Anda di halaman 1dari 5

Pelayanan kesehatan di RumahSakitUmum Daerah Kota Padangsidimpuan khususnya di Rawat

Inap bedah dan Instalasi Bedah Central ( IBS ), banyak ditemui fenomena pasien yang mengalami

kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat sebelum dilakukan tindakan operasi baik itu di

ruang tunggu psaien dan sebelum dimulai tindakan pembiusan di kamar operasi. Kecemasan yang

dialami pasien mempunyai bermacam – macam alasan diantaranya adalah : cemas menghadapi

ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota

tubuh, cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah biaya yang

membengkak. Beberapa pasien yang mengalami kecemasan berat terpaksa menunda jadwal

operasi karena pasien merasa belum siap mental menghadapi operasi.

Kecemasaniniperlumendapatperhatiandanintervensikeperawatankarenakeadaanemosional

pasien yang akanberpengaruhkepadafungsitubuhpasienmenjelangoperasi. Kecemasan yang

tinggidapatmemberikanefekdalammempengaruhifungsifisiologistubuh yang

ditandaidenganadanyapeningkatantekanandarah, peningkatanfrekuensinadi,

peningkatanfrekuensinapas, ketakutan, mual/muntah, gelisah, pusing, diaforesis, gemetar rasa

panasdandingin. Karenadenganadanyatanda-

tandatersebutmakabiasanyaoperasiakanditundaolehdokter.

Terjadinyakecemasanmenyebabkanmenurunnyaimunitaspenderita.MenurutSnyderman

(dalamHawari, 2004)

bahwaterapimedissajatanpadisertaido’adandzikirtidaklahlengkap.Kenyataannyabanyakpenderita

yang belummendapatbimbinganterhadappendekatankeagamaanuntuk
Perbedaan tingkat kecemasan dapatmempengaruhi persiapan operasi. Tingkat
kecemasan sedang merupakan waktu yang optimal untuk mengembangkan
mekanisme strategi kopingpada pasien yang bersifat konstuktif. Perawat dalam
melakukan tindakan proses keperawatan komunikasi terapeutik tetap harus
berpegang padakonsep bahwa pasien adalah manusia yang bersifatunik dan
kompleks yang dipengaruhi oleh faktorbiopsikososial dan spiritual.
Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik

dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan

dilihat secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa

takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi

serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai

suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan

penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi

operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya ta

Terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas

penderita. Menurut Snyderman (dalam Hawari, 2004) bahwa terapi medis

saja tanpa disertai do’a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataannya banyak

penderita yang belum mendapat bimbingan terhadap pendekatan

keagamaan untuk melakukan do’a dan dzikir baik dari tenaga pelayanan

kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini terjadi karena

disebabkan kurang pengetahuan tentang keagamaan dan bimbingan dalam

melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do’a dan

dzikir.
Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan

peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sapitri (2015).

Penelitian dilakukan di RSUD Ambarawa. Subyek penelitian adalah

pasien pre operasi bedah mayor di RSUD Ambarawa sebanyak 32 orang

untuk one group pretest-postes. Hasil penelitian menunjukkan ada

pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dzikir dengan nilai p=

0,000 ( < 0,05 ) dengan kesimpulan bahwa Dzikir terbukti memiliki

pengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan pre operasibedah mayor,

sehingga dzikir dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang bisa

digunakan untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.

Dengan demikian, berdasarkan dari penjelasan di atas

peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan

tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi

Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka

rumusan masalah adalah apakah ada pengaruh dzikir terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU

Dr.Pirngadi Medan.
Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan dzikir pada pasien pre

operatif operatif bedah mayor di RSUD Kota Padangsidimpuan.

Untuk mengetahui tingkat kecemasan responden sesudah dilakukan dzikir pada pasien pre

operatif operatif bedah mayor di RSUD Kota Padangsidimpuan.

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan responden Sebelum dan Sesudah dilakukan

dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di operatif bedah mayor di RSUD Kota

Padangsidimpuan.

1.3.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien pre operatif bedah mayor di RSUD Kota Padangsidimpuan antara lain :

1.3.3.1. Praktik Keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan dan meningkatkan pengetahuan bagi perawat dalam

memahami pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien

pre operatif bedah mayor di RSUD Kota Padangsidimpuan sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan.

1.3.3.2. Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh dzikir

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif bedah mayor di

RSUD Kota Padangsidimpuan yang akan memperkaya ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.


1.3.3.3. Penelitian Keperawatan

Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.

Anda mungkin juga menyukai