PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat & Jong, 2014).
integritas seseorang dan selanjutnya bisa menyebabkan reaksi stress fisologis maupun
pembedahan dan respon mereka pun juga berbeda–beda. Ketakutan khusus yang
takut anestesi, takut dibuat tidur dan tidak dapat bangun lagi, takut merasa nyeri pasca
trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan
gejala. Salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidajat dan
Jong, 2014).
Pembedahan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor
dan minor. Operasi minor adalah operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang
pasien yang menjalani operasi minor dapat pulang pada hari yang sama. Sedangkan
operasi mayor adalah operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien (Parker et
al., 2010)
Operasi mayor biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien yang
menjalaninya seperti adanya bagian tubuh yang hilang sehingga akan terjadi
kecacatan dan perubahan bentuk tubuh. Pembedahan juga dapat menimbulkan trauma
fisik yang luas, dan resiko kematiannya sangat serius, misalnya total abdominal
histerektomi, reaksi kolon, dan lain-lain. Resiko tinggi ini menimbulkan dampak atau
pengaruh psikologis pada pasien pre operasi, pengaruh psikologis terhadap tindakan
dan kecemasan yang umum diantaranya takut anastesinya (tidak bangun lagi), takut
nyeri akibat luka operasi, takut terjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak
berfungsi normal, takut operasi gagal, takut mati dan lain-lain( Ahsan, 2017 )
jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia,
dan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Pada tahun
2012 di Indonesia, tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan 32%
Pada tahun 2017 Jumlah angka tindakan operasi di rsud kota padangsidimpuan
mencapai 1780 kasus bedah minor dan mayor, 916 yang di bedah merupakan pasien
bedah mayor di domonasi operasi Sectio Caesar dan bedah Laparatomi. Sedangkan
tahun 2018 s/d maret 2019 angka tindakan operasi turun derastis mencapai angka
1208 kasus bedah,diantaranya 712 kasus bedah Mayor sedangkan bedah minor 496
kasus. Penurunan angka tersebut karena di berlakukannya Fase Rujukan dari Rumah
tingkat kecemasan yang dialami penting untuk diperhatikan guna menjaga kestabilan
Tingkat kecemasan yang berat dapat mengancam kesehatan mental dan fisik
pengalaman baru yang belum pernah dilakukan, serta dalam menentukan identitas diri
dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas
yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi
hindari memberi dukungan yang palsu, bantu pasien menggunakan metode koping
yang efektif, berikan pijatan dipunggung untuk mengendurkan otot yang tegang, dan
khususnya di Rawat Inap Bedah dan Instalasi bedah central, banyak ditemui
fenomena pasien yang mengalami kecemasan dari cemas ringan sampai cemas berat
sebelum dilakukan tindakan operasi baik itu di ruang tunggu psaien dan sebelum
mempunyai bermacam- macam alasan, tetapi fakta di lapangan pasien sangat takut
akan kematian di saat akan menghadapi proses operasi. Apabila kecemasan ini tidak
denyut jantung dan peningkatan tekanan darah dapat mengganggu proses berjalannya
operasi berlangsung, atau dapat pula berakhir dengan pembatalan operasi karena
emosional pasien yang akan berpengaruh kepada fungsi tubuh pasien menjelang
operasi. Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek dalam mempengaruhi fungsi
panas dan dingin. Perubahan fungsi fisiologis terlihat jelas setelah monitor anestesi di
pasang. Karena dengan adanya tanda-tanda tersebut maka biasanya operasi akan
Menurut Snyderman (dalam Hawari, 2012) bahwa terapi medis saja tanpa disertai
do’a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataannya banyak penderita yang belum
dzikir baik dari tenaga pelayanan kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini
dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do’a dan
dzikir.
Penatalaksanan pra operasi dan pre operasi Bedah Mayor di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Padangsidimpuan belum berjalan secara efektif, perawatan yang
pada pasien akan mengakibatkan kecemasan pada pasien pra operasi bedah mayor
sehingga beberapa pasien menunda jadwal operasi karena faktor dari pasien belum
dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya harus dibuat untuk membantu
pasien mendapat bantuan spritual yang pasien inginkan. Kepercayaan yang dimiliki
oleh setiap individu pasien harus dihargai dan didukung karena keyakinan
Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara tenaga pelayanan
dzikir. Atau bisa mendatangkan seorang pemuka agama untuk membimbing dalam
Ambarawa. Subyek penelitian adalah pasien pre operasi bedah mayor di RSUD
menunjukkan ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dzikir dengan nilai
p= 0,000 ( < 0,05 ) dengan kesimpulan bahwa Dzikir terbukti memiliki pengaruh
dalam menurunkan tingkat kecemasan pre operasi bedah mayor, sehingga dzikir
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menurunkan
meneliti tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
apakah ada pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre
Padangsidimpuan.
1.3.2. Tujuan Khusus
dzikir pada pasien pre operatif operatif bedah mayor di RSUD Kota
Padangsidimpuan.
dilakukan dzikir pada pasien pre operatif operatif bedah mayor di RSUD
Kota Padangsidimpuan.
pasien pre operatif bedah mayor di RSUD Kota Padangsidimpuan antara lain :
keperawatan.