Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

MORBILI

Oleh :
dr. Shabila Shamsa

Dokter Pembimbing:
dr. Sri Hartati

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Interenship


Puskesmas Kecamatan Cilandak
2019

1
LATAR BELAKANG

Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama
lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan penyakit
yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktifitas bernafas, batuk
atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan komplikasi fatal,
seperti pneumonia dan esensefalitis. Salah satu strategi menekan mortalitas dan
morbiditas penyakit morbili adalah dengan vaksinasi. Namun berdasarkan data
survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, ternyata cakupan
imunisasi campak pada anak-anak dibawah usia 6 tahun di Indonesia masih relatf
lebih rendah (72,8%) dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara yang
sudah mencapai 84%. Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan
tingkat insiden tertinggi ketiga di Asia Tenggara. World Health Organization
(WHO) melaporkan sebanyak 6300 kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia
sepanjang tahun 2013.1

Dengan demikian, hingga kini, morbili masih merupakan masalah


kesehatan yang krusial di Indonesia. Peran dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama sangat penting dalam mencegah, mendiagnosis, menatalaksana,
dan menekan mortalitas morbili.1

LAPORAN KASUS

2
1. IDENTITAS
 Nama : An. C
 Usia : 2 Tahun 2 Bulan
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Nama Orang Tua : Ny. R / Tn. T
 Alamat : Jl. Kampung sawah 013/002, Kelurahan
Cilandak barat

2. ANAMNESIS
(Allo anamnesis – 12 April 2019)

 Keluhan Utama:
Demam sejak 5 hari yang lalu

 Keluhan Tambahan:
Batuk, pilek, ruam dan diare

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan demam 5
hari. Pasien mengaku demam mendadak tinggi dan juga dirasakan
terus menerus, tidak disertai menggigil dan kejang.
Pasien mengeluhkan demam disertai batuk dan pilek yang
dirasakan sejak 5 hari terakhir ini, batuk berdahak. Pasien juga
mengaku keluar bercak - bercak merah yang dimulai dari belakang
telinga, lalu menyebar ke dada dan punggung dan juga mata merah
serta berair sejak 1 hari yang lalu.
Buang air besar konsistensi lembek, ampas (+), darah (-),
lendir (-), tidak berbau busuk dan tidak berbusa sejak 1 hari yang
lalu dengan intensitasnya 6x/hari dan buang air kecil tidak ada
keluhan. Ibu pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan, namun
pasien masih mau minum air putih dan susu.

3
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Berdasarkan pernyataan orangtua, pasien tidak pernah mengalami
keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit demam
lama disertai gangguan pencernaan. Tidak ada riwayat demam
berdarah. Tidak ada riwayat kejang demam. Tidak ada riwayat
minum obat yang membuat buang air kecil menjadi merah. Tidak
ada riwayat penyakit yang diderita sejak lahir seperti penyakit
jantung bawaan, kelainan darah atau keganasan. Tidak ada riwayat
kecelakaan atau operasi. Tidak ada riwayat alergi obat ataupun
udara

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Ibu pasien mengaku tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami hal serupa. Tidak ada riwayat penyakit kronis maupun
riwayat penyakit keganasan pada anggota keluarga lainnya.

 Riwayat Kehamilan Ibu


Kunjungan ANC teratur dengan bidan, ibu tidak mengkonsumsi
obat-obatan selama masa kehamilan, ibu tidak pernah sakit selama
masa kehamilan, penyulit kehamilan tidak ada.

 Riwayat Kelahiran
Penolong : Dokter
Cara persalinan : Spontan
Berat lahir : 3.300 gram
Panjang lahir : 55 cm
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi setelah lahir : Langsung menangis, bergerak aktif,
warna kulit tubuh tampak kemerahan
Nilai APGAR : 9/10

4
Kelainan bawaan : Tidak ada

Kesan: riwayat kelahiran baik.

 Riwayat Imunisasi
Jenis
I II III IV V VI
Imunisasi
BCG 2 bulan

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan

Polio Saat lahir 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan

Hepatitis B Saat lahir 1 bulan 6 bulan

Campak 9 bulan
Kesan: imunisasi dasar lengkap

Riwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak

 Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

 Perkembangan Psikomotor

o Tengkurap : 4 bulan

o Duduk : 8 bulan

o Berdiri : 9 bulan

o Berjalan : 9 bulan

o Bicara : 1 tahun

o Membaca dan menulis : 4 tahun

 Gangguan perkembangan mental/emosi : Tidak ada

Kesimpulan : Perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai umur

5
Riwayat Makanan

Usia
ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur susu Nasi tim
( bulan )

0-2 ASI -/- - -


2-4 ASI -/- - -
Pisang/
ASI + Susu Bubur
4-6 pepaya/ Nasi Tim
formula susu
biskuit
Pisang/
ASI + Susu Bubur
6-8 pepaya/ Nasi Tim
formula susu
biskuit
Pisang/
ASI + Susu Bubur
8-10 pepaya/ Nasi Tim
formula susu
biskuit
Pisang/
ASI + Susu Bubur
10-12 pepaya/ Nasi Tim
formula susu
biskuit

Kesan : asupan makanan cukup.

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Penyakit Usia Penyakit Usia


Diare - Morbili -
Otitis - Parotitis -
Radang paru - Demam berdarah -
Tuberkulosis - Demam tifoid -
Kejang - Cacingan -
Ginjal - Alergi -
Jantung - Pertusis -
Darah - Varicella -
Difteri - Biduran -
Asma - Kecelakaan -
Penyakit kuning - Operasi -
Batuk berulang - Lain-lain -

6
Riwayat keluarga

Jenis Lahir Mati


No Umur Hidup Abortus Keterangan
Kelamin Mati (sebab)
1 2 tahun 2 perempuan Ya - - - Sakit(pasien)
bulan
2 4 tahun Perempuan Ya - - - Sehat

Corak reproduksi: P2A0.

Anggota keluarga lain yang serumah : Orang tua, satu kakak


kandung dan nenek pasien.
Status rumah tinggal : Rumah milik keluarga.
Keadaan rumah : Ventilasi baik, pencahayaan
baik, rumah dibersihkan 1 kali
sehari, menggunakan air PAM
untuk keperluan sehari-hari.
Keadaan lingkungan : Perumahan warga padat, tidak
banjir, sanitasi baik
3. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda vital
Tekanan Darah : tidak dilakukan
Suhu : 37,0C
Nadi : 94 x/menit
Pernapasan : 40 x/menit
 Antropometri
BB : 10,2 kg
TB : 80 cm

BB/U = diantara -2 sampai +2 SD (gizi normal)


TB/U = >/- 2 SD (normal)

7
BB/TB = diantara -2 sampai +2 SD (gizi normal)
Kesan = gizi normal

 Status Generalis
 Kepala : Normocephal simetris, ubun-ubun sudah
menutup, rambut bewarna hitam distribusi rata dan tidak
mudah dicabut, ruam makulopapular (+)
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva hiperemis (+/+),
Sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflex cahaya (+/+)
 Hidung : Septum deviasi (-), sekret (+/+)
 Mulut : Bibir kering (+), bercak koplik (+), stomatitis (-), gigi
geligi lengkap, faring hiperemis (-), T1/T1
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
 Pemeriksaan Thorax
 Paru 
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan hepar
setinggi ICS 5
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung 
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midcalvicularis
sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, ruam makulopapular (+)
Auskultasi : Bising usus meningkat
Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), pembesaran hati (-) dan
limpa (-)

8
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Atas : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)
 Bawah : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)

Status Neurologis

 GCS 15 (Composmentis)

 Ubun-ubun sudah menutup

 Tanda rangsal meningeal

- Kaku kuduk (negative)

- Brudzinski I (negative)

- Brudzinski II (negative)

- Kernig Sign (negative)

 Paralisis tidak ada

 Refleks fisiologis : biseps (+) triseps (+) patella (+) achilles (+)

 Refleks patologis : Babinski (-)

Status lokalis

Regio auricular dan thorakalis tampak eritem makulopapular berbatas tegas


tepi ireguler, ukuran milier jumlah multipel tersebar generalisata.

9
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 11.6 g/dL 10.7 – 14.7

10
Leukosit 4,4 103/uL 5.50 – 15.50

Hematokrit 33 % 31 – 43

Trombosit 338 103/uL 229 – 553

5. RESUME
An. perempuan berumur 2 tahun 2 bulan dengan BB 10,2 Kg dengan
keluhan demam tinggi timbul mendadak dan terus menerus sejak 5 hari.
Demam tinggi tidak disertai kejang, demam disertai batuk dan pilek sejak 5
hari, kedua mata merah berair, dan timbul ruam makulopapular di wajah, dada,
perut, punggung, tangan dan kaki sejak 1 hari. BAB cair 6x/ hari sejak 1 hari.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan, namun pasien masih mau
minum air putih dan susu.

Pada pemeriksaan Fisik:


• Keadaan umum pasien tampak sakit sedang
• Kesadaran composmentis
• Suhu 37, oCelcius
• Konjungtiva hiperemis (+/+), ruam makulopapular di kulit (+), bibir
kering (+), bercak koplik (+), lidah kotor (-) faring hiperemis (-)
Auskultasi paru vesikuler (+/+), turgor kulit baik, bising usus
meningkat

Pada Pemeriksaan Laboratorium:


• Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 4,4 ribu/µL

6. DIAGNOSIS
 Morbili
 Diare akut tanpa dehidrasi

7. RENCANA TERAPI

11
Rencana Terapi
Medikamentosa
 Vitamin A (retinol) 200.000 IU tablet 1x1
 Parasetamol syrup 120/5ml 3 x 1cth
 Gliseril guayakolat 100 mg no. 2 Mf pulv no 10
 Vitamin b kompleks no. 2 3 dd 1
 Oralit 100-200 ml setiap habis BAB
 Zink 1 x1 untuk 10 hari
Non medikamentosa
 Edukasi keluarga bahwa morbili merupakan penyakit yang menular.
Namun demikian, pada sebagian besar pasien infeksi dapat sembuh
sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif, edukasi bahwa pasien harus
istirahat dirumah
 Jaga higienitas dengan baik seperti cuci tangan, mandi dan makan yang
bersih

 Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan
kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan
sampai diare anak berhenti. Edukasi ibu pasien agar minum air putih yang
banyak setiap hari (2Liter / 8 gelas bisa diulang setiap 2 jam)

 Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah


parah, atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau
timbul demam, atau ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan
salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasihati
ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.

12
TINJAUAN PUSTAKA
Morbili

Definisi
Morbili atau dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit akut
yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya
menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang
dimulai dari traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan
jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinis.

Etiologi
Penyebabnya adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam.

Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 300C dan -200C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton.

13
Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan
penderita.

Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan mulai berkurang sehingga bayi dapat
menderita morbili.

Bila ibu menderita morbili pada trimester pertama, kedua dan ketiga
kehamilan, maka mungkin akan melahirkan anak dengan kelainan bawaan, berat
badan lahir rendah, lahir mati, atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia
1 tahun.

Bila ibu tidak /belum menderita morbili maka bayi yang dilahirkan tidak
memiliki kekebalan terhadap morbili. Sedangkan ibu yang menderita morbili pada
usia kehamilan 1-2 bulan, 50 % kemungkinan dapat menyebabkan abortus.

Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak


menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun
(0,77%).

Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh


secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit
yang sering dijumpai bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),
ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).

Faktor Resiko:

 Daya tahan tubuh yang lemah


 Belum pernah terkena campak
 Belum pernah mendapat vaksinasi campak

Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular
dimana penularan dapat terjadi melalui:

 Percikan ludah yang mengandung virus (droplet infection)

14
 Kontak langsung dengan penderita
 Penggunaan peralatan makan dan minum bersama

Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya


ruam pada kulit sampai ± 5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak
sangat tinggi.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara


lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke-9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus
dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

Akhimya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal


infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan
tubuh menurun, sebagai akibat respons delayed hypersensitivity terhadap antigen
virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.
Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil
tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan
bahwa antigen campak dan gambaran histologik pada kulit berupa suatu reaksi
Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu

15
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain
itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

16
17
Gejala Klinis
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease yang memiliki
masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu:

1. Stadium kataral (prodromal)


Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula
halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan
penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium erupsi
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai
dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada,
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul
selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400 C) pada hari ke 2-3
setelah munculnya ruam.

3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang

18
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.

Berdasarkan gejala yang timbul, morbili dapat berupa:

 Panas

Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode
normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai
39°C-40,6°C pada saat erupsi ruam mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak
mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbulnya
eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang
lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.

 Coryza

Tidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada
saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan
menghilangnya panas.

 Konjungtivitis

Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse


marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan
dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema
palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia.
Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun

 Batuk

19
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan.
Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun
demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam
waktu 5-10 hari.

 Bercak Koplik’s

Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis
anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Merupakan
gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum/ pasir yang
berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari
pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Koplik’s dan
menghilang hari ketiga timbulnya ruam.

 Ruam

Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulo-
papuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian
menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam
waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh
tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat ruam sudah sampai ke kaki,
maka ruam yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam
sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated
giant cell yang khas. Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan
serologi untuk memastikannya yaitu dengan pemeriksaan IgM campak dan
kenaikan titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (diambil dalam
waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalesen (diambil antara 2-4 minggu
kemudian). Antibody biasanya timbul dalam waktu satu sampai tiga hari setelah

20
timbulnya ruam. Kadar puncak dicapai dalam waktu dua sampai empat minggu
kemudian.

Diagnosis
Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap
awal, sulit untuk menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis
merupakan petunjuk berharga dalam upaya pengambilan diagnosa. Bila kita
berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini dapat kita tegakkan.

Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:

 Riwayat kontak dengan penderita campak


 Gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis
 Bercak Koplik (patognomonik)
 Erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas
 Bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut:

Anamnesis:

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) :epistaksis,
petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2
minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik :

1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam


(biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umunya anak tampak lemah.

21
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular
yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut
di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.

Diagnosis Banding

1. German measles (Rubela)


Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian
atas, demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah
suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada
daerah wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.

2. Eksantema subitum
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum
tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi
ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya
membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia
dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk
dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Rash karena obat-obatan lebih bersifat urtikaria, sehingga
rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas.

Komplikasi
a. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres

22
pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.

b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada
saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali
batuk yang masih terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun
pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada fototoraks
dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang
berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa
terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.

c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

d. Ensefalitis
Timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala, letargi,
dan perubahan status mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6
setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada
sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat
berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan kejang
berulang
e. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)
suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten
virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun).
Penderita mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang
mioklonik, dan gangguan motoric
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi

23
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi
otitis media purulenta.

Pengobatan
Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya
bersifat simptomatis yaitu; memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu
tinggi, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh
dan mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.

 Vitamin A dosis tunggal


1. Bayi kurang dari 6 bulan 50.000 IU/ hari PO diberi 2 dosis
2. Bayi usia 6-11 bulan 100.000 IU per hari PO 2 dosis
3. Anak diatas 1 tahun 200.000 IU/ hari PO 2 dosis
4. Anak dengan tanda defisiensi vitamin A 2 dosis pertama sesuai
usia, dilanjutkan dosis ketiga sesuai yang diberikan 2-4 minggu
kemudian.
 Antibiotika
1. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia)

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi masuk
Rumah Sakit dianjurkan bila:

- Morbili yang disertai komplikasi


- Morbili dengan kemungkinan komplikasi yang berat, yaitu bila ditemukan:
 Bercak/ eksantema merah kehitaman yang menimbulkan
desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.
 Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis
dan pneumonia
 Dehidrasi berat
 Kejang dengan penurunan kesadaran

24
Pencegahan
 Hindari kontak dengan penderita campak
 Imunisasi
Jenis imunisasi meliputi:
 campak pada usia 9 bulan diulang pada usia 2 tahun dan pada saat masuk
sekolah SD
 Sedangkan vaksin kombinasi MMR diberikan pada usia 12-15 bulan lalu
dosis kedua pada usia 4-6 tahun (dapat diberikan lebih cepat, dengan
interval dosis pertama dan kedua berjarak paling sedikit 28 hari)
 Gamma globulin
 Dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat
kontak dengan penderita
 Hanya memberikan perlindungan singkat (± 3 bulan)
 Dosis: 0.2 ml/kgBB

Vaksinasi biasanya dapat memberikan perlindungan seumur hidup pada


penerimanya. Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat
vaksinasi masih bisa terkena penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan.

Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang


diberikan dapat berupa imunisasi aktif dan pasif.

1. Imunisasi aktif

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada


bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam
vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang
dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan vaksin yang berasal dari virus campak
yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam
alumunium). Namun sejak tahun 1967, vaksin yang berasal dari virus
campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek
proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical

25
measles yang hebat. Vaksin yang berasal dari virus campak yang
dilemahkan berkembang dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965)
dan kemudian menjadi strais Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian
vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml, secara subkutan,namun
dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular mempunyai efektivitas yang
sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi denganondongan
dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan
pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia
12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan


parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio
vaksin dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi
tersebut pada umumnya aman dan tetap efektif.

2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB
intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau
sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-
anak dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta
institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi, maka jumlah
antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk mendapatkan derajat
perlindungan yang diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi anafilaksis terhadap
neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi atau
tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang,
infeksi HIV dengan imunosupresi berat.

26
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila:

- Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai
dengan demam lebih dari 38°C
- Memiliki riwayat kejang demam
- Terdapat defisiensi imunologik
- Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
- Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)
- Dalam masa kehamilan

Prognosis
Morbili merupakan self limiting disease dan berlangsung 7-10 hari
sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.

Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

 Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul


 Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita.
 Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

27
Diare
Definisi
Diare adalah buang air besar lembek/cair (mencret) bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari).
Anak dengan diare
Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak
dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
2. Darah dalam tinja
3. Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
4. Tanda-tanda gizi buruk
5. Perut kembung.

28
Menilai dehidrasi
Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan klasifikasikan
status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/ sedang atau tanpa dehidrasi

29
30
Diare dengan Dehidrasi Berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera
setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan
pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.

Diagnosis
Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi berat:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
 Tidak bisa minum atau malas minum.
Tatalaksana
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang
diikuti dengan terapi rehidasi oral.
Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri
larutan oralit jika anak bisa minum
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat. Tersedia juga
larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam
normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan.
Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel 18 berikut ini.

31
Diare dehidrasi ringan sedang
Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba.
Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat.
Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan
kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa

32
telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih lambat
dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam pemantauan.
Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali status
hidrasi anak
• Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah
pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila
anak terus menerus BAB cair selama dilakukan rehidrasi.
• Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi
ringan
Hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam. Jika anak bisa menyusu
dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
• Jika tidak terdapat tanda dehidrasi
Ikuti rencana Terapi A. Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah
sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan memberi larutan oralit. Semua anak harus mulai minum larutan oralit
(sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam
waktu 3–4 jam untuk bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini
memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup disediakan melalui
cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet zink.

Diare dengan Dehidrasi Sedang/Ringan


Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan
oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan
dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit.

33
Diare tanpa dehidrasi
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan
cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus
mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan
pemberian ASI.

34
Diagnosis
Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih
tanda berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.
1. Gelisah/ rewel
2. Letargis atau tidak sadar
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Haus atau minum dengan lahap
5. Mata cekung
6. Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek)
Tatalaksana
Anak dirawat jalan
Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:
- beri cairan tambahan
- beri tablet Zinc
- lanjutkan pemberian makan
- nasihati kapan harus kembali
Lihat Rencana Terapi A
Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
- Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI
eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif
kepada anak, sesuai dengan umur anak.
- Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan
dibawah ini:
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan
tambahan – sebanyak yang anak dapat minum:
• untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB

35
• untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap kali anak BAB.

Tanpa dehidrasi
1. Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali
dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak
berhenti.
2. Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk dibawa pulang.
3. Beri tablet zinc
- Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari Selama 10 hari
- Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
• Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah
atau larutan oralit.
• Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan Ingatkan
ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.
4. Lanjutkan pemberian makan
5. Nasihati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang – lihat di bawah
Tindak lanjut
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah,
atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau
ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan
salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk
kunjungan ulang pada hari ke-5.
Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak
di waktu yang akan datang jika anak mengalami diare lagi.

36
37
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi


Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Ed. 1. 2017.

2. FKUI-RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan


Anak – Jakarta: FKUI. 2007.

3. Made Setiawan, Agus Sjahrurachman, Fera Ibrahim, Agus Suwandono.


Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Bagian Mikrobiologi FK-
UI, Litbangkes Departemen Kesehatan RI. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3,
Oktober 2008.

4. Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.


Jakarta: EGC. 2008.

5. Ranuh, I.G.N, Et Al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia, Satgas Imunisasi-


Ikatan Dokter Anak Indonesia – Jakarta: BP3 IDAI. 2008

6. Rahman M. Dardjat M.T (Editor), Segi-Segi Praktis Ilmu Kesehatan Anak.


Edisi 2. Jakarta 2002

7. Soedarmo, P.S.S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Dan
Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.

38

Anda mungkin juga menyukai