Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.


Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung
jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya
angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau penggunaan
obat jangka panjang.1

Hampir semua consensus atau pedoman utama baik dari dalam


walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan
hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan
darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada
seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi. Pada
umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas
sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karena itu
hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.1

National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III); paling


sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya
31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan
dibawah 140/90 mmHg.3 Bedasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat
sekitar 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia. Prevalensi tertinggi
terjadi di wilayah Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di
wilayah Amerika sebesar 18%.2

1
Di Indonesia, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menurut provinsi,
didpatkan hasil yaitu provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa Timur
(37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah
(36,6%), Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),
Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan
provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka
nasional (31,7%).4

Dari yang diperoleh dari profil dinas kesehatan Provinsi Sulawesi


Tengah bahwa total kasus hipertensi mengalami penurunan yaitu 78.589
kasus pada tahun 2013, 76.726 kasus pada tahun 2014, menurun menjadi
72.120 kasus pada tahun 2015. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan
jumlah kasus baru dari 37.615 kasus baru pada tahun 2013, 34.836 kasus baru
pada tahun 2014, menurun menjadi 30.943 kasus baru pada tahun 2015.3

Data morbiditas (angka kesakitan) di UPTD Puskesmas Wani


Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala sejak bulan januari hingga
September 2018 menunjukkan yaitu hipertensi menempati urutan ketiga pada
daftar sepuluh besar penyakit, dengan jumlah kasus sebanyak 758 kasus.5

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH


(RATA2) %

1 ISPA 1916 33,41


2 DISPEPSIA 997 17,39
3 HIPERTENSI 897 15,64
4 HIPOTENSI 451 7,87
5 REUMATHOID ARTHRITIS 402 7,01
6 DERMATITIS ALERGI 338 5,89
7 DIARE 210 3,66
8 MYALGIA 205 3,58
9 ASMA BRONKHIAL 175 3,05
10 OSTEOARTRITIS 143 2,49
TOTAL 5734
Tabel 1. 10 besar penyakit di Puskesmas Wani

2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan suatu
pengkajian pada pasien hipertensi untuk mengetahui faktor risiko yang
berkaitan dengan terjadinya hipertensi pada pasien tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan kasus ini meliputi:


1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat – Kedokteran Komunitas

2. Sebagai gambaran untuk mengetahui beberapa faktor resiko penyebaran


kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wani

3. Sebagai upaya pencegahan meningkatnya kasus Hipertensi.

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Gambaran Umum Puskesmas Wani


Kecamatan Tanantovea merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Donggala yang memiliki 10 desa dan 36 dusun. Secara geografis, Kecamatan
Tanantovea terletak pada sebuah kabupaten Donggala yang membentang dari
Desa Wani 1 sampai Desa Bale. Kecamatan ini berada pada posisi
0˚35’32’’Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Tanantovea memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kec Labuan.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Parigi Moutong
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu
4. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Palu
Tabel 2.1 Prioritas masalah Penyakit Tidak Menular PKM Wani Tahun 2018

Besar Kemungkinan Nilai


No Masalah Kegawatan
masalah diatasi Total
1 ISPA 4 3 2 9
2 Dispepsia 4 2 2 8
3 Hipertensi 4 3 3 10
4 Hipotensi 3 2 3 8

Dilihat Dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas


Wani untuk penyakit tidak menular adalah Hipotensi, Dispepsia, Hipertensi

a. KRITERIA A: Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10
Besar masalah
Masalah kesehatan Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
W (ISPA) V 9
X (Dispepsia) V 9
Y (Hipertensi) V 8
Z (Hipotensi) V 7

4
b. KRITERIA B: Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)

Masalah Tingkat Biaya yang


Keganasan Nilai
kesehatan Kegawatan dikeluarkan
W 1 1 2 4
X 1 2 1 4
Y 2 3 3 8
Z 1 2 1 4

c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan


Sangat sulit W X Y Z sangat mudah

1 4 3 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL Factor


Masalah Hasil
P E A R L
kesehatan Perkalian
W 1 1 1 1 1 1
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1

e. PENETAPAN NILAI
 ISPA
NPD : (A+B) C = (9+4)4 = 13x4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (9+4)4x1 = 52x1 = 52

 Dispepsia
NPD : (A+B) C = (9+4)3 = 13x3 = 39
NPT : (A+B) CxD = (9+4)3x1 = 39x1 = 39

 Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8+8)3 = 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8+8)3x1 = 48x1 = 48

 Hipotensi
NPD : (A+B) C = (7+4)4 = 11x4 = 44
NPT : (A+B) CxD = (7+4)4x1 = 44x1 = 44

5
f. KESIMPULAN

Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
ISPA 9 4 4 52 1 52 1
Hipertensi 8 8 3 48 1 48 2
Hipotensi 7 4 4 44 1 44 3
Dispepsia 9 4 3 39 1 39 4

Tabel 2.2 Tabel prioritas 4 besar penyakit di Puskesmas Wani

Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit hipertensi merupakan prioritas


masalah yang menempati urutan Kedua dari 4 prioritas masalah yang ada.

2.1. Kasus
A. Identitas pasien

Nama Pasien : Ny. I


Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 1 Desember 1958
Umur : 61 Tahun
Alamat : wani 1
Status keluarga : Isteri
Suku : Kaili
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Asurasnsi : BPJS Kesehatan
Tanggal Periksa : 27 Maret 2019

B. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :

6
Pasien perempuan datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan
sesak nafas yang dialami sejak 2 hari lalu. Awalnya keluhan belum
memberat namun setelah beberapa hari kemudian sesak nafas menjadi
memberat dan diikuti rasa nyeri di bagian uluhati.
Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar, berat pada kepala
hingga leher, dan terkadang merasakan ngilu pada kedua lengannya.
Keluhan tersebut lebih sering muncul pada malam hari terutama pada
saat dirasakan saat suhu dingin.
Saat diperiksa di Puskesmas Wani, tekanan darah pasien 140/90
mmHg, Nadi 89 x/Menit, Pernafasan 25x/menit dan merupakan pasien
yang sering datang memeriksakan dirinya di Poli Jantung RSUD Undata.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku awal mula mengetahui bahwa dirinya memiliki
hipertensi pada tahun 2015, saaat itu pasien mengeluhkan sesak nafas,
nyeri dada, perasaan jantung berdebar-debar, badan terasa berat, kepala
dan leher terasa berat, terasa ngilu pada lengan dan kaki. Saat tekanan
darah diperiksa ternyata hasilnya adalah 200/120 mmHg. Diabetes
Mellitus (-), Penyakit Jantung (+), asma (+), alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit darah tinggi dalam
keluarga, tetapi 2 orang kakak kandung pasien meninggal dunia karena
mengalami Stroke. Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga (-),
Gangguan jantung (-), Asma (-), Alergi (-).

Riwayat pengobatan:
Pasien mengaku sejak pertama kali mengetahui dirinya memiliki
riwayat darah tinggi pasien rutin meminum obat jantung dan juga obat
penurun tekanan darah.

7
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal di rumahnya bersama suami dan 1 orang cucunya.
Pasien merupakan golongan ekonomi menengah. Rumah tinggal pasien
terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Dinding rumah pasien terbuat dari dinding beton, atap rumha pasien
ditutupi dengan plafon, dan lantai rumah pasien terbuat dari semen.
Rumah pasien memiliki jendela dan ventilasi yang cukup; tiap ruangan
kamar tidur memiliki jendela yang selalu di buka tiap pagi hingga sore,
ruang tamu pasien memiliki jendela dengan pencahayaan yang cukup.
Pasien memiliki kamar mandi serta jamban yang digunakan tiap hari,
sumber air berasal dari sumur yang dialirkan menggunakan mesin, air
tersebut digunakan untuk keperluan makan dan minum, mencuci dan
mandi. Untuk memasak biasanya pasien menggunakan kompor gas.
Pasien memiliki hewan peliharaan yaitu ayam.
Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
merokok. Sehari-hari pasien memasak sendiri dirumah dan biasanya
makan sebanyak 2-3x sehari. Pasien mengaku dulu sangat suka
mengkonsumsi sayur kelor yang di santan, ikan asin, nasi putih dan
kadang nasi jagung. Tapi setelah didiagnosis penyakit jantung dan
tekanan darah tinggi pasien mengubah pola makannya dan keluarga
menjadi sayur-sayuran yang di bening atau diasam, dan mengurangi
konsumsi lauk yang digoreng.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frek. Nadi : 90 x/menit
Frek. Napas : 25 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Status gizi : Baik

8
Status Generalis
a. Kepala Leher
 Kepala : Deformitas (-)
 Rambut : Berjilbab
 Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata
cekung -/-
 Telinga : Liang telinga normal, serumen (-)
 Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB

b. Paru

 Inspeksi : Permukaan dada simetris


 Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
Taktil fremitus simetris kiri sama dengan kanan
 Perkusi : Paru sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)

c. Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tampak


 Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicula
Sinistra
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, regular.

d. Abdomen

 Inspeksi : Permukaan datar


 Auskultasi : Peristaltik kesan normal
 Perkusi : Timpani seluruh abdomen

9
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba.
e. Ekstremitas
 Atas : Akral Hangat, Edema (-)
 Bawah : Akral hangat , Edema (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

E. Resume
Pasien perempuan datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan
sesak nafas yang dialami sejak 2 hari lalu. Awalnya keluhan belum
memberat namun setelah beberapa hari kemudian sesak nafas menjadi
memberat dan diikuti rasa nyeri di bagian uluhati.
Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar, berat pada kepala
hingga leher, dan terkadang merasakan ngilu pada kedua lengannya.
Keluhan tersebut lebih sering muncul pada malam hari terutama pada saat
dirasakan saat suhu dingin.
Saat diperiksa di Puskesmas Wani, tekanan darah pasien 140/90
mmHg, Nadi 89 x/Menit, Pernafasan 25x/menit dan merupakan pasien
yang sering datang memeriksakan dirinya di Poli Jantung RSUD Undata.

F. Diagnosis Kerja
Hipertensi Stage I (JNC VII)

G. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Lisinopril 5 mg
- Bisoprolol 5 mg
- Simvastatin 20 mg
- Nitrokaf 2,5 mg

10
- Clopidogrel 75 mg

Non Medikamentosa
Edukasi:
1. Mengurangi asupan garam terutama dalam makanan termasuk ikan
asin dan juga makanan yang bersantan.
2. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur
dan buah-buahan
3. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol. Komplikasi yang dimaksud dapat
berupa stroke, gangguan ginjal dan lain-lain.
4. Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan yang dijalani bertujuan
agar tekanan darah pasien terkontrol ≤ 140/90mmHg
5. Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga ringan yang teratur dengan
frekuensi latihan minimal 3 kali dalam seminggu dengan lama latihan
30-60 menit sekali latihan. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktivitas rutin mereka ditempat kerjanya.
6. Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada
keluhan dan ke Puskesmas tiap bulan untuk kontrol

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Aspek Klinis


Pasien perempuan datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan
sesak nafas yang dialami sejak 2 hari lalu. Awalnya keluhan belum
memberat namun setelah beberapa hari kemudian sesak nafas menjadi
memberat dan diikuti rasa nyeri di bagian uluhati.
Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar, berat pada kepala
hingga leher, dan terkadang merasakan ngilu pada kedua lengannya.
Keluhan tersebut lebih sering muncul pada malam hari terutama pada saat
dirasakan saat suhu dingin.
Saat diperiksa di Puskesmas Wani, tekanan darah pasien 140/90
mmHg, Nadi 89 x/Menit, Pernafasan 25x/menit dan merupakan pasien yang
sering datang memeriksakan dirinya di Poli Jantung RSUD Undata.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan istirahat.1 Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan
gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh
karenan itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.1
Hipertensi sebagai sebuah penyakit kronis dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan,
jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi
yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme,
stress, dan pola makan.1

12
3.2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4
faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor perilaku individu atau
masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya).6 Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi
konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor
risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan pada pasien Hipertensi

1. Faktor genetik
Berdasarkan teori Hipertensi merupakan penyakit keturunan.
Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi yaitu gen yang
mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme
I/D (insersi/delesi) gen ACE (angiotensin converting enzyme), dan gen
yang mempengaruhi metabolisme steroid. Dengan konsentrasi ACE
yang lebih tinggi maka konsentrasi angiotensin II juga meningkat.
Angiotensin II yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara progresif melalui 2 mekanisme: vasokonstriksi di arteri
perifer dan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal.
Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan remaja
dengan keluarga tanpa hipertensi. Studi oleh Singh, sekitar 30- 60%
variasi pada tekanan darah di berbagai individu disebabkan oleh efek
faktor genetik. Anak yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi
pada kedua orang tuanya mempunyai resiko 40-60%. Dalam kasus ini
faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian hipertensi karena dalam
keluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi.

13
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah
tingkat pendidikan. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang memadai tentang
penyakit ini. Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara
masal ataupun edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering
diderita khususnya hipertensi.
Pada kasus ini pasien awalnya belum mengetahui apa itu
hipertensi, dan apa penyebabnya sehingga tekanan darah dapat
meningkat. Kehidupan sosial pasien yang tinggal di daerah kota Palu
membuat pasien terbiasa menjadikan makanan bersantan seperti sayur
kelor, makanan digoreng seperti ikan asin, dan kurangnya konsumsi
sayuran dan buah-buahan pada setiap makanan. Namun saat ini pasien
telah menyadari bahwa makanan yang dulu sering dikonsumsinya
adalah makanan yang membuat kondisi kesehatannya semakin
memburuk sehingga saat ini pasien dan keluarga telah membiasakan
untuk mengonsumsi makanan tanpa santan dan gorengan setelah pasien
diedukasi oleh tim kesehatan di puskesmas/posbindu

3. Faktor perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmojo,
pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran
akan bertahan lama daripada perilaku tidak didasari ilmu pengetahuan
dan kesadaran.
Perilaku pada pasien ini sangat mempengaruhi terkontrolnya
hipertensi pada dirinya, dimana pasien mengurangi kebiasaan makan
ikan asin dan makanan bersantan. Selain itu, perilaku pasien yang rutin

14
kontrol ke puskesmas dan minum obat teratur sangat berpengaruh pada
tekanan darahnya.
Berdasarkan anamnesis, pasien sering pergi ke puskesmas hingga
memeriksakan dirinya di poli jantung RSUD Undata untuk kontrol,
sehingga menurunkan resiko penyakit penyerta yang dapat muncul
akibat tidak terkontrolnya tekanan darah pasien.

4. Faktor pelayanan kesehatan


Di Puskesmas Wani, terdapat program promotif dan preventif
khusus untuk kasus hipertensi. Dengan demikian, proses penyampaian
informasi mengenai hipertensi sering diterima oleh masyarakat umum.
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan di poli umum
puskesmas Wani berupa pengobatan serta pasien dapat bertemu
langsung dengan dokter, selain itu terdapat program posbindu yang
bertugas memberikan pelayanan berupa pemeriksaan kesehatan,
memberikan obat dan pemberian penyuluhan telah dianggap cukup
dalam penanggulangan penyakit hipertensi.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Faktor yang dominan menyebabkan kejadian hipertensi pada kasus yaitu:
1. Faktor genetik; Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan remaja dengan keluarga tanpa hipertensi. Faktor genetik yang
mendukung adalah pada keluarga pasien terdapat 2 kakak kandung
pasien yang merupakan penderita stroke dan meninggal karena strok.
Pada kedua orang tua pasien tidak diketahui apakah terdapat riwayat
hipertensi.
2. Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pendidikan. Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi yang memadai tentang penyakit ini.

4.2. Saran
1. Promosi kesehatan (health promotion)
 Program promosi kesehatan terkait penyuluhan tentang penyakit
hipertensi terutama tentang faktor risiko, tanda dan gejalanya serta
pecegahannya.
 Promosi kesehatan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat
bahwa obat hipertensi harus diminum seumur hidup walaupun tidak
merasakan gejala, hal ini dapat dilakukan diposbindu, poliklinik
puskesmas ataupun dapat juga dilakukan seminar awam tentang
penyakit hipertensi.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit


tertentu (general and specific protection)
 Mengurangi asupan garam terutama dalam makanan termasuk ikan
asin dan juga makanan yang bersantan.

16
 Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayur dan buah-buahan
 Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur dengan frekuensi
latihan minimal 3 kali dalam seminggu dengan lama latihan 30-60
menit sekali latihan. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu
untuk berolahraga secara khusus sebaiknya harus tetap dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga
dalam aktivitas rutin mereka ditempat kerjanya.
 Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada
keluhan dan ke Puskesmas tiap bulan untuk control

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan


tepat (early diagnosis and prompt treatment)
 Memberitahu pasien untuk melakukan pengobatan dan perawatan
yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi
 Memberikan kemudahan untuk akses obat hipertensi, seperti
pemberian obat hipertensi satu bulan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien untuk minum obat.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)


 Untuk penyakit hipertensi penyebab kecacatan terbesar adalah
stroke, untuk itu, cara yang dilakukan adalah sekali lagi dengan
merubah pola hidup dan pengobatan yang teratur untuk mencapai
tekanan darah yang terkontrol.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)


 Untuk pasien yang sudah mengalami stroke, diberikan motivasi
bahwa dengan latihan fisik yang teratur dapat mengembalikan
fungsi tubuh yang terkena stroke walaupun tidak sempurna.

17
 Dimasyarakat, dapat dibentuk suatu kegiatan khusus sebulan sekali
misalnya yang ditujukan bagi penderita stroke, misalnya senam
bersama, sekaligus dapat memotivasi para penderita stroke untuk
dapat pulih. Tentunya hal ini dibutuhkan dukungan dari masyrakat
itu sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman


Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah
Tahun 2015.
4. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2014.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten. Profil Kesehatan Puskesmas Wani Tahun 2016.
6. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako. Buku Panduan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Palu: Bagian IKM FKIK Untad; 2017.

19
Laporan Kasus April 2019

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH

Fatmawati Zainal, S.Ked


N 111 17 127

PEMBIMBING
Dr. dr. Ketut Suarayasa, M.Kes
dr. Nur Indriyani

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

20
Gambar 1. Foto rumah pasien penderita Hipertensi

21

Anda mungkin juga menyukai