Anda di halaman 1dari 71

Infeksi Jamur, Parasit dan

PENYAKIT Vesi kobulosa

Disusun oleh : Maya Septiani


NIM : 03012164
Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti, 2018
Pembimbing : dr. Fitra Hergyana,
Sp.KK, MH. Kes
Tinea kapitis

Tinea
Tinea barbe
imbrikata,
Tinea
inkognito Tinea fasialis

Dermatofitosis Tinea korporis

Tinea pedis et
manum

Superfisialis
Tinea unguium
(4A)

Tinea kruris
Mikosis
Non Pitiriasis
dermatofitosis versikolor

Misetoma,
Profunda Sporotrikosis,
dst
Thrush,
Mulut perleche,
stomatitis
Vaginitis,
Genitalia
balanitis
Mukokutan
Tr.
respiratorius

Tr. digestivus

Intertriginos
a

Paronikia,
onikomikosis
Kutan
Kandidosis Diaper
diseases

Granuloma
kandida

Endokarditis

Sistemik Meningitis

Reaksi
Septikemia
id/kandidid
Cutaneous
larva migrans

Pedikulosis
Filariasis
kapitis

Pedikulosis
Parasit (4A) Pedikulosis
korporis

Pedikulosis
Skabies
pubis

Insect
bites/prurigo

Nekrolisis
Penyakit Epidermal Toksik
vesikobulosa
(3B) Stevens-Johnson
Syndrome
JAMUR/MIKOSIS
Mikosis : penyakit yang
disebabkan oleh jamur/penyakit
jamur, terbagi dalam:

Mikosis profunda: beberapa penyakit yang disebabkan


oleh jamur, dengan gejala klinis tertentu yang menyerang
alat di bawah kulit (tr. intestinal, tr. respiratorius,
kardiovaskular, SSP, otot, tulang, dan kadang kulit. Misal
Misetoma, Sporotrikosis, Kromomikosis, dst.

Mikosis superfisialis: terbagi dalam Dermatofitosis


(penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk
misalnya str. korneum, rambut, kuku yang disebabkan
golongan jamur dermatofita) dan Nondermatofitosis
Patogenesis mikosis

Jamur
(kemampuan
melekat, menembus Tubuh mengerahkan
kulit/mukosa, komponen sistem
bertahan di imun
lingkungan penjamu,
menimbulkan reaksi Fagosit, komplemen
radang dan mengatas (1st line)
imunitas nonspesifik Antibodi dan sel-sel
dan spesifik) imun lain (2nd line)

Penjamu Jamur patogen Antigen masuk,


(kecenderungan genetik menembus dihadapi 1st line
akan terinfeksi jamur, kulit/mukosa immunity, jika kalah
imunitas nonspesifik dan oleh jamur maka
spesifik, kondisi yang dihadapi 2nd line
mempengaruhi imunitas)
Patogenesis mikosis (lanjutan)

1. Jamur patogen dapat menembus kulit/mukosa jika ia memiliki kemampuan


melekat & menembus jaringan, dapat bertahan di lingkungan penjamu, dapat
menimbulkan reaksi radang, dapat mengatasi imunitas nonspesifik dan spesifik

2. Penjamu dapat terinfeksi jika ia memiliki kecenderungan genetik untuk terinfeksi,


imunitas nonspesifik dan spesifik yang kurang baik (pada limfosit) dan kondisi
yang mempengaruhi imunitas (immunocompromised)

3. Setelah tubuh terinfeksi, tubuh mengerahkan imunitas nonspesifik (komponen


kimia larut dan sel seperti makrofag, komplemen → 1st line), dan spesifik (limfosit
T dan B→ 2nd line).

4. Saat antigen pertama kali masuk dan dihadapi, tidak langsung dibentuk antibodi

5. Antibodi (yang diproduksi limfosit B) diduga tidak mempunyai peranan penting


dalam mengatasi invasi jamur, limfosit T tetap beredar dan berperan dalam
mengatasi jamur (dengan T4helper dan T8sitotoksik)
MIKOSIS SUPERFISIALIS
DERMATOFITOSIS

• Tinea kapitis Faktor risiko:


• Tinea barbe • Iklim panas
• Tinea korporis → tinea imbrikata, • Hygiene masyarakat yang masih
favosa, fasialis, aksilaris, sirsinata, kurang
arkuata • Penggunaan AB, KS dan sitostatik
• Tinea pedis et manus yang meningkat
• Tinea unguium • Penyakit kronis & penyakit
• Tinea kruris sistemik lainnya
Tinea kapitis
• Infeksi jamur pada kulit kepala, rambut,
alis dan bulu mata

• Etiologi: Microsporum, Tricophyton

• Jamur memiliki enzim keratinase →


keratolisis → alopesia

• Gejala klinis bervariasi → asimtomatik,


alopesia, alopesia dengan beberapa
bentuk klinis lain (grey patch ringworm,
kerion, black dot, tinea favosa)
Grey patch Kerion: folikulitis Tinea favosa:
ringworm: papul pustular→ Black dot peradangan
eritematous yang pembengkakan ringworm: kronis dan berat
melebar → menyerupai ujung ditandai krusta
bercak pucat, sarang lebah kuning tebal
bersisik, warna dengan sebukan rambut (scutula) dan
rambut menjadi sel radang yang yang patah berbau (mousy
abu-abu, tidak padat di odor)
berkilat dan sekitarnya
dan penuh
mudah patah spora,
berbentuk
titik hitam
Diagnosis banding
1. Dermatitis seboroik
2. Alopesia areata
3. Lupus eritematosus diskoid
4. Trikotilomania
Folikulitis
Dermatitis seboroik 5. Folikulitis

Lupus
Alopesia areata eritematosus Trikotilomania
diskoid
Penatalaksanaan
• Griseofulvin Tambahan:
Obat pilihan karena aman, ditoleransi baik • Sampo ketokonazol 2%
oleh anak, ultramicrosize 10-15 mg/kgBB. atau selsun 2,5%, min 3x
Microsize 15-25 mg/kgBB selama min 6-8 seminggu, didiamkan
mgg – 3-4 bulan pada kulit kepala 5 menit
• Ketokonazol • AB oral → kadang
Dosis 3-6 mg/kgBB, hepatotoksik digunakan
• Itrakonazol • KS oral → pada tipe
Sangat efektif untuk Microsporum dan kerion → 0,5-1 mg/kgBB
Tricophyton, dosis: hanya bentuk tablet 100 selama 2-4 minggu, utk
mg/hari untuk 5 minggu. E/S: perubahan mengurangi nyeri,
fungsi hepar, nausea, nyeri perut, gatal, bengkak dan radang
jangan diberi bersama cetirizine →
gangguan jantung
• Flukonazol
Efektif utk tinea kapitis, tersedia dalam
bentuk sirup, cocok utk anak
• Terbinafin
Dosis umum 3-6 mg/kgBB/hari selama 4
minggu. Berbentuk tablet 250 mg
Tinea korporis/tinea
glabrosa/tinea sirsinata

• Terjadi pada badan, tungkai, lengan tetapi • Jika menyerang kulit


tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki wajah tidak
berambut → tinea
• Disebabkan Microsporum, Tricophyton, fasialis
Epidermophyton • Tinea dengan
morfologi
• Muncul setelah kontak dengan efloresensi yang
individu/binatang yang terinfeksi, atau tidak khas → tinea
pakaian/perabot bekas penderita, inkognito
diperberat dengan iklim panas dan • Bentuk khas tinea
kelembaban korporis → tinea
imbrikata:
• Klinis: gatal, lesi bulat berbatas tegas, papuloskuamosa
tampak eczema marginatum (bagian tepi yang tersusun
lebih aktif-vesikopustular, skuamous dalam lingkaran
sementara ditengah tenang/central healing konsentris
Tinea korporis Tinea korporis kronik

Tinea imbrikata Tinea inkognito


Tinea barbe: dermatofitosis pada Tinea fasialis: dermatofitosis pada
dagu dan jenggot wajah
Diagnosis Penatalaksanaan
banding
• Menghilangkan FR
• Dermatitis kontak
• Dermatitis numularis • Antifungal topikal: terapi pilihan
• Dermatitis seboroik pada lesi terbatas dan mudah
• Pitiriasis rosea dijangkau → imidazol 2-4 minggu,
• Psoriasis dioleskan sampai batas 3 cm diluar
lesi, jika sudah sembuh dilanjutkan 2
minggu lagi agar tidak residif

• Antifungal oral: Griseofulvin


microsized 500-1000 mg/hari utk 2-6
minggu, ketokonazol 200 mg/hari ± 4
minggu, itrakonazol 100 mg/hari utk
2 minggu, terbinafin 250 mg/hari 1-2
minggu
Tinea manum
• Infeksi dermatofita pada satu atau dua tangan, pada daerah palmar dan
interdigitalis

• Biasanya unilateral, lesi ada 2 bentuk:

1. Dishidrosis/eksematoid (vesikel-vesikel pada tangan unilateral sisi palmar, terasa


gatal dan terbakar)
2. Hiperkeratotik (bersifat kronik, bentuk subakut gambarannya skuama tebal
berwarna putih, jika kronik tampak fisura)

• Terapi topikal (krim imidazol, krim ketokonazol, krim terbinafin) oral (griseofulvin,
itrakonazol, ketokonazol, terbinafin)
Tinea pedis

• Etiologi tersering: T. rubrum

• Sering menyerang orang dewasa yang bekerja


di tempat basah → petani, perenang, buruh
cuci, atau tentara (karena harus memakai
sepatu tertutup dan kaus kaki)
Tinea pedis: terjadi pada kaki
(terutama sela jari dan telapak kaki,
dapat meluas sampai punggung kaki)
Bentuk interdigitalis
• Antara jari IV dan V → fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis
• Dapat meluas ke bawah jari dan sela jari yang lain, berbau
• Sering dilihat maserasi (kulit putih dan rapuh), komplikasi yaitu
selulitis, limfangitis, limfadenitis, erisipelas

Moccasin foot
• Seluruh kaki, telapak, tepi hingga punggung kaki kulitnya menebal
dan bersisik, eritema ringan, terutama pada tepi lesi
• Di tepi lesi dapat pula ada papul dan vesikel

Subakut
• Terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang bula
• Dapat dimulai dari sela jari, meluas ke punggung kaki, telapak kaki
• Isi vesikel : cairan jernih kental. Ketika pecah tertinggal sisik
berbentuk bulat (koleret)
Diagnosis Penatalaksanaan
banding
• Menghilangkan FR → kaus kaki
• Kandidosis interdigital
harus yang menyerap keringat,
• Dermatitis kontak
diganti setiap hari, hindari
alergik
sepatu tertutup dan sempit,
• Dermatitis atopik
kaki dan sela jarinya harus
• Skabies pada kaki
selalu bersih dan kering

• Moccasin foot: salap Whitfeld


setelah kaki direndam dalam
lar. Kalium permanganat, atau
salep ketokonazol 2% 2 kali
sehari selama 2 minggu

• Jika terdapat infeksi sekunder :


AB sistemik
Tinea unguium: terjadi pada Paling susah dan

kuku. Terdapat tiga bentuk paling lama


disembuhkan!!
klinis:

Bentuk subungual distalis→ mulai dari tepi distal, menjalar ke


proksimal dan di bawah kuku terbentuk kuku yang rapuh, kuku
proksimal masih utuh

Leukonikia trikofita → keputihan di permukaan kuku yang dapat


dikerok untuk sediaan

Bentuk subungual proksimalis → mulai dari proksimal, kuku distal


masih utuh
Penatalaksanaan

TOPIKAL
SISTEMIK
• Salep bifonazol urea (bifonazol
1% dan urea 40%) → urea utk • Itrakonazol → dosis 200 mg/hari
melisiskan kuku yang rusak → selama 3 bulan
penetrasi obat ↑ • Terbinafin 250 mg/hari selama 3
• Amorolfin → sediaan bentuk cat bulan
kuku, konsentrasi 5%

BEDAH

• Jika kelainan terdapat pada 1-2 kuku


• Pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat sistemik
• Jamur resisten dengan obat

• Digunakan urea 40% → utk melisiskan


• Dibarengi terapi topikal & sistemik
Tinea kruris
• Pria > wanita

• Biasanya timbul akibat penjalaran dari tinea di


tempat lain

• Penularan melalui kontak langsung dengan


penderita atau tidak langsung dari barang-barang
yang mengandung skuama terinfeksi (handuk,
lantai, sprei)

• Keluhan: gatal

• Lesi: plak sirkumskripta, tepi meninggi berupa


papulovesikel eritematosa, atau pustul. Di daerah
genitokrural atau medial paha atas. Jika kronis dan
terus digaruk → likenifikasi
Tinea kruris: pada lipat paha,
perineum, sekitar anus, dapat
meluas ke gluteus dan perut
bagian bawah
Diagnosis Penatalaksanaan
banding
• Menghilangkan FR
• Intertrigo
• Eritrasma • Antifungal topikal: terapi pilihan
• Dermatitis seboroik pada lesi terbatas dan mudah
• Psoriasis dijangkau → imidazol 2-4 minggu,
• Kandidiasis dioleskan sampai batas 3 cm diluar
lesi, jika sudah sembuh dilanjutkan 2
minggu lagi agar tidak residif

• Antifungal oral: Griseofulvin


microsized 500-1000 mg/hari utk 2-6
minggu, ketokonazol 200 mg/hari ± 4
minggu, itrakonazol 100 mg/hari utk
2 minggu, terbinafin 250 mg/hari 1-2
minggu
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Daerah yang dicurigai
berfluoresensi/berubah warna saat
Lampu disinari → indikasi pemeriksaan lebih
Wood lanjut

SEDIAAN
• Bahan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku
• Tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70%,
dikerok dengan pisau, diletakkan di gelas alas,
BASAH ditetes 1-2 tetes lar. KOH, tunggu 15-20 menit,
dilihat di bawah mikroskop
• Terlihat hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat, dan bercabang

• Menanamkan bahan klinis tersebut pada


media buatan (agar dekstrosa Saboraud)
• Dapat ditambahkan antibiotik
BIAKAN (kloramfenikol) atau klorheksimid untuk
menghindari kontaminasi bakteri
MIKOSIS SUPERFISIALIS
NONDERMATOFITOSIS

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Sinonim:
• Tinea versikolor
• Kromofitosis
• Dermatomikosis
• Liver spots
• Tinea flava
• Pitiriasis versikolor flava
• Panu
Penyakit jamur superfisial kronik yang disebabkan Malassezia
furfur, terutama ditemukan di daerah tropis

Lesi: bercak putih hingga coklat kehitaman, dengan skuama


halus, bentuk teratur hingga tidak teratur, sirkumskripta
hingga difus

Lokasi: badan, kadang-kadang ketiak, lipat paha, lengan,


tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut

Sering pada remaja, anak dan dewasa juga tidak luput. Kadang-
kadang penderita merasa gatal ringan
Diagnosis berdasarkan klinis, pemeriksaan fluoresensi
(berfluoresensi warna kuning keemasan jika disinari lampu
Wood), dan sediaan langsung dengan KOH 20% (terlihat
campuran hifa pendek dan spora bulat yang berkelompok)

DD/
Dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, kusta, vitiligo

Selenium sulfida (selsun), salisil spiritus 10%, derivat azol


(klotrimazol, isokonazol, ekonazol), larutan tiosulfas natrikus 25%,
atau ketokonazol 1 x 200 mg sehari selama 10 hari
Prognosis ad bonam
INFEKSI JAMUR LAINNYA

KANDIDOSIS

Sinonim:
• Kandidiasis
• Moniliasis
Penyakit jamur yang bersifat Dapat mengenai mulut,
akut/subakut → oleh vagina, kulit, kuku, bronki,
Candida sp. (Candida paru, hingga endokard,
albicans) meningens

Faktor endogen:
Terdapat di seluruh dunia,
menyerang semua umur, Kehamilan, kegemukan,
pada orang sehat juga ada iatrogenik, endokrinopati,
sebagai saprofit penyakit kronik (TB, SLE),
umur, imunologik

Faktor eksogen:
Iklim, panas, kebersihan kulit,
kebiasaan berendam kaki
dalam air yang terlalu lama,
kontak dengan penderita
Kandidosis mukokutan
Kandidosis Oral
Acute pseudomembranous candidiasis/thrush →
bentuk tersering → plak putih pada mukosa bukal,
lidah, palatum dan gusi. Jika dikerok akan tampak
eritematous atau sampai ulkus

Acute atrophic candidiasis → terutama terjadi pada


penggunaan KS sistemik dan AB spektrum
luasjangka panjang, immunodeficiency → pada
lidah tampak depapilisasi, pseudomembran
minimal

Chronic atrophic stomatitis/denture


stomatitis → 24-60% pada pengguna gigi
palsu
Lesi: eritema kronik + edema pada
mukosa palatum
Kandidiasis oral uncomplicated →
suspensi nistatin 400.000-600.000
unit/hari, klotrimazol 10 mg 5 kali sehari
Cheilosis/perleche → eritema, fisura,
maserasi dan nyeri pada sudut mulut
Kandidosis Vulvovaginal

• Penyebab vaginitis tersering, 80-90%


disebabkan C. albicans
• FR: penggunaan AB spektrum luas,
penggunaan KS sistemik jangka
panjang, DM, IUD, sering memakai
baju-baju ketat,
• Klinis: vaginal discharge, pruritus
vulva, rasa terbakar, disuria,
dispareunia
Balanitis, Balanopostitis
• Disebabkan Candida spp.

• FR: DM, tidak sirkumsisi, pasangan


seksual menderita candida
vulvovaginitis

• Klinis: pasien merasa alat


kelaminnya kemerahan dan nyeri
seperti terbakar setelah
berhubungan seksual, gatal.

• Objektif: tampak plak putih pada


glans atau preputium, papul dan
vesikopustul yang mudah pecah
pada glans atau sulkus koronarius →
meninggalkan koleret

• Dapat meluas ke skrotum, gluteal,


paha
Candidiasis Intertriginosa

• Kasus kronik → papul, likenifikasi,


hiperpigmentasi dan skuama
• Mengenai lipatan kulit → aksila,
gluteal, interdigital • Di sela jari → erosio interdigitalis

• Kandidiasis terbanyak pada • Kulit sela jari tampak eritema,


dewasa terkelupas/maserasi, bahkan fisura. Jika
kronik kulit sela jari menebal
• Lesi : vesikel/pustul superfisial
dinding tipis, ukuran 2-4 mm,
makula eritem, sirkumskripta,
sering erosi, skuama koleret,
pada bagian tepi kadang
tampak papul dan skuama,
disekelilingnya terdapat lesi-lesi
satelit berupa vesikel atau
pustul

• Klinis: gatal hebat, bahkan


sampai rasa panas terbakar
Pemeriksaan mikroskopis langsung → kerokan
kulit/vesikel/krusta ditetes KOH 10-20%, dipanaskan dan
tampak sel ragi polimorf

Biakan → agar Saboraud atau Mycosel →


terbentuk koloni bulat, basah, mengkilat, milier

PCR

Histopatologi → reaksi radang akut, terdapat mikroabses


dan infiltrasi limfosit di dermis bagian atas
Penatalaksanaan
• Menanggulangi FR

• Mengeringkan lesi yang basah → kompres dengan lar


kalium permanganas 1/5000 atau lar Burowi 20-30
menit beberapa kali sehari

• Krim imidazol (mikonazol 2%, ketokonazol 2%,


klotrimazol 1%)

• Krim terbinafin

• Bila lesi luas → obat sistemik (flukonazol oral 50


mg/hari, itrakonazol 100 atau 200 mg/hari,
ketokonazol 200 mg/hari, terbinafin 125 atau 250
mg/hari)
INFEKSI PARASIT
Cutaneous larva migrans

Filariasis

Pedikulosis

Skabies

Reaksi gigitan serangga


Cutaneous larva migrans/creeping
eruption/dermatosis linearis
migrans/sandworm disease

Peradangan berbentuk linear atau berkelok,


menimbul, progresif, disebabkan invasi larva
cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing

Larva cacing tambang Ancylostoma


braziliense, Ancylostoma caninum yang Predileksi: tungkai,
mampu penetrasi ke kulit, berjalan di plantar, tangan, anus,
epidermis bokong, paha, dan
bagian tubuh
manapun yang sering
berkontak dengan
Sering terjadi pada anak-anak, tentara, petani
tempat larva berada
yang sering berjalan tanpa alas kaki, yang sering
berhubungan dengan tanah/pasir
Penatalaksanaan
Mula-mula lesi
berbentuk papul, gatal
dan panas Tiabendazol

• 50 mg/kgBB/hari, 2x sehari

Kemudian menjadi
bentuk khas → lesi Albendazol
linier berkelok
menimbul, d = 2-3 mm,
eritematous • 400 mg single dose, 3 hari
berturut-turut

Cryotherapy dengan CO2


Dapat mencapai
dry ice, N2 liquid, kloretil
panjang beberapa cm, → kurang efektif
rasa gatal biasanya lebih
hebat malam hari
FILARIASIS

• Etiologi → B. malayi, B. timori, W. bancrofti


(90%)
• Ditularkan oleh nyamuk
• Masa inkubasi 5-18 bulan (masa ketika
mikrofilaria masuk ke sistem limfatik,
menjadi dewasa, kawin dan melepas
mikrofilaria kembali), rata-rata 3 bulan
• Gejala klinis → akut, kronik, dan rekuren
• Bisa asimtomatik, yang sering yaitu
limfangitis, orkitis, epididimitis pada fase
akut
• Pada fase kronik, gejala sekuelae obstruksi
limfatik yang hebat dapat muncul yaitu
limfedema, elefantiasis, hidrokel, kiluria)
terjadi 10-15 tahun setelah infeksi
• Lesi kulit yang dapat muncul →
hipertrofik, likenifikasi, fisura, ulkus,
infeksi sekunder dan gangren dapat
muncul

• Predileksi extremitas bawah dan


genitalia

• Terapi tidak memperbaiki lesi kulit dan


obstruksi limfatik

• Pem. Penunjang: penemuan


mikrofilaria pada darah, urin, dan
cairan tubuh lainnya → eosinofilia
• Dietilcarbamazine
(DEC)
• Mebendazole
• Albendazole
• Flubendazole
• Doksisiklin

Hidrokel, Scrotal Elefantiasis → pembedahan

Elefantiasis pada ekstremitas → kurang bagus,


membutuhkan beberapa kali proses skin
grafting
PEDIKULOSIS

Infeksi kulit/rambut pada manusia →


oleh Pediculus

Klasifikasi
• Pediculus humanus var capitis → pedikulosis
kapitis
• Pediculus humanus var corporis → pedikulosis
korporis
• Phthirus pubis → pedikulosis pubis
PEDIKULOSIS KAPITIS

• Etiologi → Pediculus humanus var


capitis

• Menyerang anak usia muda, cepat


meluas di lingkungan hidup padat
(panti, asrama)

• Ditularkan melalui perantara (sisir,


bantal, kasur, topi)

• Siklus hidup kutu:


Telur → larva → nimfa →
dewasa. Telur diletakkan di sepanjang
rambut & mengikuti tumbuhnya rambut,
makin ke ujung telur makin matang

• Efloresensi (erosi, ekskoriasi, krusta)


karena rasa gatal akibat liur &
ekskreta kutu
• Gejala: gatal terutama di daerah oksiput
dan temporal, dapat meluas ke seluruh
kepala. Jika terdapat infeksi sekunder
rambut bergumpal (karena pus, krusta) dan
berbau busuk

• Pemeriksaan penunjang: menemukan


kutu/telur di daerah oksiput dan temporal,
warna abu-abu dan berkilat

• DD/ tinea kapitis, impetigo krustosa,


dermatitis seboroika

• Penatalaksanaan: Malathion 0,5-1%, gama


benzen heksaklorida (gameksan) 1% →
setelah dioles dan didiamkan 12 jam dicuci
dan disisir dengan serit, emulsi benzil
benzoat 25%. Infeksi sekunder → rambut
dicukur, antibiotika sistemik + topikal, lalu
sampo
PEDIKULOSIS KORPORIS

• Etiologi → Pediculus humanus var corporis.


Kutu ini tidak melekat pada kulit, tapi pada
serat pakaian

• Biasanya terjadi pada dewasa dengan


hygiene buruk → penggembala, karena
jarang mandi/ganti baju/cuci baju, sering
pula pada orang yang tinggal didaerah
beriklim dingin

• Efloresensi: sama dengan pedikulosis


kapitis
• Gejala: bekas-bekas garukan pada
badan, kadang timbul infeksi
sekunder + pembesaran KGB regional

• Pem. Penunjang: sama dengan


pedikulosis kapitis

• DD: neurotic excoriation

• Penatalaksanaan: krim gameksan 1%


yang dioles tipis di seluruh tubuh,
didiamkan 24 jam, setelah itu
penderita disuruh mandi. Jika belum
sembuh ulangi 4 hari kemudian.
Pakaian direbus/disetrika. Infeksi
sekunder → AB sistemik + topikal
PEDIKULOSIS PUBIS

• Infeksi rambut di daerah pubis dan


sekitarnya → Phthirus pubis

• Menyerang anak dan dewasa, dapat


digolongkan ke dalam PHS

• Ditularkan melalui kontak langsung

• Gejala: gatal di daerah pubis dan


sekitarnya, dapat meluas hingga
abdomen dan dada, di situ dijumpai
bercak abu-abu/kebiruan (makula
serulae), dan black dot (krusta darah
yang tampak jelas menempel pada
celana dalam berwarna putih).
Kadang terjadi infeksi sekunder
• DD/ dermatitis seboroika,
dermatomikosis

• Penatalaksanaan: krim gameksan 1%


atau emulsi benzil benzoat 25% yang
dioleskan & didiamkan 24 jam, lalu
diulang 4 hari kemudian jika belum
sembuh. Rambut kelamin dicukur,
pakaian dalam direbus/disetrika,
mitra seksual diperiksa dan jika perlu
diobati
SKABIES/the itch/budukan/gudik

Disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var


hominis dan produknya

Ditularkan melalui kontak langsung (berjabat tangan, tidur bersama,


hubungan seksual), dan kontak tak langsung (pakaian, handuk, sprei,
bantal)

Sarcoptes scabiei → tungau kecil berbentuk oval, punggung cembung,


perutnya rata
Setelah betina bertelur, telur akan menetas 3-5 hari kemudian
Efloresensi disebabkan
terowongan yang dibuat 4 cardinal sign + gejala tambahan
tungau dan garukan
akibat gatal

Pruritus Menyerang
nokturna berkelompok

Adanya
Menemukan
terowongan
tungau
(kunikulus)

Ruam
polimorfik
Gameksan 1 % dalam krim atau
losio, efektif pada semua stadium,
mudah digunakan, jarang memberi
iritasi Krotamiton 10% dalam krim atau
losio → anti skabies dan anti gatal
Cukup diberi 1x, ulang seminggu
kemudian jika belum sembuh

Permetrin 5% dalam krim


Reaksi gigitan serangga

• Kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang


disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang

• Gigitan mengandung bisa/racun → memicu reaksi


alergi penderita

• Bayi dan anak-anak lebih rentan

• Etiologi: serangga yang menggigit dan menyerang


manusia → genus Acarina, Araneae (laba-laba),
Scorpionidae (kalajengking), Chilopoda, Diplopoda,
Insecta, Anoplura (Pediculus humanus var capitis &
corporis, Phthirus pubis), Coleoptera (kumbang),
Diptera (nyamuk, lalat), Hemiptera (kutu busuk),
Hymenoptera (semut, lebah, tawon), Lepidoptera
(kupu-kupu), Siphonaptera
Reaksi yang dapat timbul:
• Gatal

• Urtikaria, papul, yang muncul awalnya di


sekitar lokasi gigitan

• Vesikel, bula yang dapat mengalami infeksi


sekunder

• Yang terberat, syok anafilaktik (umumnya


disebabkan golongan Hymenoptera) →
pembengkakan pada muka, kesulitan
bernapas, urtikaria pada hampir seluruh
permukaan badan, jika berat pasien pingsan
dan bisa menyebabkan kematian
Pemeriksaan
penunjang Penatalaksanaan
• Fase akut → edema • Gatal → antihistamin oral
antara sel-sel misalnya difenhidramin
epidermis, 25-50 mg
spongiosis, serta
sebukan sel • Steroid topikal
polimorfonuklear. Di
dermis ditemukan • Syok anafilaktik →
pelebaran ujung pengenceran epinefrin 1 :
pembuluh darah 1000 dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB, diinjeksi im
• Lab darah →
eosinofilia

• Prick test →
menentukan alergen
PENYAKIT
VESIKOBULOSA
STEVENS-JOHNSON SYNDROME

NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK


STEVENS-JOHNSON
SYNDROME/eritema multiforme mayor

Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir


orifisium, dan mata. KU bervariasi dari
ringan-berat.

Umumnya terdapat pada dewasa.


Biasanya disebabkan alergi obat, bisa
juga infeksi, vaksinasi, neoplasma,
radiasi

Akibat reaksi hipersensitivitas tipe II


(sitolitik) dan gambaran klinisnya
bergantung sel target, pada SJS dan NET
sasarannya kulit → destruksi keratinosit
Kriteria diagnosis: trias SJS
Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan

Obat yang dicurigai menyebabkan alergi


dihentikan/diganti

Histopatologik:
Kortikosteroid:
• Infiltrat sel mononuklear KU baik → prednison 30 mg/hari
di sekitar pembuluh darah KU buruk → dexametason 4-6 mg x 5 mg
dermis superfisial

• Edema, ekstravasasi Pemilihan antibiotik yang jarang


eritrosit di dermis papilar menyebabkan alergi → ciprofloksasin

• Nekrosis sel epidermal


• Diet rendah garam, tinggi protein, mengatur
• Spongiosis & edema keseimbangan elektrolit dan nutrisi
intrasel epidermis

Transfusi darah jika dalam 2 hari dengan terapi


diatas belum membaik → 300 cc selama 2 hari
NET/TEN/Nekrolisis Epidermal
Toksik/sindrom Lyell
• Etiologi → 80-95% karena alergi
obat. Misalnya AB (penisilin,
Penyakit kulit berat
kloramfenikol, eritromisin), OAINS
→ epidermolisis
(fenilbutazon, piroxicam, ibuprofen,
generalisata + trias
indometasin), antikonvulsan
SJS
(fenobarbital, karbamazepin, asam
valproat)

Patogenesis →
reaksi alergi tipe II
(sitolitik) yang
mengenai sel
target, pada NET • Sering menyebabkan kematian
yang diserang
karena electrolyte imbalance, sepsis
epidermis →
epidermolisis, bisa
juga leukopenia jika
sel targetnya
Epidermolisis
yang kemudia
menyeluruh,
Efloresensi: mirip kombustio.
eritema Pada tempat
generalisata → yang sering kena
timbul banyak tekanan
vesikel, bula, (punggung,
Gejala prodromal purpura, bokong)
(sakit berat, erosi/ekskoriasi/
demam tinggi, perdarahan pada
bibir dan orifisium
kesadaran
genitalia eksterna
soporo-komatosa) dan mata
Pemeriksaan
penunjang Penatalaksanaan

Obat yang dicurigai menyebabkan alergi


dihentikan/diganti
Histopatologik:
• Stadium dini → vakuolisasi
dan nekrosis sel-sel basal Kortikosteroid: KU baik (Prednison 40
mg/hari), KU buruk (Dexametason 4-6 x
sepanjang perbatasan 5 mg/hari)
dermal-epidermal
Pemilihan antibiotik yang jarang
menyebabkan alergi→ ciprofloksasin,
• Stadium lanjut → nekrosis ceftriakson
eosinofilik sel epidermis
dengan pembentukan Diet rendah garam, tinggi protein,
lepuh sub-epidermal mengatur keseimbangan elektrolit dan
nutrisi

Transfusi darah jika dengan terapi diatas


belum membaik
Prognosis

Angka kematian penderita NET dihitung dengan SCORTEN (Toxic


Epidermal Necrolysis Specific Severity of Illness Score) dengan
kriteria:
• Umur > 40 tahun
• Denyut jantung > 120 x/menit
• Keganasan hematologi Tiap kriteria
• Area lesi > 10% luas permukaan tubuh diberi nilai 1
• Urea serum > 10 mmol/L
• Bikarbonat serum < 20 mmol/L
• Glukosa serum > 14 mmol/L

Skor 0-1 → angka kematian ± 3,2 %


Skor 2 → angka kematian ± 12,1 %
Skor 3 → angka kematian ± 35,3 %
Skor 4 → angka kematian ± 58,3 %
Skor 5 → angka kematian ± 90 %
Pasien dikelompokkan dalam 3 kelompok
berdasarkan luas area tubuh (Body Surface
Area/BSA) yang mengalami
pengelupasan/Nikolsky sign +

• SJS : < 10 % dari BSA


• SJS/NET : < 10 % dan > 30 % dari BSA
• NET : > 30% dari BSA Nikolsky sign (+) → jika
kulit ditekan dan
digeser kemudian
1% BSA = luas 1 telapak tangan terkelupas
NET SJS SSSS
Trias SJS + epidermolisis
mirip kombustio pada Epidermolisis
Trias SJS, epidermolisis (-)
daerah yang banyak
tekanan

Selaput lendir jarang


terkena
Pada anak, dewasa Pada anak, dewasa

Pada anak < 5 tahun

KU lebih baik daripada


Tampak sakit berat
NET
Disebabkan S. aureus

80-95% disebabkan alergi


Disebabkan alergi obat Mulai kelainan di muka,
obat
leher, aksila, lipat paha

Anda mungkin juga menyukai