Pelayanan Farmasi Klinik pelayanan langsung yang diberikan Pelayanan Farmasi Klinik meliputi:
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome a. pengkajian dan pelayanan Resep;
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) c. rekonsiliasi Obat;
sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
Pengkajian dan Pelayanan Resep dimulai dari Penerimaan, Pemeriksaan ketersediaan, Pengkajian Resep, Penyiapan Sediaan
Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis pakai termasuk peracikan obat dan pemeriksaan serta penyerahan dengan pemberian
informasi. (dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error) )
Pengkajian resep administrasi , farmasetik, dan klinis (jika ada yang ga beres dikonsultasikan ke dokter penulis resep)
Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien.
Rekonsiliasi obat dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) obat tidak diberikan, duplikasi, salah
dosis, interaksi obat
Konseling suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran Kegiatan dalam Konseling Obat :
terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
dan/atau keluarganya b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang
bertujuan untuk : penggunaan Obat melalui Three Prime Questions;
mengoptimalkan hasil terapi, c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
meminimalkan risiko ROTD, kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
meningkatkan cost-effectiveness penggunaan Obat;
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
safety) masalah pengunaan Obat;
e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek
pemahaman pasien; dan
f. dokumentasi
SASARAN KONSELING
Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien
langsung atau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau
siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak
mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik.
2
e. kantong khusus untuk nutrisi parenteral.
3. Penanganan Sediaan Sitostatik
penanganan Obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang
terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan
kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung
diri yang memadai.
Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:
a. melakukan perhitungan dosis secara akurat;
b. melarutkan sediaan Obat kanker dengan pelarut yang sesuai;
c. mencampur sediaan Obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan;
d. mengemas dalam kemasan tertentu; dan
e. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai;
b. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet;
c. HEPA filter;
d. Alat Pelindung Diri (APD);
e. sumber daya manusia yang terlatih
f. Cara pemberian obat kanker
VISITE
Visite kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi Obat yang rasional,
menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya
Visite dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
Rumah Sakit (Home Pharmacy Care)
Hal yang perlu dipersiapkan untuk visite yaitu informasi mengenai kondisi pasien dan terapi obat dari rekam medis/sumber lain.
3
Evaluasi Penggunaan Obat memiliki tujuan
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat
EPO secara kuantitatif dengan memperhatikan..
- Indikator peresepan
- Indikator pelayanan
- Indikator fasilitas
Apa yang harus dilaporkan ? Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping obat perlu dilaporkan, baik efek samping yang
belum diketahui hubungan kausalnya (KTD/AE) maupun yang sudah pasti merupakan suatu ESO (ADR).
Bagaimana Cara melaporkan? mengisi formulir ESO/formulir kuning dalam mengisi formulir dapat dengan menggali informasi
dari pasien atau keluarga pasien. Untuk melengkapi informasi lain, bisa didapat dengan catatan medis pasien.
Informasi yang diperlukan dalam pelaporan ESO yaitu Kode sumber data (diisi oleh BPOM), Nama pasien,umur, suku, berat
badan, pekerjaan, kelamin, penyakit utama/diagnosa penyakit, Kesudahan penyakit (outcome pengobatan penyakit utama, dan
keluhan jika eso terjadi), Penyakit/kondisi lain yang menyertai (penyakit diluar penyakit utama yang dialami saat menggunakan obat
dan kejadian eso), Bentuk ESO, Tanggal terjadinya ESO, Kesudahan ESO (outcome), riwayat ESO, Nama Obat, Bentuk sediaan, beri
tanda x untuk obat yang dicurigai, cara pemberian, dosis/waktu pemberian, tanggal mula pengobatan, tanggal akhir, indikasi
penggunaan, keterangan tambahan, data lab, informasi pelapor
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat yang tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
Tahap proses rekonsiliasi obat :
1. Pengumpulan data
Mencatat dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis,
frekuensi, rute obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping obat
yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik.Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 bulan sebelumnya. Semua obat yang
digunakan oleh pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau
ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.Ketidakcocokan
dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien.Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja oleh dokter pada saat
penulisan resep maupun tidak disengaja dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh
apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau penggan
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsiliasi obat
4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang
terjadi.Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan.
(MenKes RI, 2014).
5
PTO seharusnya dilaksanakan untuk seluruh pasien. Mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan dengan
jumlah pasien, maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau.
2. Pengumpulan data pasien
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data tersebut dapat diperoleh dari:
Rekam medik,
Profil pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat
Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
3. Identifikasi masalah terkait obat
Apoteker perlu membuat prioritas masalah sesuai dengan kondisi pasien, dan menentukan masalah tersebut
sudah terjadi atau berpotensi akan terjadi. Masalah yang perlu penyelesaian segera harus diprioritaskan.
4. Rekomendasi terapi
Tujuan utama pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas hidup pasien. Pilihan terapi dari berbagai
alternatif yang ada ditetapkan berdasarkan: efikasi, keamanan, biaya, dan regimen yang mudah dipatuhi.
5. Rencana pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan perencanaan pemantauan, dengan tujuan
memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
6. Tindak lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan
kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyeluruh diperlukan untuk
menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif dengan tenaga kesehatan lain harus selalu
dilakukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah baru.
Faktor yang harus diperhatikan :
1. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya
2. Kerahasiaan informasi
3. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat)
(Binfar, 2009).
C. Formularium Obat di Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit, menyatakan bahwa Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Komite/Tim Farmasi dan Terapi (KFT) dan ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit (RS). Formularium RS disusun mengacu
kepada Formularium Nasional. Formularium RS harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia
obat di RS. Evaluasi terhadap Formularium RS dilakukan secara rutin dan direvisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah
sakit. Penyusunan dan revisi Formularium RS dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari
penggunaan obat agar dihasilkan Formularium RS yang dapat memenuhi kebutuhan pengobatan rasional. Berikut kriteria
pemilihan obat untuk masuk dalam Formularium RS:
1. Mengutamakan penggunaan obat generik.
2. Memiliki benefit-risk ratio yang paling menguntungkan penderita.
3. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
6. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
7. Memiliki benefit-cost ratio yang tinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
8. Obat lain yang terbukti efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) serta dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
(MenKes RI, 2016).
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara
sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan.
Ada empat metode dalam pengadaan perbekalan farmasi yaitu sebagai berikut:
1. Open Tender (tender secara terbuka)
Open tender adalah suatu prosedur formal pengadaan obat yang mana dilakukan dengan cara mengundang
berbagai distributor baik nasional maupun internasional. Metode ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu misalnya 2-
3 kali setahun, hal ini disebabkan karena proses tender memerlukan waktu yang lama dan harganya lebih murah. Selain
itu biasanya metode ini dipakai oleh pemerintah karena khusus sesuai sistemnya. Jadi untuk nominal tertentu dapat
melakukan pengadaan dalam jumlah tertentu pula.
2. Restricted tender (tender terbatas)
Metode ini dilakukan pada lingkungan yang terbatas, tidak diumumkan di Koran biasanya berdasarkan kenalan,
nominalnya tidak banyak, serta sering ada yang melakukan pengaturan tender yaitu penawaran tertutup atau selektif,
para penyalur yang tertarik harus menerima semua persyaratan yang diajukan, melalui suatu proses formal pre-
kualifikasi yang mengacu pada good manufacturing practices (GMPS). Performa supply terdahulu, dan kekuatan
financial.
3. Competitive Negotiation (kontrak)
Pembeli membuat persetujuan dengan pihak supplier untuk mendapatkan harga khusus atau persetujuan
pelayanan dan pembeli dapat membayar dengan harga termurah. Metode kontrak jauh lebih menguntungkan, karena
pihak Rumah Sakit dapat melakukan negoisasi langsung dengan pabrik sehingga dapat mengurangi dana (diskon).
4. Direct Procurement
Merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun cenderung lebih mahal karena jarang memperoleh
diskon. Ciri dari metode pengadaan langsung adalah pihak Rumah Sakit secara langsung melakukan pengadaan
perbekalan farmasi (setelah barang habis) kepada pihak PBF.
(Kusnadi, 2014)
8
RUMAH SAKIT
Seorang pasien rawat jalan mendapatkan kombinasi terapi salmeterol 0,2 mcg dan fluticasone 125 mcg dengan aturan penggunaan 2
puff setiap 8 jam secara rutin. Sediaan yang tersedia adalah metered dose inhaler 120 puff (metered doses). Pasien akan menggunakan
obat ini selama…..
a. 5 hari
b. 15 hari
c. 25 hari
d. 20 hari
e. 10 hari
Seorang apoteker di rumah sakit melayani instruksi pasien NICU akan menggunakan IV intermiten Paracetamol 5% (b/v) 50 mg/menit
dalam glukosa 10% 100 mL. Set infus yang digunakan adalah 20 tetes per mL larutan. Berapa kecepatan pemberian senyawa tersebut?
a. 20 tetes/menit
b. 15 tetes/menit
c. 10 tetes/menit
d. 25 tetes/menit
e. 5 tetes/menit
Dosis gentamycin IV untuk pengobatan septikema pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun direkomendasikan 2,5 mg/kgBB setiap 8 jam.
Berapa volume gentamycin 40 mg/mL yang harus diberikan setiap 8 jam untuk anak berusia 11 tahun dengan berat badan 32 kg?
a. 1,75 mL
b. 1,0 mL
c. 1,25 mL
d. 2,0 mL
e. 1,5 mL
Rumah sakit “Bakti” mendapat nilai setiap Bab masing-masing 25% untuk 11 Bab dan 85% untuk 4 bab elemen penilaian, dengan
demikian sebagai seorang asesor saudara memberikan rekomendasi RS tersebut dalam kategori kelulusan…..
a. Pratama
b. Utama
c. Dasar
d. Madya
e. Paripurna
Sebagai kepala Instalasi Farmasi, saudara punya tugas untuk memberikan jaminan dalam ketersediaan obat. Untuk itu, saudara harus
piawai dalam pelaksanan :
a. Use
b. Storage
c. Inventory
d. Distribution
e. Selection
9
Sebagai seorang apoteker yang bertanggungjawab dalam pengadaan obat, saudara diminta menyusun SOP pelaksanaannya. Apakah
langkah pertama yang saudara lakukan?
Seorang apoteker melakukan visite pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa community-acquired pneumonia. Dalam upaya
melakukan rekonsiliasi, apoteker memperoleh beberapa data. Apakah data yang dapat diabaikan duntuk menyusun informasi yang
diperlukan dalam penilaian layanan farmasi klinik tersebut?
Dari elemen penilaian pada akterditas Rumah Sakit “Penta” mendapat hasil 8 bab digolongkan mayor dan 7 bab digolongkan dalam
minor, maka kelulusan Rumah Sakit dikategorikan :
a. Pratama
b. Utama
c. Madya
d. Paripurna
e. Dasar
Seorang pasien rawat inap dengan hasil pemeriksaan kadar Kalium+ 7-8 mEq/L dan tekanan darah 160/85 mmHg. Pasien memiliki
riwayat captopril 2x sehari dalam 6 bulan terakhir. Dari hasil wawancara diketahui pasien mengkonsumsi pisang setelah minum obat.
Interaksi obat dengan makanan yang dikonsumsi pasien menimbulkan reaksi….
a. Hiponatremia
b. Hipogosfatemia
c. Hipernatremia
d. Hipokalemia
e. Hiperkalemia
Bila diketahui kadar floride dalam suatu larutan 50 ppm (b/v). Berapa mL larutan harus diambil untuk mendapatkan 1 mg flourode?
a. 5 mL
b. 25 mL
c. 15 mL
d. 10 mL
e. 20 mL
10
Tahapan pemantauan terapi obat pasien setelah teridentifikasi masalah penggunaan obat adalah :
Hasil seleksi obat yang sudah tersusun dan akan diberlakukan di Rumah Sakit terlebih dahulu mendapat persetujuan dari….
a. Kepala IFRS
b. Ketua Komite Farmasi dan Terapi
c. Direktur Keuangan
d. Kepala Penunjang Medik
e. Direktur Rumah Sakit
Sebagai kepala IFRS, sebagai organisatoris saudara bertanggungjawab kepada direktur/wakil direktur rumah sakit bidang :
Seorang anak berumur 5 tahun berat badan 15 kg diberikan resep fenitoin suspensi 25 mg/5mL dengan dosis 5 mg/kgBB per 12 jam.
Jumlah obat yang harus diberikan per kali minum pada pasien ini adalah :
a. 30 mL
b. 15 mL
c. 10 mL
d. 25 mL
e. 20 mL
Dalam mendukung penggunaan obat secara rasional, KFT mempunyai peran penting dalam manajemen obat. Apakah peran tersebut?
a. Deciding the avaibility of drug at health care level
b. Identifying treatment problems
c. Reviewing the prevalent health problems
d. Choosing individual drug and dossage forms
e. Identifying drug of choice
Sebagai sekretaris KFT, saudara mempunyai peran strategis dalam manajemen obat di Rumah Sakit. Apakah peran saudara tersebut?
a. Drug selection
b. Drug procurement
c. Drug utilitization
d. Drug use
e. Drug distribution
11
Seorang apoteker penyedia pembekalan di RS menerima permintaan beli Cotrimoxazol 40 mg/200 mg per 5 mL suspensi. Data konsumsi
rata-rata per bulan dalam kuartal terakhir adalah 120 botol dan lead time pemesanan adalah 2 hari. Instalasi Farmasi melakukan
pelayanan 30 hari dalam sebulan. Berapakah sediaan obat yang harus tersedia di gudang untuk mengatasi fluctuated demand :
a. 6 botol
b. 5 botol
c. 9 botol
d. 8 botol
e. 7 botol
Cinta
Rumah Sakit “Bakti” mendapat nilai setiap Bab masing-masing 25% untuk 11 Bab dan 85% untuk 4 bab elemen penilaian, dengan
demikian maka sebagai seorang assesor saudara memberikan rekomendasi Rumah sakit tersebut dalam kategori kelulusan:
Select one:
a. Madya
b. Dasar
c. Paripurna
d. Pratama
e. Utama
Sebagai seorang kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit saudara merencanakan system distribusi obat untuk pasien rawat inap. Kriteria
yang harus terpenuhi adalah obat dapat tepat waktu sampai ke tangan pasien dengan aman, dalam jumlah yang cukup, dengan sarana
dan prasarana yang efisien dan mudah dilakukan control. Maka system distribusi yang saudara rencanakan adalah:
Select one:
a. Floor stock
b. UDD
c. Individual prescription
d. . ODDD
e. Total Floor stock
Saat melakukan pengkajian indikasi penggunaan obat, kemungkinan permasalahan penggunaan obat pasien yang menjadi temuan
adalah …
a. Dosis obat terlalu tinggi
b. Pasien potensial mengalami interaksi obat
c. Dosis obat terlalu rendah
d. Pasien membutuhkan penambahan terapi
e. Pasien mengalami efek samping yang tidak dikehendaki
Seorang apoteker setelah melakukan visite pasien baru, mendapatkan data obat yang telah dan sedang digunakan sebelum masuk
rumah sakit. Data yang diperoleh ini digunakan untuk membandingkan kemajuan terapi. Yang sekarang dijalani pasien. Layanan farmasi
klinik atas kegiatan yang dilakukan adalah ….
Select one:
a. Rekonsiliasi obat
b. Monitoring efek samping
c. Evaluasi penggunaan obat
d. Pengkajian resep
e. Pemantauan terapi obat
12
Seorang pasien terkejut ketika sampai di rumah membaca nama pada etiket obat yang baru saja didapat dari Rumah Sakit berbeda
dengan namanya. Setelah dikonfirmasi ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit tersebut petugas minta maaf dan berdalih pasien yang datang
hari ini ada lebih dari 100 orang dan yang melayani hanya 5 orang. Peristiwa ini disebut medication error yang disebabkan oleh:
Select one:
a. Shortage of basic equipment
b. Lack of health care commodities
c. . In adequate structure and overcrowding
d. Poor hygiene and sanitation
e. Understaffing
Upaya peningkatan mutu dan keamanan pelayanan Rumah sakit dirancang untuk meningkatkan budaya:
Select one:
a. ketertiban
b. kenyamanan
c. advokasi
d. kualitas
e. keselamatan
Saudara sebagai asesor akreditasi untuk Rumah sakit A. Pada saat visitasi saudara menemukan bukti pelaksanaan standar KARS hanya
pada 20 % unit kerja, regulasi tidak dilaksanakan secara penuh/lengkap, dan kebijakan/proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi
tidak dapat dipertahankan, maka saudara akan memberikan penilaian sebagai:
Select one:
a. Tidak diperhitungkan
b. Tercapai sebagian
c. Tidak dapat diterapkan
d. Tidak Tercapai
e. Tercapai penuh
Pemantauan kadar obat Teofillin dalam plasma pada penderita asma ditujukan untuk
Select one:
a. Improved patient safety
b. Reduced Risk and Harm
c. Low costs
d. Enhanced Patient experience
e. Better Health Outcomes
Upaya peningkatan mutu dan keamanan pelayanan Rumah sakit dirancang untuk meningkatkan budaya:
Select one:
a. ketertiban
b. kenyamanan
c. advokasi
d. kualitas
e. keselamatan
13
1. Laki-laki 75 tahun mendapatkan resep Morfin Sulfat 5 mg iv. Sediaan yang tersedia 4mg/ml dlm satu vial. Berapa ml harus
disiapkan untuk pelayanan resep ini ?
2. Dokter meresepkan codein 45 mg im untuk pasien vertebral compression fracture. Persediaan codein 60mg/2ml. Berapa ml
harus diberikan untuk pasien ini ?
3. Berapa ml NaCl 15% (b/v) yang dibutuhkan untuk membuat 1500 ml NaCl 0,9% (b/v) ?
4. Berapa ml WFI harus ditambahkan dalam 5 ml larutan antibiotika 50,0 mg/ml untuk mendapatkan sediaan dengan kadar 1.0 %
?
14