Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

A. Bentuk Kebijakan Pemerintah


Menurut Kotter, Agar suatu bangsa dapat hidup harmonis dan sejahtera, maka harus
memiliki kemampuan kompetitif baik yang meliputi: knowledge, learning competence,
dan net working. Sehingga pendidikan menempati posisi yang strategis. Dalam hal ini
negara memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa terkait juga
dengan tujuan pendidikan nasional dan bagaiman cara-cara pencapaiannya. Pencapaian
tujuan ini lebih difokuskan pada hasil output yang diharapkan dari berbagai strategi
perubahan pendidikan suatu masyarakat secara lebih baik.
Dalam bukunya, Allan Bloom (1987;380) dinyatakan bahwa sekolah adalah salah
satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga-lembaga politik dijelaskan bahwa
setiap budaya mempertahankan control atas pendidikan ditangan kelompok-kelompok
elite yang secara terus menerus me-megang kekuasaan politik, ekonomi, agama, dan
pendidikan.
Abernethy dan Coombe (1965: 287) dalam bukunya yang bejudul “Education And
Politik Are Inextricably Linkage”, hubungan timbal balik antara politik dan pendidikan
dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap kelompok (group attitudes),
masalah pengangguran (unem-ployment), dan peranan politik kaum cendekia (the
political role of the intelligentia), sedangkan kesempatan dan prestasi pendidikan pada
suatu kelompok masyarakat, dapat mempengaruhi akses kelompok tersebut dalam bidang
sosial, politik, dan ekonomi.
Pandangan Neo Marxism, yakni menurut pandangan teori Dual Labor Market Hypo-
thesis, seperti yang telah diyakini Cain (Suryadi, 2002;55) bahwa dari sisi politis
mengungkapkan bahwa penyaringan memang terjadi dalam proses pendidikan adalah alat
untuk menyeleksi orang-orang yang digolongkan produktif sehingga terjadi suatu
perpindahan status (status mobility) dari kelompok populis ke kelompok elitis.

1
1

Dari waktu kewaktu pemerintah membuat kebijakan–kebijakan pendidikan pada dasarnya


merupakan hasil dari suatu perjuangan politik dari berbagai kelompok kepentingan, salah
satunya yaitu menetapkan kebijakan dalam pembangunan pendidikan. Sehingga
kebijakan pendidikan Negara mempunyai peran yang sangat strategis dalam proses
pendidikan yang telah menjadikan pendidikan sebagai upaya untuk melestarikan
keberadaan suatu negara atas ke-kuasaan (Riyadi, 2006:15; Frei, 1977). Sehingga
menurut Kartono, negara secara mutlak mengatur pendidikan ( Kartono, 1997: 78)
Dilihat dari sisi politik, kebijakan pendidikan terdiri atas tiga tingkatan berikut
(Suryadi, 2002:21). Pertama, pada tingkatan makro (macro level), pendidikan nasional
menyangkut kepentingan seluruh rakyat, sehingga kebijakan harus mendapat persetujuan
dari seluruh rakyat melalui wakil-wakilnya pada lembaga perwakilan rakyat sebelum
ditetapkan menjadi kebijakan. Kedua, pada tingkatan tehnis (technical level),
pelaksanakan kebijakan pendidikan harus dijabarkan menjadi strategi dan kebijakan
teknis pengelolaan baik pada tingkat pusat maupun daerah. Ketiga, pada tingkatan
operasional (operational level), penerapan program-program pendidikan pada tingkat
operasional harus merupakan pengejawantahan dari kebijakan makro dan teknis.
Dukungan secara politis sangat diperlukan agar program-program pendidikan mendapat
bantuan, dorongan dan sekaligus tidak mendapatkan rintangan dari berbagai kelompok
masyarakat yang secara langsung terpengaruh oleh program tersebut. Menurut Albertus
Hadi Wijaya dan HM Kuswadi bahwa kebijakan pendidikan di Indonesia sekurang-
kurang ada tiga makna:
a. Untuk mengetahui kondisi pendidikan dan social seting masyarakat yang
mempengaruhinya
b. Untuk mengetahui pergeseran kebijakan pendidik-an dari masa pra
kemerdekaan hingga sekarang, sehingga diketahui perubahan dan respon masyarakat
atas kebijakan yang diambil
c. Untuk dapat memprediksikan arah pendidikan nasional masa depan yang
berbasis akar budaya dan berwawasan kebangsaan.
Kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang merupakan landasan yuridis Sistem
Pendidikan Nasional yang merupakan seperangkat konsep peraaturan perundang-
undangan Indonesia yang menjadi titik tolak Sistem Pendidikan Nasional untuk
pendidikan sesuai dengan tata urutan peraturan perundangan RI menurut UUD 1945 dan
TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 adalah sebagai berikut:
2

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.


Ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
adalah ketentuan-ketentuan yang tertinggi tingkatannnya yang pelaksanaannya
dilakukan dengan ketetapan MPR, undang-undang atau keputusan Presiden
2. Ketetapan MPR
a. Ketetapan MPR yang membuat garis-garis besar dalam bidang legislatif
dilaksanakan dengan undang-undang
b. Ketetapan MPR yang membuat garis-garis bedar dengan bidang ekskutif
dilaksanakan dengan Keputusan Presiden.
3. Undang-undang
Undang-undang adalah untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar atau
Ketetapan MPR.
a. Dalam hal ihwal yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan-
peraturan sebagai pengganti undang-undang
b. Peraturan-peraturan itu harus mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam ketentuan persidangan jika tidak mendapatkan persetujuan, maka
peraturan Pemerintah itu harus dicabut.
4. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemeritah adalah memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan
undang-undang.
5. Keputusan Presiden
Keputusan Prsiden berisi keputusan yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk
melaksnakan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar yang bersangkutan,
Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif atau Peraturan Pemerintah.
6. Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya
Peraturan peraturan pelaksanaan lainnya seperti: Peraturn Menteri, Instruksi
Menteri dan lain-lainnya, harus dengan jelas tegas berdasarkan dan bersumber pada
peraturan-peraturan perundangan yang lebih tinggi.
B. UUD 1945 Sebagai Landasan Yuridis SPNI
1. Pancasila sebagai Landasan Idiil
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat,
karena itu sebagai idologi negara atu separangkat kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-
norma yang mengatur tingkah laku bersama dalam bernegara-kebangsaan, yang
terwujud dalam pemerintahan negara.
Selain itu, Pancasila sebagai salah satu sektor dalam pemerintahan negara
Republik Indonesia yang melindungi segenap kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban kehidupan dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, adalah menyelenggaran Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia. Pancasila yang dimaksud adalah Pacasila yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu:
3

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Lima sila ini merupakan sebuah sumber sistem nilai-nilai dasar yang menjadi sumber
hukum dari segala penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu
Pancasila disebut dasar Sistem Pendidikan Nasional Indonesia.

2. Pasal-pasal UUD 1945 sebagai Landasan Yudiris Pendidikan Nasional


a. Pasal 31, ayat (1)
Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran
b. Pasal 31, ayat (2)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sitem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
c. Pasal 32
Pemerintah mengajukan kebudayaan nasional Indonesia. Dalam UU No 2 Th
1989, dinyatakan bahwa kebudayaan nasional adalah akar sistem Pendidikan
Nasional.
C. Ketetapan MPR Sebagai Landasan Yuridis SPNI
1. Pasal 3 UUD 1945 menyatakan: “Majelis Permusyawaratan Rakyat
menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar haluan negra. Baik dalam
Undang-Undang Dasar maupun garis-garis besar haluan negara yang ditetapkan
Majelis pasti merumuskan kebijaksanaan umum tentang pendidikan sebagai salah satu
sektor kehidupan bernegara-kebangsaan
2. Sebagai contoh, Ketetapan MPR No II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara yang secara garis besar merumuskan kebijaksanaan umum
penyelenggaraan pendidikan nasional periode 1993-1998 sebagai berikut:
“……; penataan penidikan nasional untuk mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan, dengan mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
dasar serta perluasan pendidikan, keahlian dan kejujuran, peningkatan penghayatan
nilai luhur budaya bangsa yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam
segala aspek kehidupan.”
D. Undang-Undang Sebagai Landasan Yuridis SPNI
1. Rujukan Yuridis
4

a. Rujukan Teknis
1) Pasal 5, ayat (1)
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.
2) Pasal 20, ayat (1)
Tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Rujukan Material
Pasal 31, UUD 1945
2. Latar belakang perlunya UU No 2 Th 1989
a. UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional
yang diatur oleh Undang-undang.
b. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek jasmani maupun
rohani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c. Undang-undang lama (UU No 4 Th 1950 tentang Dasar-dasar pendidikan dan
Pengajaran di Sekolah, UU No 12 Th 1954 tentang Pernyataan Berlakunya UU No
1950, UU No 22 Th 1961 tentang Perguruan Tinggi, UU No 14 PRPS Th 1965
tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No 19 PNPS Th 1965 tentang pokok-
pokok Pendidikan Nasional Pancasila) perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan
tuntutan perkembangan pendidikan nasional sebagai satu sistem.
d. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaran pendidikan nasional.
e. Untuk memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju
yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan
Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Ketentuan Umum
a. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan
datang.
b. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
c. Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia.
d. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat
dan kekhususan tujuannya.
5

e. Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang


ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan
kedalaman bahan pengajaran.
f. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
g. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing,
mengajar, dan/atau melatih peserta didik.
h. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.
i. Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana, dan prasarana yang tersedia
atau diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan
Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
4. Satuan, Jalur, dan Jenis Pendidikan
a. Satuan Pendidikan (Pasal 9)
1) Satuan pendidikan menyelenggarakn kegiatan belajar-mengajar yang
dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah.
2) Satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari
pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan.
3) Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar,
kursus, dan satuan pendidikan dan sejenisnya.
b. Jalur Pendidikan (pasal 10)
1) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 jalur, yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
2) Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar secara berjenjangdan
berkesinambungan.
3) Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan.
4) Pndidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang dilaksanakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
c. Jenis Pendidikan (pasal 11)
1) Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, endidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan,pendidikan kademik, dan pendidikan
profesional.
6

2) Pendidika umum merupakan pendidikan yang mengutamkan perluasan


pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan
pengkhusususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
3) Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu.
4) Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang
diselenggarakan untuk peerta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau
mental.
5) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha
meningkatkan kemmapuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai
atau calon pegawai suatu dpartemen pemerintahan atau lembaga non
departemen.
6) Pendidikan keagaman merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menutut penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang besangkutan.
7) Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama
pada penguasaan ilmu pengetahuan.
8) Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama
pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
5. Jenjang Pendidikan (pasal 12)
a. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidkan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
b. Selain pendidikan sebagaimana tersebut di atas, dapat diselenggarakan
pendidikan prasekolah.
c. Pendidikan Dasar (pasal 13)
1) Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasra yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik
yng memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
2) Warga negara yang berumur 6 (enam) tahun berhak mengikuti
pendidikan dasar.
3) Warga negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti
pendidikan dasra atau pendidikan yang setara, sampa tamat.
d. Pendidikan Menengah (pasal 15)
1) Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyipakan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemamapuan mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, dan dapat mengembangkan
kemamapuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
7

2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan kejuruan, pendidikan luar


biasa, pendidkan kedinasan, dan pendidikan agama.
3) Lulusan pendidikan menengah yang memenuhi persyaratan berhak
melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
e. Pendidikan Tinggi (pasal 16)
1) Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan unutk meyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akadmeik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian.
2) Satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi disebut
perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
3) Akademi merupakan perguaruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan penerapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.
4) Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
5) Sekolah tinggi merupakan perguaruan tinggi yang terdiri yang
menyelenggarakan pendidikan kademik dan/atau profesional dalam satu disiplin
ilmu tertentu.
6) Institut merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan kademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang
sejenis.
7) Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah
fakultas yang enyelenggarkan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
sejumlah disiplin ilmu tertentu.
8) Pendidikan tinggi terdiri atas penddikan akademik dan pendidikan
profesional
9) Sekolah tinggi, institut dan universitas menyelenggarakan pendidikan
kademik dan/atau profesional.
10) Akademik dan politeknik menyelenggarakan pendidikan profesional.
E. Peraturan Pemerintah Sebagai Landasan Yuridis SPNI
1. Undang-undang No. 2 Th 1989 menetapkan bahwa pelaksanaan undang-
undang ini memerlukan 16 macam Peraturan Pemerintah, seperti yang ditetapkan
dalam :
a. Pasal 8 ayat (3)
b. Pasal 10 ayat (5)
c. Pasal 11 ayat (9)
d. Pasal 12 ayat (3)
8

e. Pasal 13 ayat (2)


f. Pasal 14 ayat (3)
g. Pasal 15 ayat (4)
h. Pasal 16 ayat (8)
i. Pasal 18 ayat (9)
j. Pasal 21 ayat (3)
k. Pasal 22 ayat (3)
l. Pasal 28 ayat (4)
m. Pasal 29 ayat (2)
n. Pasal 32 ayat (4)
o. Pasal 47 ayat (3)
p. Pasal 54 ayat (5)
2. Beberapa Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan
Sebagian dari Peraturan Pemeritah (PP) yang merupakan peraturan melaksankan UU
No.2 Th 1989 antara lain mencakup:
a. PP No. 27 Th 1990 tentang Pendidikan Prasekolah
b. PP No. 28 Th 1990 tentang Pendidikan Dasar
c. PP No. 29 Th 1990 tentang Pendidikan Menengah
d. PP No. 30 Th 1990 tentang Pendidikan Tinggi
e. PP No. 72 Th 1990 tentang Pendidikan Luar Biasa
f. PP No. 73 Th 1990 tentang Pendidikan Luar Sekolah
F. Keputusan Presiden Sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan SPNI
Diantara keputusan-keputusan Presiden tentang pendidikan, yaitu :
1. Keputusan Presiden No 34 Th 1972 yang dilengkapi dengan Intruksi Presiden
No 15 Th 1974 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan Pendidikan dan
Latihan, yang antara lain berisi :
a. Pendidikan dan latihan adalah segala usaha untuk membina dan
mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohniah, yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, dalam rangka
pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (Pasal 1).
b. Latihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori.
c. Ruang lingkup bidang tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pembinaan pendidikan umum dan pendidikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… (Pasal 6 ayat (1)).
d. Ruang lingkup bidang tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pembinaan latihan keahlian dan kejuruan tenaga kerja bukan Pegawai Negeri oleh
Menteri Tenaga Kerja, Transmigran, dan Koperasi… (Pasal 6 ayat (2)).
9

e. Ruang lingkup bidang tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan


pembinaan pendidikan dan latihan khusus Prgawai Negeri oleh Ketua Lembaga
Administrasi Negara… (Pasal 6 ayat (3)).
f. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijaksanaan umum bagi
pelaksanaan pembinaan pendidikan dan latihan secara menyeluruh. (Pasal 7 ayat
(1)).
g. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengkoordinasikan penyusunan rencana
5 (lima) tahun pembinaan pendidikan dan latihan secara menyeluruh. (Pasal 7 ayat
(2)).
h. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pedoman umum pembakuan
di bidang pembinaan pendidikan dan latihan. (Pasal 7 ayat (3)).
i. Pendidikan umum ialah pendidikan di dalam dan di luar sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta, untuk mempersiapkan dan
mengusahakan para peserta pendidikan tersebut memperoleh pengetahuan umum.
(Pasal 1, Lampiran II).
j. Pendidikan kejuruan ialah pendidikan umum yang direncanakan untuk
mempersiapkan para peserta pendidikan tersebut mampu melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan bidang kejuruannya. (Pasal 2, Lampiran III).
k. Latihan keahlian ialah bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, termasuk
di dalamnya latihan ketatalaksanaan. (Pasal 1, Lampiran III)
l. Latihan kejuruan adalah bagian pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang pada
umumnya bertaraf lebih rendah daripada yang dimaksud pada Pasal 1, Lampiran
III.
m. Pendidikan Pegawai Negeri ialah pendidikan yang dilakukan Pegawai Negeri
untuk meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan
tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri. (Pasal 2,
Lampiran III).
n. Latihan Pegawai Negeri ialah bagian dari pendidikan yang dilakukan oleh
Pegawai Negeri untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai
dengan tuntutan pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri. (Pasal 3, Lampiran IV).
o. Ruang lingkup pendidikan dan latihan Pegawai Negeri mencakup :
1) Bidang teknis fungsional, yaitu yang menyangkut bidang teknis sesuai
dengan tugas pokok instansi yang bersangkutan;
2) Bidang administrasi, yang bersangkutan :
(a) Adminitrasi umum.
(b) Teknik pengelolaan (manajemen).
(c) Administrasi bidang pembangunan.
10

2. Keputusan Presiden No 45 Th 1975 tentang Susunan Organisasi Departemen,


yang antara lain berisi tentang:
a. Tugas pokok Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah
menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di
bidang pendidikan dan kebudayaan. (Pasal 1, Lampiran 12)
b. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas :
1) Menteri;
2) Sekretariat Jenderal;
3) Inspektorat Jenderal;
4) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah;
5) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi;
6) Direktorat Jenderal Luar Sekolah dan Olahraga;
7) Direktorat Jenderal Kebudayaan;
8) Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan;
9) Pusat;
10) Instansi Vertikal di wilayah;
G. Keputusan Menteri Sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan SPNI
Beberapa Keputusan Menteri yang mempunyai hubungan erat dengan pelaksanaan UU
No 2 Th 1989, diantaranya adalah :
1. Kepmen No 0468/U/1992 tentang Taman Kanak-Kanak;
2. Kepmen No 0487/U/1992 tentang Sekolah Dasar;
3. Kepmen No 054/U/1992 tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
4. Kepmen No 0489/U/1992 tentang Sekolah Menengah Umum;
5. Kepmen No 0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan;
6. Kepmen No 0491/U/1992 tentang Pendidikan Luar Biasa;
7. Kepmen No 060/U/1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar;
8. Kepmen No 061/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Umum;
9. Kepmen No 080/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan.
H. Intruksi Menteri Sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan SPNI
1. Instruksi Menteri No 3/U 1987 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Atasan Langsung di Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Intruksi menteri No 3/U 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan
Mendikbud No 0668/U/1989 tentang Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Terpadu
Sumber Daya di Lingkungan Depdikbud.
11

Anda mungkin juga menyukai