TESIS Analisis Strategi Pengembangan Obj
TESIS Analisis Strategi Pengembangan Obj
PENDAHULUAN
Pariwisata sebagai suatu industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain
seperti industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/ cinderamata, industri
Seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 Bab II Pasal 2 dalam
meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada
umumnya.
Pariwisata Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari sutau
tempat ketempat yang lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafka di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan
Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling
besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya,
jasa, atraksi dan sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari tujuan
pembangunan pariwisata. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang menyimpan banyak
potensi alam baik daratan maupun lautan (pantai). Kondisi tanah yang subur menjadikan
dan pantai merupakan salah satu obyek wisata yang banyak digemari oleh wisatawan
Hal ini dapat dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis, selain itu juga memilki
laut tropis, pantai pasir yang putih bersih, dan air laut yang jernih membiru. Sehingga banyak
wisatawan mancanegara yang datang mengharapkan dapat menikmati udara segar dan
keindahan pantai, selain itu juga untuk melakukan kegiatan olahraga air seperti selancar-air,
Di negara maju berwisata adalah hal yang biasa dilakukan dan menjadi kebutuhan hidup
setiap orang, hal inilah yang menggerakkan ekonomi pada sektor pariwisata kian berkembang.
terhadap perekonomian, sebesar 8,4% di tahun 2013. Pertumbuhan yang di alami ini
merupakan pertumbuhan yang terbesar di antara Negara-negara anggota G20, berdasarkan hasil
riset World Travel and Tourism Council (WTTC), otoritas global dalam industry perjalanan
dan parawisata. Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan oleh World Travel and
pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan pertumbuhan ekonomi 7,2%, sedangkan dalam
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC tahun 2013 merupakan tahun yang
fantastis bagi perjalanan dan parawisata di indonesi.” Indonesia mengalami perluasan dalam hal
pendapatan ekspor yang di dapat dari pengunjung internasional yang juga di dorong oleh
perubahan nilai rupiah terhadap dolar AS. Konstribusi langsung dari perjalanan dan parawisata
di indonesi diharapkan akan berkembang sebesar 8,1% melebihi perekonomian umum sebesar
pembelanjaan parawisata domestic akan tumbuh di atas rata-rata (6,3%). Jika Indonseia terus
visa, maka Indonesia akan terus menjadi salah satu yang terdepan dalam perjalanan dan
parawisata. Pertumbuhan yang luar biasa perlu dipadukan dengan berbagai kebijakan untuk
memastikan kesinambungan sector ini, WTTC juga menyebutkan perjalanan dan pariwisata
sepuluh tahun kedepan sebesar lebih dari 4% setiap tahunnya dan lebih tinggi dibandingkan
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC, memanfatkan peluang untuk
berkembang untuk menciptakn iklim bisnis yang lebih baik bagi investasi dalam infrastruktur
dan sumber daya manusia. Hal ini penting untuk mempermudah sebuah industry parawisata
banyak kebijakan visa dan menjalankan kebijakan pajak yang lebih cerdas,jika dilakukan
jangka panjang.
Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sebagai
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
f. Memajukan kebudayaan
Alasan sektor pariwisata dipacu untuk dijadikan komoditi andalan disamping migas
begitu terpengaruh gejolak ekonomi dunia, disamping pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan ekonomi dunia, c) meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan pengaruh ganda
dari pengembangan pariwisata tampak lebih nyata, d) komoditi pariwisata tidak mengenal
proteksi atau quota seperti komoditi lainnya, e) potensi pariwisata di Indonesia yang tersebar
di seluruh Indonesia tidak akan habis terjual , f) pariwisata sudah menjadi kebutuhan
Kabupaten MalukuTenggara Barat dengan keberagaman suku bangsa yang hidup dalam
kedamaian dengan toleransi yang tinggi merupakan aset yang berharga. Obyek wisata yang
beragam juga akan menambah daya tarik wisatawan. Aset inilah yang membuat seni, budaya
dan tradisi di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Duan Lolat, menjadi lebih unik,
Masyarakat Maluku Tengaara Barat yang terkenal heterogen karena ditempati berbagai
suku bangsa suku wesleta, Latdalam Jebory sebagai suku asli serta suku Jawa, Makasar, Bali, dan
yang lainnya, menjadikan Maluku Tenggara Barat memiliki identitas tersendiri secara
sosiokultural. Kekayaan yang melimpah ini membuat pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, menempatkan sektor ini sebagai unggulan yang saat ini tengah serius dibenahi,
Dalam upaya peningkatan dan pengelolaan sumber daya alam tata ruang dan lingkungan
hidup, sektor pariwisata dan kebudayaan dapat dijadikan sektor andalan perekonomian daerah
yang berbasiskan sumber daya alam dan budaya yang lestari dan agamis. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya harus memiliki daya saing tersendiri yang dapat menuju Kabupaten Maluku
Asli Daerah (PAD) dengan melibatkan sumber daya manusia yang handal menuju pertumbuhan
pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tidak bisa berdiri sendiri melainkan
bekerjasama dengan pihak swasta sebagaimana yang berjalan sekarang ini namun harus ada
peningkatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pengelolaan pariwisata. Oleh karena itu sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dapat dimanfaatkan dan direkrut untuk melakukan pengelolaan pariwisata di
daerahnya, hal ini harus ditunjang oleh pendidikan dan keterampilan di bidang pariwisata
Sebagaimana dimaklumi bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu
daerah di Propinsi Maluku yang memiliki kesuburan dan keindahan alam, kekayaan seni
budaya serta berhawa sejuk. Obyek wisata pantai Saumlaki memiliki bentangan pantai yang
indah pasir putih, air laut yang jernih serta biota bawah laut yang menarik untuk dilihat.
Obyek tersebut diantaranya seperti Pantai Batnyanyik, Kristus Raja, Weluang ,Tanjung
Kdjasih dan Alusi Obyek wisata alam di Saumlaki juga tidak kalah menariknya, obyek tersebut
antara lain berupa pusat pemandian yaitu Air Weturlely, Webolar, dan Lemor. Pemandangan
Untuk wisata budaya terdapat berbagai ritual dan adat istiadat yang menarik,
diantaranya Cakalele, Tari Tnabar ila, Seti, dan Tore. Berbagai macam kerajinan dan
souvenir khas Saumlaki seperti Tenun Kain, Sagu, dan lain-lain. Jumlah tersebut tentu saja
menjadi peluang yang sangat besar dalam usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan
pengelolaan secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun asing,
daerah. Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang RI No.24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Daerah
untuk mengembangkan dan mengatur serta mengelola wilayah darat dan laut secara mandiri,
Pertimbangan keuangan daerah dan pusat diatur dalam Undang-Undang RI No.25 Tahun
1999, memberi peluang pada pemerintah daerah untuk mendapatkan manfaat yang besar dari
kebutuhan manusia untuk berwisata. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
juga diharapkan bisa mendorong penanaman modal dalam negeri dan modal asing agar
Maluku Tenggara Barat memilik potensi wisata pantai namun saat ini belum secara
di Propinsi Maluku, ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki kabupaten ini secara geografis
terletak antara 6o – 8o LS dan antara 126o – 132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan,
berbatasan langsung dengan laut Timor dan Samuderah Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah
Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini
dimekarkan menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat ini juga
memiliki potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata alam berupa wisata alam,
Obyek-obyek wisata yang dapat dikembangkan oleh para investor meliputi obyek wisata
pantai, wisata agro, wisata sejarah, wisata buru, dan wisata budaya hingga saat ini, potensi
tersebut belum dimanfatkan secara optimal sehingga sangat mebutuhkan investor untuk
Semoga akan menggugah para Wisatawan Nusantara dan Mancanegara untuk berkunjung
lebih banyak lagi ke Kabupaten Maluku Tenggara Barat serta berpartisipasi dalam program
Pariwisata Global dan menjadikan kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai tujuan wisata yang
penuh kenangan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yang dijabarkan dalam Visi Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yakni terwujudnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Bahari dan Budaya melalui pengembangan Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hal
ini dimaksudkan bahwa sektor pariwisata merupakan andalan yang mampu menggerakkan
kegiatan ekonomi terkait, sehingga pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah
Daya Tarik Wisata dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya Kabupaten Maluku Tenggara
Barat yang berbasis Ekohistorikal sebagai pilar utama dalam program kepariwisataan.
pariwisata. Berikut disajikan jumlah wisatawan Lokal dan Mancanegara yang berkunjung ke
Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan. Dengan melihat data
tersebut menunjukkan bahwa ada potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dengan ditandai oleh kenaikan arus kunjungan wisatawan setiap tahunnya, dan
akan memberikan peluang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Objek
wisata pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat berpotensi, tetapi belum dapat berkembang
Maluku Tenggara Barat, namun strategi ini belum mampu memberi yang signifikan dalam
mengoptimalkan potensi yang ada dengan belum dilibatkannya masyarakat lokal, sehingga
suatu strategi lain dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, dimana strategi ini dijaring melalui persepsi wisatawan dan masyarakat lokal.
Strategi ini diharapkan mampu mengoptimalkan dan menjawab kebutuhan wisatawan serta
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam mengembangkan usaha pariwisata, selain itu
sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah daerah dalam penentuan perumusan
kebijakan di sektor Pariwisata. Semoga penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan
dalam bidang pariwisata dan bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin
Lingkup pembahasan penelitian ini pada wisata alam,air yang berada pada daerah
Maluku Tenggara Barat, yang tersebar pada bebrapa lokasi pantai dalam lingkup Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Dalam penelitian ini responden adalah wisatawan mancanegara.
Berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat lokal yang dijaring melalui kuesioner akan
menghasilkan suatu strategi yang digunakan dalam pengembangan kawasan wisata yang
LANDASAN TEORI
Budiono Senen. Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Bentuk Pertumbuhan (life form)
di Perairan Pulau Neira Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang berdasarkan bentuk
pertumbuhan (life form) di perairan Pulau Neira Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku. Metode pengambilan data berdasarkan bentuk pertumbuhan dengan bantuan
alat scuba dan menggunakan transek garis sepanjang 50 meter yang diletakkan sejajar garis
pantai pada kedalaman 3 dan 10 meter. Letak garis transek pada kedalaman 3 dan 10 meter
dianggap mewakili kondisi karang yang ada di daerah tersebut, untuk setiap titik bentuk
pertumbuhan karang berubah harus dicatat pada bentuk pertumbuhan karang tersebut.
Sementara untuk penutupan karang diukur karang yang melalui garis transek dengan ketelitian
mendekati sentimeter. Analisis data dilakukan dengan metode persentase penutupan dan indek
ketiga stasiun pengamatan pada kedalaman 3 dan 10 meter ditemukan 16 bentuk pertumbuhan
karang (life form), karang dalam kondisi sedang hingga baik sekali yang meliputi : jenis
Acropora, Non-acropora (coral), soft coral, sponges, algae. Kondisi terumbu karang di sekitar
perairan Pulau Neira pada stasiun I untuk kedalaman 3 meter rata-rata persentase penutupan
karang hidupnya adalah 44,6% (sedang), pada stasiun II (82%) dan stasiun III mencapai 88,82%
dalam kondisi baik sekali. Rata-rata persentase penutup Acropora untuk kedalaman 3 meter
pada stasiun I adalah Acropora 24,05% (buruk) dan Non-Acropora 30,7% (sedang), stasiun II
stasiun III persentase penutupan karang Acropora 20,32% (buruk) dan Nor-Acropora 68,5%
mushroom (CMR), Non- Acropora submassive (CS), Others (OT). Keanekaragaman tergolong
kecil hingga sedang dengan kondisi terumbu karang mengalami tekanan hingga labil dan
Ratri Puji Rahayu, Skripsi, 2011. Efektifitas Program Komunikasi Pemasaran Wisata
Budaya Kota Solo (Study Evaluasi program kegiatan komunikasi pemasaran Karaton Surakarta
pendekatan Kualitatif, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan dari pelaksanaan program komunikasi pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh
Karaton Surakarta Hadiningrat Bauran promosi merupakan kegiatan yang sangat membantu
dalam proses kelancaran pengenalan adanya Karaton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu
warisan budaya di kota Solo. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa program kegiatan
komunikasi pemasaran Karaton Surakarta Hadiningrat mempunyai tiga program yang dikenal
dengan KKN, yaitu : Komitmen, Konsisten, dan Networking, yang terwujud dalam berbagai
aktivitas antara lain, pembuatan brosur, pembuatan website, pameran wisata, dan kerjasama
Eriana Prince Agustin, Skripsi 2011. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dinas
Nusantara Di Desa Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 – 2010). Metode penelitian studi
kasus dengan pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 – 2010). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa strategi komunikasi pemasaran pariwisata dinas kebudayaan dan Pariwisata Sleman
dalam meningkatkan jumlah pengunjung yakni terdapat dua hal. Pertama, penyesuaian fasilitas
sesuai masyarakat sekitar. Kedua, menggunakan salah satu bauran promosi pemasaran, yakni
periklanan dan publisitas serta mengadakan program-program baru dalam publisitas daerah
wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Astuti (2008) tentang “Faktor yang
Mempengaruhi Penurunan Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bagus Agro Pelaga Desa Pelaga,
keseluruhan dimensi pelayanan yang dituangkan pada faktor produk, harga, orang, tempat,
proses, fisik dan promosi merupakan factor utama yang memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pelayanan yang diberikan di Bagus Agro Pelaga dan akan berimplikasi
kepada jumlah kunjungan yang mengalami penurunan sesuai dengan tingkat kepuasan
Umu Hasanah. Skripsi 2008, Strategi Publikasi dan Promosi Wisata Bahari Lamongan
(WBL) Dalam Meningkatkan Pengunjung. dengan Metode penelitian studi kasus dengan
pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
publikasi dan promosi yang dilakukan oleh Wisata Bahari Lamongan (WBL) dalam
meningkatkan pengunjung. Dalam hal ini strategi promosi wisata bahari lamongan (WBL)
adanya program atau hal baru di WBL. Kedua, menjalin kerjasama yang harmonis dengan
Wijaya pada tahun 2008, dengan judul ”Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan
karena adanya kejenuhan terhadap jenis kepariwisataan yang selama ini telah dikembangkan,
yaitu pariwisata massal, yang merusak lingkungan dan juga sosial budaya masyarakat. Sehingga
untuk mengantisipasi dampak negatif dari pariwisata massal, maka dikembangkanlah pariwisata
alternatif, yakni pariwisata pedesaan. Penelitian ini berlokasi di Desa Tenganan Pegringsingan.
Adapun potensi wisata yang dimiliki adalah panorama persawahan, bangunan bersejarah,
sistem sosial kemasyarakatan. Adapun hasil penelitiannya adalah dikembangkannya jenis wisata
Penelitian Puja Astawa, dkk (2002) tentang “Pola Pengembangan Pariwisata Terpadu
Bertumpu Pada Model Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Bali Tengah” menyatakan bahwa
berdasarkan profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu kesatuan social
budaya dan lingkungan agraris, maka ditetapkan “Pariwisata Subak” sebagai model hipotetik
bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi pertanian
yang dalam pengelolaannya mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga mampu
memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestarian budaya dan lingkungan
setempat. Jenis – jenis potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik atau objek wisata
meliputi : (1) potensi ekologis yang terdiri dari ekologi persawahan, perkebunan, hutan, sungai,
mata air dan pegunungan; (2) potensi sosial budaya dari berbagai aspek kehidupan budaya petani
masyarakat pedesaan; (3) revitalisasi dan konservasi kebudayaan lokal, yang ditandai dengan
dibangkitkannya kembali berbagai jenis tradisi yang belakangan ini semakin terancam
keadaannya, serta semakin mantap dan terpeliharanya keberadaan lembaga subak yang sangat
budaya masa lalu; (5) pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui kerjasama terpadu antara
masyarakat sebagai pemegang peran sentral, pengusaha pariwisata sebagai mitra usaha dan
pemerintah sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai control terhadap pengembangan pariwisata
setempat.
Luh Putu Emi Yudhiantari. Ekowisata sebagai alternatif dalam pengembangan pariwisata
yang berkelanjutan di Desa Wongaya, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian
ini bertujuan mengkaji potensi kepariwisataan yang ada di Desa Wongaya Gede dalam rangka
pariwisata yang dapat dikembangkan di Desa wongaya Gede dalam rangka mewujudkan
pariwisata yang berkelanjutan. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan tipe penelitian
deskriptif. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan Desa Wongaya Gede memiliki potensi ekologis dan sosial budaya yang
dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan kepariwisataan.
pengembangan pariwisata di Desa wongaya Gede dan hampir seluruh wisatawan yang
Berdasarkan pendekatan the seven steps of planning, maka model pariwisata yang dapat
dikembangkan di Desa Wongaya Gede sebagai alternatif dari pengembangan pariwisata yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah menerapkan model ekowisata dengan menjual alam
wawancara dan kuesioner. Data dianalisis dengan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan daya
dukung yang besar dari objek dan kondisi masyarakat setempat, sedangkan daya dukung
infrastruktur dan tata kelola masih rendah. Strategi pengembangan yang dibutuhkan adalah
Togean, selain itu, intensitas dan efektivitas promosi pariwisata Kepualuan Togean dengan
memanfaatkan media internet (pembuatan website) dan mengikuti festival tingkat nasional atau
regional.
masyarakat. Sebagai salah satu aktifitas fisik dan psikis manusia, pariwisata didefinisikan oleh
banyak ahli dengan definisi yang tidak terlalu jauh berbeda. Berdasarkan pasal 1 angka 3
Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan jo Pasal 1 angka 3 PP No.67 Tahun
1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisatan Republik Indonesia serta pasal 1 huruf f Perda
Propinsi Bali No.3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya, kata pariwisata diartikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Definisi tentang pariwisata oleh
Matheison & Wall yang dikutip oleh Chris Cooper sebagai berikut:
“tourism is temporary movement to destination outside the normal home and workplace, the
tourist”
(Cooper, et al, 1993). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan
kepariwisataan terjadi semata-mata merupakan kegiatan yang menempuh jarak dan waktu
tertentu yang terlepas dari aktifitas keseharian seperti aktifitas kerja, berbisnis dan yang
lainnya, tetapi aktifitas yang dilakukan jelas-jelas di luar kegiatan tersebut melibatkan
berbagai pihak lainnya terutama dalam pemakaian fasilitas yang berhubungan dengan
pariwisata.
Pemberian batasan tentang pariwisata memang sering tidak dapat menghasilkan satu
batasan yang memuaskan untuk berbagai kepentingan. Melihat batasan yang begitu luas dan
beragam, Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45) membedakan batasan pariwisata
atas dua batasan, yaitu batasan konseptual dan batasan teknis. Batasan konseptual digunakan
Wisatawan (tourist) adalah sebagai objek dalam kegiatan pariwisata. Wisatawan disebut
sebagai objek karena kegiatan pariwisata tidak bisa terlepas dari pelayanan terhadap wisatawan
atau orang sebagai objek pelayanan. The tourist is the actor in this system (Cooper, et al,
1993:3). Maksudnya adalah bahwa wisatawan merupakan yang menjadi perhatian oleh siapa
pun yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Dari pendapat Cooper tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak selamanya wisatawan diperlakukan sebagai obyek, tetapi terkadang bisa saja
Official Travel Organization) dalam Pitana (2005: 43), pengertian wisatawan ini hanya berlaku
untuk wisatawan internasional, tetapi secara analogis dapat juga berlaku untuk wisatawan
yaitu mereka yang mengunjungi suatu daerah lebih dari 24 jam, dan (2) Pelancong/pengunjung
(excursionists), yaitu mereka yang tinggal di tujuan wisata kurang dari 24 jam. Dari sisi yang
Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ditentukan
oleh beberapa hal, antara lain; asal negara wisatawan, tujuan dari pada kunjungannya, lama
tinggal, umur, jenis kelamin dan jumlah keluarga yang ikut berkunjung, pekerjaan dan tingkat
penghasilan, jumlah kunjungan, individu atau kelompok, jumlah uang yang dihabiskan selama
Potensi menurut beberapa penulis seperti Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi
wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa
dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat di kembangkan menjadi suatu atraksi wisata
(tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek lainnya. Potensi menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (2007: 890)adalah
daya. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:
b. ultural attraction: history and folklore, religion, art and special events,
festivals.
gardens,marina,etc.
Adapun potensi wisata yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah semua daya tarik wisata
yang terdapat di Desa Pelaga yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik (tourism atraction)
alternatif.
rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal dan
bersaing. Porter dalam rangkuti (2005: 4) mengungkapkan bahwa strategi adalah alat
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut serta prioritas alokasi Dari beberapa tinjauan di atas, maka dapat dicapai
sebuah pengertian tentang strategi yang akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu suatu
kesatuan rencana dalam bentuk program-program yang terpadu dan menyeluruh untuk
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti dari pengembangan itu sendiri.
kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan
untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
suatu cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna.
secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Dengan kata lain pengembangan
berbagai aspek, seperti ; aspek budaya, sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Pada
Untuk lebih mengetahui penelitian ini selanjutnya akan dikaji konsep dasar yang perlu
dipahami dan diuraikan dalam studi pustaka serta penelitian terkait sebelumnya. Adapun uraian
tersebut terdiri dari : a) Pariwisata, b) Obyek wisata, c) Potensi obyek wisata, d) Pengembangan
suatu daerah meliputi lithosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,dan antroposfernya. Jenis,
semakin beragam dan semakin unik maka merupakan potensi besar untuk menjadi obyek wisata
wisatawan. Potensi yang dimiliki tentunya beragam tergantung pada pengelolaan dan daya
dukung, baik sarana dan prasarana, sosial ekonomi beserta masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Oleh karena itu perhatian dari pemerintah sangat berpengaruh terhadap berkembang
atau tidaknya suatu obyek wisata. Dalam rangka mewujudkan tujuan dikembangkannya
Barat harus memberikan perhatian serius terhadap obyek-obyek wisata yang tersebar di setiap
kecamatannya, khususnya obyek wisata pantai. Strategi-strategi terencana dan terukur untuk
menambah daya tarik obyek wisata dengan menambah fasilitas yang belum ada ataupun
melengkapi fasilitas-fasilitas yang masih kurang adalah sangat penting sesuai dengan kebutuhan
wisatawan.
Untuk itulah penilaian potensi masing-masing obyek wisata pantai perlu segera
dilakukan agar arah pengembangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pengembangan
yang tidak memperhatikan potensi yang ada tentunya akan memberikan dampak negatif,
misalnya berkurangnya kunjungan wisatawan sebagai akibat turunnya daya tarik obyek wisata.
Penilaian potensi daya tarik obyek wisata pantai dapat dilihat dari potensi fisik dan
budayanya. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (P4) UGM potensi fisik
dapat dinilai dari lahan, kondisi pantai, hidrologi, vegetasi, aksesibilitas (tingkat
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kedekatan jarak antar obyek dan kesamaan akses,
kemudian dilakukan penilaian dan pengkelasan. Setelah itu baru akan terlihat mana yang
dapat ditentukan skala prioritas dalam pengembangan obyek wisata yang ada.
obyek yang lain dalam satu kelompok. Sampai tahap ini dibutuhkan penentuan strategi
tantangan/hambatan sebagai faktor eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang obyek yang
diteliti dibutuhkan informasi dari hasil wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang
dianggap tahu tentang hal itu. Penekanannya adalah bagaimana potensi yang ada
Untuk lebih jelasnya kerangka pikiran yang dibangun dalam penelitian ini, dapat dilihat
pada gambar diagram alir penelitian dihalaman berikut. Dari gambar tersebut mempermudah
perkotaan, dan lain-lain. Manusia modern sekarang ini menjadikan parawisata sebagai
kebutuhan pokok setelah disibukan oleh urusan pekerjaan. Apalagi didukun oleh semakin
banyaknya armada transportasi yang menawarkan tariff serta harga yang menarik dengan
Menurut Koen mayer (2009), parawisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh
seseoarang sementara waktu dari tempat tinggal dengan alasan bukan untuk menetap atau
Menurut Gamal (2002) parawisata didefenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seseorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergian adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, social, budaya, polotik, agama,
Menurut WTO (1999), Parawisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalannan
adalah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam panyediaan lapangan kerja. Hamalik (1978 : 14) juga mengemukakan pariwisata yaitu
melakukan perjalanan bertujuan untuk beristirahat dan hanya dinikmati oleh segolongan
manusia.
sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-
harinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk
mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Wisata sebagai salah satu
aktivitas manusia melibatkan banyak aspek dan dapat ditinjau dari banyak disiplin ilmu.
Definisi atau pengertian tentang pariwisata juga dikemukakan Pendit (1987 : 16),
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daerah tujuan wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Menurut Spillane (1987 : 21), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke
untuk keseimbangan, keserasian atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dengan dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian.
Wisata bersinonim dengan kata travel. Jadi pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Orang yang melakukan
Daya tarik wisata adalah segalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam buadaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan daerah wisatawan. Daerah tujuan wisata atau Destinasi parawisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilaya administrasi yang dalamnya terdapat
Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu,
baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan pariwisata . Fandeli
kehidupan kota.
b. Faktor Penarik
tempat wisata.
berikut:
a. Pariwisata pendidikan
b. Pariwisata olahraga
c. Pariwisata kebudayaan
d. Pariwisata kesehatan
e. Pariwisata ekonomi
f. Pariwisata social
pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan
penggunaan lahan , hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah
tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus
diperhatikan meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana
a. Kondisi Fisis
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996 : 172). Obyek wisata adalah
segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik
c. Aksesibilitas
mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk
istalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan
f. Masyarakat
Menurut Sujali (1989 : 11), mengemukakan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena
suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya
manusia. Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu potensi yang
dapat menarik pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang
dimiliki oleh tempat tersebut ataupun suatu obyek/kenampakan yang dibuat oleh manusia,
dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap obyek wisata tersebut.
pengusahanya, masih terdapat peluang investasi berdasar potensi alam yang ada yaitu
keberadaan pantai sebagai salah satu suasan alam yang memiliki daya tarik yang begitu
indah, serta danau Webolar sebagai tempat pemancingan. Di samping itu juga, untuk
budaya, wisata pedesaan menjadi peluang yang cukup bagus untuk dikembangkan.
Potensi budaya yang terdapat di Saumlaki terdiri dari upacara adat, tradisi budaya dan
peninggalan budaya yang turun menurun di masyarakat Maluku Tenrgara Barat . Potensi
pantai dengan keindahan pasir putihnya, suasana pantai yang tenang menambah lengkap daya
keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
a. Industri pariwisata
b. Destinasi pariwisata
c. Pemasaran, dan
Kelembagaan kepariwisataan.
pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberikan informasi,
yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan yaitu :
a. Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang
dapat dilihat
Menurut Yoeti (1996 : 181), aspek-aspek yang perlu dikaji dalam perencanaan
a. Wisatawan
b. Pengangkutan
c. Atraksi/obyek wisata
d. Fasilitas pelayanan
a) something to see , artinya di daerah tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi
wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain,
b) something to do, artinya di daerah tersebut banyak yang dapat dilakukan, harus ada
fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah lebih lama tinggal di tempat tersebut,
c) something to buy, artinya didaerah tersebut harus ada tempat belanja seperti
Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik
yang dimiliki oleh objek tersebut, dan harus mengacu pada berbagai kriteria kelayakan.
Menurut Gamal Suwantoro (1997 : 19) obyeksi wisata adalah merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam
kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka daya tarik wisata harus dirancang dan
dibangun serta dikelola secara professional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.
Pada Umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.
e. Untuk obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Menurut Yoeti (1996 :
60), obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat tanpa harus dipersiapkan terlebih
dahulu seperti pantai, danau, candi, monumen, gunung, pemandangan laut, dan lain-
lain.
Adapun hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke tempat wisata
adalah : a) benda yang tersedia dan tedapat di alam semesta (natural amenities)
misal iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna dan pusat
kesehatan, b) hasil ciptaan manusia (man made supply ), misal benda-benda yang
acara tradisional, dan rumah-rumah ibadah, c) tata cara hidup masyarakat, misal
Gamal suwantoro (1997 : 19) menjelaskan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
obyek yang dapat dikembangkan yaitu meliputi obyek wisata pantai, wisata alam, dan wisata
budaya.
dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut
(Wikipedia Indonesia,2009).
Strength merupakan hal-hal menjadi unggulan atau ciri khas suatu tempat wisata.
pengembangan tempat wisata. Oppurtinity merupakan peluang, yakni hal-hal yang dapat
a. Kekuatan (strength).
mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.
Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
b. Kelemahan (weaknes)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata.
d. Kesempatan (opportunity)
e. Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang
f. Ancaman (Threats)
Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata,
Analisis SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif, dan efisien serta
SWOT sangat situasional, dalam artian hasil analisis tahun sekarang belum tentu akan sama
dengan hasil analisis tahun yang akan datang, pengaruh faktor ekonomi, politik, kemanan
ancaman. Ada dua hal yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Internal
meliputi kekuatan yang menjadi potensi dan kelemahan yang menjadi kendala, sedangkan
a. Lokasi Penelitian :
b. Obyek Penelitian:
c. Tujuan Penelitian :
Maluku Tenggara Barat dan membuat strategi pengembangan yang tepat untuk
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat Interpretif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode
atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Natsir,
dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui keberadaannya serta relevan dengan variable-
variabel yang diteliti. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu maka obyek penelitian
perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini obyek yang peneliti pilih adalah
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan obyek penelitian di Obyek Wisata
alam berupa wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan
sejarah.
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Dalam usaha pembangunan daerah menjadi daerah tujuan pariwisata perlu diperlukan
daya tarik dari obyek wisata. Dalam usahanya tesebut diperlukan suatu pemasaran untuk
(Heri, 2011 : 7). Faktor pendorong pada Obyek Wisata Kabupaten MTB antara
lain panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, Sumber air yang melimpah,
Kondisi keamanan yang baik, Suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan,
obyek wisata yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah belum tertatanya
dengan baik berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana obyek wisata
di Kabupaten MTB (Heri, 2011 :24). Faktor penghambat pengembangan Obyek Wisata
Alam, antara promosi obyek wisata yang kurang baik, program pengembangan obyek
wisata yang masih sederhana, keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana
obyek wisata, keadaan jalan yang kurang baik, kurangnya tenaga professional dalam
memanfaatkan sumber daya, dana/anggaran, sumber daya manusia, dan sarana dan
2011: 23)
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 hingga Juli 2015. Penelitian ini
berlokasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berada dalam wilayah administrasi
Populasi adalah keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah pengguna obyek wisata (wisatawan) yang memanfaatkan obyek
selama empat bulan terakhir yaitu Bulan Juni sampai Juli 2015, dan masyarakat Maluku
sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dan cocok sebagai sumber data, maka dapat digunakan
sebagai sampel. Setiap wisatawan yang dijumpai di delapan lokasi penelitian langsung
sebanyak 42 orang, dengan rincian tokoh masyarakat sebanyak 12 orang dimana masing-
masing desa hanya diambil satu orang, mahasiswa 2 orang, pegawai pemerintah 2 orang,
mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan diteliti dan
disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan pengamatan langsung
mengenai kondisi obyek wisata pada Kabupatn Maluku Tenggara Barat. Data juga
diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa wisatawan dan masyarakat _acto
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini.
fasilitas infrastuktur pariwisata yang ada di lokasi penelitian; data kunjungan wisatawan;
keadaan geografis dan demografis; data _actor budaya dan ekonomi, dll.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari : Kantor Bappeda, dan
Dinas Tata Ruang untuk memperoleh data mengenai kebijaksanaan yang ada di lokasi
fasilitas, dan kebijakan _actor pariwisata di lokasi penelitian; kantor statistik, dan Kantor
lapangan, Informan.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yaitu:
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan, biasanya menggunakan statistik.
Setelah data dianalisis dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasilnya
diintepretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian
(Wardiyanta, 2006 : 37). Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk
a. Analisis Deskriptif
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Soejono dan Abdurrahman, 1999: 23)
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang merupakan proses penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini
PAD di Kabupaten Pati. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan
ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang dihasilkan merupakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku yang diamati.
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT
(weakness) (Rangkuti, 2006: 19). Adapun model yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
3.9
Wisatawan dan Masyarakat Lokal yaitu dengan menelaah semua data, data yang
resmi.
Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analisis SWOT adalah
sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing
dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan. Kekuatan kawasan pariwisata adalah
sumberdaya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan
pesaing sejenis.
Kelemahan (Weakness)
dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
Peluang (Opportunity)
pariwisata.
Ancaman (Threats)
utama yang tidak menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.
Analisis _factor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan factor-faktor strategis
pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap
factor strategis. Faktor strategis adalah _actor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan
eksternal, External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui berbagai
kemungkinan peluang dan ancaman. Pembobotan pada lingkungan internal dan eksternal
diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan pertimbangan professional. Pembobotan pada
lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh _actor strategis
terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada kemungkinan
lingkungan harus berjumlah = 1 (satu), dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0
(tidak penting).
Untuk nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh _actor strategis terhadap kondisi
dirinya dengan ketentuan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Variabel
yang bersifat positif (_actor_i kekuatan atau peluang) diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 dengan
kebalikannya, jika kelemahan atau ancaman besar (_actor_ing dengan rata-rata pesaing sejenis)
Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi pariwisata dari suatu
obyek wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini. Pemetaan didasarkan pada analogi sifat
yang dimiliki dari _actor-faktor strategis. Kekuatan memiliki sifat positif, kelemahan bersifat
negatif, begitu juga dengan peluang bersifat positif dan ancaman bersifat negatif. Diagram posisi
kuadran-kuadran yang dihasilkan garis _actor SW dan garis _actor OT, setiap kuadran memiliki
rumusan strategi sebagai strategi utamanya. Posisi perkembangan pariwisata suatu obyek wisata
yang melalui proses adopsi, adaptasi dari penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan sehingga
penjualan, asset, profit, atau kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam pariwisata adalah
wisatawan), asset (obyek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung),
- Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi meningkatkan laju
pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat (tahun kedua lebih besar
dari tahun pertama dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi _actor kekuatan
ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk
- Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang membalikkan
pengelolaan.
- Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki
d. Kuadran IV : Diversifikasi
obyek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi
penganekaragaman
yaitu :
ancaman.
Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
Strategi WT, didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan meminimalkan
Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan _actor strategis internal dan
eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
(ekternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang
dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan
Hasil dari interaksi _actor strategis internal dan eksternal menghasilkan alternatif-
alternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan
berupa strategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang dihasilkan minimal empat strategi
sebagai hasil dari analisis matriks SWOT. Model matriks analisis SWOT dapat dilihat padaTabel
2 berikut :
EXTERNAL
berjarak ± 500 km kearah selatan dari Kota Ambon. ibukota kabupaten ini terletak di
Saumlaki kabupaten ini secara geografis terletak antara 6o – 8o LS dan antara 126o –
132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan, berbatasan langsung dengan laut Timor
dan Samuderah Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda,
sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah barabt berbatasan dengan
laut Flores.
dari Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini
dimekarkan menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat
ini juga memiliki potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata alam berupa
wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan sejarah.
yang memiliki luas wilayah 4.331,17 Km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas
825,69 Km² (19 %) dan wilayah perairan seluas 3.505,48 Km² (81 %). Secara
188 buah desa dan 42 anak desa/desa bawahan. Posisi letak Kota Saumlaki Maluku
Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK), wilayah Kabupaten
2. Kecamatan Weirtamrian.
3. Kecamatan Kormomolin.
4. Kecamatan Nirunmas.
6. Kecamatan Yaru.
7. Kecamatan Wuarlabobar.
8. Kecamatan Wermaktian.
9. Kecamatan Selaru.
Keadaan iklim di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
angin musim yang bergerak dari dan menuju ekuator. Sehingga pola iklim di MTB adalah
pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak
hujan) yaitu pada bulan Desember / Januari dan April / Mei. Berdasarkan Peta Zona
Agroklimat Propinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim di
sekitar Kabupaten Maluku Tenggara Barat masuk kepada zona II3 dimana Curah hujan
tahunan 1.500 – 1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 menurut Oldeman, dengan buan
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim dan
perputaran arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak
stasiun pengamatan. Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, rata-rata curah hujan selama
tahun 2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari yaitu sebanyak 332 mm per hari.
Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau / Kepulauan di Maluku Tenggara Barat
berbagai macam batuan, seperti: batuan metamorf, sedimen klastik, terumbu karang, batuan
formasi Saumlaki. Formasi Batilembuti berumur Pliosen yang hampir seluruhnya terdiri dari
napal berwarna putih kotor sampai kelabu muda dan bersifat pejal, kaya akan fosil plangton
dan bentos; bagian atasnya berupa batugamping yang sangat raput, setempat napa kapuran
Diatas Formasi Batilembuti ini ditindih secara takselaras oleh Formasi Saumlaki;
berumur Pliosen, terdiri dari batugamping koral, bersifat pejal, berwarna putih; setempat
bersifat breksi. Di bagian bawah terdapat konglomerat dengan komponen utama rombakan