Anda di halaman 1dari 9

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.BS
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Dewi Sartika
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 13 Juni 2017
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Bintik merah disertai gatal di tangan, perut dan
selangkangan.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata
bersama kedua orang tuanya dengan keluhan bintik-bintik merah disertai gatal
pada daerah tangan, perut, dan selangkangan. Pasien mulai merasakan keluhan
sejak 3 minggu lalu, dan bertambah berat beberapa hari ini. Awalnya timbul
bintik-bintik kemerahan dan terasa gatal di tangan, kemudian di bagian perut
dan selangkangan pasien. Pasien merasa sangat gatal pada saat berkeringat
sehabis pulang kerja dan pada malam hari.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi makanan (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat keluarga : Istri pasien mengeluhkan keluhan yang sama berupa rasa
gatal di daerah bagian tangan dan perut.

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Status gizi : Gizi baik
b. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Ujud Kelainan Kulit :
Lokalisasi :
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Papul eritema
6. Pantat : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Selangkangan : papul eritema
9. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
10. Ekstremitas atas : krusta interdigitalis sinistra
11. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)

2
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak krusta interdigitalis sinistra

Gambar 2. Tampak papul eritema pada perut

Gambar 3. Tampak papul eritema pada selangkangan

3
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan bintik-bintik merah disertai gatal pada
daerah tangan, perut, dan selangkangan. Pasien mulai merasakan keluhan
sejak 3 minggu lalu, dan bertambah berat beberapa hari ini. Awalnya timbul
bintik-bintik kemerahan dan terasa gatal di tangan, kemudian di bagian perut
dan selangkangan pasien. Pasien merasa sangat gatal pada saat berkeringat
sehabis pulang kerja dan pada malam hari.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Skabies
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Prurigo Hebra
2. Varisela

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


1. Kerokan kulit
2. Teknik “Winkle-picker”

IX. PENATALAKSANAAN
A. Non Medikamentosa
Menjaga higinitas kulit berupa hindari pemakaian sabun bersama dan
peralatan lainnya di keluarga serta hindari kontak langsung dengan
orang lain untuk meminimalkan penyebaran.
B. Medikamentosa
1.Topikal : permethrin 5% krim 8-10 jam, ulangi setelah 7 hari
2.Sistemik :Cetirizine Hydrochloride 10 mg (2x1) bila gatal
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam

4
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata


bersama kedua orang tuanya dengan keluhan bintik-bintik merah disertai gatal
pada daerah tangan, perut, dan selangkangan. Pasien mulai merasakan keluhan
sejak 3 minggu lalu, dan bertambah berat beberapa hari ini. Awalnya timbul
bintik-bintik kemerahan dan terasa gatal di tangan, kemudian di bagian perut dan
selangkangan pasien. Pasien merasa sangat gatal pada saat berkeringat sehabis
pulang kerja dan pada malam hari.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Sarcoptes
scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah,
higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat
dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8 – 12 hari. 1
Cara penularan pada penyakit ini berupa : 1

5
a. Kontak langsung ( kontak kulit dengan kulit ) misalnya berjabak tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual
b. Kontak Tak langsung ( melalui benda ) misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal.
Patogenesis sarcoptes scabei dapat menyebabkan reaksi kulit yang
berbentuk eritem, papul dan vesikel pada kulit dimana parasit tersebut berada.
Timbulnya reaksi kulit diserati rasa gatal. Masa inkubasi skabies bervariasi dan
menunjukkan gejla 2-4 minggu pertama. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak
hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan
karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit
dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 1
Lesi yang patognomonik untuk skabies adalah terowongan yang hampir
tidak terlihat oleh mata, berupa lesi yang agak meninggi, lurus atau berkelok-
kelok dan berwarna keabu-abuan. Pada ujung terowongan didapatkan vesikel atau
pustule terutama pada bayi dan anak. Terowongan sering ditemukan pada sela
jari, pergelangan tangan pada umumnya sudah hilang karena garukan. 2
Diagnosis scabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
berikut: 1

1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih dan keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-
kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul
atau vesikel

6
4. Menemukan tungau
Dapat dilakukan dengan:
- Mencari terowongan, kemudian pada ujung terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca
objek , lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di mikroskop
cahaya
- Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar
- Dengan membuat biopsy irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
- Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE

Pada pasien ini, ditemukan 2 dari 4 tanda cardinal diatas yaitu adanya
keluhan gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturnal); terdapat terowongan
yang diujungnya ditemukan papul pada inguinal yang diamati dengan inspeksi
menggunakan kaca pembesar. Dari status dermatologinya, didapat lesi multipel,
diskret, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler dengan diameter
kira-kira 0,3-0,7 cm, menimbul dari permukaan kulit. Eflorosensi berupa vesikel,
papul, erosi, ekskoriasi pada ekstremitas atas dan bawah, selangkangan, bokong,
genitalia dan pantat. Maka sesuai dengan teori pasien diduga telah memiliki
infeksi sekunder yang ditandai akibat bekas garukan menghasilkan efloresensi
berupa pustul, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskret dan multipel serta
erosi dan ekskoriasi. Infeksi sekunder akibat lesi kulit yang diikuti garukan adalah
inefksi akibat bakteri Streptococcus grup A yakni Streptococcus pyogens dan
Staphylococcus aureus.3
Pada pasien ini di berikan pentalaksanaan non medikamentosa berupa edukasi
untuk menjaga higenitas kulit Menjaga higinitas kulit berupa hindari pemakaian
sabun bersama dan peralatan lainnya di keluarga serta hindari kontak langsung
dengan orang lain untuk meminimalkan penyebaran.

7
Pada penatalaksanaan medikamentosa pasien diberi obat oral pulveres berisi
cefadroxil 200 mg dan chlorpheniramine maleat 1mg diminum 2 kali sehari
setelah makan. Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi sekunder.
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian
oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel
bakteri.
Chlorpheniramine maleate (CTM) merupakan salah satu jenis obat-obatan
antihistamin. Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala alergi seperti
bersin, rhinorrhea, gatal di hidung dan tenggorokan, urtikaria, pruritus. CTM
bekerja dengan cara menghalangi kinerja senyawa histamin yang diproduksi
1
tubuh yang menyebabkan gejala-gejala alergi. Pada pasien CTM diberikan
sebagai antihistamin untuk mengurangi gejala gatal.
Pemberian krim scabimite merupakan antiparasit spektrum luas terhadap
tungau, kutu rambut, kutu badan serta anthropoda lainnya. Scabimite bekerja
dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit yaitu melalui ikatan
dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya
terjadi paralise parasit. Scabimite dimetabolisir dengan cepat di kulit. Hasil
metabolisme yang bersifat tidak akan segera diekskresikan melalui urine. 1
Krim scabimite mengandung permetrin. Permetrin merupakan obat pilihan
untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan
tidak mengiritasi kulit. Penggunaannya dengan cara dioleskan diseluruh tubuh
pada pukul 10 malam, dan lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih. 1
Pemberian krim berisi Krim 2-4 dan Gentamicin, diolesi pada daerah lesi dua
kali sehari setelah mandi. Krim 2-4 berisi gama benzene heksa klorida kadarnya
1% efektif untuk skabies semua stadium, mudah digunakan dan jarang memberi
iritasi. Gentamicin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida termasuk
spectrum luas dengan aktivitas khas terhadap bakteri gram negatif yang juga
digunakan untuk mengatasi infeksi sekundernya. 4

8
REFERENSI

1. Djuanda, A. Hamzah , M. Aisah, S. Ilmu Kulit dan Kelamin. Edisi keenam.


Balai penerbit FKUI: Jakarta.
2. Dalli,Makea, Zubler. Infeksi Menular Seksual. Edisi keempat. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2014. hal : 197-203
3. NHS Highland. Guidline for The Management Scabies, NHS Higland :
United Kingdom, 2013, pp:4
4. Kasim F. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 48. 2013, hal :
111

Anda mungkin juga menyukai