Anda di halaman 1dari 16

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

colonel belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang

dibawah dari Mauritius dan Amesterdam dan ditanamkan di Kebun Raya Bogor

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakn dan dibudidayakan secara komersial pada

tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien

Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.

Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai perkebunan

kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat di perkebunan kelapa sawit di Indonesia

mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai timur

Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.

(Tim penulis PS, 2007)

Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada daratan rendah di daerah tropis

yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,50 lintang utara

sampai 23,50 lintang selatan. Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman

kelapa sawit sebagai berikut :

1. Curah hujan≥ 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan

periode bulan kering ( < 100/mmbulan) tidak lebih dari 3 bulan.

2. Temperatur siang hari rata-rata 29 – 330C dan malam hari 22 -240C.

Universitas Sumatera Utara


17

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut <500 mm.

4. Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam per hari

(pahan,I,2006)

2.2. Daun Kelapa Sawit

Daun atau pelepah kelapa sawit merupakan dapur bagi tanaman, tempat

untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari daun energi

disalurkan ketiap bagian tanaman yang membutuhkan. Pengelolahan daun kelapa

sawit yang tepat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa

sawit. Jarak tanam yang terlampau rapat menyebabkan sudut pelepah terhadap

batang pohon menjadi sempit, penyerapan cahaya matahari tidak efisien dan berat

tandan buah segar yang dihasilkan pun cenderung rendah. Dengan

mempertahankan jumlah daun kelapa sawit terserang hama pemakan daun seperti

ulat api dan ulat kantung, produksi kelapa sawit akan menurun sebanding dengan

tingkat serangan. Jumlah daun per pokok yang harus dipertahankan berdasarkan

usia tanaman terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Pelepah Kelapa Sawit yang Harus dipertahankan

Umur Tanaman Jumlah Pelepah Per Pokok

4 – 8 tahun 56 – 64 pelepah

8 – 12 tahun 48 – 56 pelepah

>12 tahun 40 – 48 pelepah

(Lumbangaol,P.2010)

2.2.1. Morfologi Daun Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara


18

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan

tulang anak daun (madrib)

2. Rachis yang mempunyai tempat anak daun melekat.

3. Tangakai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang

4. Seludang daun(sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup

dan member kekuatan pada batang

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan

merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang

berkembang, seludung berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara

sempurna. Namun, karena daun berkembang terus – menerus, sedangkan seludung

sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut seludung menjadi robek dan tercerai

membentuk baris duri (spine) sepanjang tepi-tepi petiole yang merupakan

pangkalan dari serabut (Pahan.I.,2006).

2.2.2. Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan

pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan. Pengambilan contoh daun

dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu luasan areal tertentu yang

digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya, dalam luasan satu

blok yang memiliki keseragaman tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi

areal dapat digunakan sebagai 1 unit KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai

tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon contoh tidak boleh

diubah sepanjang masa hingga tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi. Untuk

areal seluas 1 ha, pohon contoh yang diambil sebnyak 4%, untuk areal seluas 5 ha

Universitas Sumatera Utara


19

sebanyak 3%, untuk areal seluas 10 ha sebanyak 2%, dan untuk areal seluas 25 –

100 ha sebanyak 1%.

Untuk areal yang menggunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil

dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke-3 dari pinggir parit baik dari sisi jalan

utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris

tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul

hingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok. Lalu daro pohon

terakhir tersebut dibelokkan ke arah utara dengan interval yang sama. Sementara

itu, untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan

dengan metode tersebar atau acak. Adapun persyaratan pohon contoh adalah

sebagai berikut.

1. Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohon bekas

sisipan. Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh

tidak memenuhi syarat maka pohon contoh dapat digeser ke pohon di

dekatnya yang dianggap sehat. Interval selanjutnya dapat dimulai dari

pohon tersebut.

2. Hindari pohon yang tumbuh di puncak bukit, sebagai gantinya

gunakanlah pohon lain yang seragam dan dapat mewakili kondisi areal.

Hindari juga memilih tanaman pinggir.

3. Pohon contoh harus berada diantara pohon yang masih hidup.

4. Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal kurang dari 5 ha,

boleh terdapat pebedaan, tetapi hanya 1 – 2 tahun saja.

5. Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/grup relatif sama.

Universitas Sumatera Utara


20

6. Jika pohon contoh sakit atau mati, dapat digantikan sesuai dengan

ketentuan di atas.

7. Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batangnya

secara melingkar. Khusus pohon pertama diberikan tanda bulat berwarna

biru tua dan ditulisi angka (nomor urut KCD dan pohon contoh dalam

KCD tersebut) berwarna putih.

Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu dua bulan setelah

pemupukan terakhir (biasanya bulan oktober). Pengambilan harus saat cuaca

cerah, antara pukul 07.00 – 12.00. Jika saat pengambilan turun hujan maka dapat

ditunda hingga daun kembali kering atau keesokan harinya. (Fauzi,Y.2012)

2.2.3. Cara Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

1. Pemotongan pelepah daun

2. Pengambilan helai daun pada titik ujung permukaan datar dari permukaan atas

pelepah. Helai daun yang diambil adalah 3 (tiga) helai pada bagian sebelah

kiri (helai daun 1 – 6)

3. Pemotongan helai anak daun menjadi tiga bagian dan sebagai contoh daun

yang dikirim ke laboratorium diambil bagian tengah

4. Pembersihan bagian helai daun dari debu, jamur, dan lain-lain dengan

menggunakan kapas yang dibasahi dengan aquades

5. Pemisahan lidi dengan daun, selanjutnya bagian helai daun saja yang

digunakan

6. Helai – helai daun dari satu Kesatuan Contoh Daun (KCD) dijadikan satu

contoh. Kemudian contoh daun tersebut dimasukkan dalam amplop berlubang

Universitas Sumatera Utara


21

7. Pemberian label pada setiap amplop yang berisi contoh daun. Label berisi

informasi yang meliputi: Nama kebun, Afdeling, No. KCD, Tahun Tanam,

No. Blok, Luas KCD, Tanggal Pengambilan, dan Petugas

8. Contoh daun yang telah selesai dipersiapkan (dalam amplop berlubang)

disarankan dikeringkan pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada

suhu 800C selama 12 jam. Hal tersebut untuk menghindari timbulnya jamur

akibat kondisi contoh daun yang lembab

9. Contoh daun yang telah kering dikirim ke laboratorium dan tetap dalam

amplop berlubang.

(Warta PPKS, 2007)

2.2.4. Analisis Daun Kelapa Sawit

Kandungan hara (di dalam jaringan) tanaman memberikan informasi tentang

status hara tanaman yang dapat dipercaya pada saat dilakukan pengambilan

sampel. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk

yang harus ditambahkan di masa yang akan datang (umumnya dalam periode 1

tahun). Umumnya, interpretasi yang dibuat berdasarkan pada kandungan hara di

dalam daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis (nilai

kritis) atau dengan metode yang dosis pupuk hanya berdasarkan pada data analisis

daun saja. Tindakan pemupukan memerlukan strategi yang terpadu antara pihak

rekomendator, pengusaha perkebunan, dan pemerintah (yang menentukan harga

pupuk) sebagaimana dipaparkan pada diagnosis berdasarkan hasil percobaan

pemupukan.

Universitas Sumatera Utara


22

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari jaringan yang

terbaik untuk menilai status hara tanaman. Kebanyakan tanaman, pengambilan

sampel daun biasanya dilakukan pada fase perkembangan daun yang telah

sempurna dan pada kelapa sawit fase ini terjadi pada daun ke-9 ke atas. Dua

kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pengambilan sampel daun

adalah kepekaan dan ketepatan.

Menurut Chapman dan Gray (1949), daun ke-17 merupakan daun yang

paling peka karena menunjukkan perbedaan yang paling besar dalam tingkat hara

N,P, dan K diantara 2 percobaan yang mereka lakukan. Selain itu, status hara pada

daun ke-17 mempunyai kolerasi terhadap produksi tanaman yang lebih baik bila

dibandingkan dengan daun-daun lain yang lebih muda. Daun ke-17 telah

digunakan untuk analisis daun dalam waktu yang cukup lama sehingga cukup

banyak pengalaman dan data yang telah terkumpul. Penggunaan daun ke-17

menjadi baku, terutama karena penggunaan daun lain sebagai sampel analisis

daun hanya menunjukkan sedikit kemajuan. (Fauzi,Y.2012)

2.3. Unsur Hara Pada Tanaman

Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.

Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tikad

terdapat suatu hara tanaman,maka kegiatan metoblisme akan terganggu atau

berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau

ketiadaan suatu hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tetrtentu yang

spesifik yang biasa disebut gejalah kekahatan. Gejalah ini akan hilang apabila

hara tanaman ditambahkan kedalam tanah atau diberikan lewat daun.

Universitas Sumatera Utara


23

Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibagi menjadi

dua golongan, yakni : unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro

diperlukan tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan

unsur hara mikro. Kadar N misalnya, dalam jaringan tanaman lebih dari seribu

kali kadar Zn. Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis tanaman

umumnya memiliki urutan berdasarkan kadar-nya, yakni : C, H, O, N, P, S, K, Ca,

Mg, Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B. (Rosmarkam,A.2002)

2.4. Unsur Hara Kalsium

Kalsium adalah sebuah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomor atom

20. Mempunyai massa atom 40.078 amu. Kalsium merupakan salah satu logam

alkali tanah, dan merupakan elemen yang paling melimpah di kerak bumi.

Kalsium adalah unsur kelima tidak pernah ditemukan bebas di alam karena mudah

membentuk senyawa dengan bereaksi dengan oksigen dan air. Kalsium logam

pertama kali diisolasi oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1808 melalui

elektrolisis dari campuran kapur (CaO) dan oksida merkuri (HgO). Kali ini,

kalsium logam diperoleh dengan menggusur atom kalsium dalam kapur dengan

atom aluminium dalam wadah panas, tekanan rendah. Sekitar 4,2% dari kerak

bumi terdiri dari kalsium. Karena reaktivitas tinggi dengan bahan umum, ada

sedikit permintaan untuk logam kalsium. Hal ini digunakan dalam beberapa

proses kimia untuk memperbaiki thorium, uranium dan zirkonium. Kalsium juga

digunakan untuk menghilangkan oksigen, sulfur dan karbon dari paduan tertentu.

Kalsium dapat paduan dengan aluminium, berilium, tembaga, timah dan

magnesium. Kalsium juga digunakan dalam tabung vakum sebagai pengambil,

Universitas Sumatera Utara


24

bahan yang menggabungkan dengan dan menghapus jejak gas dari tabung vakum.

(https://www.amazine.com/kegunaan-unsur-kalsium-dan-sejarah-kalsium.html)

2.4.1. Peranan Kalsium Pada Tanaman

Unsur Kalsium diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan

Ca2+ terbatas pada ujung akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel

endodermis belum mengalami suberisasi. Kalsium memasuki pembuluh xilem

melalui jalur apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas, diperlukan

pertumbuhan akar terus menerus agar pengambilan Kalsium mencukupi

kebutuhan. Pengangkutan melalui xilem, Kalsium terbawa oleh aliran air

transpirasi. mobilitas lewat floem terbatas. Kation Ca2+ dipasok oleh intersepsi

akar dan aliran masa, Ca2+ di kebanyakan tanah bersifat sangat mobil , kadar

dalam larutan tanah 30-300 ppm, kecukupan untuk tanaman secara umum > 15

ppm, Kalsium akan mengumpul di sekitar akar, pada tanah yang memiliki kadar

Kalsium yang tinggi. Kalsium di transformasikan dalam tanah melalui pertukaran

kation Adsorsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik.

(https://nasih.wordpress.com/2010/11/01/kalsium)

Beberapa bentuk kalsium yang biasa dipakai untuk pertanian adalah kalsium

karbonat (CaCO3), kalsium hidroksida (Ca(OH)2, kalsium oksida (CaO) dolomit

(CaMg(CO3)2, dan kalsium silikat (Ca-SiO3).

Peranan kalsium bagi pertumbuhan tanaman sebagai berikut:

1. Membentuk dinding sel yang sangat dibutuhkan dalam proses

pembentukan sel baru.

2. Mendorong pembentukan buah dan biji yang sempurna.

Universitas Sumatera Utara


25

3. Dapat menetralkan asam-asam orgnaik yang dihasilkan pada metabolism.

4. Merangsang terbentuknya bulu-bulu akar.

(http://ktsaraswati.blogspot.co.id/2015/11/4-fungsi-kalsium-bagi-pertumbuhan-

tanaman.html)

2.4.2. Gejala Difesiensi Unsur Hara Kalsium Pada Tanaman Kelapa Sawit

Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala

yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat

menurunkan produktivitas tanaman, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala

defisiensi unsur hara Kalsium (Ca) pada tanaman kelapa sawit yaitu :

1. Tepi daun banyak timbul gejala klorosis dan menjalar ke tulang daun

2. Kuncup daun yang masih muda sering mengalami kematian

3. Pada kondisi yang berat, jaringan daun akan kering dan mati

4. Pembentukan perakaran kurang sempurna

(Fauzi,Y.2012)

2.5. Spektrofotometri Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali di amati oleh Fraunhofer, ketika

menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari sedangkan yang

memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia

bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelum ahli kimia banyak bergantung pada

cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini

yang sulit dan memakan waktu kemudian segera digantikan dengan spektroskop

serapann atom atau atom absorption spectroscop (AAS). Metode ini sangat tepat

Universitas Sumatera Utara


26

untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Tekhnik ini mempunyai beberapa

kelebihan dibandingkn metode spektroskopi emisi konvensional. Pada metode

konvensional, emisi tergantung pada temperatur sumber. Selain ini eksitasi termal

tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies dalam

suatu campuran dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan

nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat-tingkat energi eksitasi yang rendah

dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi

terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar, karena metode

serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantungan

pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik. Logam-logam yang

membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu

diperlakukan sumber energi yang besar. (Khopkar,2008)

2.5.1. Prinsip Dasar Analisa Spektrofotometri Serapan Atom

Metode spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absorbsi

cahaya atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebgai contoh, natrium menyerap pada

589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang

gelombang 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup

energi untuk mengubah tingkat eletronik suatu atom yang mana transisi eletronik

suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan

memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan

energinya ke tingkat eksitasi. Misalkan, suatu untur Na mempunyai konfigurasi

elektron 1s2, 2s2,2p6, dan 3s1. Tingkat dasar untuk eletron valensi 3s1 ini dapat

mengalami eksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV atau ke tingkatan 4p

Universitas Sumatera Utara


27

dengan energi 3,6 eV yang masing-masing bersesuaian dengan panjang

gelombang 589,3 nm dan 330,2 nm. Kita dapat memilih diantara panjang

gelombang ini yang dapat menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan

intensitas yang maksimal. Garis inilah yang dikenal dengan garis-garis resonansi.

Garis-garis lain yang bukan garis resonasi dapat berupa spektrum yang berasosiasi

dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar atupun garis tidak

berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.

(Khopkar,2008)

2.5.2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom dapat dilihat pada gambar 2.1.

berikut ini:

Gambar 2.1.

Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom

(Sumber: Watson,1999)

1. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode

lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda

Universitas Sumatera Utara


28

dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam

atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia

(neon atau argon) dengan tekanan rendah (10 – 15 torr). Bila antara anoda dan

katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan

memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana

kecepatan dan energinya sangat tinggi.

2. Tempat Sampel

Alat yang digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu

dengan nyala (flame). Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa

padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk

atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang

digunakan, misalkan untuk asetilen – udara : 22000C, dan gas asetilen – dinitrogen

oksida (N2O) sebesar 30000C. Sumber nyala yang paling banyak digunakan

adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai

pengoksidasi. (Gandjar, 2008)

3. Monokromator

Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan

memencilkan dari garis-garis lain dan kemungkinan dari pancaran pita molekul.

Kisi difraksi pada umumnya lebih sering dilakukan oleh prisma dan akibatnya

instrument kisi dapat memilahara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka

panjang gelombang yang lebih lebar (Vogel,1994)

4. Detektor

Universitas Sumatera Utara


29

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat

pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada dua cara yang

dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: yang memberikan respon terhadap

radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, serta yang hanya memberikan respon

terhadap radiasi resonansi.

5. Readout

Readout merupakan sutau alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem

pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah dikalibrasi

untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa

angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi

atau intensitas emisi. (Gandjar, 2008)

2.5.3. Pengukuran Kuantitatif

Pengukuran secara kuantitatif dapat dibuat dengan menggunakan kurva kalibrasi

sebelumnya atau dengan metode dari penambahan standar. Dalam kasus yang

berbeda, kondisi pengoperasian harus dioptimalkan terlebih dahulu dengan

menganggap rentang konsentrasi sampel yang diduga dan kelinieran tanggapan.

Ini termasuk pemilihan garis resonansi yang semestinya (biasanya dibuat tabel

referensi), pengaturan lampu yang sesuai, temperatur nyala dan laju penguapan

sampel, penempatan pembakar dan lebar celah monokromator. Larutan standar

yang terbaik disiapkan dengan pencairan yang semestinya dari 1000 ppm larutan

yang tersedia dan harus disesuaikan sedekat mungkin dengan komposisi kasar

untuk sampel-sampel ini. Presisi yang relatif dari sebuah pengukuran serapan

atom adalah baik, dalam banyak kasus 0,5 – 2 % dapat dicapai tanpa kesulitan

Universitas Sumatera Utara


30

dimana digunakan nyala atomisasi. Presisi untuk metode tanpa nyala walau

bagaimanapun sering jauh lebih buruk sebagai hasil beberapa gangguan yang

akan dibahas dibawah. Kurva kalibrasi selalu menunjukkan lengkungan menuju

sumbu konsentrasi ketika melewati sumbu satu. Ini tidak linier disebabkan tidak

terserapnya radiasi yang mencapai detektor atau ketika setengah lebar daru garis

emisi dari lampu yang semestinya atau melampaui garis absorbansi. Radiasi yang

terserap dapat dijangkau detektor banyaknya sumber, termasuk garis emisi dari

unsur katoda mendekati garis resonansi yang terpilih atau gas pengisi, sebaran

radiasi dalam monokromator dan radiasi yang melewati nyala atau penguapan

sampel. (Fifield, 1987)

2.5.4. Gangguan-Gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Yang dimaksud dengan gangguan-gangguan (interference) pasa SSA adalah

peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang di

analisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan

konsentrasinya dalam sample. Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA

adalah sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

banyak sampel yang mencapai nyala. Sifat-sifat tertentu matriks sample dapat

berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/gas pengoksidasi. Sifat-sifat

tersebut adalah : viskositas, tegangan permukaan, berat jenis, dan tekanan

uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis

sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari

konsentrasi yang seharusnya terdapat dalam sampel.

Universitas Sumatera Utara


31

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang

terjadi di dalam nyala. Terbentuk atom-atom netral yang masih dalam

keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu :

a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna

b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang

dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di

dalam nyala. Gangguan di dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:

a. Penggunaan nyala/suhu atomisasi yang lebih tinggi

b. Penambahan senyawa penyangga

c. Pengekstrasian unsur yang akan analisis

d. Pengekstrasian ion atau gugus pengganggu

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption). Gangguan

ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal

dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomik dapat

disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikal-partikal padat yang

berasal dari dalam nyala. Cara mengatsinya adalah dengan bekerja pada

panjang gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi.

(Gandjar, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai

  • Apotik Hidup
    Apotik Hidup
    Dokumen25 halaman
    Apotik Hidup
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Kulit
    Kulit
    Dokumen14 halaman
    Kulit
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Analisis Data Penelitian Kualitatif
    Analisis Data Penelitian Kualitatif
    Dokumen8 halaman
    Analisis Data Penelitian Kualitatif
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen1 halaman
    Metopel
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Tabel Piket Mahasiswa
    Tabel Piket Mahasiswa
    Dokumen1 halaman
    Tabel Piket Mahasiswa
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • LKPD Protista
    LKPD Protista
    Dokumen6 halaman
    LKPD Protista
    nurul
    Belum ada peringkat
  • Laporan Proyek ANFISMAN
    Laporan Proyek ANFISMAN
    Dokumen16 halaman
    Laporan Proyek ANFISMAN
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • KULIT
    KULIT
    Dokumen8 halaman
    KULIT
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • KULIT
    KULIT
    Dokumen8 halaman
    KULIT
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • KULIT
    KULIT
    Dokumen8 halaman
    KULIT
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Paper Ektum Kompetisi
    Paper Ektum Kompetisi
    Dokumen3 halaman
    Paper Ektum Kompetisi
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • RI THV (Abstrak Dan Metode)
    RI THV (Abstrak Dan Metode)
    Dokumen13 halaman
    RI THV (Abstrak Dan Metode)
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    felysia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Proyek ANFISMAN
    Laporan Proyek ANFISMAN
    Dokumen16 halaman
    Laporan Proyek ANFISMAN
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Paper Ektum Kompetisi
    Paper Ektum Kompetisi
    Dokumen3 halaman
    Paper Ektum Kompetisi
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • CONTOH RPP - Biologi
    CONTOH RPP - Biologi
    Dokumen70 halaman
    CONTOH RPP - Biologi
    Zulfindira Septri Ruudevi
    Belum ada peringkat
  • Mikrobio
    Mikrobio
    Dokumen5 halaman
    Mikrobio
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen1 halaman
    Metopel
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen1 halaman
    Metopel
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • CONTOH RPP - Biologi
    CONTOH RPP - Biologi
    Dokumen70 halaman
    CONTOH RPP - Biologi
    Zulfindira Septri Ruudevi
    Belum ada peringkat
  • Metopel
    Metopel
    Dokumen1 halaman
    Metopel
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Jaringan Hewan
    Jaringan Hewan
    Dokumen7 halaman
    Jaringan Hewan
    ryan (ilham)
    100% (51)
  • Paper Ektum Kompetisi
    Paper Ektum Kompetisi
    Dokumen3 halaman
    Paper Ektum Kompetisi
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • Dapus Ektum Kompetisi
    Dapus Ektum Kompetisi
    Dokumen1 halaman
    Dapus Ektum Kompetisi
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • THV
    THV
    Dokumen7 halaman
    THV
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat
  • CJR Biokimia Kelompok 2
    CJR Biokimia Kelompok 2
    Dokumen12 halaman
    CJR Biokimia Kelompok 2
    MAILIN SONIA GIRA SIHOMBING
    Belum ada peringkat