PENDAHULUAN
1
Di Indonesia, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menurut provinsi,
didpatkan hasil yaitu provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa Timur
(37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah
(36,6%), Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),
Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan
provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka
nasional (31,7%).4
2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan suatu
pengkajian pada pasien hipertensi untuk mengetahui faktor risiko yang
berkaitan dengan terjadinya hipertensi pada pasien tersebut.
1.2 Tujuan
3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
4
b. KRITERIA B: Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)
1 4 3 3 4 5
e. PENETAPAN NILAI
ISPA
NPD : (A+B) C = (9+4)4 = 13x4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (9+4)4x1 = 52x1 = 52
Dispepsia
NPD : (A+B) C = (9+4)3 = 13x3 = 39
NPT : (A+B) CxD = (9+4)3x1 = 39x1 = 39
Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8+8)3 = 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8+8)3x1 = 48x1 = 48
Hipotensi
NPD : (A+B) C = (7+4)4 = 11x4 = 44
NPT : (A+B) CxD = (7+4)4x1 = 44x1 = 44
5
f. KESIMPULAN
Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
ISPA 9 4 4 52 1 52 1
Hipertensi 8 8 3 48 1 48 2
Hipotensi 7 4 4 44 1 44 3
Dispepsia 9 4 3 39 1 39 4
2.1. Kasus
A. Identitas pasien
B. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
6
Pasien perempuan datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan
sesak nafas yang dialami sejak 2 hari lalu. Awalnya keluhan belum
memberat namun setelah beberapa hari kemudian sesak nafas menjadi
memberat dan diikuti rasa nyeri di bagian uluhati.
Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar, berat pada kepala
hingga leher, dan terkadang merasakan ngilu pada kedua lengannya.
Keluhan tersebut lebih sering muncul pada malam hari terutama pada
saat dirasakan saat suhu dingin.
Saat diperiksa di Puskesmas Wani, tekanan darah pasien 140/90
mmHg, Nadi 89 x/Menit, Pernafasan 25x/menit dan merupakan pasien
yang sering datang memeriksakan dirinya di Poli Jantung RSUD Undata.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku awal mula mengetahui bahwa dirinya memiliki
hipertensi pada tahun 2015, saaat itu pasien mengeluhkan sesak nafas,
nyeri dada, perasaan jantung berdebar-debar, badan terasa berat, kepala
dan leher terasa berat, terasa ngilu pada lengan dan kaki. Saat tekanan
darah diperiksa ternyata hasilnya adalah 200/120 mmHg. Diabetes
Mellitus (-), Penyakit Jantung (+), asma (+), alergi (-).
Riwayat pengobatan:
Pasien mengaku sejak pertama kali mengetahui dirinya memiliki
riwayat darah tinggi pasien rutin meminum obat jantung dan juga obat
penurun tekanan darah.
7
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal di rumahnya bersama suami dan 1 orang cucunya.
Pasien merupakan golongan ekonomi menengah. Rumah tinggal pasien
terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Dinding rumah pasien terbuat dari dinding beton, atap rumha pasien
ditutupi dengan plafon, dan lantai rumah pasien terbuat dari semen.
Rumah pasien memiliki jendela dan ventilasi yang cukup; tiap ruangan
kamar tidur memiliki jendela yang selalu di buka tiap pagi hingga sore,
ruang tamu pasien memiliki jendela dengan pencahayaan yang cukup.
Pasien memiliki kamar mandi serta jamban yang digunakan tiap hari,
sumber air berasal dari sumur yang dialirkan menggunakan mesin, air
tersebut digunakan untuk keperluan makan dan minum, mencuci dan
mandi. Untuk memasak biasanya pasien menggunakan kompor gas.
Pasien memiliki hewan peliharaan yaitu ayam.
Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
merokok. Sehari-hari pasien memasak sendiri dirumah dan biasanya
makan sebanyak 2-3x sehari. Pasien mengaku dulu sangat suka
mengkonsumsi sayur kelor yang di santan, ikan asin, nasi putih dan
kadang nasi jagung. Tapi setelah didiagnosis penyakit jantung dan
tekanan darah tinggi pasien mengubah pola makannya dan keluarga
menjadi sayur-sayuran yang di bening atau diasam, dan mengurangi
konsumsi lauk yang digoreng.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frek. Nadi : 90 x/menit
Frek. Napas : 25 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Status gizi : Baik
8
Status Generalis
a. Kepala Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Berjilbab
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata
cekung -/-
Telinga : Liang telinga normal, serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
b. Paru
c. Jantung
d. Abdomen
9
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba.
e. Ekstremitas
Atas : Akral Hangat, Edema (-)
Bawah : Akral hangat , Edema (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. Resume
Pasien perempuan datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan
sesak nafas yang dialami sejak 2 hari lalu. Awalnya keluhan belum
memberat namun setelah beberapa hari kemudian sesak nafas menjadi
memberat dan diikuti rasa nyeri di bagian uluhati.
Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar, berat pada kepala
hingga leher, dan terkadang merasakan ngilu pada kedua lengannya.
Keluhan tersebut lebih sering muncul pada malam hari terutama pada saat
dirasakan saat suhu dingin.
Saat diperiksa di Puskesmas Wani, tekanan darah pasien 140/90
mmHg, Nadi 89 x/Menit, Pernafasan 25x/menit dan merupakan pasien
yang sering datang memeriksakan dirinya di Poli Jantung RSUD Undata.
F. Diagnosis Kerja
Hipertensi Stage I (JNC VII)
G. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Lisinopril 5 mg
- Bisoprolol 5 mg
- Simvastatin 20 mg
- Nitrokaf 2,5 mg
10
- Clopidogrel 75 mg
Non Medikamentosa
Edukasi:
1. Mengurangi asupan garam terutama dalam makanan termasuk ikan
asin dan juga makanan yang bersantan.
2. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur
dan buah-buahan
3. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol. Komplikasi yang dimaksud dapat
berupa stroke, gangguan ginjal dan lain-lain.
4. Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan yang dijalani bertujuan
agar tekanan darah pasien terkontrol ≤ 140/90mmHg
5. Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga ringan yang teratur dengan
frekuensi latihan minimal 3 kali dalam seminggu dengan lama latihan
30-60 menit sekali latihan. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktivitas rutin mereka ditempat kerjanya.
6. Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada
keluhan dan ke Puskesmas tiap bulan untuk kontrol
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4
faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor perilaku individu atau
masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya).6 Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi
konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor
risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan pada pasien Hipertensi
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori Hipertensi merupakan penyakit keturunan.
Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi yaitu gen yang
mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme
I/D (insersi/delesi) gen ACE (angiotensin converting enzyme), dan gen
yang mempengaruhi metabolisme steroid. Dengan konsentrasi ACE
yang lebih tinggi maka konsentrasi angiotensin II juga meningkat.
Angiotensin II yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara progresif melalui 2 mekanisme: vasokonstriksi di arteri
perifer dan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal.
Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan remaja
dengan keluarga tanpa hipertensi. Studi oleh Singh, sekitar 30- 60%
variasi pada tekanan darah di berbagai individu disebabkan oleh efek
faktor genetik. Anak yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi
pada kedua orang tuanya mempunyai resiko 40-60%. Dalam kasus ini
faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian hipertensi karena dalam
keluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi.
13
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah
tingkat pendidikan. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang memadai tentang
penyakit ini. Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara
masal ataupun edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering
diderita khususnya hipertensi.
Pada kasus ini pasien awalnya belum mengetahui apa itu
hipertensi, dan apa penyebabnya sehingga tekanan darah dapat
meningkat. Kehidupan sosial pasien yang tinggal di daerah kota Palu
membuat pasien terbiasa menjadikan makanan bersantan seperti sayur
kelor, makanan digoreng seperti ikan asin, dan kurangnya konsumsi
sayuran dan buah-buahan pada setiap makanan. Namun saat ini pasien
telah menyadari bahwa makanan yang dulu sering dikonsumsinya
adalah makanan yang membuat kondisi kesehatannya semakin
memburuk sehingga saat ini pasien dan keluarga telah membiasakan
untuk mengonsumsi makanan tanpa santan dan gorengan setelah pasien
diedukasi oleh tim kesehatan di puskesmas/posbindu
3. Faktor perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmojo,
pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran
akan bertahan lama daripada perilaku tidak didasari ilmu pengetahuan
dan kesadaran.
Perilaku pada pasien ini sangat mempengaruhi terkontrolnya
hipertensi pada dirinya, dimana pasien mengurangi kebiasaan makan
ikan asin dan makanan bersantan. Selain itu, perilaku pasien yang rutin
14
kontrol ke puskesmas dan minum obat teratur sangat berpengaruh pada
tekanan darahnya.
Berdasarkan anamnesis, pasien sering pergi ke puskesmas hingga
memeriksakan dirinya di poli jantung RSUD Undata untuk kontrol,
sehingga menurunkan resiko penyakit penyerta yang dapat muncul
akibat tidak terkontrolnya tekanan darah pasien.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Faktor yang dominan menyebabkan kejadian hipertensi pada kasus yaitu:
1. Faktor genetik; Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan remaja dengan keluarga tanpa hipertensi. Faktor genetik yang
mendukung adalah pada keluarga pasien terdapat 2 kakak kandung
pasien yang merupakan penderita stroke dan meninggal karena strok.
Pada kedua orang tua pasien tidak diketahui apakah terdapat riwayat
hipertensi.
2. Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pendidikan. Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi yang memadai tentang penyakit ini.
4.2. Saran
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Program promosi kesehatan terkait penyuluhan tentang penyakit
hipertensi terutama tentang faktor risiko, tanda dan gejalanya serta
pecegahannya.
Promosi kesehatan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat
bahwa obat hipertensi harus diminum seumur hidup walaupun tidak
merasakan gejala, hal ini dapat dilakukan diposbindu, poliklinik
puskesmas ataupun dapat juga dilakukan seminar awam tentang
penyakit hipertensi.
16
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayur dan buah-buahan
Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur dengan frekuensi
latihan minimal 3 kali dalam seminggu dengan lama latihan 30-60
menit sekali latihan. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu
untuk berolahraga secara khusus sebaiknya harus tetap dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga
dalam aktivitas rutin mereka ditempat kerjanya.
Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada
keluhan dan ke Puskesmas tiap bulan untuk control
17
Dimasyarakat, dapat dibentuk suatu kegiatan khusus sebulan sekali
misalnya yang ditujukan bagi penderita stroke, misalnya senam
bersama, sekaligus dapat memotivasi para penderita stroke untuk
dapat pulih. Tentunya hal ini dibutuhkan dukungan dari masyrakat
itu sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Laporan Kasus April 2019
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH
PEMBIMBING
Dr. dr. Ketut Suarayasa, M.Kes
dr. Nur Indriyani
20
Gambar 1. Foto rumah pasien penderita Hipertensi
21