Anda di halaman 1dari 3

1.

Metode Produksi Paraxylene


1.1 Catalytic Reforming Naphtha
Sekitar 70% dari produksi global benzene, toluene dan xylene (BTX) diproduksi di
unit Catalytic Reforming Naphtha yaitu sebuah teknologiyang memproduksi komponen
oktan tinggi. Komposisi BTX (benzene, toluene, xylenes) bergantung dari sumbernya,
seperti xylene dan toluena yang merupakan komponen utama dari reformate. Unit
Continuous Catalytic Regeneration (CCR) terdiri dari tiga atau empat reaktor adiabatic
secara seri dengan pemanas yang dipasang diantara masing-masing reactor dan stream
recycle untuk mencapai reformate yang lebih baik. Suhu merupakan parameter yang
penting dalam proses pembentukan katalitik. Dengan menaikkan atau mengurangi suhu
pada saluran masuk reaktor, reaksi dapat menaikan atau menurunkan produk. Suhu masuk
reaktor tidak sama, pada umumnya 4300C -5400C bergantung pada katalis dan material
yang bereaksi dalam vessel. (I.L. Egun, 2018)
1.2 Disproporsionasi Toluena
Pembuatan paraxylene menggunakan proses Disproporsionasi Toluena dilakukan
dengan mereaksikan dua molekul toluene dengan katalis zeolite asam untuk membentuk
molekul xylene dan molekul benzene. (Maria A Uguina, 1993) Teknologi ini mencakup 3
area pemrosesan utama: reactor, produk distilasi dan pemurnian kembali paraxylene.
Paraxylene dengan kemurnian 90% dari campuran xylene dapat dipisahkan dengan
teknologi kristalisasi atau adsorpsi dengan biayayang rendah.
(http://www.gtctech.com/technologylicensing/petrochemicaltechnology/disproportionatio
n/) Proses ini juga memproduksi benzene, untuk itu layak ketika benzene juga dibutuhkan
bersama dengan xylene.
1.3 Metilasi toluene
Pembuatan paraxylene dengan proses metilasi toluena dilakukan dengan
mereaksikan toluena dan metanol dengan katalis zeolit seperti ZSM-5 terbentuk air dan
xylene dengan komposisi kesetimbangan termodinamika isomer xylene pada suhu 450 0C
paraxylene 23,37 %; m-xylene 51,94; o-xylene 24,69. (Aboul-Gheit, 2011)

Paraxylene mempunyai titik didih yang sangat dekat dengan isomer xylennya,
sehingga tidak mudah untuk melakukan pemisahan. Untuk memenuhi permintaan industri
perlu dilakukan isomerisasi dengan mengkonversi isomer xylene menjadi paraxylene.
(Ashraf, 2013) Proses metilasi toluena merupakan pemilihan proses yang sesuai karena
dapat memproduksi selektivitas paraxylene yang tinggi. Berdasarkan penelitian
sebelumnya berbagai modifikasi katalis zeolit telah menghasilkan selektivitas paraxylene
yang tinggi. (alabi,2012) (Dung Va Vu, 2006)
Modifikasi katalis ZSM-5 telah dilakukan dengan penambahan beberapa zat yang
ditunjukkan oleh Tabel 1 (J.P. Breen, 2007). Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa
selektivitas p-xylene lebih dari 90 % dengan penambahan boron dan magnesium dalam
modifikasi katalis. Meskipun modifikasi ZSM-5 dengan boron menghasilkan selektivitas
yang lebih tinggi yaitu 99,9 %, stabilitas katalis B/ZSM-5 dalam reaksi menurun
dikarenakan B/ZSM-5 kehilangan boron selama reaksi berlangsung. (J.P. Breen, 2007).
Selektivitas yang dihasilkan oleh modifikasi katalis ZSM-5 dengan Mg dapat ditingkatkan
dengan meminimalkan waktu kontak pada situs asam eksternal sehingga isomerisasi yang
tidak diinginkan dapat dikurangi. (J.P. Breen, 2005)
Tabel 1. Reaksi Metilasi Toluena dalam variasi modifikasi katalis ZSM-5 (Kondisi
reaksi: flow rates toluene 3,2 cm3/min; methanol 0,4 cm3/min; water 3,6 cm3/min;
hydrogen 7,2 cm3/min; nitrogen 185,6 cm3/min)
Katalis Konversi Selektivitas
Toluene (%) (%)
p-xylene m-xylene o-xylene
HZSM-5 6,4 23,3 51 26
10% B/ZSM-5 5,5 >99,9 0 0
10% P/ZSM-5 0,3 36,7 21,9 30,3
10% Mg/ZSM-5 6,5 92,7 5,9 1,4
10% Fe/ZSM-5 5,7 36,8 43,8 19,5
10% Ga/ZSM-5 3,5 39,6 43,3 17,1
10% Pr/ZSM-5 4,5 51,5 35,1 13,4
10% Tb/ZSM-5 11,2 59,6 29,4 11
10% Sn/ZSM-5 7 42,3 38,7 19
10% Al/ZSM-5 7,4 49,3 37,3 13,4

2. Pemurnian p-Xylene
2.1 Kristalisasi
Reaksi toluena, methanol dan ZSM-5 dalam reaktor menghasilkan senyawa
benzene, toluene dan xylene. Senyawa xylene mempunyai titik didih yang sangat dekat
dengan isomernya sehingga tidak mudah untuk dilakukan pemisahan. Benzene dapat
dipisahkan dengan distilasi, karena mempunyai range titik beku yang cukup jauh
memungkinkan untuk memisahkan isomer xylene dengan suhu yang rendah. Paraxylene
mempunyai titik beku yang paling tinggi sehingga dapat terlebih dulu terpisahkan dengan
isomer yang lainnya membentuk Kristal, dan Kristal padat dapat dipisahkan dengan filtrasi
atau sentrifugasi. Kristalisasi dapat terjadi dengan mendinginkan campuran sehingga
menjadi jenuh menghasilkan pembentukan inti kristal dan selanjutnya tumbuh menjadi
sebuah kristal. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan crystallizer berjaket, sraped
surface heat exchanger, dan teknik pendinginan langsung seperti injeksi miscible atau
immiscible zat pendingin seperti cairan CO2. Proses kristalisasi sangat tepat dipilih ketika
stream mempunyai konsentrasi paraxylene yang rendah.
Tabel 2. Sifat Fisika Isomer Xylene
Komponen Titik didih, 0C Titik beku, 0C
Benzena 80,1 5,5
Toluena 110,6 -95,0
p-xylene 138,3 13,2
m-xylene 139,1 -47,9
o-xylene 144,3 -25,2
(W.M. Haynes, 2017)
2.2 Adsorpsi
Metode ke dua dalam pemisahan xylene yaitu dengan adsorpsi pada molecular
sieve. Perbedaan posisi pada kelompok metil menyebabkan xylene mempunyai perbedaan
pada diameter kinetic: 6,7 A untuk p-xylene, 7,3 A untuk o-xylene, dan 7,4 A untuk m-
xylene. (Choundary, 1997). Salah satu metode adsorpsi yaitu teknologi Simulated Moving
Bed (SMB) yang memisahkan p-xylene dari campuran xylene. SMB pada industry
beroperasi pada kondisi fasa cair (suhu = 180 0C dan tekanan =9 bar) dan memproduksi
paraxylene dengan kemurnian tinggi. (Mirjana, 2008) Potassium mengubah Y zeolite dan
p-diethylbenzene sebagai adsorben dan desorben. Feed merupakan campuran C8 aromatic
yang mengandung 23,6% p-xylene, 49,7 m-xylene, 12,7% o-xylene dan 14% ethylbenzene.
(Mirjana, 2002)
2.3 Distilasi
Benzene/toluene dan o-xylene/p-xylene mempunyai relative volatility masing-
masing 3,09 dan 1,17. Benzene dapat dipisahkan secara mudah dari campuran dengan
distilasi sedangkan pemisahan o-xylene membutuhkan extensive distillation karena relative
volatility yang rendah. Pemisahan paraxylene dengan m-xylene sangat sulit karena
mempunyai titik didih yang sangat dekat dan relative volatility rendah 1,02 sehingga harus
dipisahkan dengan ordinary distillation. (Saito, 1971). Metode pemisahan campuran meta-
xylene dan paraxylene dilakukan dengan menambahkan tert-butylbenzene yang
mengandung aluminium klorida dalam kondisi alkilasi ringan dan membentuk titik didih
ter-butil meta-xylene yang lebih tinggi. (Saito, 1971)

Anda mungkin juga menyukai