Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit
atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem
saraf pusat dan lebih lanjut menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota
badan dan wajah sehingga menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
pasien.
Interfensi fisioterapi dan kerjasama dengan tenaga medis dan paramedis
lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien
dirawat di RS maupun setelah kembali di keluarganya.
Hemipharese merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya kelumpuhan
separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gerakan
ADL lainnya.
Dalam penulisan laporan klinik ini penulis akan membahas tentang
penatalaksanaan fisioterapi pada pasien hemipharese kanan pasca stroke dengan
berbagai modalitas fisioterapi yang ada. Hal ini meliputi penanganan pada
extremitas superior dan inferior serta mencegah kecacatan lebih lanjut.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Susunan Saraf Pusat (SSP)


1. Otak

a. Pra Enchephalon

1) Telencephalon : Hemisperium cerebri, Telencephalon


medium

2) Diencephalon : Thalamus, Metathalamus, Hypothalamus,


Subthalamus dan Epithalamus

b. Mesencephalon

1) Tectum Mesencephalon

2) Tecmentum Mesencephalon

3) Pedunculus Cerebri

c. Rhombencephalon

1) Metencephalon (Pons dan Cerebellum)

2) Myelencephalon (Medula Oblongata)

2. Medulla Spinalis (MS)

a. MS Cervicalis C1-C8

b. MS Thoracalis Th1-Th12

c. MS Lumbalis L1-L5

d. MS Sacralis S1-S5

e. MS Coccygeus Cc0-Cc1,2

2
Susunan Saraf Perifer (Tepi)

1. Nervi Cranialis, 12 pasang

2. Nervus Spinalis (N. Segmentalis), 31 pasang terdiri atas 2 buah radix


yaitu

a) Radix Dorsalis (Radix Sensoris)

b) Radix Ventralis (Radix Motorik)

Akar saraf keluar dari segment columna vertebralis sehingga jumlahnya


31 pasang, identik dengan segment Medulla Spinalis. Selain itu,
pembagian N. Spinalis secara kelompok membentuk Plexus sbb :
1) Plexus Cervialis C0,1-C4

2) Plexus Brachialis C4,5-Th1

3) Plexus Lumbalis

4) Plexus Sacralis

3. Susunan Saraf Visceral

a) S.S Visceral Afferent

b) S.S Visceral Efferent

Secara fungsional susunan saraf dibagi atas 2 komponen :


a) Susunan Saraf Somatik
b) Susunan Saraf Autonom terdiri atas :
 Susunan Saraf Simpatis
 Susunan Saraf Parasimpati

3
B. Patologi
1. Definisi

Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan


peredaran darah dapat berupa Iskemia, yaitu aliran darah berkurang
atau terhenti pada sebagian daerah di otak dan perdarahan yang
biasanya terjadi karena dinding pembuluh darah robek. Seperti
bagian-bagian tubuh lainnya, otak mendapatkan suplai darah dari
pembuluh darah agar dapat mempertahankan fungsinya secara
normal. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak
terganggu dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian
sel-sel otak (disebut infark).
Otak membutuhkan sangat banyak oksigen. Bila suplai
oksigen terputus selama 8-10 detik sudah terjadi gangguan fungsi
otak. Bila suplai oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, maka terjadi
kerusakan otak yang tidak dapat pulih/menetap. Faktor yang
mempengaruhi aliran darah di otak adalah: keadaan pembuluh darah,
keadaan darah dan keadaan jantung. Gejala utama stroke adalah
timbulnya gangguan saraf secara mendadak seperti yang telah
disebutkan di atas. Derajat keparahan bervariasi dari yang ringan
sampai berat. Gejala stroke yang mula-mula ringan saja dapat
kemudian memberat dalam beberapa jam atau hari. Itulah sebabnya
gejala stroke tidak boleh diabaikan walaupun pada awalnya ringan.
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan
maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan
vaskular. Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi:
1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik

2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik

Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara

4
keduanya memang terdapat perbedaan dalam hal patologi, faktor
resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya. Stroke non hemoragik
atau yang disebut juga stroke iskemik didefinisikan secara patologis,
sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak
adekuat sedangkan stroke hemoragik merupakan kematian jaringan
otak di karenakan pecahnya pembuluh darah yang mengantarkan
darah ke otak.

2. Etiologi
Hemiparese terjadi karena adanya kerusakan pada salah satu sisi otak
yang disebabkan oleh stroke, cedera otak, tumor otak, atau cedera
pada sistem saraf. Sisi tubuh mana yang mengalami kelemahan akibat
stroke, tergantung disisi otak sebelah mana kerusakan terjadi.
3. Proses patologi gangguan gerak dan fungsi

Hemiparese akibat stroke NHS merupakan kelemahan


separuh badan oleh adanya penyumbatan pembuluh darah di otak
baik berupa thrombus maupun embolisasi.Penyumbatan yang terjadi
secara tiba – tiba, disebabkan oleh embolus – embolus tersebut
berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding.
Akibat kerusakan sebagian atau keseluruhan dari modula
spinalis dapat menyebabkan hilangmya fungsi dari sel –sel yang
menghantarkan implus dari pusat motorikdan akan berakhir pada
daerah yang mengalami cedera gejalayang timbul tergantung dari
penyebabnya, bila terjadi secara tiba – tiba akan mengalami spinal
syocle yang di tandai dengan placid paralisys.Kerusakan di atas L1
memberikan gambaran lesi Upper Motor Neuron, sedangkan
kerusakan di bawah L1 memberikan gambaran Lower Motor
Neuron.
Hemiparese yang terjadi akibat Shoke di sebabkan oleh CVA
(Cerebrovascular Accident), yaitu :
 hipertensi

5
 trauma pendarahan intracerebral dan sub acrohcind.

4. Gambaran Klinis
Tergantung pada jenis hemiparesis yang didiagnosis, fungsi tubuh
yang berbeda dapat dipengaruhi. Beberapa efek diharapkan (misalnya,
kelumpuhan parsial pada ekstremitas pada sisi yang terkena). Gangguan
lain, pada awalnya, dapat tampak sepenuhnya tidak berhubungan
dengan kelemahan anggota badan tetapi, pada kenyataannya,
merupakan akibat langsung dari kerusakan pada sisi otak yang terkena.

Kehilangan keterampilan motorik


Orang dengan hemiparesis sering mengalami kesulitan
mempertahankan keseimbangan mereka karena kelemahan anggota
tubuh yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memindahkan berat
badan dengan benar. Ini membuat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti berpakaian, makan, mengambil benda, atau menggunakan kamar
mandi lebih sulit. Hemiparesis dengan asal di bagian bawah otak
menciptakan kondisi yang dikenal sebagai ataksia , kehilangan
keterampilan motorik kasar dan halus, sering bermanifestasi sebagai
mengejutkan dan tersandung. Pure Motor Hemiparesis, suatu bentuk
hemiparesis yang ditandai oleh kelemahan sisi pada kaki, lengan, dan
wajah, adalah bentuk hemiparesis yang paling sering didiagnosis.

C. Intervensi Fisioterapi
1. Positioning
Setiap posisi atau gerak dari pasien harus berada dalam lingkup pola
penyembuhan atau berlawanan dengan pola spastisitas yang timbul
kemudian. Posisi dalam penyembuhan tonus sejak dini dilakukan.
Dalam pemberian positioning pasien masih dalam keadaan
2. Breathing Exercise

6
Teknik ini digunakan untuk mencegah komplikasi tirah baring yang
lama, yaitu adanya sputum yang sulit keluar dengan gangguan
mobilitas sangkar thoraks. Untuk pelaksanaan pasien dalam posisi
tidur terlentang pasien diminta untuk menarik nafas panjang lewat
hidung sampai batas maksimal kemampuan pasien dan
mengeluarkannya lewat mulut dan di berikan penekanan pada akhir
ekspirasi.
3. Mobilisasi pasif, assisted dan aktif
Hal ini didasarkan dari tujuan pemberian latihan adalah untuk
memelihara integritas jaringan lunak dan persendian, memperkecil
potensial terjadinya kontraktur. Untuk memelihara elastisitas otak, dan
membantu sirkulasi darah serta meningkatkan kekuatan otot yang
mengalami kelemahan.

7
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


1. Nama : Ny.R.S
2. Usia : 35 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : IRT
B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Nyeri kepala dan keterbatasan gerak serta
kelemahan tunngkai kanan
Letak Keluhan Utama : Anggota gerak bagian kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Dialami sejak 5 hari yang lalu secara tiba-tiba, awalnya pasien masuk RS
dengan keluhan nyeri ulu hati pada tanggal (20-02-2019). Lalu pada
tanggal 28-02-2019 pasien tiba-tiba tidak sadar, dan anggota gerak sebelah
kanan tidak bergerak

Riwayat Penyakit Sebelumnya :


 Riwayat nyeri kepala (+)
 Riwayat trauma (-)
 Hipertensi (+)
 Riwayat jantung (-)
 Stroke (-)
 Batuk (-)
C. Pemeriksaan Vital Sign
 Tekanan Darah : 170/100 mmHg
 Denyut Nadi : 95 kali/menit
 Pernafasan : 23 kali/menit
 Suhu : 36,5o C

8
D. Inspeksi/ Observasi
Statis : - Wajah pasien dalam kondisi lemas. Pasien dalam kondisi
berbaring memakai inpus.
- Tangan kanan drop.
- Drop Foot.
Dinamis : Pasien kesulitan menggerakkan lengan dan tungkai kanannya
E. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan Aktivitas Fungsional Lengan dan Tungkai Hemiparese Dextra
Et Causa Infection Cerebri.
F. Problematik Fisioterapi
a. Anatomical / Functional Impairment
- Keterbatasan Gerak kesegala arah, terutama tungkai kanan.
- Kelemahan otot.
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan
- Drop hand dan Dropfoot
b. Activity Limitation
- Gangguan ADL
c. Participation Restriction
- Pasien belum mampu berinteraksi dengan baik.
- Tidak bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekitarnya.
G. Tujuan intervensi
1. Tujuan jangka pendek :
- Mengembalikan fungsi gerak.
- Memperkuat otot-otot tungkai atas dan bawah pada sisi kanan.
2. Tujuan jangka panjang :
- Agar pasien dapat kembali berinteraksi dengan baik.
- Mengembalikan structural pada tungkai dan lengan kanan.
H. Program Intervensi Fisioterapi
1. Positioning
a. Posisikan anatomis untuk mencegah deformitas

9
b. Disanggah di bagian shoulder dengan kain atau bantal kecil agar
tidak terjadi subluksasi
c. Disanggah di bagian pelvic dengan kain atau bantal kecil agar tidak
terjadi dicubitus
d. Disanggah di bawah lutut dengan kain atau bantal kecil agar
mudah di bengkokkan
e. Disanggah di bawah telapak kaki dengan kain atau bantal kecil
agar kakinya tidak drop foot.

2. Breathing exercise
Teknik ini digunakan untuk mencegah komplikasi tirah baring
yang lama, yaitu adanya sputum yang sulit keluar dengan gangguan
mobilitas sangkar thoraks. Untuk pelaksanaan pasien dalam posisi
tidur terlentang pasien diminta untuk menarik nafas panjang lewat
hidung sampai batas maksimal kemampuan pasien dan
mengeluarkannya lewat mulut dan di berikan penekanan pada akhir
ekspirasi.

3. Mobilisasi pasif, assisted dan aktif

Latihan pasif anggota gerak atas (Latihan ini di bantu oleh


perawat,terapis atau penolong).

 Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.

 Gerakan menekuk dan meluruskan siku.

 Gerakan memutar pergelangan tangan

 Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

 Gerakan memutar ibu jari.

10
 Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.

Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah.

 Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.

 Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.

 Gerakan untuk pangkal paha.

 Gerakan memutar pergelangan kaki

Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah, meliputi :


1. Gerakan pertama
Gerakan Fleksi-Ekstensi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)
a. Posisi awal pasien tidur terlentang.
b. Bantu lengan yang mengalami kelemahan dengan
menggunakan sisi lengan yang sehat dengan pegangan pada
pergelangan tangan.
c. Lakukan gerakan ke atas secara perlahan-lahan kemudian
kembali ke posisi awal.
d. Ulang gerakan sebanyak tujuh kali. Dalam melakukakan
latihan ini, diberikan bantuan bagi lengan yangmengalami
kelemahan. Luas bidang yang dibentuk (sagital) seluas
mungkin dansebatas nyeri jika terdapat gejala nyeri.
2. Gerakan kedua
Latihan Mandiri Eksternal dan Internal Rotasi Bahu (Sumber:
Irfan, 2010)
a. Posisi lengan yang lemah (bahu 90° dan siku 90°).
b. Bantu dengan tangan yang sehat, letakkan pegangan pada
pergelangantangan.
c. Lakukan gerakan ke atas dan ke bawah (eksternal dan
internal rotasi).

11
d. Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali
pengulangan.Latihan ini diawali pada posisi 90° abduksi
bahu dan 90° fleksi siku.

Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan oleh karena


adanya keterbatasangerak bahu, maka posisikan abduksi sebatas
lingkup gerak yang bisa dibentuk.Sebaiknya pasien menggunakan
tangan yang tidak mengalami kelemahan sebagaikomponen yang
aktif. Ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang
mengikuti pola gerak yang dilakukan.

3. Gerakan ketiga
Latihan Mandiri Pada Tangan
a. Gerakan jari-jari pada tangan yang lemah.
b. Lakukan gerakan membuka secara perlahan.
c. Berikan tahapan minimal jika memungkinkan dengan tangan
yang sehat.
d. Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.
Latihan ini ditujukan pada komponen ekstensor jari-jari.
Aktifitasekstensor jari-jari tangan akan sangat menentukan
kemampuan fungsional tangan. Dalam melakukan latihan ini,
salah satu hal yang penting adalah posisi pergelangan tangan (
wrist joint ) 45° ekstensi (dorsal fleksi). Gerakan jari-jaritangan
ke arah ekstensi hanya sebatas pada posisi netral atau dengan kata
lainhindari gerakan hiperekstensi.

4. Gerakan keempat

Latihan Pada Jari Tangan


a. Genggam jari telunjuk sampai jari kelingking pada tangan yang
lemah.

12
b. Lakukan gerakan membuka pada tangan yang lemah sampai
pada sudut90°.
c. Lakukan gerakan perlahan kemudian lanjutkan dengan
mobilisasi pasif kearah ekstensi pergelangan tangan (wrist joint )
hingga membentuk sudut 90°
d. Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.
Latihan ini akan meningkatkan kemampuan stabilisasi dan
mobilisasi pergelangan tangan ( wrist joint ) dan punggung
tangan. Sifat stabilisasi danmobilisasi terjadi secara bergantian
antara kedua bagian tersebut

5. Gerakan kelima
Latihan Aktif Thumb dan Lower Arm
a. Posisi awal fleksi siku 90°.
b. Berikan pegangan pada sisi luar ibu jari.
c. Kemudian berikan gerakan ke dalam dan keluar (fleksi-ekstensi
thumb) secara perlahan.
d. Berikan pula gerakan pronasi dan supinasi pada lengan
bawah.Latihan ini juga ditujukan untuk memelihara fleksibilitas
dan elastisitas jaringan anggota gerak atas, sehingga komplikasi
akibat adanya mobilisasi dapatdihindari.

6. Gerakan keenam
Latihan Aktif Lengan
a. Gunakan tali atau alat bantu lainnya.
b. Posisi lengan tidak lebih dari 90°.
c. Tekuk lutut dan hip 90° untuk mengurangi tekanan abdominal.
d. Lakukan gerakan ke arah bawah dengan perlahan.
e. Saat gerakan dilakukan bersama dengan meniup nafas
(ekspirasi).

13
7. Gerakan ketujuh
Latihan Aktif Fleksi Tungkai (Sumber: Irfan, 2010)
a. Posisikan punggung kaki yang sehat di bawah lutut tungkai yang
lemah.
b. Angkat lutut dengan menggunakan punggung kaki hingga
membentuk sudut optimal.
c. Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali pengulangan.

8. Gerakan kedelapan
Latihan Aktif Fleksi Lengan (Sumber: Irfan, 2010)
a. Posisi pasien duduk di tepi bed
b. Gunakan tongkat sebagai alat bantu.
c. Lakukan gerakan mengangkat lengan ke atas dengan bantuan
lengan yang sehat
4. Penggunaan Alat cock up hand splint
Cock Up Splint, ortosis yang digunakan untuk immobilisasi dan
support pada wrist (pergelangan tangan) dan fore arm (lengan bawah)
yang mengalami cidera, drop hand (spastic & flaccid).
 Tujuan :
- Immobilisasi/penyangga
- Mencegah deformitas
- Mencegah kontraktur jaringan lunak
- Memblok bagian tertentu/ mengotrol pergerakan sendi
tertentu

14
5.penggunaan alat ankle foot orthosis
Ankle Foot Orthosis (AFO) Dewasa, merupakan jenis alat penguat yang
berfungsi untuk membantu mobilitas pasien Drop foot pasca stroke, Genu
Varus,Genu Valgus. AFO ini dibuat dari bahan polyetilene dan
polypropilen dilapisi dengan soft foam yang di desain khusus sesuai
dengan kasusnya.
 Tujuan
- Mencegah kaki yang masuk kearah dalam
- Mengkoreksi telapak kaki pasien yang jinjit atau kaku
- Alat bantu penguat kaki
- Mengembalikan posisi normal bagian ankle
- Sebagai alat bantu latihan jalan

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah
penyakit atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan
kerusakan pada sistem saraf pusat dan lebih lanjut menyebabkan
kelumpuhan pada sebagian anggota badan dan wajah sehingga
menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
Interfensi fisioterapi dan kerjasama dengan tenaga medis dan
paramedis lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik
selama pasien dirawat di RS maupun setelah kembali di keluarganya.
Hemipharese merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya
kelumpuhan separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan
motorik dan gerakan ADL lainnya.
Pada kausu hemiparase dapat di berikan alat bantu yaitu : cock up
hand splint yang berguna untuk mengotrol pergerakan sendi tertentu, dan
ankle foot orthosis (AFO) yang berfungsi sebagai alat bantu penguat kaki,
untuk mengembalikan posisi normal bagian ankle.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Djohan. Ahmad, Hasniah. Ahmad, Andi. 2014. Tes Spesifik


Muskulosceletal Disorder. Makassar: PhysioCare Publishing.

Sugeng.ortho.medical

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi. EGC.

J.Hislop, Helen. Montgomery, Jaequcline. Muscle Testing.

Kisner, Carolyn. Allen Colby, Lynn. Terapi Latihan. EGC

17

Anda mungkin juga menyukai