

1. Metode tangan bebas (free hand method), dipakai untuk lipatan pada batuan
yang incompetent, dimana terjadi penipisan dan penebalan yang tidak teratur.
Rekonstruksinya dengan mengikuti orientasi kemiringan.
2. Metode busur lingkaran (arc method), digunakan pada batuan yang
competent, misalnya pada lipatan yang parallel. Rekonstruksinya dapat
dilakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara langsung bila data
yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.

14
Tabel 1. Klasifikasi lipatan berdasarkan interlimb angle ( Fleuty, 1964 )

Interlimb angle Description of fold


1800-1200 Gentle
1200-700 Open
700-300 Close
300-00 Tight
00 Isoclinal
Negative angle Mushroom

Tabel 2. Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan plunge dari hinge
line (Fluety, 1964)

Angle Terminology Dip of hinge


Plunge of hinge
surface line
00 Horizontal Recumbent fold
Horizontal fold
10-100 Subhorizontal Recumbent fold
Horizontal fold
100-300 Gentle Gently inclined
Gently plunging
fold fold
300-600 Moderat ModeratelyModerately
inclined fold
plunging
Fold
600-800 Steep Steeply inclined Steeply
fold plunging fold
800-900 Subvertical Upright fold Vertical fold

Berdasarkan kisaran besarnya sudut antarsayap (interllimb angle)

Gambar 2.11 besar sudut antar sayap

15
Gambar 2.12. Klasifikasi lipatan berdasarkan dip, sumbu lipatan, rake dan plunge dari
hinge line (Rickard, 1971)

16
BAB III

TAHAPAN DAN METODE PRAKTIKUM LAPANGAN

3.1 Tahapan Praktikum Lapangan

Tahapan persiapan meliputi studi literatur yang berkaitan dengan praktikum


dan persiapan alat dan bahan yang diperlukan pada saat di lapangan seperti Kompas
geologi, GPS, Palu geologi, alat tulis-menulis, kamera, Loupe, kantong sampel, dan
larutan HCl serta pakaian yang sesuai standar keamanan praktikan.

3.2 Metode Praktikum Lapangan

Metode yang digunakan dalam praktikum lapangan ini terdiri dari 2 metode,
yaitu metode observasi lapangan dan analisis studio. Data yang diambil antara lain
berupa pengamatan litologi di daerah penelitian, sketsa singkapan, sampel batuan, dan
pengukuran struktur geologi berupa bidang sesar, gores garis, dan kekar berpasangan
(shear joint).

Selanjutnya, masuk ke analisis studio yakni pengeplotan data struktur geologi


ke dalam stereonet untuk menganalisis arah tegasan dan jenis sesar serta
pergerakannya. Hasil dari praktikum ini berupa laporan hasil penelitian litologi dan
struktur geologi di daerah tanjung kramat, Kabupaten Gorontalo.

Persiapan Pengambilan data penelitian


• Alat • Litologi
• Bahan • Struktur Geologi
• Administrasi • Dokumentasi
• Studi Literatur terkait

Analisis Studio
• Bidang Sesar
• Shear Joint Pembuatan Laporan
Hasil Praktikum

Diagram 3.1.Diagram alir Proses Pelaksanaan Praktikum

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap geometri stuktur geologi yang ada


dilapangan maka jenis struktur geologi dapat dibagi menjadi struktur primer yaitu
struktur yang terbentuk disaat atau bersamaan dengan batuanya seperti bidang
perlapisandan struktur sekunderseperti kekar, sesar, lipatan, breksiasi dan en-echelon.

4.1 Struktur primer

Adapun struktur primer yang dapat diamati pada lokasi paraktikum yaitu pada
stasiun 2 berupa bidang perlapisan antara batupasir kasar, batu pasir karbonatan,
batulempung dan tuff dimana kenampakan suksesi vertical dari perlapisan tersebut
dapat menggambarkan proses sedimentasi yang telah berlangsung.

Gambar 4.1. Lokasi penagamatan kedua pada batuan yang telah mengalami
perlipatan

Perlapisaan pada stasiun ini telah terkekarkan dan mengalami perlipatan di


tandai dengan kekar yang berkembang dan nilai dari dip perlapisan yang saling
berhadapan.

18
4.2 Struktur sekunder

Adapun struktur sekunder yang dapat teramati pada lokasi pengamatan yaitu
dapat berupa kekar, sesar, lipatan, breksiasi dan struktur en-echelon.

a. Breksiasi dan en-echelon


merupakan struktur sekunder yang berasosiasi dengan pembentukan
sesar utama yaitu sesar Gorontalo yang berarah timurlaut-tenggara, berdasarkan
geometrinya breksiasi dicirikan dengan kenampakan fragmen batuan
membentuk sumbu panjang akibat gaya tensional sedangkan en-echelon
merupakan struktur geologi yang membentuk seperti bulu ayam akibat dari
gaya extensional yang bekerja pada lokasi tersebut

Breksiasi
Zona Sesar

En-echelon

GAMBAR 4.2 Breksiasi , zona sesar, dan en-enchelon

b. Kekar

Berdasarkan geometrinya jenis kekar yang dapat diamati dilapangan yaitu


terdiri dari shear fracture, tension fracture dan extension fractureserta data yang
diperoleh yaitu sebanyak 350 data

19
c. Sesar

Berdasarkan hasil analisis kinematic menggunakan proyerksi stereonet maka


jenis sesar yang dapat diketahui yaitu sesar normal menganan berdasarkan klasifikasi
Rickard (1972) dengan nilai bidang sesar N 2920E, Net slip 620, N3210E, Rake 380,
serta nilai tegasan σ1 640, N 3090E, σ2 840, N 0990E dan σ3 260, 1980E

d. Lipatan

Berdasarkan analisis kinematic dengan menggunakan proyeksi stereonet maka


diketahui jenis lipatan yaitu Gentle fold (Fleuty, 1964) dan Reclined fold (Rickard,
1971) dengan nilai pitch 140 N, plunge 160, Dip 180 serta dengan nilai tegasan σ1
264⁰/80⁰, σ2 44⁰/18⁰ dan σ3 142⁰/19⁰.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Arah umum dari shear fracture dan tension/extension yang bekerja di lokasi
praktikum yaitu dengan nilai N 2790 E/ N 28700 dan N 2870E Jenis sesar yang dapat
diketahui yaitu sesar normal menganan berdasarkan klasifikasi Rickard (1972) dengan
nilai bidang sesar N 2920E, Net slip 620, N3210E, Rake 380, serta nilai tegasan σ1 640,
N 3090E, σ2 840, N 0990E dan σ3 260, 1980E. Jenis lipatan yaitu Gentle fold (Fleuty,
1964) dan Reclined fold (Rickard, 1971) dengan nilai pitch 140 N, plunge 160, Dip 180
serta dengan nilai tegasan σ1 264⁰/80⁰, σ2 44⁰/18⁰ dan σ3 142⁰/19⁰.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda, dan
berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
daerah Gorontalo merupakan daerah dengan tatanan geologi yang kompleks. Terlihat
dari beberapa struktur geologi yang dijumpai di beberapa tempat, maka sangatlah
penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut, hal ini dimaksudkan agar semua pihak
paham akan manfaat dari ilmu kebumian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, T. dan Bachri, S. 1997. Geologi Lembar Kotamobagu. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Depatemen
Pertambangan dan Energi.
Bachri, S. 2011. Structural Pattern and Stress System Evolution during Neogene –
Pleistocene times in the Central Part of the North arm of Sulawesi. Jurnal
Sumber Daya Geologi. 21 (3) : 127-135
Buku Geologi Amstrong B. Somputan (Struktur Geologi Sulawesi) Perpustakaan
Sains Kebumian Institut Teknologi Bandung, 2012
Bachri, S , Sukindo, dan Ratman N. 1993 Peta Geologi Lembar Tilamuta
Sulawesi Skala 1 : 250.000 Pusat Penelitian dan Pengembangan Bandung.

Djauhari noor. 2012 , Pengantar Geologi (jilid 2). universitas pakuan ; bogor

Brahmantyo, Budi. 2009. Ekspedisi Geografi Indonesia Gorontalo. Pusat Survei


Sumber Daya Alam Darat. Bandung.

Fleuty, M.J. 1964. The Description of Folds. Proceedings of the Geologists


Association, 75, pp. 461-492.

Hall, R. dan M.E.J. Wilson. 2000. Neogene Sutures in Eastern Indonesia. Journal of
Asian Earth Sciences, 18, 781–808.

Ragan. D.M. 1973, Structural Geology An Introduction to Geometrical Techniques,


Second Edition. John Willey & Sons. Inc, New York.

Rickard, M. J. 1971. A Classification Diagram for Fold Orientations. Geological


Magazine, 108(1), pp. 23-26.

22

Anda mungkin juga menyukai