Anda di halaman 1dari 2

PENGERTIAN FRAKTUR

Fraktur adalah cedera traumatik dengan presentase kejadian yang tinggi. Cedera tersebut dapat
menimbulkan perubahan yang signifikan pada kualitas hidup hidup seseorang sebagai akibat
dari pembatasan aktivitas, kecacatan, dan kehilangan pekerjaan.
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur,
maka jaringan lunak disekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat
menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligament
yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah yang dapat menjadi komplikasi
pemulihan klien. Untuk menentukan perawatan yang sesuai, seorang perawat akan memulai
dengan deskripsi cedera yang ringkas dan tepat.

MANIFESTASI KLINIS
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien, riwayat, pemeriksaan fisik,
dan temuan radiologis. Beberapa fraktur sering langsung tampak jelas, beberapa lainnya
terdeteksi hanya dengan rontgen (sinar-x).
Pengkajian fisik dapat menemukan beberapa hal berikut:
a. Deformitas. Pembengkakan dari perdarahan local dapat menyebabkan deformitas pada
lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformotas
rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki
deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan. Edema dapat muncul segera sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar (ekimosis). Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot. Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntary sebenarnya berfungsi
sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri. Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur.
Intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing masing klien. Nyeri
biasanya terus-menerus meningkat jika fraktur tidak diimobilisasi. Hal ini terjadi
karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan, atau cedera pada struktur
sekitarnya.
f. Ketegangan. Ketegangan di atas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi. Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau
karena hilangnya fungsi pengungkit-lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan
juga dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi. Manifestasi ini terjadi karena gerakan antar fragmen
fraktur yang menciptakan sensasi dan suara deritan.
i. Perubahan neovaskular. Cedera neurovascular terjadi akibat kerusakan saraf perifer
atau truktur vascular yang terkait. Klien dapat mengeluh rasa kebas atau kesemutan
atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur.
j. Syok. Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok.
PATOFIOLOGI
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, dan proses patologis. Kerusakan pembuluh darah pada fraktur
mengakibatkan perdarahan sehingga volume darah menurun dan terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma yang terjadi mengeksudasi plasma dan berpoliferasi menjadi edema local
sehingga terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, sumsum, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuk hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

Anda mungkin juga menyukai