Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT


DALAM RSU DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :
ARTIKA SARI
NIM: 07.02.006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011

1
2

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI


PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT
DALAM RSU DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2011

SKRIPSI

Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana


Keperawatan Di Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mutiara Indonesia Medan

Oleh :
ARTIKA SARI
NIM: 07.02.006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011
3

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI PADA


PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSU DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :


Nama Mahasiswa : Artika Sari
Nim : 07.02.006

Telah Diuji Dan Dipertahankan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal : 28 Juni 2011
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Iting, S.Kp, M.Biomed) (Ns. Janno Sinaga, S.Kep. M.Kep, Sp. KMB)

Penguji II Penguji III

(Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep) (Ns. Rosetty Sipayung, S.Kep)

Medan, 28 Juni 2011


Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Mutiara Indonesia
Ketua

(Iting, S.Kp, M.Biomed)


4

PERNYATAAN

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI


PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis

yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011

Artika Sari
5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Artika Sari

Tempat/tanggal Lahir : Binjai, 5 April 1989

Agama : Islam

Anak Ke : 3 (Tiga) dari 3 (Tiga) Bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Suroso

Nama Ibu : Rani

Alamat Rumah : Jl. Poros. Teluk Panji.

Labuhan Batu Selatan

Pendidikan

1. Tahun 1994 - 2000 : SD Negri 118399 Kampung Rakyat

2. Tahun 2000 - 2004 : SLTP Negri 2 kampung Rakyat

3. Tahun 2004 - 2007 : SPK KESDAM I/BB Binjai

4. Tahun 2007 sampai saat ini sedang menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Ilmu Keperawatan ( PSIK) STIKes Mutiara Indonesia.
6

ABSTRAK

Senam Kaki dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot
kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha,
mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya depormitas. Keterbatasan jumlah insulin
pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya
pembulu darah, saraf dan strukrur internal lainya. Sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat,
akibatnya pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya. Peneliti an bertujuan
untuk mengetahui Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus
sebelum dan sesudah di berikan perlakuan senam kaki. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi
Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 347 orang pertahun, tehnik samplingdalam
penelitian ini adalah purposiple sampling sehingga diperoleh 29 orang. Data penelitian dianalisa
dengan uji paired t-test. Berdasarkan hasil analisa data di ketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi darah
sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0.000 dengan rata-rata peningkatan
sirkulasi darah. -0,260. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengarug senam kaki terhadap
sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes melitus di RSU Dr.Pirngadi Medan. Saran untuk praktek
keperawatan di harapkan perawat yang bekerja diruangan tersebut hendaknya menbuat prosedure tetap
senam kaki terhadap pasien diabetes melitus dan untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan
alat yang lebih akurat untuk mengukur sirkulasi darah kaki seperti Dopller HI-doop.

Kata kunci : Senam Kaki, Sirkulasi Darah Kaki, Pasien Diabetes Melitus.
7

ABSTRACT

Leg exercises can help improve blood circulation is impeded and trengthen the small muscles of the
foot in diabetic patiens with neuropathy. Moreover, it can strengthen the calf musclesand thigh
muscles, to overcome the limitation of joint motion and prevent deformity. Limitations of the amount of
insulin in people with diabetes resulted in increased blood sugar levels this causes damage to blood
vessels, nerves and other internal structures so that the bloodsupply to the foot increasingly hampered,
resulting in diabetic patients will experience a disruption of blood circulation in this legs. This study
aims to determine the influence of Gymnastics Against Blood Circulation foot in diabetic mellitus
Patients before and after exercises foot treatment is given. This type of study is Quasi experimentation.
The population in this study as many as 347 people per year, sampling techniques in the study was
purposive sampling to obtain 29 people. Data were analyzed with paired t-test trials. Based on the
results of data analysis known that there are differences in blood circulation before and after exercises
foot with a p-value = 0,000with and average peningkaran -0,260 blood circulation. The conclusion of
this study was there the influence of leg exercises on leg blood circulation in patients with diabetes
mellitus in RSU Dr. Pirngadi Medan. Suggestion for nursing practice are expected to nurses working
in the room should be made SOPs leg exercises to patients with diabetes mellitus and for further
research should use a more accurate tool to measure leg blood circulation as Dopller HI-doop.

Key words : Gymnastics Foot, Leg Blood Circulation, Diabetes Mellitus Patients
8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti sampai saat ini masih diberikan

kebijakan sebagai dasar dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ PENGARUH

SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES

MELITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011’’.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan, oleh

sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan

dan kebaikan skripsi ini.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. W. Purba, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.

2. Dr. Dra. Ivan Elisabeth, M.Kes, selaku Ketua STIKes Mutiara Medan.

3. Iting, S.Kp. M.Biomed, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes

Mutiara Medan, sekaligus sebagai Ketua penguji yang telah banyak memberikan

bimbingan/masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ns. Rosetty Sipayung, S.Kep selaku penguji III yang telah memberikan saran

maupun masukan didalam kelengkapan penulisan skripsi ini.


9

5. Ns. Janno Sinaga, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB selaku dosen penguji I dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep selaku dosen penguji II dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp. THT selaku Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan

yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Kedua Orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan dukungan baik

secara materi, motivasi dan doa kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman–teman mahasiswa/i yang telah memberikan dukungan dan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi pihak

yang membutuhkan.

Medan, Juni 2011

Peneliti

( Artika Sari )

\
10

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSRTAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DARTAI ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Umum ......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diabetes Melitus ...................................................................... 6
2.1.1 Defenisi......................................................................... 6
2.1.2 Tipe-tipe Diabetes Melitus ........................................... 6
2.1.3 Etiologi ......................................................................... 8
2.1.4 Gambaran Klinik .......................................................... 10
2.1.5 Faktor Resiko................................................................ 11
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik ............................................... 12
2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................ 13
2.1.8 Komplikasi ................................................................... 16
2.2 Senam Kaki ............................................................................ 26
2.2.1 Defenisi......................................................................... 26
2.2.2 Tujuan Senam Kaki ....................................................... 26
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi .......................................... 26
2.2.4 Prosedur ........................................................................ 27
2.3 Sirkulasi Darah Pada Kaki Pasien Diabetes Melitus .............. 33
2.4 Kerangka Konsep ................................................................... 36
2.5 Hipotesa Penelitia ................................................................... 36
11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitia ......................................................................... 37
3.2 Temapat dan Waktu Penelitian ............................................... 44
3.2.1Tempat Penelitian ........................................................... 38
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 38
3.3.1 Populasi ......................................................................... 38
3.3.2 Sampel ........................................................................... 38
3.4 Defenisi Operasional .............................................................. 39
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 39
3.6 Aspek Pengukuran .................................................................. 41
3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data ........................................ 41
3.7.1 Pengolahan Data ........................................................... 41
3.72 Analisa Data .................................................................. 42

BAB 1V HASIL PENELITIAN


4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 44
4.1.1 Gambaran Umum RSU Dr. Pirngadi Medan ................ 44
4.1.2 Karakteristik Responden ............................................... 45
4.2 Pembahasan ............................................................................ 47
4.2.1 Rata-rata Sirkulasi Darah Kaki Sebelum dan Sesudah
Senam Kaki ................................................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................. 51
5.2 Saran ....................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Di Ruang Penyakit Dalam


RSU Dr. Pirngadi Medan 2011……………………………….. 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Rata-rata Sirkulasi Drah Kaki Sebelum


dan Sesudah Senam Kaki Di Ruang Penyakit Dalam RSU
Dr. Pirngadi Medan 2011……………………........................... 45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peningkatan Sirkulasi Darah Sebelum


dan Sesudah Senam Kaki Di Ruang Dalam RSU Dr. Pirngadi
Medan 2011…………………………………………………… 45

Tabel 4.4 Hasil Uji dependent Berdasarkan Hasil Pengukuran Sirkulasi


Darah Kaki Sebelum dan Sesudah Senam Kaki Di Ruang
Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan 2011……………… 46
13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar permohonan menjadi responden

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Lembar Observasi Penelitian

4. Master Data Penelitian

5. Hasil Uji Statistik

6. Surat izin memperoleh data dasar dari pendidikan STIKes MI

7. Surat Balasan Izin Penelitian

8. Jadwal Konsultasi Mahasiswa


14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal

bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari

makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya (Brunner & Sudarth, 2001).

Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat

menurun, atau pankreas dapat menghentikan produksi insulin. Keadaan ini dapat

menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut

seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik

(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi

mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi pada neuropati

(penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit

makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer

(Brunner & Sudarth, 2001).

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes

melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah

bagian kaki. Senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga
15

nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha,

serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes

Melitus (Wibisono, 2009). Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita

Diabetes Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien

didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini.

Menurut (Wibisono, 2009) yang menjadi Ketua Persatuan Diabetes Indonesia,

senam kaki ini berpengaruh untuk memperbaiki sirkulasi darah. Dari pengamatan

(Dian, 2008) di Rumah Sakit. Dr. Oen Solo Baru pada tanggal 7 Mei 2007 banyak

penderita Diabetes Melitus yang mengikuti senam kaki, karena disamping

menyehatkan tubuh juga sangat memungkinkan untuk dapat mengikutinya. Dian juga

pernah melakukan penelitian tentang senam ini pada tahun 2009. Tetapi pada

penelitian tersebut memfokuskan pada lansia saja. Pada tahun yang sama (Cinta,

2009) juga melakukan penelitian tentang pengaruh senam kaki dalam mencegah kaki

diabetik, kemudian (Julian, 2010) melakukan penelitian tentang pengaruh senam kaki

terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien DM di RSUP Haji Adam

Malik Medan yaitu rata-rata sirkulasi darah kaki sebelum dilakukan senam kaki 0,94

mmHg dan sesudah dilakukan senam kaki terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki

menjadi 1,90 mmHg.

Neuropati perifer atau kerusakan saraf merupakan komplikasi serius dari

diabetes. Data terbaru menunjukkan bahwa satu dari lima orang dengan diabetes

(20%) memiliki neuropati perifer. Resiko neuropati perifer adalah sekitar 2 kali lipat

lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Kombinasi neuropati perifer dengan
16

masalah yang terkait dengan suplai darah ke kaki dapat menyebabkan ulkus kaki dan

penyembuhan luka lambat. Infeksi ini dapat mengakibatkan luka amputasi, 40-70%

dari seluruh amputasi ekstremitas bawah disebabkan oleh Diabetes Melitus.

Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat

berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan amputasi kaki. Adanya luka dan

masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama, morbiditas, disabilitas, dan

mortalitas pada seseorang yang menderita diabetes melitus (Prabowo, 2007).

Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada

kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. (Akhtyo, 2009).

Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila

dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada

umumnya. Selain itu telah lama pula olah raga, digunakan sebagai bagian pengobatan

diabetes melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan bagi pengidap diabetes

melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang

tidak diharapkan. Olahraga, yang dilakukan adalah olahraga yang terukur, teratur,

terkendali dan berkesinambungan. Frekuensi yang dianjurkan adalah 3-5 kali

perminggu. Intensitas yang dianjurkan sebesar 40-70% (ringan sampai sedang).

Salah satu jenis olah raga, yang dianjurkan terutama, pada penderita, usia, lanjut

adalah senam kaki (Akhtyo, 2009).

Rencana penelitian akan di laksanakan di RSU Dr. Pirngadi Medan. Peneliti

memilih RSU Dr Pirngadi Medan karena di RSU Dr. Pirngadi Medan tidak ada

dilakukan senam kaki pada pasien DM.


17

Dari hasil rekam medik di RSU Dr. Pirngadi Medan bahwa jumlah penderita

Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2 pada tahun 2010 adalah sebanyak 347 penderita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Tatar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut, “Adakah Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah

Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di RSU. Dr. Pirngadi Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki pada

pasien Diabetes Melitus.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi rata-rata sirkulasi darah pada kaki pasien Diabetes Melitus

sebelum dilakukan senam kaki.

2. Mengidentifikasi rata-rata sirkulasi darah pada kaki pasien Diabetes Melitus

sesudah dilakukan senam kaki.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan peserta didik

tentang pemberian senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki pada pasien DM.
18

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan

kegiatan senam kaki di Rumah Sakit dalam memperbaiki sirkulasi darah kaki

pada pasien DM.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Dapat dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut

mengenai senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki pada. penderita DM.

1.4.4 Penderita. Diabetes Melitus

Memberi masukan dan menambah wawasan pada penderita diabetes mellitus

mengenai pentingnya pelaksanaan senam kaki diabetes sehingga dapat

mencegah luka kaki diabetes lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Defenisi

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare,

2001). Menurut American Diabetes Association, 2005 Diabetes Melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

2.1.2 Tipe-tipe diabetes

Berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan penyakitnya, DM dibedakan

sebagai berikut (Nabil, 2009):

a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus

{IDDM})

Pada tipe ini sel beta pancreas mengalami kerusakan sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan pada system imun tubuh, meningkatnya kerentangan sel beta

terhadap virus atau sel beta mengalami degenerasi. Tipe 1 umumnya lebih sering

ditemukan pada anak, dan sesuai dengan penyebabnya DM tipe 1 memerlukan

suntikan insulin. Komplikasi yang sering menyertainya adalah gangguan pada

pembuluh darah dan saraf.

16
20

b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non insulin dependent

Diabetes Mellitus {DMTI})

Tipe ini ditandai oleh beberapa gangguan metabolik seperti adanya

gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan adanya penglepasan glukosa hati

yang berlebihan. Kegemukan merupakan faktor utama penyebab timbulnya DM

tipe 2. Pada keadaan kegemukan respon sel beta pankreas terhadap peningkatan

gula darah sering berkurang. Selain itu reseptor insulin pada target sel diseluruh

tubuh termasuk otot berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang sensitive)

sehingga keberadaan insulin di dalam darah kurang atau tidak dapat

dimanfaatkan. Predisposisi terjadinya resistensi insulin adalah faktor genetik

namun dipengaruhi pula oleh faktor lain yaitu gaya hidup seperti diet dan

kebiasan berolahraga.

c. Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional merupakan diabetes yang munculnya hanya pada

masa kehamilan. Biasanya, diabetes ini muncul pada minggu ke-24 (bulan

keenam). Istilah itu juga diberikan pada diabetes yang untuk pertama kalinya

timbul pada waktu hamil. Diabetes gestasional biasanya menghilang sesudah

melahirkan. Namun, pada hampir setengahnya, diabetes kemudian akan muncul

kembali.

Apabila diabetesnya tidak menghilang atau pernah menghilang tetapi

muncul kembali, keadaan tersebut bisa disebut diabetes tipe 2 atau tetap disebut

diabetes gestasional.
21

Diabetes yang disertai kehamilan, jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat

berdampak buruk terhadap bayi dan ibu. Si jabang bayi dapat tumbuh besar lebih

dari besar normal (makrosomia), yaitu berat lahirnya lebih dari 4 kg (disebut bayi

raksasa atau giant baby). Diabetes Gestasional pada prinsipnya berbeda dengan

kehamilan yang timbul pada seorang diabetes, tetapi prinsip pengobatannya

sama.

d. Diabetes tipe lain

Diabetes tipe lain merupakan diabetes yang timbul akibat penyakit lain yang

mengakibatkan kadar gula darah meningkat, misalnya infeksi berat, pemakaian

obat kortikosteroid, dan lain-lain. Dalam diabetes ini individu mengalami

hiperglikemia akibat kelainan spesifik atau kelainan genetic fungsi sel beta,

endokrinopati atau penyakit akromegali, penggunaan sel beta yang mengganggu

fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin, dan

infeksi atau sindroma genetik.

2.1.3 Etiologi

Etiologi dari diabetes mellitus menurut Maulana, 2008 adalah :

1. Faktor Imunologi

Faktor ini banyak terjadi pada diabetes melitus tipe 1, respon ini merupakan

respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan

cara bereaksi pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi pada jaringan

tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. Outoantibodi terhadap sel-sel


22

pulau langerhans dan insulin endogen (intemal) terdeteksi pada saat diagnosis di

buat bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis.

2. Virus dan Bakteri

Virus penyebab DM adalah rubella, mump, dan human coxsackievirus B4.

Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan

destruksi atau perusakan sel. Virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas

yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.

3. Pola diet

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan

oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makanan yang

berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang

memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya

akan menyebabkan diabetes melitus.

4. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang

lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. 9 dari 10 orang gemuk

berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

5. Faktor genetik

Diabetes melitus dapat di wariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes melitus akan di bawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes

melitus. Pewaris gen ini bisa sampai ke cucunya bahkan cicit walau resikonya

sangat kecil.
23

6. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun

sehingga tidak ada sel resi honnon-hormon untuk metabolisme tubuh termasuk

insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama

mengiritasi pankreas.

2.1.4 Gambaran Klinik

Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah Poliuri atau banyak

kencing disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya

serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis dimana gula banyak

menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

Polidipsi atau banyak minum disebabkan pembakaran terlalu banyak dan

kehilangan cairan banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien lebih

banyak minum. Polifagi (banyak makan) disebabkan karena glukosa tidak sampai ke

sel-sel yang mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan

terus makan. Walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan

berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga

berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa,

maka tubuh mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan

protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah

cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
24

lemak sehingga klien dengan Diabetes Melitus walaupun banyak makan akan tetap

kurus.

Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa - sarbitol

fruktasi) karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,

sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

2.1.5 Faktor Resiko

Menurut Harbuono, 2008 ada beberapa faktor resiko pada pasien DM yaitu :

a. Obesitas merupakan faktor resiko yang daapt diubah. Obesitas berhubungan

dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan

metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul

pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensansi akan di bentuk insulin yang

lebih banyak oleh sel beta pancreas sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia.

Obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan receptor insulin pada

otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat resistensi

terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak ditatalaksana dapat menyebapkan

kerusakan syaraf, masalah ginjal atau mata, penyakit jantung serta stroke

(Harbuono, 2008).

b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, bertambahnya usia

menyebabkan resiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat.

Kelompok usia yang menjadi faktor resiko diabetes adalah usia lebih dari 45

tahun. Ras dan suku bangsa, dimana bangsa amerika, Afrika, amerika, meksiko,

Indian amerika, hawai dan sebagian amerika asia memiliki resiko diabetes dan
25

penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya

angka tekanan darah tinggi. Jenis kelamin yang memungkinkan pria menderita

penyakit jantung lebih besar dari pada wanita. Namun, jika wanita telah

menopause maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat

meskipun prefalensinya tidak setinggi pria. Riwayat keluarga yang salah satu

anggota keluarganya menyandang diabetes maka kesempatan diabetes pun

meningkat.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa adalah gula, glukosa diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga.

Gula, darah akan meningkat jika kita mengkonsumsi makanan. Pada orang yang

sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi

oleh pankreas. Hormon insulin yang akan membantu glukosa dari darah masuk ke sel

untuk menghasilkan tenaga.

Ada 3 cara untuk mengukur kadar glukosa darah:

1. Tes gula, darah sewaktu. Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil

kapan saja.

2. Tes gula darah puasa. Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat kita

tidak makan atau minum apapun (kecuali air putih) sedikitnya 8 j am.

3. Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian

kita mengkonsumsi minuman mana dengan kadar gula darah tertentu, lalu

kadar gula darah kembali diukur. Di Indonesia, yang lebih sering dilakukan

adalah tes gula darah setelah makan, yaitu dimulai dengan tes gula
26

darah puasa kemudian mengkonsumsi makanan seperti porsi biasa, dan

kemudian kadar gula darah akan diperiksa 2 jam kemudian.

2.1.7 Penatalaksannan

Menurut Sukardji, 2004 ada 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus menurut

meliputi :

1. Perencanaan makanan

Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet untuk

mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Tujuan yang paling

penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah mengendalikan

asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai

dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari

karbohidrat, protein, dan lemak.

Distribusi dari kalori karbohidrat saat ini lebih dianjurkan daripada protein dan

lemak. Sesuai dengan standar makanan berikut ini, makanan yang berkomposisi :

Karbohidrat : 45 – 60%

Protein : 10 – 15%

Lemak : 20 – 25%

Inilah komposisi makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes

(Sukardji, 2004).

2. Perencanaan latihan jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip daalm penatalaksanaan

penyakit diabetes melllitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dalam latihan


27

jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit ) merupakan

salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan jasmani yang dimaksud

adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Latihan

jasmani ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang memerlukan

pergerakan, seperti menonton televisi.

3. Intervensi farmakologi

Menurut PERKENI ada beberapa intervensi yang dapat diberikan kepada

pasien DM seperti obat pemicu sekresi insulin :

a) Sulfonilurea yang bekerja meningkatkan sekresi insulin. Salah satu

contohnya yaitu klorpropamid, biasanya dosis yang diberikan adalah 100-

250 mg/tab.

Adapun cara kerja sulfoni lurea ini utamanya adalah meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas, meningkatnya performance dan jumlah

receptor insnulin pada otot dan sel lemak, meningkatnya efisiensi sekresi

insulin dan potensiasi stimulasi insulin transpor karbohidrat ke sel otot dan

jaringan lemak, serta penurunan produksi glukosa oleh hati. Cara kerja

obat ini pada umumnya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap

ATP.

b) Berikutnya Malah glinid, merupakan obat generasi baru yang cara

kerjanya sama dengan sulfonilurea denagn meningkatkan sekresi insulin


28

fase pertama yang terdiri dari dua macam obat, yaitu repaglinid dan

nateglinid 120 mg/tab (PERKENI, 2002).

Selain obat pemicu insulin diberikan juga obat penambah sensitifitas

terhadap insulin, seperti :

a. Metformin bekerja untuk mengurangi produksi glukosa hati,

metformin ini tidak merangsang sekraesi insulin dan menurunkan

kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) dan tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia.

b. Metformin menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport

glukosa kedalam sel otot. Metformin menurunkan produksi glukosa

hati denagn jalan mengurangi glikogenolisis dan glokonegenesis dan

dapat menurunkan kadar trigliserida, LDL, kolesterol dan kolesterol

total (Soegondo, 2004). Biasanaya dosis yang digunakan adalah 500-

850 mg/tab (PERKENI, 2002).

c. Thiazolindion dapat diberikan untuk mengurangi resistensi insulin

yang berikatan pada peroxisom proliferators activated receptor gamma

usatu receptor inti di sel otot dan sel lemak yang terbagi atas dua

golongan yaitu pioglitazon dan rosiglitazon yang memiliki efek

menurunkan resistensi insulin denagn meningkatkan jumlah

pentranspor glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa di

perifer (Soegondo, 2004). Dosisnya pioglitazon adalah 15-30 mg/tab

dan untuk rosiglitazon 4 mg/tab (PERKENI, 2002). Pengobatan yang


29

selanjutnya adalah terapi insulin. Berdasarkan cara kerjanya insulin ini

di bagi tiga yaitu : Insulin yang verja cepat contohnya insulin reguler

bekerja paling cepat dan KGD dapat rutin dalam waktu 20 menit,

insulin verja sedang contohnya insulin suspense, dan insulin verja

lama contohnya insulin suspensi seng (PERKENI,2002).

4. Penyuluhan

Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan

pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang

bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman

pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat

optimal, dan menyesuaikan keadaan psikologis serta kualitas hidup yang lebih

baik. Edukasi adalah bagian integral dari asuhan keperawatan pada pasien

diabetes mellitus. Tujuan dari penyuluhan ini adalah meningkatkan

pengetahuan, mengubah sikap, mengubah prilaku serta meningkatkan

kepatuhan, dan meningkatkan kualitas hidup.

2.1.8 Kompfikasi

Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem yang lain.

Belum lama ini ilmuan di bidang medis memberikan perhatian lebih besar pada suatu

keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolisme.

Sindroma metabolisme adalah gabungan masalah yang bersama-sama membentuk

suatu keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan. Kondisi ini dapat
30

meliputi resistensi insulin, kadar gala darah tinggi, peningkatan trigliserida, kadar

kolesterol LDL tinggi, keadaan darah tinggi dan obesitas (Nabil,2006).

Komplikasi yang ted adi di bagi atas :

1. Komplikasi Akut meliputi

a) Hipoglikemi adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan oleh

penurunan glukosa darah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara makanan, aktivitas fisik, dan obat-obatan yang digunakan.

Hipoglikemia ditandai dengan gejala : pusing, lemas, gemetar, pandangan

kunang-kunang, keringat dingin, denyut jantung meningkat. Pada

hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl.

Kadar glukosa yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak dapat

energi sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan sel-sel otak bisa

rusak. Serangan hipoglikemia pada penderita terjadi apabila penderita :

1) Porsi makan yang kurang dari yang disarankan oleh dokter.

2) Olahhraga yang terlalu berat

3) Mengkonsumsi obat-obatan anti-diabetes dalam dosis yang lebih tinggi

dari pada yang diterapkan.

4) Minum alkohol.

5) Stress.
31

Oleh karena itu pokok utama dalam melakukan pencegahan terhadap serangan

hipoglikemia adalah :

1) Makan tepat waktu dan tepat jumlah kalori

2) Periksalah kadar glukosa darah sebelum dan sesudah olagraga

3) Pemakaian dosis insulin yang tepat

4) Dan menghindari faktor-faktor pencetus terjadinya hiperglikemia

b) Hiperglikemia

Heperglikemia yaitu secara anamnesis ditemukan adanya masukan

kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului

stres akut. Heperglikemia ditandai dengan: Poliuria, Plidipsia, Polifagia,

Kelelahan yang berat, Pandangan Kabul. Adanya poliuria menyebabkan

dihidrasi dan polidipsi.

Akibatnya glukosa, yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami

keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung

terjadi polifagia. Akibat selanjutnya adalah kekurangan energi sehingga

pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh kurangnya

yang disebabkan oleh kurangnya atau hilangnya protein tubuh.

Dalam hal ini ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronis

diabetes militus akibat hiperglikemia, yaitu:


32

1) Teori Sorbitol.

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel

dan jaringan tertentu pada sel dan jaringan tertentu dan dapat

menstranspor glukosa, tanpa insulin.

Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara

normal melalui glokolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim

aldose reduktase akan diubah menjadi Sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk

dalam sel atau jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan

perubahan fungsi.

2) Teori glikolisasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikolisasi pada

semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya

proses glikolisis pada protein membran basal dapat menjelaskan semua

komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskuler.

3) Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu

perjalanan diabetes melitus (Subekti,2004).

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik menurut Nabyl (2006) yaitu

a) Makrovaskulaer yaitu komplikasi yang terjadi pada beberapa organ seperti

adanya penyakit jantung koroner, stroke (pada pembuluh darah otak dan

gangguan pada pembuluh darah perifermisainya pada pembuluh darah

kaki).
33

b) Sindroma metabolisme adalah gerbang bagi penyakit jantung. Sebagian

besar penderita diabetes memiliki kondisi tambahan dengan resiko

terserang penyakit jantung. Penderita diabetes menunjukan gejala bahwa

mereka memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hipertensi diderita oleh

63-70% penderita diabetes dan penyakit ini berkaitan erat dengan faktor--

faktor lain, seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan tingkat

trigliserida yang tinggi (Misnadiarly, 2006). Para penderita diabetes, baik

diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2, memiliki resiko terkena serangan

jantung 2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak

menderita diabetes diabetes karena gula darah yang tinggi lama kelamaan

bila menimbulkan anterosklerosis pada pembuluh darah vaskular.

c) Mikrovaskular yaitu terjadi pada retinaretinopati dan pada ginjal nefropati.

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal

berfungsi sebagai penyaring untuk membersihkan darah dari kotoran dan

cairan yang berlebih. Bila ginjal mengalami kerusakan saringan ini menjadi

rusak dan kotoran tercampur dalam darah. Kerusakan ginjal sering kali

merupakan kasus komplikasi yang fatal pada penderita diabetes yang sudah

lama dan parah. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh

darah yang menyalurkan sari-sari makanan ke retina mata. Pada tahap

awal, pembuluh darah mulai bocor dan hal ini akan mengakibatkan

penglihatan menjadi kabur dan terjadi pembengkakan. Pada tahap yang


34

lebih parah, pembuluh darah yang abnormal akan tumbuh di retina dan

menghalangi penglihatan dan buta.

Komplikasi mikrovaskulaar berikutnya adalah neuropati yang dapat

menyebabakan penderita Diabetes Melitus rentan terhadap infeksi.

Diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, yang menuju pada

kerusakan aliran darah yang menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita

diabetes yang sudah lama atau sudah tua cenderung memiliki masalah

sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah yang melalui

arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap luka-luka dikaki yang

memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan dan bahaya terkena

infeksi.

d) Komplikasi kaki diabetik

Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang harus

memerlukan penanganan khusus. Konsekuensi dari kaki diabetik yang

memburuk akan menyebabkan gangren dan mengarah pada tindakan

amputasi.

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. Sedangkan gangren kaki diabetik

adalah luka pada pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk

akibat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah pada tungkai. Bagi

penyandang diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tidak


35

terkendali, masalah pada kaki ini akan mengarah pada infeksi dan

konsekeun yang lebih serius seperti amputasi.

Beberapa hal yang berhubungan dengan kaki diabetik :

1. Kalus. Ini adalah penebalan kulit yang umumnya terajdi ditelapak

kaki. Kalus disebabkan gesekan atau tekanan berulang pada daerah

yang sama, distribusi berat tubuh yang tidak seimbang, sepatu yang

tidak sesuai, atau kelainan kulit. Kalus dapat berkembang menjadi

infeksi.

2. Kulit Melepuh. Komplikasi ini bisa terjadi jika sepatu selalu

menggesek kaki pada daerah yang sama. Penyebabnya adalah

penggunaan sepatu yang kurang pas atau tanpa kaus kaki.

Kulit melepuh dapat berkembang menjadi infeksi. Hal penting untuk

menangani kulit melepuh adalah dengan tidak meletuskannya, karena

kulit melindungi lepuhan dari infeksi.

3. Kuku Kaki yang Tumbuh ke Dalam. Terjadi ketika ujung kuku tumbuh

ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan yang dapat merobek kulit

sehingga kulit menjadi kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki yang

tumbuh ke dalam dapat terjadi jika anda memotong kuku sampai ke

ujungnya, dapat pula di sebabkan pemakaian sepatu yang terlalu ketat

atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. Rica ujung

kaki anda kasar, gunakan kikir untuk meratakannya.


36

4. Pembengkakan Ibu Jari Kaki. Terjadi jika ibu jari condong kearah jari

disebelahnya, sehingga menimbulkan kemerahan, rasa sakit dan infeksi.

Dapat terjadi pada, salah satu kaki atau kedua, kaki karena penggunaan

sepatu berhak tinggi dan ujung yang sempit. Pembengkakan yang

menimbulkan rasa sakit dan deformitas (perubahan bentuk) kaki dapat

diatasi dengan pembedahan.

5. Plantar Warts. Kutil terlihat seperti kalus dengan titik hitam kecil di

pusatnya. Dapat berkembang sendiri atau berkelompok. Timbulnya

kutil disebabkan oleh virus yang menginfeksi lapisan luar telapak kaki.

6. Jari Kaki Bengkok. Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan

saraf karena diabetes dapat menyebabkan kelemahan ini.

Otot yang lemah dapat menyebabkan tendon (Jaringan yang

menghubungan otot dan tulang) di kakimemendek sehingga jari kaki

menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam berjalan dan

kesulitan menemukan sepatu, yang tepat. Dapat juga disebabkan

pemakaian sepatu yang terlalu pendek.

7. Kulit Kaki Kering dan Pecah. Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak

mendapatkan pesan dari otak (karena neuropati diabetik) untuk

berkeringat yang akan menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit

yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit dapat membuat

kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan gala darah yang


37

tinggi, kuman akan mendapatkan makanan untuk merkembang

sehingga memperburuk infeksi.

8. Kaki Atlet (Athlete's food). Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa

gatal, kemerahan, dan pecahnya kulit. Pecahnya kulit diantara jari kaki

memungkinkan kuman masuk ke dalam kulit dan menimbulkan infeksi.

Infeksi dapat meluas sampai ke kuku kaki sehingga membuatnya tebal,

kekuningan, dan sulit dipotong.

Terjadinya kaki diabetik sendiri disebabkan oleh faktor-faktor disebutkan

dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timulnya kaki diabetik adalah

angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk

terjadinya kaki diabetik. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya

gangguan sensorik maupun motorik.

Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri

pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan

terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya

atropi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki

pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan

merasa sakit tungkainya sesudah is bed alan pada jarak tertentu.


38

Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa

dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila

dinaikkan.

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan

nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit

sembuh.

Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat

berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi

berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dan kaki diabetik.

Sedangkan gangren kaki diabetik sendiri bisa dibagi menjadi enam tingkatan,

yaitu:

1. Derajat 0. Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai

kelainan bentuk kaki seperti claw, callus.

2. Derajat 1. Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

3. Derajat 2. Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

4. Derajat 3. Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

5. Derajat 4. Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa

selulitis.

6. Derajat 5. Gangren seluruh kaki atau tungkai


39

2.2 Senam Kaki

2.2.1 Definisi

Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana,

disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi

secara harmonis (Probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam salah satu

jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana

kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Karim, 2002).

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit

Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-5 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda, santai,

joging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002).

2.2.2 Tujuan Senam Kaki

Kaki diabetes mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati dianjurkan

untuk melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai dengan kondisi dan

kemampuan tubuh. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

(deformitas). Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha dan

juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.


40

Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur,

dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua

tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki.

Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar

keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari-jari kaki. Latihan senam kaki

diabetes dapat dilakukan setiap hari secara teratur, sambil santai dirumah bersama

keluarga, juga pada waktu kaki terasa dingin, lakukan senam ulang.

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita

Diabetes melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien

didiagnosa, menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam

kaki ini juga dikontraindikasikan pada klien yang mengalami perubahan fungsi

fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada dan orang yang depresi, khawatir atau cemas.

2.2.4 Prosedur

Alat yang harus dipersiapkan adalah : kursi (jika tindakan dilakukan pada

posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam, sedangkan persiapan untuk klien adalah

kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga

lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien dan jaga

privasi pasien.
41

Senam kaki untuk penyandang diabetes (Soegondo, 2008)

Posisi awal

Duduklah tegak diatas sebuah kursi (jangan bersandar)

Latihan ke-1 (10 kali)

1. Gerakkan jari-jari kedua kaki anda seperti bentuk cakar.

2. Luruskan kembali
42

Latihan ke 2 (10 kali)

1. Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai

2. Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali

Latihan ke 3 (10 kali)

1. Angkat kedua ujung kaki anda

2. Putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping

3. Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke arah tengah.


43

Latihan ke 4 (10 kali)

1. Angkat kedua tumit anda

2. Putar kedua tumit ke arah samping

3. Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah

Latihan ke 5 (masing-masing kaki 10 kali)

1. Angkat salah satu lutut, dan

2. Luruskan kaki anda

3. Gerakkan jari-jari kaki anda kedepan

4. Turunkan kembali kaki anda, bergantian kiri dan kanan


44

Latihan ke 6 (masing-masing kaki 10 kali)

1. Luruskan salah satu kaki anda di atas lantai

2. Kemudian angkat kaki tersebut

3. Gerakkan ujung-ujung jari ke arah muka anda

4. Turunkan kembali tumit anda ke lantai

Latihan ke 7 (10 kali)

Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini ke dua kaki bersamaan.


45

Latihan ke 8 (10 kali)

1. Angkat kedua kaki anda, luruskan dan pertahankan posisi tersebut

2. Gerakkan kaki anda pada pergelanagn kaki, kedepan dan ke belakang

Latihan ke 9 (masing-masing kaki 10 kali)

1. Luruskan salah satu kaki anda dan angkat

2. Putar kaki anda pada pergelangan kaki

3. Tuliskanlah di udara dengan kaki anda angka-angka 0 s/d 9


46

Latihan ke 10 (sekali)

Selembar koran dilipat-lipat dengan kaki menjadi bentuk bulat seperti bola.

Kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki, dan setelah itu

disobek-sobek.

Kumpulkan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkanlah

diatas lembaran koran lainnya. Akhirnya bungkuslah semuanya dengan kedua kaki

menjadi bentuk bola.


47

2.3 Sirkulasi Darah Pada Kaki Pasien Diabetes Melitus

Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke

pembuluh darah dan di alirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh

salah satunya pada organ kaki (Hayens, 2003). Normal Sirkulasi darah pada

kaki adalah > 1,0 yang di peroleh dari rumus ABPI (Ankle Brachial Pressure

Index). Sedangkan keadaan tidak normal dapat di peroleh bila nilai ABPI 0,5

- 0,9 resiko tinggi luka dan perlu perawatan tindak lanjut dan ABPI < 0,5 kaki

sudah mengalami nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan

dokter ahli bedah vaskular (Vowden, 2001).

Dasar terjadinya luka atau kelainan pada kaki pasien diabetes adalah

adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian

adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang paling berperan adalah
48

kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah lebih berperan

nyata pada penyembuhan luka sehingga menentukan nasib kaki. Keadaan

kelainan saraf dapat mengenai saraf sensori, saraf motorik dan saraf

otonom (Prabowo, 2007).

Bila mengenai saraf sensori akan menyebabkan hilang rasa yang

menyebabkan penderita tidak dapat merasakan rangsang nyeri sehingga

kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsang dari luar.

Akibatnya kaki lebih rentan terhadap luka meskipun terhadap benturan kecil.

Bila sudah terjadi luka, akan memudahkan kuman masuk yang

menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini tidak diatasi dengan baik, hal itu akan

berlanjut menjadi pembusukan (gangren) atau dapat di amputasi (Prabowo,

2007). Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju

otot) dapat menyebabkan pengecilan atrofia otot interosseus pada kaki.

Akibat lanjut dari keadaan ini terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi

perubahan bentuk deformitas pada kaki seperti jari menekuk cock up toes,

bergesernya sendi luksasi pada sendi kaki depan metatarsofalangeal dan

terjadi penipisan bantalan lemak dibawah daerah pangkal jari kaki kaput

metatarsal. Hal ini menyebabkan adanya perluasan daerah yang mengalami

penekanan, terutama dibawah kaput metatarsal (Prabowo, 2007).


49

Selain itu terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah

vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi

kaku. Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan bentuk kaki charchot, yang

menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki yang baru dan beresiko

terjadinya luka (Prabowo, 2007).

Kelainan pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh darah

sehingga menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan

makanan atau obat antibiotika yang dapat mengganggu proses penyembuhan

luka. Bila pengobatan infeksi ini tidak sempurna dapat menyebabkan

pembusukan gangren. Gangren yang luas dapat pula terjadi akibat sumbatan

pembuluh darah yang luas sehingga kemungkinan di lakukan amputasi kaki

diatas lutut (Igra, 2009).

Dari beberapa kasus di atas pasien Diabetes Melitus perlu melakukan

senam ini untuk membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki,

memperbaiki sikulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki, memngkadm kekuatan otot betis dan paha, dan

mengatasi keterbatasan gerak sendi.


50

2.4 Kerangka Konsep

Variable Independent Variabel Dependent

SENAM KAKI SIRKULASI

DARAH KAKI

2.5 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka Hipotesa dalam penelitian ini

adalah:

Ha : Ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki pada pasien DM di

RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah : Quasi-

eksperimen. Penelitian Quasi eksperimental adalah kegiatan percobaan yang

bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat

dari perlakuan tertentu, dengan menggunakan rancangan One Group Pretest Postest

yaitu rancangan penelitian yang melihat pengaruh perlakuan yang diberikan kepada

satu kelompok subjek, kelompok subjek tersebut diobservasi sebelum diberikan

perlakuan, kemudian diobservasi lagi setelah diberikan perlakuan. Penelitian ini

ingin mengetahui sirkulasi darah kaki setelah dilakukan perlakuan yaitu : senam kaki

sebanyak 5 kali seminggu. Pengambilan data akan dilakukan sebelum perlakuan

senam kaki dan setelah perlakuan senam kaki.

Pretest Perlakuan Postest

Responden 01 I1I2I3I4I5 02

KETERANGAN:

1
52

01 : Pengukuran Sirkulasi Darah sebelum melakukan senam kaki.

I1, I2, I3, I4, I5 : Melakukan senam kaki dengan frekuensi 5 kali seminggu.

02 : Pengukuran Sirkulasi Darah yang dilakukan setelah melakukan

senam kaki

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


37
3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Januari - Juni 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang di rawat di

RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 sebanyak 347 orang.

3.3.2 Sampel
53

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling,

yaitu pemilihan sampel sesuai dengan tujuan peneliti dari populasi yang memenuhi

kriteria, penelitian (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria, Sampel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah (1)

pasien diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2, (2) pasien diabetes melitus yang tidak

mengalami gangguan pembuluh darah, (3) pasien diabetes melitus yang mengalami

mati rasa dan kesemutan di kaki atau jari kaki, (4) pasien dengan kesadaran penuh.

Besarnya Sampel dalam penelitian ini adalah 29 orang.

3.4 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

1 Senam Serangkaian gerakan Ukur Ukur


yang dilakukan pada
kaki
pergelangan dan
jari-jari kaki pasien
diabetes mellitus di
RSU Dr. Pirngadi
2 Sirkulasi Aliran
Medan. darah yang Sphygmomanome Interval

darah mengalir didalam ter dan stetoscope


pembuluh darah
kaki pasien diabetes
mellitus di RSU Dr.
Pirngadi

Medan.
54

3.5 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Senam Kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes

melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran

darah bagian kaki yang memiliki tujuan memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat

otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan

kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi.

2. Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh

darah dan di alirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh salah satunya

pada organ kaki (Hayens, 2003) Sirkulasi darah diukur dengan menggunakan

Sphygmomanometer dan stetoscope dengan satuan mmHg.

- Pertama sekali mengukur tekanan darah ditangan responder, lalu mengukur

takanan darah di kaki. Hasil dari kedua pengukuran ini dibandingkan dengan

rumus ABPI, hasil dari ABPI inilah sirkulasi darah pre –test.

- Kemudian melakukan senam kaki selama 10 menit, dengan frekuensi 5 kali

dalam 1 minggu.

- Setelah senam kaki dilakukan selama 1 minggu, peneliti kemudian melakukan

pengukuran kembali (post-test) untuk memperoleh data tentang sirkulasi


55

darah.

3.6 Aspek pengukuran

Hasil ukur ABPI senam kaki :

1. ABPI ≥1,0 normal

2. ABPI 0,5 - 0,9 resiko tinggi luka dan perlu perawatan tindak lanjut.

3. ABPI < 0,5 kaki sudah mengalami nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu

penanganan dokter ahli bedah vaskular.

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data-data penelitian yang terkumpul akan dilakukan pengecekan terkait

dengan kelengkapan data tersebut, selanjutnya dilakukan : Coding yaitu kegiatan

mengklasifikasikan data dan memberi skor untuk masing-masing jawaban,

selanjutnya kegiatan Editing yaitu proses memeriksakan data yang telah

dikumpulkan misalnya menggugurkan kuesioner yang tidak lengkap, kegiatan yang

terakhir adalah Entri yaitu proses penyusun data atau pengorganisasian data agar

dengan mudah dapat dijumlahkan atau ditata, untuk dapat disajikan dan dianalisis.

Selanjutnya akan dilakukan entri data ke dalam program komputer untuk

dilakukan analisa uji statistik univariat dan bivariat.


56

3.7.2 Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka, dilakukan analisa, data. Data

yang di peroleh dari setiap responder merupakan hasil pengukuran sirkulasi darah

sebelum san sesudah dilakukan senam kaki selama sate minggu.

Sebelumnya peneliti harus tahu berapa nilai sirkulasi darah normal pada

pasien tersebut dengan menggunakan rumus :

P1
ABPI1 
P

Keterangan:

ABPIi I = Index tekanan brachial pada, pergelangan kaki, normalnya 1,0

Pi = Tekanan tertinggi yang diperoleh dari pembuluh darah pergelangan

kaki

Pa = Tekanan tertinggi dari kedua tangan.

Hasil penelitian tersebut di bandingkan untuk menguji hipotesa, penelitian

sehingga, di ketahui pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki pada pasien

diabetes melitus.
57

Data yang dikumpul akan di analisa dengan uji univariat dan bivariat:

1. Uji Univariat

Dilakukan dengan membuat tabel dan distribusi frekuensi masing-masing

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisa ini digunakan untuk

mengetahui senam kaki dan sirkulasi darah kaki.

2. Uji Bivariat

Untuk menganalisis pengaruh senam kaki (variabel bebas) terhadap sirkulasi

darah kaki (variabel terikat) akan dilakukan dengan uji t-dependent adalah

kelompok/sampel yang respondennya sama dan di ukur dua kali pre dan post

dengan tingkat kepercayaan 95%. Selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan dalam bentuk laporan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum RSU Dr.Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi terletak di jalan Prof H.M. Yamin, SH No.

47 didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN

HIUS. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantin Macky pada

tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, sebagai salah satu sarana

pelayanan kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan, melalui

upaya penyembuhan, pemulihan terhadap orang sakit serta menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian serta pengembangan IPTEK, harus dilaksanakan secara

serasi dan terpadu. Dilengkapi dengan para dokter spesialis yang telah dikenal

dimasyarakat luas, peralatan modern dan canggih, sistem komputer yang

terintegrasi, dan konsep pelayanan yang berbeda dengan harga kompetitif untuk

rumah sakit sekelasnya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pada gilirannya diharapkan

dapat menjadi rumah sakit pilihan masyarakat.

1
59

4.1.2 Karakteristik Responden


43
Tabel 4.1

Distribusi Karakteristik Responden Di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi


Medan tahun 2011(n=29)

No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Umur <45 5 17,2

45-60 17 58,6

>60 7 24,1

Total 29 100,0

2 Jenis Kelamin Laki-laki 15 51,7

Perempuan 14 48,3

Total 29 100,0

3 Pendidikan SD 8 27,6

SLTP 12 41,4
60

SMU 8 27,6

D-3 1 3,4

Total 29 100,0

4 Pekerjaan IRT 14 48,3

Petani 5 17,2

Pensiun 2 6,9

Wiraswasta 8 27,6

Total 29 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapadm bahwa dari 29 responden dalam

penelitian ini terdapat 5 orang pasien berusia < 45 tahun, 17 orang responden

berusia 45-60 tahun dan 7 orang berusia > 60 tahun keatas (dewasa lanjut). Jenis

kelamin yang mayoritas adalah laki-laki sebanyak 15 orang (51,7%). Responden

mayoritas berpendidikan SLTP 12 orang (41,4%), dan dilihat dari pekerjaan

responden, pekerjaan mayoritas responden adalah ibu rumah tangga 14 orang

(48,3%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Sirkulasi Darah Kaki Sebelum dan Sesudah
Senam Kaki Di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi Medan
tahun 2011 (n=29)
61

No Variabel Senam Kaki Rata-rata Sirkulasi Darah


1 Sebelum 0,905
2 Sesudah 1,165

Dari hasil pemeriksaan sirkulasi darah terdapat bahwa rata-rata sirkulasi

darah Sebelum dilakukan senam kaki adalah 0,90, dan setelah dilakukan senam kaki

rata-rata sirkulasi darah kaki responder adalah 1,16.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki Sebelum dan Sesudah
Senam Kaki Di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2011 (n=29)

No Senam Kaki Sebanyak 5 kali Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Meningkat 27 80 %
2 Tidak Meningkat 2 20 %
Total 29 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan senam kaki

sebanyak 5 kali dalam 1 minggu terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki sebanyak 27

orang (80%) dan 2 orang (20%) tidak mengalami peningkatan sirkulasi darah (tidak

meningkat).

4.1.3 Hasil Uji Statistik Dengan Uji Paired T Test

Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji t dependent yaitu membandingkan data pada pre test dan post

test untuk memperoleh perbedaan sirkulasi darah kaki Sebelum senam kaki (Pre
62

Test) dan setelah senam kaki (post test) sebanyak 5 kali dalam 1 minggu. Nilai

signifikan 95% (Q=0,05).

Tabel 4.4
Basil Uji t dependent Berdasarkan Hasil Pengukuran Sirkulasi Darah Kaki
Sebelum dan Sesudah Senam Kaki Di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2011 (n=29)

No Senam Mean SD Standart CI Perbedaan P


Mean Standar
Kaki Eror 95%
1 Pre 0,905 0,079 0,014 -0,308-(- -0,260 Deviasi
-0,126 0,000
0,211)
2 Test
Post 1,165 0,131 0,024

Test

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa statistik dengan menggunakan t

dependent ada perbedaan rata-rata sirkulasi darah sebelum dan setelah dilakukan

senam kaki pada pasien Diabetes Melitus yang dirawat di Ruang Penyakit Dalam RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dengan (p=0,000) dan Standart Deviasi -0,126.

Dimana rata-rata peningkatan sirkulasi darah setelah dilakukan latihan senam kaki

mengalami peningkatan sebesar -0,240.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Rata-rata Sirkulasi Darah Kaki Sebelum dan Sesudah dilakukan Senam Kaki.
63

Berdasarkan hasil penelitian di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi yang

mulai dilakukan pada Mei 2011, dimana telah dilakukan pengukuran sirkulasi darah

sebelum senam kaki rata-rata 0,90 yang berarti bahwa resiko tinggi luka dan perlu

perawatan tindak lanjut, peningkatan kadar gula, darah bisa merusak pembuluh

darah, saraf dan struktur internal lainnya. Terbentuk zat kompleks yang terdiri dan

gula, di dalam dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal dan

mengalami kebocoran, akibat penebalan mi maka aliran darah akan berkurang,

terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar gala darah yang tidak terkontrol juga

cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga

mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh

darah). Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia responden yang lebih banyak berusia 45-

60 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang maka sirkulasi darahpun akan

menurun, sesuai dengan pendapat Tandra (2008). KGD juga mempengaruhi sirkulasi

darah responden, semakin tinggi KGD responden maka hal ini akan mempengaruhi

sirkulasi darah kaki.

Setelah dilakukan senam kaki didapatkan rata-rata sirkulasi darah kaki

responden 1,16 yang berarti bahwa sirkulasi darah responden normal. Hal ini dapat

terjadi karena senam kaki dapat memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan
64

memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes melitus. Senam kaki yang

dilakukan peneliti di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 29 responden,

didapatkan 27 responden (80%) yang mengalami peningkatan sirkulasi darah dengan

mean Pre Test dan Post Test adalah -0,240.

Berdasarkan analisa data secara bivariat dengan menggunakan uji t

dependent sebelum dilakukan senam kaki (Pre Test) dan sesudah senam kaki (Post

Test) didapatkan nilai p= 0,000 (p < 0,05) yang mempunyai makna bahwa ada

pengaruh senam kaki secara signifikan terhadap sirkulasi darah kaki pada pasien

diabetes melitus. Dengan demikian Hipotesa, yang diperoleh pada penelitian ini

adalah ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki. Hal ini dapat terjadi

karena 27 responden sangat berpartisipasi dalam melakukan senam kaki sesuai

dengan metode, yang telah diberikan oleh peneliti, selain itu responden juga

mengkonsumsi obatobatan yang diresepkan oleh dokter secara teratur. Hal ini

sesuai dengan pendapat Tara (2003) yang menyebudm bahwa senam kaki dapat

mencegah kaki diabetic yaitu memperlancar peredaran darah ke perifer,

menguatkan otot kaki, mencegah kekakuan, mencegah kebas-kebas dan

Menghangatkan kaki. Dari 29 responden terdapat 2 responden yang tidak

memngkat sirkulasi darahnya, hal ini terlihat dan ketidakseriusan responden untuk

melakukan senam kaki.


65

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh pendapat Soegondo (2007) dimana

pada saat berolahraga glukosa, dan lemak merupakan sumber energi utama. Setelah

berolahraga 10 menit glukosa akan meningkat 15 kali dari jumlah kebutuhan biasa,

setelah berolahraga 60 menit glukosa meningkat sampai 35 kali dari jumlah

kebutuhan biasa. Setelah 60 menit kadar glukosa dalam darah akan menurun karena

penurunan metabolisme sehingga terjadi penurunan glikogen yang secara langsung

akan memngaruhi penurunan kadar glukosa dalam darah. Penurunan glukosa dalam

darah dapat mengakibatkan pewngkatan sirkulasi darah didalam tubuh. Menurut

Handriksen (2002) menyatakan bahwa, latihan aerobik dengan durasi 30-60 merit

juga, secara signifikan menurunkan glukosa darah dan mempengaruhi sirkulasi

darah.

Hasil penelitian Juliana (2009) menyebutkan bahwa senam kaki dapat

meningkatkan sirkulasi darah kaki dan dari hasil penelitian ini didapatkan nilai

(p= 0,000) yang berarti adanya, perubahan yang signifikan. Menurut Krucoff (2004)

mengatakan latihan fisik mempunyai efek pada metabolisme tubuh yaitu

meningkatkan kualitas insulin, meningkatkan pemakaian glukosa darah sehingga

tidak menumpuk meningkatkan transport glukosa ke sel-sel.

Hasil penelitian-penelitian terkait diatas didukung oleh pendapat

Afriwardi (2011) dimana pada otot yang berkontraksi saat latihan fisik, aliran darah

ke otot akan meningkat guna menyediakan makanan dan oksigen sebagai sumber
66

energi. Peningkatan aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot yang terjadi

selama latihan. Pada latihan fisik dengan intensitas teratur dan melibatkan banyak

serabut otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat.

Senam kaki merupakan pilihan yang tepat untuk pasien diabetes melitus

karena dapat memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki kesehatan secara umum

pada pasien diabetes. Senam kaki merupakan salah satu tempi yang di berikan untuk

melancarkan sirkulasi darah yang terganggu. Penelitian lain yang sudah pernah

dilakukan adalah pengaruh senam kaki terhadap pencegahan kaki diabetic (Cinta,

2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan keadaan kaki

pada saat sebelum senam kaki dan setelah senam kaki. Oleh karena itu, senam kaki

sangat bagus dilakukan pada pasien Diabetes Melitus baik untuk pencegahan

maupun untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada tungkai bawah, dengan

senam kaki maka sirkulasi darah ke perifer lebih lancar.

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kelemahan

pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dr.

Pirngadi Medan dengan jumlah sampel penelitian 29 responden, dan diantaranya ada

yang tidak kooperatif atau menolak untuk dilakukan senam kaki, maka dari itu

peneliti harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dalam melakukan penelitian

seharusnya peneliti menggunakan alat ukur sirkulasi darah Dopller dengan merk HI-

doop karena alat tersebut lebih simpel dan lebih akurat untuk mengukur sirkulasi
67

darah, tetapi karena harganya mahal dan tidak terjangkau oleh peneliti maka, peneliti

menggunakan sphygmomanometer GEA, stetoscope GEA dan leaflet tentang senam

kaki.
68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah

dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes melitus, sebelum dilakukan senam

kaki adalah 0,90.

2. Sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes melitus sesudah dilakukan senam

kaki meningkat menjadi 1,19.

3. Ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki di ruang penyakit

dalam RSU Dr. Pirngadi (p value=0,000).

5.2 Saran

1. Bagi Perawat RSU Dr.Pirngadi Medan

Bagi Perawat RSU Dr. Pirngadi Medan, hendaknya dapat membuat prosedur tetap

senam kaki kepada pasien diabetes melitus secara teratur 3-5 kali seminggu sesuai

dengan status kesegaran jasmani pasien karena dapat meningkatkan sirkulasi

darah kaki dan dapat mencegah kaki diabetic.

51
69

2. Bagi penderita Diabetes Melitus

Bagi penderita diabetes melitus agar melakukan pola hidup yang sehat, yaitu

melakukan latihan fisik seperti berjalan, bersepeda santai, joging, senam,

berenang dan senam kaki.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan alat yang lebih akurat untuk

mengukur sirkulasi darah responden seperti Dopller dengan merk HI-doop.


70

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth. Vol 2.
EGC : Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Salemba, Medika : Jakarta.

Kariadi. (2009). Panduan Lengkap untuk Diabetisi, Keluarganya, dan Profesional


Medis. Qanita PT Mizan Pustaka, Anggota IKAPI. Bandung.

Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. RINEKA CIPTA.


Jakarta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Edisi 2. Salemba. Medika : Jakarta.

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2002). Pengelolaan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia. CV. Aksara Buana, Jakarta.

Re Nabyl. (2009). Cara Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus. Cetakan I.


Aulia, Publising : Yogyakarta.

Soegondo Sidartawan ddk. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi


2. Cetakan 7. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Tandra, Hans. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum

Widianti Tri Anggriyana. (2010). Senam Kesehatan. Cetakan I. Nuha Medika:


Yogyakarta.
71

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH KAKI


PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSU DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2011

Kepada Yth :
Bapak/Ibu Calon Responden
Di RSU Dr Pirngadi Medan
Saya Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (SI-Keperawatan) akan

melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Kaki

Pada Pasien DM di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan”. Penelitian ini

dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara

Indonesia Medan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Senam Kaki Terhadap

Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien DM. Untuk keperluan tersebut saya mohon

partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini

dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan bersedia sirkulasi

darah Bapak/Ibu diukur oleh peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas

Bapak/Ibu yang hanya dipergunakan untuk mengembangkan Ilmu Keperawatan.

Demikian permohonan ini, atas partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

(Artika Sari)
72

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi

sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan

STIKes Mutiara Indonesia yang bernama Artika sari, dengan judul “Pengaruh

Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di

Ruang Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan 2011”, maka dengan ini saya

menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden untuk membantu dan berperan

dalam kelancaran penelitian tersebut.

Medan, Februari 2011

Responden

( )
73

LEMBAR OBSERVASI

No Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lembar observaso diisi oleh peneliti sesuai dengan hasil observasi dari responden.

SIRKULASI DARAH KAKI


NO Responden Hasil Pengukuran Keterangan ABPI Post
Sirkulasi Darah Kaki
ABPI Pre ABPI Post Meningkat Tidak
Meningkat
1 Responden 1 0.90 1.08 0.18
2 Responden 2 0.83 1.10 0.27
3 Responden 3 1.10 1.10 - 1.10
4 Responden 4 0.83 1.10 0.27
5 Responden 5 1.18 1.33 0.15
6 Responden 6 1.18 1.40 0.22
7 Responden 7 0.83 1.20 0.37
8 Responden 8 0.90 1.18 0.28
9 Responden 9 0.90 1.08 0.28
10 Responden 10 0.83 1.33 0.5
11 Responden 11 0.90 0.90 - 0.90
12 Responden 12 1.00 1.33 0.33
13 Responden 13 0.90 1.18 0.28
14 Responden 14 0.83 1.08 0.25
15 Responden 15 0.90 1.00 0.1
16 Responden 16 0.90 1.33 0.43
17 Responden 17 0.90 1.33 0.43
18 Responden 18 0.90 1.10 0.2
19 Responden 19 0.90 1.33 0.43
20 Responden 20 1.18 1.20 0.02
21 Responden 21 1.00 1.33 0.33
22 Responden 22 1.10 1.33 0.23
23 Responden 23 1.08 1.33 0.25
24 Responden 24 0.90 1.08 0.8
25 Responden 25 1.08 1.20 0.12
26 Responden 26 0.90 1.33 0.43
27 Responden 27 1.08 1.18 0.1
28 Responden 28 0.90 1.08 0.8
29 Responden 29 0.83 1.18 0.35
74

Master Data

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Ruang Penyakit Dalam

RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2011.

Jenis ABPI
No Umur Pendidikan Pekerjaan ABPI Post
kelamin Pre
1. 3 1 1 2 2 1
2. 2 2 2 1 2 1
3. 2 1 2 2 1 2
4. 1 1 3 4 2 1
5. 1 2 3 4 1 1
6. 2 1 2 4 1 1
7. 2 1 2 4 2 1
8. 2 2 3 1 2 1
9. 3 2 1 1 2 1
10. 3 1 2 3 2 1
11. 3 2 1 1 2 2
12. 2 2 1 1 1 1
13. 3 1 2 3 2 1
14. 2 1 1 2 2 1
15. 2 2 2 1 2 1
16. 2 1 4 4 2 1
17. 2 2 3 4 2 1
18. 2 1 3 4 2 1
19. 2 2 2 1 2 1
20. 2 1 3 4 1 1
21. 3 2 1 1 1 1
22. 2 2 2 1 1 1
23. 2 2 1 1 1 1
24. 2 1 1 2 2 1
25. 2 2 2 1 1 2
26. 3 1 3 3 2 2
75

27. 2 1 3 4 1 1
28. 2 2 2 2 2 1
29. 2 1 2 2 2 1

Keterangan :

Umur : Jenis kelamin : Pendidikan : Pekerjaan : ABPI Pre


: ABPI Post :

1 =<40 Tahun 1 = laki-laki 1 = SD 1 = IRT 1 = ABPI


≥1,0 1 = meningkat

2 = 40-60 Tahun 2 = perempuan 2 = SLTP 2 = petani 2 = ABPI


0,5-0,9 2 = tidak meningkat

3 = >60 Tahun 3 = SMU 3 = pension 3 = ABPI


,0,5

4 = D-3 4 = wiraswasta
76

Frequencies

Statistics
Jenis
UmurK Umur Kelamin Pendidikan pekerjaan
responden Responden Responden Responden Responden
N Valid 29 29 29 29 29
Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

UmurK responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <45 tahun 5 17.2 17.2 17.2
45-60 tahun 17 58.6 58.6 75.9
>60 tahun 7 24.1 24.1 100.0
Total 29 100.0 100.0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 15 51.7 51.7 51.7
perempuan 14 48.3 48.3 100.0
Total 29 100.0 100.0
77

pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 14 48.3 48.3 48.3
Petani 5 17.2 17.2 65.5
Pensiun 2 6.9 6.9 72.4
Wiraswasta 8 27.6 27.6 100.0
Total 29 100.0 100.0

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 ABPI Pre .9052 29 .07922 .01471
ABPI Post 1.1652 29 .13100 .02433

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 ABPI Pre & ABPI Post 29 .360 .055
78

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair ABPI Pre - - .12632 .02346 -.30805 -.21195 - 28 .000
1 ABPI Post .26000 11.084

Anda mungkin juga menyukai