Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR dan ASKEP RETINOBLASTOMA

KELOMPOK III

RIDHA TRI ROHYANI 175070209111003


PRASETIYO TENTREM SUBEKTI 175070209111012
ANJAR SATRIA 175070209111018
RACHMAT FAJAR NOOR KUSUMA 175070209111031
YUNITA SARI 175070209111042
RONI HENGKI 175070209111054
I KADE ADI GUNAWAN 175070209111064
AGUS SAPUTRA 175070209111071
AAN TRISNAYANTI 175070209111078

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan
kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan
deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah
pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.

Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak
usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit
menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada
anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining
dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-
4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak
diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang
di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.

1.2 Rumusan Masalalah

1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
b. Tujuan khusus :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma.
7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma.
8. Manfaat Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan
faham akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien
retina blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan
keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
RETINOBLASTOMA

2.1 DEFINISI
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata
rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus
kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada
bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan
pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo,
2006 ).
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut
sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%).
Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus
keluar (eksofitik).
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan
50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.

2.2 ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic
maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom
dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

2.3 PATOFISIOLOGI
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai
umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang
kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam
atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola
pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini.
Pola Penyebaran Tumor
1. Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan,
pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai
coklat muda yang menembus membran limitan interna. Retinoblastoma Endofitik
kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih
dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat
menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas
memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,
vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat berkumpul
di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior membentuk
Pseudohypopyon 1,2,7
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal,
yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan diameter
pembuluh darah dengan warna lebih pekat. Pertumbuhan Retinoblastoma Eksofitik
sering dihubungkan dengan akumulasi cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor
dan sangat mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan suatu Coats disease
lanjut. Sel Retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk implant dimana sebelumnya
jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan demikian membuat kesan
multisentris pada mata dengan hanya tumor primer tunggal.1 Sebagaimana tumor
tumbuh, fokus kalsifikasi yang berkembang memberikan gambar khas chalky white
appearance.
2. Invasi saraf optikus
Invasi saraf optikus; dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke
otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf
optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.

3. Diffuse infiltration retina


Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang
biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5
tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina,
karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan
keadaan inflamasi seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya.
Glaukoma sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
4. Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang. Sel tumor
mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita. Perluasan
ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor.
5. Tumbuh dalam orbita.
Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular messwork, memberi
jalan masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan
cervical yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis
sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis Retinoblastoma yang paling sering
pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan
viscera abdomen.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen kesumsum tulang dan visera ,
terutama hati.
WOC ASKEP RETINOBLASTOMA

Eksogen

Kesalahan replikasi
gerakan atau perbaikan
sel

Endofit
ik
Tumor tumbuh ke
dalam vitrenous
2.4 KLASIFIKASI
Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.Terdapat pada atau
dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
Golongan II : Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
Golongan III : Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
Prognosis meragukan
Golongan IV : Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
Golongan V : Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk

Stadium dalam retinoblastoma :


1. Stadium tenang : Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic
cats eye”.
2. Stadium glaucoma: Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan
intraokular meninggi.
3. Stadium ekstraokuler : Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar
menyebabkan eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga
orbita disertai nekrose diatasnya.

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama


dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
JENIS RETINOBLASTOMA
1. Retinoblastoma eksofilik : Retinoblastoma yang tumbuh menembus keluar retina
2. Retinoblastoma endofilik : Massa tumor diretina yang tumbuh hingga kedalam viterus

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar
akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk kesegmen
anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit- penyakit lain di mata.


Gejala subjektif : Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh.
Kelainan ini dapat dicurigai bila ditemukan adanya:
a. terutama adanya mata kucing
b. leukokoria
c. strabismus
d. glaucoma
e. peradangan
f. mata sering merah
g. penglihatan yang menurun pada anak- anak
Gejala objektif :
Tampak suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca, massa tumor sebagai lesi yang
menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak
pada satu atau kedua mata.

2.5 DIAGNOSA BANDING


Tanda dan gejala yang dapat terjadi pada retinoblastoma memiliki kesamaan pada
kasus lain yaitu diantaranya adalah :
1. Fibroplasias retrorental
2. Dysplasia retina
3. Endoftalmitis nematode
4. Katarak
5. Ablasia retina

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis keluar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

2.7 PENATALAKSANAAN
Tergantung dari letak, besar dan tebal tumor yaitu;
a. Pada tumor intraocular dapat dilakukan krioterapi. Fotokoagulasi laser, kombinasi
sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
b. Pada tumor intra ocular yang sudah mencapaii seluruh viterus dan visus nol dilakukan
enukleasi.
c. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksentrasi, radioterapi dan kemoterapi.
d. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20- 90% pasien retinoblastoma
bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

Jika satu mata yang terserang, pengobatan bergantung pada klasifikasi tumor:
1. Golongan I dan II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi laser).
Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi.
2. Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera. Mata tidak
terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapi.

Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Jika tumor telah keluar kebulbus okuli tetapi masih terbatas dirongga orbita,
dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi dan kemoterapi. Klien harus terus dievaluasi
seumur hidup karena 20-90% klien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer, terutama osteosarkoma.

Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah


pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi.
Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena
diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral
kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik
pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.

Jenis terapi

1. Pembedahan

Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau
terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau
gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau
ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita
harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada
pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.

2. External beam radiotherapy (EBRT)

Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan


terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-
45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.
Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping
jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan
ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.

3. Radioterapi plaque

Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sampai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan
pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini
menimbulkan malignansi sekunder.

4. Kryo atau fotokoagulasi

Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau
xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus,
karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi.
Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.

5. Modalitas yang lebih baru

Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi


sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan
lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-
kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah
digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma
bilateral dan mengancam fungsi mata.

6. Kemoterapi

Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas
sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.

Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk


menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-
pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus
optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus
prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran
ke otak tidak dianjurkan.

Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan.


Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid,
ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin.
Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi
preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan
mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi,
pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis,
biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang
belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug
resistance terhadap kemoterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
Retinoblastoma unilateral dan bilateral paling banyak pada kelompok usia 0 – 5 tahun
sebanyak 40.6% dan 46.9%. Laki-laki lebih banyak dari perempuan pada yang
unilateral (34.4 : 12.5%) dan bilateral (34.4% : 18.7%).
B. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan,
gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta
perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
Umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah dan sakit 31.3%, leukokoria
28.1%, strabismus 21.9% dan proptosis 18.8%.
C. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya
pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
D. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.
Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum
meminta pertolongan.
E. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat
meenerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita. Seperti
glaukoma yang mengakibatkana TIO meningkat.
F. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien.
G. Riwayat psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami
pasien : cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping.
H. Pemeriksaan khusus mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga
dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik
mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan :
- Leukokoria
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
- Hipopion
Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
- Hifema
Yaitu terdapatnya darah pada pembuluh darah, biasanya terjadi karena
trauma.
- Uveitis.

4) Pemeriksaan pupil
Leukokoria (reflek pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang
paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.

5) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papi saraf optik, dan
retina. Pada retinoblastoma ditemukan refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.

6) Pemeriksaan tekanan bola mata


Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata
meningkat.

3.2 Analisis Data


No Data Etiologi Masalah
1. Data objektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
 Ketajaman penglihatan sensori pada lapisan sensori penglihatan
menurun fotoreseptor
 Strabismus ↓
 Mata merah Ketajaman penglihatan

 Bola mata membesar menurun

 Tekanan bola mata ↓

meningkat Gangguan persepsi sensori

 Leukokoria penglihatan

2. Data objektif : Peningkatan massa Resiko tinggi cedera


 Adanya massa tumor ↓
 Tajam penglihatan Penekanan syaraf optik
menurun ↓
 Tekanan bola mata Keterbatasan lapang
meningkat pandang
 Leukokoria ↓
Resiko tinggi cedera
3. Data subjektif : Kompresi/dekstruksi Nyeri
 Mengeluh nyeri jaringan saraf
 Mengeluh sakit kepala ↓
Data objektif : Sakit kepala
 Ekspresi meringis ↓

 Sering menangis Nyeri



Sering menangis

4. Data subjektif : Insisi jaringan Resiko infeksi


 Klien mengeluh badan ↓
panas Ada perlukaan
Data objektif : ↓
 RR > 22 Resiko infeksi
 Suhu > 37,5

5. Data subjektif : Lingkungan dan kebiasaan Cemas


 Takut asing
Data objektif : ↓
 Gelisah Takut berpisah dengan
 Sering menangis orang tua

Sering menangis

Cemas

6. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri


 Klien mengeluh malu setelah operasi
 Klien mengeluh takut ↓
Data objektif : Malu
 Rasa percaya diri berkurang ↓
 Menutup diri Gangguan citra diri

7. Data objektif : Kesulitan pemahaman/ Perubahan


 Berontak pengertian/ kepribadian dan
 Menangis mempersepsikan sakit prilaku
 Kehilangan control ↓

 Agresif Pengingkaran/denial

 Marah ↓
Agresif, marah

Perubahan kepribadian dan
perilaku

8. Data objektif : Diagnosa kebutaan anak Perubahan proses


 Keluarga sering bertanya ↓ keluarga
 Keluarga nampak murung Keluarga nampak gelisah
 Keluarga nampak gelisah ↓

 Pertanyaan/ pernyataan Pertanyaan/ pernyataan

keluarga salah konsepsi keluarga salah konsepsi



Perubahan proses keluarga

9. Data objektif : Kurangnya informasi Kurangnya


 Tidak akurat mengikuti mengenai penyakit anaknya pengetahuan
instruksi ↓ keluarga
 Keluarga Nampak murung Keluarga murung
 Keluarga gelisah ↓

 Pertanyaan/ pernyataan Keluarga gelisah

keluarga salah konsepsi ↓


Pertanyaan/ pernyataan
keluarga salah konsepsi

Tidak akurat mengikuti
instruksi

Kurangnya pengetahuan
keluarga

10. Data objektif : Pembatasan aktivitas Risiko keterlambatan


 Kurang percaya diri ↓ perkembangan
 Ngompol Fungsi motorik terganggu
 Regresi ↓

 Suka mengisap jari Kurang percaya diri



Risiko keterlambatan
perkembangan

11. Data subjektif : Efek samping kemoterapi Kekurangan volume


 Klien mengeluh mual dan ↓ cairan
muntah Mual/muntah/diare
 Klien mengeluh diare ↓
Data objektif : Dehidrasi
 Turgor kulit buruk ↓

 Ubun-ubun cekung Kekurangan volume cairan

 Mukosa bibir kering

12. Data subjektif : Insisi jaringan Nyeri post op


 Klien mengeluh nyeri ↓
Ada perlukaan
Data objektif : ↓
 Klien merintih dan Merintih/menangis
menangis ↓
Nyeri

3.3 Diagnosa keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan retinoblastoma
antara lain :
1. Gangguan persepsi sensori.
2. Risiko tinggi cedera.
3. Nyeri
4. Cemas.
5. Perubahan kepribadian dan perilaku.
6. Risiko keterlambatan perkembangan.
7. Perubahan proses keluarga.
8. Kurangnya pengetahuan keluarga.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penatalaksanaan kemoterapi :
1. Cemas
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan citra diri.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penatalaksanaan pembedahan :
Pre operasi :
1. Cemas
2. Kurangnya pengetahuan keluarga.

Post operasi :
1. Nyeri.
2. Risiko infeksi.
3. Gangguan citra diri.
3.4 Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Resiko cidera NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Perilaku keamanan: a. Manajemen keamanan
keterbatasan lapang lingkungan fisik rumah Aktifitas :
pandang Indikator :  Ciptakan lingkungan yang
 Perlengkapan nyaman bagi klien
pencahayaan  Identifikasi kebutuhan
 Penggunaan system alarm keamanan klien
pribadi  Pindahkan benda-benda
 Kelengkapan alat bantuan berbahaya dari sekitar klien
pada lokasi yang mudah  Pindahkan benda-benda
dicapai berisiko dari lingkungan klien
 Penyusunan perabotan  Posisikan tempat tidur agar
untuk mengurangi resiko mudah terjangkau
b. Pengetahuan: keamanan  Kurangi stimulus lingkungan
pribadi
Indikator : b. Pencegahan jatuh
 Gambaran untuk Aktifitas :
mencegah jatuh  Identifikasi deficit fisik yang
 Gambaran resiko berpotensi untuk jatuh
keamanan khusus  Identifikasi karakteristik
berdasarkan usia lingkungan yang
 Gambaran perilaku meningkatkan potensi jatuh (
individu yang berisiko seperti lantai yang licin)
tinggi  Berikan peralatan yang
 Gambaran resiko menunjang untuk
keamanan bekerja mengokohkan jalan
 Ajarkan klien bagaimana
berpindah untuk
meminimalisir trauma
 Ajarkan keluarga tentang
faktor resiko yang
berkontribusi pada jatuh dan
bagaimana mengurangi resiko
jatuh
 Kaji keluarga dalam
mengidentifikasi bahaya di
rumah dan bagaimana
memodifikasikannya

2. Nyeri b.d adanya NOC : NIC :


massa pada mata a. Pain Level a. Manajemen Nyeri :

Indiktor :  Kaji nyeri secara


komprehensif ( lokasi,
 Menggunakan skala nyeri
karakteristik, durasi,
untuk mengidentifikasi
frekuensi, kualitas dan
tingkat nyeri
faktor presipitasi ).
 Melaporkan bahwa nyeri
 Observasi reaksi non verbal
berkurang dengan
dari ketidak nyamanan.
menggunakan manajemen
nyeri.  Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk
 Melaporkan kebutuhan tidur
mengetahui pengalaman
dan istirahat tercukupi
nyeri klien sebelumnya
 Mampu menggunakan
 Kontrol faktor lingkungan
metode non farmakologi
yang mempengaruhi nyeri
untuk mengurangi nyeri
seperti suhu ruangan,
b. Pain Control
pencahayaan, kebisingan.
Indiktor :
 Mampu mengontrol nyeri  Pilih dan lakukan
(tahu penyebab nyeri, penanganan nyeri
mampu menggunakan (farmakologis/non
tehnik nonfarmakologi untuk farmakologis).
mengurangi nyeri, mencari  Ajarkan teknik non
bantuan) farmakologis (relaksasi,
 Melaporkan bahwa nyeri distraksi dll) untuk
berkurang dengan mengatasi nyeri.
menggunakan manajemen  Kolaborasi pemberian
nyeri analgetik untuk mengurangi
 Mampu mengenali nyeri nyeri.
(skala, intensitas, frekuensi  Evaluasi tindakan
dan tanda nyeri) pengurang nyeri/kontrol
 Menyatakan rasa nyaman nyeri.
setelah nyeri berkurang  Monitor TTV
 Tanda vital dalam rentang
normal
3. Resiko Infeksi NOC : NIC :
a. Kontrol resiko : Proses Infeksi a. Kontrol infeksi
Indikator:
 Bersihkan lingkungan
 Mendeskripsikan factor- dengan baik
faktor resiko infeksi
 Lakukan cuci tangan
 Mencari informasi terkait sebelum dan setelah
kontrol infeksi tindakan
 Mendeskripsikan tanda-  Batasi jumlah pengunjung
tanda dan gejala
 Kolaborasi dalam
 Mendeskripsikan aktivitas- pemberian terapi
aktivitas meningkatkan daya antibiotik yang sesuai
tahan terhadap infeksi  Tingkatkan pemasukan
 Memperhatikan faktor resiko cairan yang tepat.
lingkungan
 Perhatikan faktor resiko  Tingkatkan intake nutrisi
perilaku individu yang tepat

 Tentukan strategi kontrol  Ajarkan pasien dan


resiko yang efektif keluarga tentang tanda-
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
b. Status Nutrisi melaporkannya pada tim
 Pemasukan nutrisi kesehatan.

 Pemasukan makanan dan  Ajarkan pasien dan


cairan anggota keluarga untuk
menghindari terjadi infeksi

4. Cemas berhubungan NOC : NIC :


dengan penyakit yang
diderita klien.  Kaji tingkat ansietas,
 Kecemasan dapat segera
teratasi. derajat pengalaman
nyeri/timbulnya gejala
tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat
ini
 Berikan informasi yang
akurat dan jujur.
Diskusikan dengan
keluarga bahwa
pengawasan dan
pengobatan dapat
mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
 Identifikasi sumber/orang
yang menolong.
 Untuk mempermudah
rencana tindakan
keperawatan yang akan
diberikan selanjutnya
 Kolaborasi dengan
keluarga pasien akan
mempercepat proses
penyembuhan.

5. Resiko keterlambatan NOC : NIC :


perkembangan  Growth and Pendidikan orang tua : masa bayi
Development delayed  Ajarkan kepada orang tua
 Family coping tentang penanda
 Breastfeeding perkembangan normal
ineffective  Demonstrasikan aktivitas
 Nutritional status : yang menunjang
Nutrient Intake perkembangan
 Parenting performance  Tekankan pentingnya
perawatan prenatal sejak
Kriteria hasil :
dini
 Berat badan sama =
 Ajarakan cara – cara
indeks masa tubuh
memberikan rangsangan
 Fungsi gastrointestinal
yang berarti untuk ibu dan
anak adekuat
bayi
 Makanan dan asupan
 Ajarkan tentang perilaku
cairan bergizi
yang sesuai dengan usia
 Kondisi gizi adekuat
anak
 Ajarkan tentang mainan
dan benda – benda yang
sesuai dengan usia anak
6. Kerusakan integritas NOC : NIC :
kulit berhubungan Tissue integrity : Skin and a. Presurre management
dengan perubahan Mucous membran  Monitor warna, suhu,
turgor, penurunan Kriteria hasil : odem, kelembaban, dan
imunologis dan radiasi  Integritas kulit yang baik kondisi area sekitar luka
bisa di pertahankan  Jaga kebersihan kulit agar
(sensasi, elastisitas, tetap bersih dan kering
temperatur,hidrasi,  Monitor tanda dan gejala
pigmentasi) infeksi di area luka
 Perfusi jaringan baik  Berikan obat-obatan oral
 Mampu melindungi kulit  Monitor status nutrisi
dan mempertahankan  Ajarkan keluarga
kelembapan kulit dan mengenai perawatan luka
perawatan alami b. Insision site care :
 Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang di tutup dengan
jahitan
 Monitor proses
kesembuhan area insisi
 Gunakan preparat
antiseptic, sesuai program
 Ganti balutan pada
interval waktu yang sesuai
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler yang
terjadi pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar
didiagnosis pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun yang mengakibatkan sulit melihat
dengan jelas sehingga dia merasakan kegelisahan, takut, berdampak pada penurunan
aktivitas sehingga dapat mengalami dapat mengalami perubahan pertumbuhan dan
perkembangan.

4.2 Saran
Menurut penjelasan kami di atas, kita harus mencegah kehadiran penyakit
apapun semaksimal mungkin. Walaupun retinoblastoma ini bersifat herediter, kita
dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dengan menerapkan asuhan keperawatan
dengan benar sebagai usaha preventif agar tidak terjadi masalah lebih lanjut. Kita juga
harus memeriksakan mata apabila ada kecurigaan atau tanda-tanda yang tidak biasa
muncul untuk dapat menanggulangi secara dini sehingga resiko terberat dapat
dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI, Jakarta.

Irawati, KUMPULAN ASKEP: ASKEP RETINOBLASTOMA


iranners.blogspot.co.id/2013/07/askep-retinoblastoma.html 2/8
Gloria M. B, Howard K. B,Joanne M. W, Charyl M. W, Nurisng Intervenstions Classification
( NIC ) , Edisi keenam, edisi Bahasa Indonesia, Elsevier, Mocomedia 2017
Sue M, Marion J, Meridean L.M, Elizabeth S, Nursing Outcome Classification ( NOC ), edisi
kelima, edisi Bahasa Indonesia, Elsevier, Mocomedia 2017
Marichelle aventura isidora, MD; chief editor : Hampton roy, Sr, MD, Retinoblastoma
treatment and management, Medscape, Jul 12, 2016,
http://emedicine.medscpae.com/article/1222849-treatment#d8
Brian Barso, Treatment options for retinoblastoma, 3 July 2017,
www.brianbarso.info/treatment-options-for-retinoblastoma/
Bill ruffier, Unilateral vs bilateral retinoblastoma,
https://pediatricretinoblastoma.com/kids-retinoblastpma-facts/type

Anda mungkin juga menyukai