2.4.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan produksi biscuit sangat menentukan kualitas produk akhir yang dihasilkan. Pemilihan baku yang tepat sangat diperlukan dalam proses produksi, dimana untuk memperoleh produk akhir yang berkualitas baik diperlukan bahan baku yang memiliki mutu yang sesuai dengan standart yang telah ditetapkan SNI. Pengawasan mutu bahan baku yang digunakan sangat diperlukan untuk menganalisa kualitas bahan baku berkualitas buruk atau baik. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Biskuit adalah tepung terigu (52,12), gula, minyak nabati, tepung tapioka, whey bubuk, sirup glukosa, tepung kelapa, CaCO3, garam, pengemulsi lectin kedelai, pengembang, pengatur keasaman, perisa identik alami, premix vit (B1, B2, B6, B12), dan vitamin E.
2.4.2 Proses Produksi
1. Preparasi Bahan Proses produksi biskuit diawali dengan mempersiapkan bahan baku terlebih dahulu. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biskuit adalah tepung terigu (52,12), gula, minyak nabati, tepung tapioka, whey bubuk, sirup glukosa, tepung kelapa, CaCO3 Pada tahap preparasi bahan untuk proses produksi, beberapa bahan baku diberi penanganan khusus. Penanganan tersebut yakni melarutkan bahan baku dengan air didalam tanki khusus. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghomogenkan bahan baku tersebut sehingga akan mempermudah tahap mixing. Selain itu, bahan baku seperti, minyak nabati diletakkan dalam tanki untuk penyimpanan dan pengiriman ke area central kitchen. 2. Mixing Proses pencampuran bahan baku untuk proses produksi biskuit membutuhkan bantuan alat mixer. Pencampuran dilakukan untuk menghomogenkan bahan baku hingga diperoleh adonan yang kalis. Homogenitas adonan biskuit sangat mempengaruhi produk akhir biskuit. Mixer yang digunakan dalam pencampuran bahan yakni horisontal double screw mixer. 3. Tilting dan Moulding Tilting merupakan tahap dimana adonan biskuit yang berasal dari mixer dituangkan ke area mesin moulder. Proses penuangan adonan biskuit dituangkan ke dalam feeder dan dibatasi dengan star dough yang akan membagi adonan menjadi beberapa bagian. Adonan yang telah melewati star dough akan memiliki bentuk persegi panjang dan berjalan dengan conveyor. Conveyor tersebut dilengkapi dengan 2 rotary cutter yang akan membagi adonan menjadi 4 bagian dan 8 bagian. Selain itu, conveyor dilengkapi juga dengan metal detector yang bertujuan untuk medeteksi adanya kandungan logam pada adonan tersebut. Setelah adonan melewati rotary cutter, adonan tersebut akan memasuki hooper mesin moulding. Pada pencetakan biskuit, mesin pencetakan yang digunakan pada proses pembuatan biskuit yaitu rotary moulder. Moulding merupakan tahap untuk mencetak adonan menjadi biskuit basah yang siap memasuki area oven. Adonan biskuit yang memasuki mesin rotary moulder akan dipipihkan dan dicetak sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan. 4. Pengovenan Adonan biskuit yang telah melewati mesin moulder selanjutnya akan melalui tahap pengovenan. Pengovenan merupakan tahap pemasakan biskuit untuk memperoleh biskuit yang matang dengan kualitas yang baik. Tahap ini dibutuhan suhu yang sesuai untuk memperoleh biskuit dengan rasa, warna, dan bau yang diinginkan. 5. Cooling Biskuit yang telah dioven akan memiliki suhu yang sangat tinggi sehingga penurunan suhu diperlukan sebelum biskuit tersebut dikemas. Pendinginan biskuit dilakukan dengan belt conveyor dan kipas angin. Suhu biskuit diturunkan hingga mencapai suhu ruang untuk mencegah pengembunan ketika biskuit dipacking. Pengembunan yang terjadi dalam kemasan biskuit dapat menyebabkan kerusakan tekstur biskuit dan tumbuhnya jamur. 6. Packing Biskuit yang telah mencapai suhu ruang, akan dikemas menggunakan kemasan sesuai dengan standart. Pengemasan biskuit menggunakan kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier. Biskuit yang berasal dari belt conveyor cooling akan masuk kedalam conveyor pembagi dengan tujuan untuk menata biskuit sebelum dibungkus dengan kemasan primer “cello”.
2.4.3 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu dalam proses produksi biskuit sangatlah penting. Pengawasan mutu merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menjamin kualitas produk biskuit yang dihasilkan. Pelaksanaan pengawasan mutu dilaksanakan oleh Quality Control Departement sesuai dengan standar SNI atau spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Aspek pendekatan untuk melaksanakan pengawasan mutu terhadap biskuit Roma Kelapa, yakni: a. Pengawasan mutu bahan baku (Incoming Raw Material Quality Control) b. Pengawasan mutu proses produksi (Process Quality Control) c. Pengawasan mutu produk biskuit (Finish Good Quality Control) Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biskuit selalu dikontrol kualitasnya oleh divisi Quality Management Department. Pengendalian mutu bahan baku dilakukan melalui analisa secara fisik serta analisa secara kimia dan mikrobiologi. Analisa fisik bahan baku dilakukan oleh analyst Quality Control Incoming, sedangkan analisa kimia dan mikrobiologi dilakukan oleh analyst Quality Control Laboratorium. Analisa yang dilakukan oleh analyst Quality Control Incoming didasarkan pada form incoming bahan baku dan checklist monitoring kendaraan. Selain itu, analyst Quality Control Incoming bertugas untuk mengambil sampel dimana pengambilan sampel tersebut dilakukan sebelum bahan baku dimasukkan ke tempat penyimpanan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acceptance sampling berdasarkan ketetapan AQL dari perusahaan. Selanjutnya sampel tersebut dikirim ke laboratorium untuk di analisa secara kimia dan mikrobiologi oleh Quality Control Laboratorium. Analisa sampel bahan baku di laboratorium dilaksanakan oleh analyst Quality Control Laboratorium. Bahan baku yang dianalisa harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sampel bahan baku yang telah memenuhi standar diverifikasikan ke bagian gudang dan selanjutnya barang tersebut akan dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan untuk bahan baku. Adapun hasil analisa yang tidak memenuhi standar dibutuhkan analisa ulang untuk memverifikasi hasil. Apabila hasil analisa ulang tetap tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan tersebut, maka penerimaan atau penolakan bahan baku ditentukan oleh manager Quality Control. 1. Uji Kadar Air Analisa kadar air raw material biskuit dilakukan pada sampel tepung terigu, tepung tapioka, tepung kelapa, whey powder, glucose, garam, gula pasir, sodium carbonate, bubuk biskuit, dll. Pengujian kadar air pada laboratorium dilakukan dengan menggunakan oven Memmert. Selain itu, analisa juga dapat dilakukan menggunakan Moisture Analyzer. 2. Uji pH Analisa pH raw material biscuit dilakukan pada sampel tepung terigu, tepung tapioka, tepung kelapa, whey powder, glucose, garam, gula pasir, sodium carbonate, bubuk biskuit, dan lain-lain. Analisa pH raw material dilakukan dengan alat pH meter.dan pH universal. 3. Uji Gluten Gluten merupakan salah satu bagian yang terkandung dalam tepung terigu yang memiliki sifat elastis dan kenyal serta tidak larut dalam garam. 4. Uji Kadar NH4CO3 Ammonium karbonat merupakan zat yang digunakan untuk pengembangan dalam pembuatan roti. Analisa yang dilakukan bertujuan untuk menentukan kadar NH4CO3, dimana kadar tersebut harus mencapai standar minimal 98%. Ammonium bikarbonat merupakan salah satu alternatif bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan biskuit. Penggunaan ammonium karbonat harus memperhatikan beberapa hal. Senyawa ini bila digunakan secara berlebihan akan menimbulkan pembentukan gas terlalu tinggi sehingga terjadi kerusakan struktur gluten, pengembangan yang berlebih dan timbulnya rasa pahit. Biskuit yang dihasilkan juga akan mengalami kerapuhan dari segi struktur.
Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas IndonesiaPress pp.191- 255