Anda di halaman 1dari 129

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Dasar Hukum Penyusunan RTRW


Dasar hukum Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 -

2030 yang harus diperhatikan dalam arahan pengembangan kebijakan penataan ruang
mencakup perencanaan pola struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang serta penetapan
ruang wilayah dan pengendalian ruang wilayah yang harus dikoordinasikan dengan
Kabupaten/Kota di Wilayah Propinsi Banten, serta memperhatikan kerjasama kawasan
perbatasan wilayah provinsi, dan RTRW Pulau Jawa-Bali. Adapun dasar hukum yang
harus menjadi landasan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten adalah :
1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok


Agraria;

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

3.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

4.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati Dan Ekosistemnya;

5.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukiman;

6.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

7.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

8.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

9.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

10. Undang-Undang No. 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten;


I-1

11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
12. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
15. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
16. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
17. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
18. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
19. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
20. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
21. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
24. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
25. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
27. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
28. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak Dan
Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata cara Peran serta Masyarakat Dalam Penataan
Ruang;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam Dan
Kawasan Pelestarian Alam;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan
Hidup;

I-2

33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
39. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
40. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
41. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan;
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
43. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Industri;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
47. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
48. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabekjur.

I-3

1.2

Tinjauan Kebijakan Pembangunan Provinsi Banten

1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Berpijak pada kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi sampai dengan tahun
2025 serta mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki dan harapan masyarakat
Provinsi Banten, maka Visi Pembangunan Provinsi Banten Tahun 2005-2025 adalah
sebagai berikut:
Banten Mandiri, Maju, Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa
Berdasarkan visi pembangunan Provinsi Banten tahun 2005-2025, selanjutnya ditetapkan
Misi Provinsi Banten 2005-2025, yaitu:
1. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera yang Berakhlak Mulia, Berbudaya, Sehat dan
Cerdas;
2. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing;
3. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Lestari;
4. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan Berwibawa.
Dalam kerangka keterpaduan pembangunan nasional, Misi pembangunan
Provinsi Banten 2005-2025 merupakan wujud komitmen seluruh masyarakat Provinsi
Banten untuk mendukung pencapaian Misi pembangunan jangka panjang nasional tahun
2005-2025.
Tahapan pembangunan dalam RPJPD dibagi menjadi lima tahapan sebagai
berikut :
1.

RPJMD KE-1 (RENSTRADA TAHUN 2005-2006 & RENSTRA TRANSISI 2007) /


TAHAP REVITALISASI - I
Pada tahap awal ini, sebagai provinsi yang baru berusia sewindu, Banten dihadapkan
dengan berbagai persoalan khususnya terkait dengan perbaikan sosial dan ekonomi
masyarakat. Sementara di sisi lain, Provinsi Banten masih dalam proses penataan
kelembagaan dan keterbatasan sumberdaya aparatur dan anggaran. Oleh karena itu
pada tahap awal ini diarahkan pada upaya revitalisasi pembangunan. Adapun prioritas
pembangunan pada tahap ini adalah:
1. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;

I-4

3. Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian;


4. Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
5. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;
6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
7. Perencanaan

dan

Penataan

Pelabuhan-Pelabuhan

Lokal,

Nasional,

dan

Internasional.
2.

RPJMD KE-2 (TAHUN 2008-2012) / TAHAP REVITALISASI - II


Dengan berlandaskan pada pencapaian hasil-hasil pembangunan periode/tahap
sebelumnya, pembangunan Provinsi Banten pada tahap ke-2 ini diprioritaskan pada
upaya merevitalisasi lanjutan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Adapun
prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
1. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
3. Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah;
4. Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
5. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;
6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
7. Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

3.

RPJMD KE-3 (TAHUN 2013-2017) / TAHAP AKSELERASI - I


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap sebelumnya,
RPJMD ke-3 ini diarahan untuk memantapkan pembangunan di Provinsi Banten
melalui percepatan pembangunan atau akselerasi pembangunan di segala bidang.
Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
1. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
2. Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia;
3. Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian;
4. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

I-5

5. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;
6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
7. Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.
4.

RPJMD KE-4 (TAHUN 2018-2022) / TAHAP AKSELERASI - II


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap sebelumnya,
RPJMD ke-4 ini diarahan untuk lebih memantapkan pembangunan di Provinsi Banten
melalui peningkatan akselerasi pembangunan di segala bidang sebagai persiapan
menuju Provinsi Banten yang modern. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini
adalah:
1. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
2. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia;
3. Peningkatan Daya Saing Perekonomian;
4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;
6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
7. Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat
Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

5.

RPJMD KE-5 (TAHUN 2023-2025) / TAHAP MODERNISASI


Pada tahap/periode akhir RPJPD Tahun 2025, Provinsi Banten diharapkan telah
mencapai kemajuan dan kemandirian memasuki kehidupan masyarakat modern,
minimal sejajar dengan provinsi maju lainnya. Ciri masyarakat Banten modern
dimaksud diindikasikan dengan tersedianya berbagai pilihan kebutuhan dan
mempunyai kemampuan untuk memilih secara leluasa, berkualitas, damai, adil dan
sejahtera. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial;
2. Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Manusia;
3. Pemantapan Daya Saing Perekonomian;
4. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;

I-6

6. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;


7. Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.
Dalam dokumen RPJP Provinsi Banten 2005-2025 tersebut di atas secara khusus
telah ditetapkan penjabaran Visi untuk penerjemahannya ke dalam RTRW Provinsi
Banten, seperti dikemukakan pada Tabel 1.1 berikut ini yang kemudian diterjemahkan
lebih lanjut untuk kepentingan perencanaan tata ruang, berupa kaitan masing-masing point
tersebut dengan tata ruang, yaitu struktur ruang dan pola ruang.
Tabel 1.1
Keterkaitan Antara Visi Pembangunan Dalam RPJPD Provinsi Banten
Dengan Tata Ruang
Penjabatan Visi Pembangunan Untuk Penterjemahan Ke Dalam
RTRW Provinsi Banten
Provinsi Banten memiliki potensi SDA yang cukup memadai, baik yang
1.

2.

3.

4.

5.

6.

bersifat renewable maupun yang unenewable. Berdasarkan


pembandingan dengan daerah lain serta pengalaman di daerah sendiri,
maka pemanfaatan SDA yang bersifat unrenewable mengarahkan
pemerintah masyarakat untuk bersikap hati-hati dalam menjadikan
potensi SDA yang bersifat unrenewable sebagai unggulan di masa
datang.
Sebagai alternatif SDA yang dapat dijadikan unggulan perekonomian
wilayah, rnaka agroindustri dan kelautan merupakan suatu pilihan yang
sangat potensial. Pemilihan agroindustri didasarkan pada beberapa faktor
strategis yang dapat dijadikan dasar pengembangan yakni luas lahan
urtuk kegiatan pertanian, dan perkebunan masih cukup tersedia,
produktivitas pertanian dan perkebunan potensi yang cukup signifikan.
Alternatif sumber daya lainnya adalah potensi kelautan. Provinsi Banten
dengan garis pantai yang luas memiliki potensi kelautan yang belum
teroptimalkan. Dengan semakin sulitnya kegiatan penambangan di
daratan serta didukung oleh harga beberapa jenis komoditi laut yang
cukup bersaing, maka budidaya kelautan baik yang berupa perikanan
hingga pengembangan jasa perkapalan serta pariwisata dapat menjadi
unggulan basis perekonomian Provinsi Banten di masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten
yang cukup signifikan, diperlukan dukungan kegiatan di hulu dan di hilir.
Dukungan kegiatan di hulu secara alami telah dimiliki yakni tersedianya
potensi SDA yang cukup. Sedangkan dukungan di sektor hilir terutama
jaringan distribusi masih perlu dikembangkan. Untuk itu pengembangan
sektor jasa dan perdagangan di Provinsi Banten
menjadi salah satu alternatif priorftas yang perlu dijadikan komitmen
bersama. Hingga kini kontribusi sektor jasa swasta maupun pemerintah
telah mulai menunjukkan peran yang cukup penting dalam mendukung
bergeraknya perekonomian di Provinsi Banten
Selanjutnya upaya mencapai kondisi yang diharapkan Provinsi Banten
dengan perspektif masyarakatnya, perlu mengembangkan basis kapasitas
sumber daya manusianya, sebagai pilar utama pembangunan wilayah.
Pengembangan SDM diarahkan pada peningkatan kapasitas masyarakat
swasta maupun aparat pemerintah. Peningkatan kapasitas masyarakat
menjadi inti dan faktor penentu tercapainya Visi Provinsi Banten secara
keseluruhan.
Pembangunan Provinsi Banten tidak dapat sepenuhnya mengandalkan
kemampuan pembiayaan lokal. Investasi berupa PMDN maupun PMA
sangat penting dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
Untuk itu, peningkatan daya saing wilayah juga menjadi misi penting
pembangunan di wilayah ini. Peningkatan daya saing akan mencakup
berbagai komponen pembangunan, antara lain menyangkut ketersediaan
dan kelengkapan infrastruktur pembangunan dan kehandalan pelayanan
pemerintah setempat.

Kaitan Visi RPJPD Dengan Tata Ruang


Perlu adanya sikap kehatian-hatian dalam mengarahkan
pola ruang terkait pemanfaatan ruang yang bersifat
unrenewable.
(Problem Solving dan Trend Modifying)

Pengembangan pola ruang kegiatan ekonomi unggulan


agroindusi dan kelautan.

Pengembangan kegiatan agroindustri didukung


ketersediaan lahan pertanian dan perkebunan yang
cukup luas.
(Trend modifying dan Opportunity seeking)
Kegiatan kelautan potensial dikembangkan dan yang
ada sekarang .
Kegiatan kelautan tersebut meliputi perikanan,
pariwisata, perkapalan, dan pertambangan secara
selektif.
(trend modifying, opportunity seeking, dan goal oriented)
Selain kegiatan ekonomi primer (hulu) dikembangkan pula
keglatan ekonomi
sekunder dan tensier (hilir) untuk mempercepat
pertumbuhan.
Kegiatan ekonomi (hilir) berupa sektor tersier diarahkan
pada pengembangan sektor jasa dan perdagangan.
Pengembangan sektor tersier (dan juga sektor sekunder)
akan terkait banyak dengan struktur ruang : sistem pusatpusat dan dukungan jaringan prasarana (transportasi,
telekomunikasi, energi, dan lain-lainnya).
(trend modifying dan opportunity seeking)
Pengembangan kapassitas sumber daya manusia (SDM)
sebagai pilar utama pengembangan wilayah. Peningkatan
kapasitas mianusia akan berkaitan dengan dukungan
pelayanan pendidikan (formal dan non-formal) dan
kesehatan, serta upaya peningkatan apreasiasi budaya dan
religi. Pengembangan ini terkait struktur ruang.
(trend modifying, opportunity seeking,dan goal oriented)
Upaya menarik investasi (PMDN & PMA) guna
mendukung pengembangan ekonomi unggulan dan
ikutannya, dengan penyediaan infrastruktur dan pelayanan
pemerintah yang handal. Pengembangan ini terkait dengan
struktur ruang.
(trend modifying dan opportunity seeking)

I-7

7.

Provinsi Banten yang bersinggungan dengan Pusat NKRI,


memiliki bandara internasional Soekarno-Hatta, dan Pelabuhan
ferry yang menghubungkan di Merak dengan Pulau Sumatera
melalui Bakauheni di Provinsi Lampung merupakan keuntungan
lokasi yang sangat penting dan memegang peranan penting di
Provinsi Banten terhadap pola aliran barang yang berasal dari
Sumatera Selatan maupun wilayah Pulau Jawa lainnya melalui
DKI Jakarta

1.2.2

Pengembangan wilayah yang memanfaatkan


keuntungan lokasi, yaitu berdekatan dengan satu
pusat utama di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta dan
sekitarnya.
(opportunity seeking dan goal oriented).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Provinsi Banten 2007-2012
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Banten periode tahun

2007-2012, ditetapkan bahwa Visi Pembangunan Provinsi Banten adalah Rakyat Banten
Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa, sehingga diharapkan seluruh stakeholder di
Provinsi Banten secara bahu membahu mengoptimalkan seluruh kapasitas yang
dimilikinya untuk meningkatkan dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat
Banten. Hal ini ditempuh melalui peningkatan perekonomian rakyat, penguasaan iptek,
pengelolaan sumberdaya alam maupun peningkatan kualitas sumberdaya manusianya.
Sesuai dengan harapan terwujudnya Masyarakat Banten yang Sejahtera, maka
ditetapkan Misi Pembangunan Provinsi Banten 2007-2012 sebagai upaya dalam
mewujudkan Visi, sebagai berikut:
1. Melakukan revitalisasi dan refungsionalisasi kelembagaan pemerintahan dan
masyarakat menuju tata pemerintahan yang bersih, transparan dan profesional yang
berorientasi pada pelayanan publik;
2. Meningkatkan peran aktif dan menggalang semangat kebersamaan, solidaritas dan
kemitraan seluruh komponen pelaku pembangunan;
3. Menjadikan masyarakat Banten yang bersandar pada moralitas agama dalam kerangka
negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat Banten;
5. Memperkuat struktur ekonomi masyarakat melalui pengembangan usaha agribisnis
dan memperluas kesempatan kerja;

I-8

6. Mengembangkan dan menata ulang hubungan antar industri dengan orientasi pada
penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi, penggunaan bahan baku lokal unggulan
dan penciptaan peluang usaha;
7. Merevitalisasi kawasan dan antar kawasan dengan dukungan infrastruktur yang
memadai melalui pengembangan Tiga Pintu Keluar Masuk Wilayah Banten.
Adapun tujuan atas setiap misi yang ditetapkan sebagai langkah pemfokusan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan adalah sebagai berikut:
1.

Misi Melakukan revitalisasi dan refungsionalisasi lembaga-lembaga pemerintahan


dan lembaga kemasyarakatan menuju tata pemerintahan yang bersih, transparan dan
profesional yang berorientasi pada pelayanan publik mempunyai tujuan mewujudkan
aparatur yang bersih, profesional, betanggungjawab serta untuk menciptakan
birokrasi yang efisien dan efektif agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu.
Selain itu, misi ini juga bertujuan mendorong dan memfasilitasi lembaga-lembaga
kemasyarakatan sebagai mitra dari pemerintahan untuk melakukan perbaikanperbaikan dari sisi manajemen, keuangan dan sumberdaya manusia.

2.

Misi Meningkatkan peran aktif dan menggalang semangat kebersamaan, solidaritas


dan kemitraan seluruh komponen pelaku pembangunan mempunyai tujuan
menjadikan masyarakat Banten sebagai pelaku pembangunan aktif dan tidak hanya
tergantung pada pemerintah, sehingga akan mempercepat proses pembangunan
diiringi rasa memiliki daerah yang tinggi.

3.

Misi Menjadikan masyarakat Banten yang bersandar pada moralitas agama dalam
kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tujuan mendorong
terwujudnya masyarakat Banten yang religius dan ber-akhlak baik dengan landasan
iman dan taqwa, serta mempunyai rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama
warga/masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan dengan bingkai rasa kesatuan
dan persatuan nasional.

4.

Misi Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat Banten mempunyai


tujuan mewujudkan masyarakat Banten yang cerdas dan sehat serta mempunyai
keterampilan dalam rangka menghadapi otonomi daerah dan era-globalisasi .

I-9

5.

Misi Memperkuat struktur ekonomi masyarakat melalui pengembangan usaha


agribisnis dan memperluas kesempatan kerja memiliki tujuan menciptakan struktur
ekonomi daerah yang kuat dengan ditopang perkuatan usaha pada sektor-sektor
strategis dan langsung menyentuh masyarakat banyak, sekaligus diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banten yang sebahagian besar adalah
petani.

6.

Misi Mengembangkan dan menata ulang hubungan antar industri dengan orientasi
pada penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi, penggunaan bahan baku lokal
unggulan dan penciptaan peluang usaha memiliki tujuan meningkatkan jumlah
investasi yang masuk ke wilayah Banten dengan harapan dapat mempercepat roda
ekonomi daerah yang pada akhirnya membuka peluang usaha dan lapangan kerja
bagi masyarakat sekaligus juga diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran
dan kemiskinan.

7.

Misi Merevitalisasi kawasan dan antar kawasan dengan dukungan infrastruktur yang
memadai melalui pengembangan Tiga Pintu Keluar Masuk Wilayah Banten
memiliki tujuan memaduserasikan pembangunan di wilayah Banten dengan
mengintegrasikan kawasan pengembangan yang didukung infrastruktur wilayah
sebagai simpul dan penghubung simpul pembangunan khususnya antara wilayah
produksi dengan wilayah pemasaran.
Agenda pembangunan dalam RPJMD dibagi menjadi empat tahapan sebagai

upaya keberlanjutan untuk mewujudkan keinginan luhur masyarakat Banten agar dapat
hidup lebih sejahtera baik materi maupun non materi dengan berlandaskan Iman dan
Taqwa adalah sebagai berikut :
1. Agenda Pemerintahan
Agenda pemerintahan yang baik dan bersih bertujuan meningkatkan perilaku birokrasi
yang efisien dan efektif dengan sistem kelembagaan dan ketata laksanaan
pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang pada gilirannya dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Manusia
Penetapan agenda pengembangan sumberdaya manusia bertujuan untuk meningkatkan
akses dan mutu pendidikan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat, menuju
kepada manusia yang sejahtera lahir dan batin.

I - 10

3. Agenda Ekonomi dan Industri


Penetapan agenda ekonomi dan industri bertujuan untuk Pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas melalui pengembangan pertanian dan pariwisata, mewujudkan iklim
investasi yang semakin sehat serta meningkatkan kapasitas dan daya saing industri
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
4. Agenda Pengembangan Kawasan/Wilayah
Penetapan

agenda

Pengembangan

kawasan

dan

wilayah

bertujuan

untuk

mengembangkan potensi unggulan yang dimiliki masing-masing kawasan dan wilayah


secara terintregasi, dalam rangka peningkatan dan perkuatan ekonomi daerah.

1.3

Profil Wilayah Provinsi Banten

1.3.1 Gambaran Umum


1.3.1.1 Arahan RTRWN Terhadap RTRW Provinsi Banten
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan
bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman,

produktif,

dan

berkelanjutan.

Penataan

ruang

diharapkan

mampu

mengharmonisasi lingkungan alami dan buatan, menterpadukan penggunaan sumber daya


serta melindungi fungsi ruang demi mencegah pengaruh negatif yang mungkin diterima
lingkungan sebagai akibat dan pemanfaatan ruang.
Berkenaan dengan uraian di atas serta UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kewenangan Provinsi Banten dalam penyelenggaraan penataan
ruang adalah sebagai berikut.
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap penataan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota,
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi,
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis,
4. Kerjasama penataan ruang antar provinsi, serta
5. Memfasilitasi kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota.
Selanjutnya PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, menyatakan bahwa
RTRWP merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan penyelenggaraan penataan

I - 11

ruang nasional di wilayah provinsi. Dengan demikian, dalam rangka mencapai keselarasan
dengan rencana pembangunan daerah serta saling melengkapi (komplementer) dengan
rencana tata ruang di tingkat nasional dan daerah, maka penyusunan RTRW Provinsi
Banten harus mengacu kepada pedoman bidang penataan ruang dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten.
Disadari, bahwa dinamika pembangunan merupakan bagian dan pemikiran
untuk membentuk penataan ruang yang mengakomodasi semua kepentingan. Tampak
hingga saat ini, bahwa penataan ruang di Provinsi Banten masih dalam tahap membenahi
ruang di mana seharusnya sudah mulai dengan membangun ruang misalnya ruang-ruang
untuk investasi agar kesejahteraan yang diharapkan dapat dicapai.
Untuk memenuhi keinginan tersebut perlu upaya menyusun RTRW Provinsi
Banten dengan memasukkan pertimbangan atas berbagai dinamika pertumbuhan. Kegiatan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030 perlu dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu: 1) merespons penyimpangan rencana yang muncul akibat berbagai
dinamika dalam proses penyusunan dan implementasi RTRW Provinsi Banten
sebelumnya, serta 2) menyusun kembali RTRW Provinsi Banten dengan menginternalisasi
berbagai dinamika pembangunan, baik yang bersifat eksternal maupun internal.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor : 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), arahan pengembangan Provinsi Banten secara garis
besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kawasan Bojonegara Merak Cilegon sebagai kawasan andalan dengan sektorsektor unggulan sebagai berikut.
a) Sektor Industri
b) Sektor Pertanian
c) Sektor Pariwisata
d) Sektor Perikanan, dan
e) Sektor Pertambangan
2. Serang dan Cilegon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang membawahi
sekaligus menjadi pusat pelayanan bagi Pandeglang dan Rangkasbitung,
3. Pandeglang dan Rangkasbitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
I - 12

Sedangkan arahan struktur tata ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten 2002-2017, adalah sebagai berikut.
1. Kabupaten Serang, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang sebagai kota utama
memiliki orde I.
2. Kota Orde IIA ditetapkan diarahkan pada Kota Cilegon.
3. Kora Orde IIB ditetapkan diarahkan pada ibukota Kabupaten Lebak dan Kabupaten
Pandeglang yaitu Kota Rangkas Bitung dan Kota Pandeglang serta kota sebagai pusat
SWP.
4. Perkotaan lain sesuai ukuran masing-masing sebagai kota orde IIIA dan IIIB, yaitu:
a) PKL 1 - Orde IIIA yang meliputi Perkotaan Saketi, Panimbang jaya, Labuan
(Kabupaten Pandeglang), Malimping, Bayah, Maja, Kaduagung Timur (Kabupaten
Lebak), Balaraja, Cikupa, Teluk Naga dan Pamulang (Kabupaten Tangerang),
Anyer, Kesemen, Petir dan Cikande (Kabupaten Serang)
b) PKL 2 - Orde IIIB yang meliputi Menes, Pagelaran, Bojong, Sidamukti, Jiput,
Cigadung (Kabupaten Pandeglang), Cikotok, Luhur Jaya, Marga Jaya, Suka
Rendah (Kabupaten Lebak), Cisoka dan Babakan (Kabupaten Tangerang), Parigi,
Harjatani, Tirtayasa, Pasanggrahan (Kabupaten Serang).
3. Pengembangan Pelabuhan laut regional di Bojonegara/Merak Banten.
Berkaitan dengan arahan struktur tata ruang menurut RTRWN maupun RTRW
Provinsi Banten 2002-2017, maka tampak di antara keduanya terdapat beberapa
perbedaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 pada halaman selanjutnya.
1.3.1.2 Arahan Rancangan RTRW Pulau Jawa dan Pulau Bali
RTRW Pulau Jawa Bali disusun untuk meningkatkan kerjasama pembangunan
antar daerah di Pulau Jawa dan Pulau Bali serta mensinergiskan rencana tata ruang antar
daerah dan RTRW Nasional. Sasaran penyusunan RTRW Pulau Jawa Bali sebagai
berikut :
a. Terwujudnya ladasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasikan RTRWN di Pulau
Jawa-Bali.

I - 13

b. Terarahnya pengembangan Pulau Jawa-Bali secara lebih terpadu dan sinergis sebagai
kesatuan kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dengan memperhatikan potensi,
karakteristik dan daya dukung lingkungannya.
c. Terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih efektif dan
efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya.
d. Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas
wilayah provinsi dan lintas sekor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan
ruang yang optimal.
e. Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas
wilayah provinsi.

I - 14

Tabel 1.2
Sinkronisasi Arahan Struktur Tata Ruang Provinsi Banten Dalam RTRWN
Nama Kota Dalam Sistem Hirarki Kota
Hirarkhi Kota
RTRWN
RTRW Provinsi Banten 2002-2017

No.
1.

PKN / Kota Orde I

2.

PKW / Kota Orde IIA

3.

Kota Orde IIB

4.

PKL / Kota Orde IIIA (PKL 1)

Serang

Cilegon

Pandeglang
Rangkas Bitung

Kota Tangerang
Kabupaten Serang

Balaraja,
Teluknaga,
Serpong,
Pandeglang,
Rangkasbitung,
Anyer,

Cikupa, Pasar Kemis, Tigaraksa, Jatiuwung,


Cikande,
Menes, Muara Binuangeun, Sumur dan (Kab.
Pandeglang)
Bayah (Kab. Lebak)

5.

Satu kota sesuai arahan menurut


RTRWN maupun RTRW Provinsi
Banten 2002-2017.

Keterangan

Labuan,
Malimping
Cibaliung,
Cipondoh,
Ciruas

Kota Orde IIIB (PKL 2)

Sumber :

PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN


RTRW Provinsi Banten 2002 2017

I - 15

RTRW Pulau Jawa-Bali mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai alat
untuk mensinergiskan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional dan sebagaimana
yang direncanakan dalam RTRW dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah
sebagaimana dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
Arah kebijakan RTRW Pulau Jawa-Bali difokuskan pada beberapa hal berikut.
a. Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagal lumbung pangan Nasional melalui berbagai
upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan.
b. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak oleh
kegiatan budidaya hingga mencapai luasan minimal 30% dan keseluruhan luas wilayah
Pulau Jawa-Bali, khususnya Pulau Jawa Bagian Selatan dan Pulau Bali Bagian
Tengah.
c. Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk
menjaga ketersediaan airsepanjang tahun.
d. Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang
berpotensi menganggu kawasa-kawasan yang rawan bencana serta mengancam
keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalul pengendalian
aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya.
e. Mengendalikan secara ketat pengembangan industri ke dalam zona-zona dan kawasankawasan industri yang telah ditetapkan.
f. Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasan-kawasan industri
yang telah ditetapkan.
g. Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi
dan distribusi di Pulau Jawa-Bali.
h. Mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untuk wilayah perairan laut
dan/atau lepas pantai.
i. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.

I - 16

1.3.1.3 Arahan RTR Kawasan Jabodetabekjur


Sesuai Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur,
(Jabodetabekjur) adalah merupakan kawasan strategis nasional yang meliputi seluruh
wilayah Provinsi DKI Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian
wilayah Provinsi Banten. Bagian dari wilayah Provinsi Banten yang tercakup ke dalam
Kawasan Jabodetabekjur adalah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang (dan Kota
Tangerang Selatan).
Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten, maka arahan penataan ruang dari Rencana Tata Ruang Kawasan
Jabodetabekjur yang berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan sistem pusat permukiman di Kawasan Jabodetabekjur untuk
mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta,
dengan kota inti adalah Jakarta dan kota satelit adalah Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, dan kota lainnya;
2. Pengembangan jalan lingkar luar kedua (JORR 2) dan jalan radialnya sebagai
pembentuk struktur ruang Jabodetabekjur dan untuk memberikan

pelayanan

pengembangan sub pusat perkotaan seperti Serpong/Kota Mandiri Bumi Serpong


Damai, Cinere, Cimanggis, Cileungsi, Setu, dan Tambun/Cikarang;
3. Peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api pada ruas-ruas tertentu sebagai
prasarana pergerakan komuter dari wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok ke
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sebaliknya;
4. Pengembangan jalan yang menghubungkan antar wilayah dan antar pusat-pusat
permukiman, industri, pertanian, perdagangan, jasa dan simpul-simpul transportasi
serta pengembangan jalan penghubung antara jalan non-tol dan jalan bebas hambatan;
5. Pengembangan sistem jaringan transportasi masal yang menghubungkan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan pusat-pusat di sekitarnya;
6. Arahan pengembangan prasarana drainase dan pengendalian banjir di Kawasan
Jabodetabekjur dilakukan melalui upaya :

I - 17

a. Rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan kawasan tangkapan air;


b. Penataan kawasan sungai dan anak-anak sungainya;
c. Normalisasi sungai-sungai dan anak-anak sungainya;
d. Pengembangan waduk-waduk pengendali banjir dan pelestarian situ-situ serta
daerah retensi air;
e. Pembangunan prasarana dan pengendali banjir; dan
f. Pembangunan prasarana drainase.
7. Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Jabodetabekjur diarahkan dikembangkan
secara terpadu melalui kerjasama antar daerah dengan mengikutsertakan masyarakat
dan dunia usaha. Penentuan lokasi tempat pembuangan akhir di Kawasan
Jabodetabekjur harus memperhatikan daya tampung dan volume sampah domestik dan
non domestik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur, serta
berada pada jarak aman yang tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.
8. Zona Penyangga dalam kawasan budi daya mempunyai potensi untuk reklamasi yang
penyelenggaraannya dilakukan secara bertahap dengan koefisien zona terbangun
antara 40% - 45% dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua
ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan
kedalaman laut 8 (delapan) meter dan harus mempertimbangkan karakteristik
lingkungan.

1.3.1.4 Keterkaitan Wilayah Perencanaan dengan Wilayah Makro


Suatu wilayah tidak saja merupakan suatu sistem fungsional permukiman, tetapi
juga suatu jejaring sosial, ekonomi, dan interaksi fisik dan lingkungan. Proses keterkaitan
dibentuk oleh keterkaitan-keterkaitan di antara sistem-sistem permukiman tersebut. Pola
tersebut merupakan suatu alat yang memungkinkan penduduk perdesaan dan kantongkantong permukiman yang kecil dapat memperolah kemudahan pelayanan, fasilitas, serta
terhadap kegiatan ekonomi dan infrastruktur yang berlokasi di kawasan perkotaan sebagai
simpul orientasinya. Melalui keterkaitan-keterkaitan tersebut, penduduk perdesaan dapat
memperoleh sejumlah input yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan produksi
pertaniannya serta memasarkan barang-barang hasil olahannya. Efektivitas proses-proses

I - 18

keterkaitan tersebut serta derajat keterkaitannya harus dipertimbangkan sehingga dapat


memberikan kemudahan maksimum bagi penduduk di seluruh bagian wilayah tersebut.
Secara garis besar terdapat 7 (tujuh) tipe keterkaitan yang menunjukkan tingkat
perkembangan suatu wilayah, yaitu sebagai berikut.
1. Keterkaitan Fisik dengan elemen fisiknya meliputi :
a. Jaringan jalan,
b. Jaringan transportasi air dan sungai,
c. Jaringan jalan kereta api, dan
d. Keterkaitan lingkungan.
2. Keterkaitan Ekonomi dengan elemen indikatornya meliputi :
a. Pola-pola pemasaran,
b. Aliran barang bahan mentah dan barang setengah jadi,
c. Aliran modal dan investasi,
d. Keterkaitan produksi,
e. Pola-pola konsumsi dan berbelanja
f. Aliran sumber pendapatan,
g. Aliran komoditas dan sektoral antar wilayah, dan lain-lain.
3. Keterkaitan aliran orang yang meliputi beberapa indikator sebagai berikut.
a. Pola migrasi penduduk, baik hermanen maupun temporer
b. Pergerakan orang untuk bekerja, sekolah, berbelanja
4. Keterkaitan Teknologi yang meliputi :
a. Ketergantungan pemenuhan kebutuhan pelayanan teknologi
b. Sistem irigasi
c. Sistem telekomunikasi
5. Keterkaitan Sosial yang meliputi :
a. Pola-pola kunjungan kekerabatan
b. Pola-pola kegiatan keagamaan
c. Pola-pola pertemuan kelompok dan sebagainya.

I - 19

6. Keterkaitan Politis, Administratif, dan Kelembagaan.


Berkaitan dengan jenis-jenis keterkaitan di atas yang dapat mendorong tingkat
perkembangan suatu wilayah dalam konteks makro, maka beberapa di antaranya sudah
dimiliki oleh Provinsi Banten, yaitu sebagai berikut.
1. Provinsi Banten memiliki keuntungan keterkaitan fisik dengan wilayah makro yaitu
dengan dilintasinya Provinsi Banten oleh Jalan bebas hambatan yang menghubungkan
Pelabuhan Merak di bagian utara dan barang Provinsi Banten dengan wilayah lainnya
di bagian timur Provinsi Banten. Pelabuhan Merak sendiri merupakan pintu gerbang
Provinsi Banten dengan provinsi lainnya yang ada di Pulau Sumatera.
2. Provinsi Banten memiliki Pusat Pembangkit Listrik Suralaya yang dapat memasok
energi listrik untuk Provinsi Banten juga untuk DKI Jakarta, Provinsi Barat serta
bagian lainnya dalam cakupan Pulau Jawa dan Bali.
3. Provinsi Banten memiliki industri baja berskala nasional bahkan internasional yang
terletak di Kota Cilegon.
4. Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang menjadi pintu gerbang utama ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia terletak di Provinsi Banten.
5. Provinsi Banten memiliki posisi strategis politis karena tidak saja bersinggungan
dengan Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi induk sebelum pemekaran,
tetapi juga bersinggungan langsung dengan pusat kegiatan administrasi pemerintahan
DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1 mengenai Peta Orientasi Wilayah Provinsi
Banten dan Gambar 1.2 mengenai Peta Wilayah Administrasi Provinsi Banten.
6. Dari aspek lingkungan, Taman Nasional Ujungkulon sebagai tempat perlindungan dan
pelestarian badak bercula satu dan banteng serta Taman Nasional Gunung Halimun. Di
samping itu, di Provinsi Banten terdapat salah satu gunung api yang masih aktif dan
menjadi objek penelitian, yaitu Gunung Krakatau.
7. Provinsi Banten memiliki Pelabuhan Bojonegara yang diarahkan sebagai Pelabuhan
laut internasional.

I - 20

Gambar 1.1
Peta Orientasi Provinsi Banten

I - 21

Gambar 1.2
Peta Batas Administrasi Provinsi Banten

I - 22

1.3.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Provinsi Banten pada tahun 2000 berdasarkan hasil sensus
penduduk 2000 mencapai 8.096.809 jiwa dan tahun 2007 meningkat menjadi 9.423.367
jiwa terdiri dari laki-laki 4.722.969 jiwa lebih banyak dibanding perempuan yang
jumlahnya 4.700.398 jiwa. Kecenderungan penduduk yang terus bertambah tersebut bukan
hanya disebabkan pertambahan penduduk secara alamiah, tetapi tidak terlepas dari
kecenderungan migran baru yang masuk disebabkan daya tarik Provinsi Banten, baik
dilihat dari potensi daerah seperti banyaknya perusahaan industri besar/sedang di daerah
Cilegon, Tangerang, dan Serang serta potensi pariwisata di Pandeglang, Serang dan daerah
lainnya, sehingga ketersediaan lapangan kerja dan makin kondusifnya kesempatan
berusaha akan menarik pendatang dari luar Banten.
Laju pertumbuhan penduduk Banten selama kurun waktu 2000-2007 rata-rata
tumbuh sebesar 2,19 %. Angka ini menunjukan penurunan dibandingkan pertumbuhan
antara tahun 1990-2000 yang rata-rata tumbuh sebesar 3,21 %. Apabila dilihat menurut
kabupaten/kota pada kurun waktu 2000-2007, rata-rata pertumbuhan penduduk
kabupaten/kota menunjukan penurunan. Pada selang waktu 2000 sampai 2007, persebaran
penduduk di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang dan Kota
Cilegon terhadap Provinsi Banten cenderung mengalami penurunan sementara Kabupaten
Lebak dan Kabupaten Tangerang relatif mengalami kenaikan, mengingat daerah tersebut
merupakan daerah berkembang terutama dari perkembangan sektor industri besar/sedang
yang dibarengi pertumbuhan pada sektor perdagangan dan jasa-jasa sehingga banyak
tenaga kerja yang datang dari daerah lain termasuk mereka yang membuka usaha baru
baik skala besar/menengah maupun kecil disamping menampung penduduk limpahan dari
Jakarta.
Membandingkan jumlah penduduk Provinsi Banten pada akhir tahun 2007
dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka Provinsi Banten memiliki kepadatan
penduduk rata-rata sebesar 13,36 jiwa per Ha. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3
dan Gambar 1.3 pada halaman selanjutnya.
Perkembangan penduduk Provinsi Banten tahun 2000 sampai tahun 2007
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Banten menunjukkan pertambahan
penduduk per tahun rata-rata sebesar 234.228 jiwa per tahun. Pertambahan penduduk
terbesar terjadi pada periode tahun 2002-2003, yaitu sebesar 409.542 jiwa per tahun.

I - 23

Pembandingan pertumbuhan jumlah penduduk di antara kabupaten/kota dalam


cakupan Provinsi Banten maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.
1. Pertambahan penduduk rata-rata terbesar terjadi di Kabupaten Tangerang, yaitu
sebesar 117.620 jiwa per tahun, terutama pada periode tahun 2002-2003 sebesar
212.443 jiwa.
2. Pertambahan penduduk rata-rata paling rendah terjadi di Kabupaten Serang yang
berkaitan erat dengan pembentukan Kota Serang berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang.
Untuk mendapatkan gambaran awal perkiraan jumlah penduduk pada masa akan
datang, sehingga menjadi salah satu dasar dalam memperkirakan jumlah dan jenis fasilitas
dan infrastruktur yang dibutuhkan masing-masing kantong permukiman dalam rangka
mendukung segala kegiatannya dapat dilakukan dengan analisis prediksi jumlah
penduduk, maka perlu dikemukakan bahwa Provinsi Banten memiliki laju pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 1,18 % per tahun, selama periode tahun 2000 2007.
Pembandingan besarnya laju pertumbuhan penduduk di masing-masing kabupaten/kota,
maka dapat dikemukakan sebagai berikut.

Kabupaten Serang memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,65 % per
tahun.

Kota Serang memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata antara 0,47 % per tahun.

Kabupaten Tangerang memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,39 %


per tahun.

Kabupaten Pandeglang memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,90 %


per tahun.

Kabupaten Labak memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,59 % per
tahun.

Kota Tangerang memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,24 % per
tahun.

Kota Tangerang Selatan, mengingat sampai tahun 2007 masih bergabung dengan
Kabupaten Tangerang, maka diasumsikan memiliki laju pertumbuhan penduduk ratarata sebesar 2,39 % per tahun.

Kota Cilegon memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,98 % per tahun.
Selanjutnya, berdasarkan besaran laju pertumbuhan penduduk rata-rata Provinsi

Banten

maupun

di

masing-masing

kabupaten/kota,

serta

sesuai

fluktuasi
I - 24

perkembangannya, maka metode analisis kependudukkan dipergunakan adalah analisis


Bunga Berganda. Adapun persamaan matematis metode analisis Bunga Berganda adalah
Pt+r= Pt ( 1 + r )
Dimana : Pt+ = Perkiraan jumlah penduduk pada tahun rencana
Pt

= Jumlah penduduk pada tahun dasar

= Besarnya laju pertumbuhan rata-rata pertahun (%)

= Pertambahan tahun dari tahun dasar sampai tahun rencana

Teknik analisis bunga berganda menganggap bahwa perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Dalam metode ini dianggap bahwa pertambahan jumlah
penduduk akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk, yang
analog dengan bunga berganda. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 pada halaman
selanjutnya.
Sebagaimana hasil analisis proyeksi penduduk yang telah dilakukan dalam laporan
sebelumnya, maka pada 20 tahun ke depan, jumlah penduduk Provinsi Banten diarahkan
sebesar 22.671.507 jiwa.
Adapun persebaran jumlah penduduk di masing-masing kabupaten/kota adalah
sebagai berikut.
1. Jumlah penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2015 diarahkan sebesar 1.844.719
jiwa, dan pada tahun 2030 diarahkan sebesar 2.048.276 jiwa.
2. Jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2015 diarahkan sebesar 516.766 jiwa dan
pada tahun 2030 diarahkan sebesar 548.388 jiwa
3. Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2015 sebesar 3.761.130 jiwa yang akan
meningkat menjadi 11.404.039 jiwa pada tahun 2030.
4. Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebesar 1.009.789 jiwa yang
akan meningkat menjadi 1.069.540 jiwa pada tahun 2030.
5. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak tahun 2015 sebesar 1.369.773 jiwa yang akan
meningkat menjadi 1.496.675 jiwa pada tahun 2030.
6. Jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2015 sebesar 1.913.903 jiwa yang akan
meningkat menjadi 2.802.260 jiwa pada tahun 2030.
7. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2015 diarahkan sebesar 1.363.069
jiwa yang akan meningkat menjadi 2.813.071 jiwa pada tahun 2030.
8. Jumlah penduduk Kota Cilegon tahun 2015 diarahkan sebesar 373.091 jiwa yang akan
meningkat menjadi 489.258 jiwa pada tahun 2030.
I - 25

Tabel 1.3
Perkembangan Penduduk Provinsi Banten Tahun 2000 2007
TAHUN
NO.

2000

KABUPATEN / KOTA
Laki-Laki
(Jiwa)
1 KABUPATEN SERANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
12
13
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
27
28
29

ANYAR
BAROS
BOJONEGARA
PULO AMPEL
CARENANG
BINUANG
CIKANDE
KIBIN
CIKEUSAL
CINANGKA
CIOMAS
CIPOCOK JAYA
CIRUAS
CURUG
JAWILAN
KASEMEN
KOPO
KRAGILAN
KRAMATWATU
MANCAK
PABUARAN
GUNUNG SARI
PADARINCANG
PAMARAYAN
BANDUNG
PETIR
TUNJUNG TEJA
PONTANG
SERANG
TAKTAKAN
WALANTAKA
WARINGINKURUNG
TANARA
TIRTAYASA

2 KOTA SERANG *
1
2
3
4
5
6

SERANG
CIPOCOK JAYA
CURUG
KASEMEN
TAKTAKAN
WALANTAKA

3 KABUPATEN TANGERANG
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
12
13
14
14
15
16
14
15
16
17
18
19
20

BALARAJA
CIKUPA
CIPUTAT
CISOKA
CURUG
KOSAMBI
KRESEK
KRONJO
LEGOK
MAUK
PAGEDANGAN
PAKUHAJI
PAMULANG
PANONGAN
PASARKEMIS
PONDOK AREN
RAJEG
SEPATAN
SERPONG
JAMBE
CISAUK
JAYANTI
KEMIRI
SUKADIRI
TELUKNAGA
TIGARAKSA

2001
Laki-Laki
(Jiwa)

2002

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

814.660

842.751

1.657.411

846.079

852.342

1.698.421

21.319
21.181
17.139
12.631
17.037
11.061
38.909
26.389
26.402
24.254
19.514
23.771
26.772
20.292
18.922
36.103
19.503
28.502
41.809
17.567
26.044
28.624
34.143
21.762
16.987
22.941
84.806
27.203
28.999
18.043
16.969
19.062

20.712
21.456
17.353
13.005
18.842
11.694
38.108
34.826
28.378
24.936
19.514
23.839
29.285
19.532
20.299
36.528
20.423
30.433
40.761
18.321
26.389
29.080
36.220
22.702
17.870
24.201
85.243
28.561
31.189
17.207
16.792
19.052

42.031
42.637
34.492
25.636
35.879
22.755
77.017
61.215
54.780
49.190
39.028
47.610
56.057
39.824
39.221
72.631
39.926
58.935
82.570
35.888
52.433
57.704
70.363
44.464
34.857
47.142
170.049
55.764
60.188
35.250
33.761
38.114

22.260
22.472
18.050
13.435
18.124
11.779
39.448
26.832
28.135
25.872
19.468
24.891
27.843
20.547
20.134
37.628
20.721
30.343
42.330
18.788
26.254
28.987
35.618
22.926
17.923
24.498
87.393
29.092
29.391
18.261
17.282
19.354

21.193
21.699
17.704
13.332
19.351
11.933
38.392
34.091
28.862
25.299
19.468
24.157
29.726
19.860
20.629
36.973
20.600
31.105
40.961
18.705
26.585
29.264
36.578
22.926
17.999
24.589
86.153
29.052
31.502
17.291
17.047
19.316

43.453
44.171
35.754
26.767
37.475
23.712
77.840
60.923
56.997
51.171
38.936
49.048
57.569
40.407
40.763
74.601
41.321
61.448
83.291
37.493
52.839
58.251
72.196
45.852
35.922
49.087
173.546
58.144
60.893
35.552
34.329
38.670

1.433.798

1.352.529

2.786.327

1.473.975

65.323
71.867
141.172
53.582
85.293
44.908
48.942
43.846
45.570
38.286
37.926
45.730
97.995
26.935
79.057
91.909
46.804
63.351
72.196
18.476
44.305
30.693
19.732
24.987
56.508
38.403

58.777
64.243
128.792
49.878
81.930
43.714
46.956
41.268
44.304
35.333
35.476
43.363
92.756
26.206
78.177
90.010
44.256
61.720
68.915
16.600
41.065
27.818
18.984
23.778
51.824
36.386

124.099
136.110
269.965
103.460
167.223
88.622
95.898
85.114
89.873
73.619
73.403
89.093
190.751
53.142
157.234
181.919
91.060
125.071
141.110
35.076
85.370
58.512
38.716
48.765
108.332
74.789

66.971
78.680
140.300
55.644
93.624
46.312
48.327
42.757
48.608
36.844
38.180
45.467
101.655
27.108
88.572
96.839
47.520
63.438
77.106
17.726
44.191
29.732
18.980
24.621
55.813
38.961

Laki-Laki
(Jiwa)

2003
Laki-Laki
(Jiwa)

2004

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

859.627

861.933

1.721.560

905.471

871.524

1.776.995

23.201
23.763
18.961
14.239
19.211
12.497
39.987
27.275
29.868
27.490
1.551
26.011
28.914
20.802
21.346
39.153
21.939
32.184
42.851
20.009
26.464
29.350
37.093
24.090
18.859
26.055
89.980
30.981
29.783
18.479
17.595
19.646

21.674
21.942
18.055
13.659
19.860
12.172
38.676
33.356
29.346
25.662
19.422
24.475
30.167
20.188
20.959
37.418
20.777
31.777
41.161
19.089
26.781
29.448
36.936
23.150
18.128
24.977
87.063
29.543
31.815
17.375
17.302
19.580

44.875
45.705
37.016
27.898
39.071
24.669
78.663
60.631
59.214
53.152
20.973
50.486
59.081
40.990
42.305
76.571
42.716
63.961
84.012
39.098
53.245
58.798
74.029
47.240
36.987
51.032
177.043
60.524
61.598
35.854
34.897
39.226

24.142
25.054
19.872
15.043
20.298
13.215
40.526
27.718
31.601
29.108
15.930
27.131
29.985
21.057
22.558
40.678
23.157
34.025
43.372
21.230
26.674
29.713
38.568
25.254
19.795
27.612
92.567
32.870
30.175
18.697
17.908
19.938

22.155
22.185
18.406
13.986
20.369
12.411
38.960
32.621
29.830
26.025
19.376
24.793
30.608
20.516
21.289
37.863
20.954
32.449
41.361
19.473
26.977
29.632
37.294
23.374
18.257
25.365
87.973
30.034
32.128
17.459
17.557
19.844

46.297
47.239
38.278
29.029
40.667
25.626
79.486
60.339
61.431
55.133
35.306
51.924
60.593
41.573
43.847
78.541
44.111
66.474
84.733
40.703
53.651
59.345
75.862
48.628
38.052
52.977
180.540
62.904
62.303
36.156
35.465
39.782

1.406.782

2.880.758

1.518.081

1.465.213

2.983.294

1.620.018

61.052
70.714
129.757
52.508
90.069
45.595
47.225
41.021
47.332
34.755
36.235
43.874
96.997
26.792
87.604
95.500
45.529
62.858
73.935
16.237
41.588
27.517
18.650
23.891
52.072
37.476

128.022
149.394
270.057
108.152
183.693
91.906
95.552
83.778
95.939
71.599
74.415
89.340
198.652
53.900
176.176
192.339
93.049
126.297
151.042
33.963
85.779
57.248
37.630
48.512
107.885
76.437

68.660
86.139
139.433
57.785
102.769
47.759
47.719
41.696
51.848
35.456
38.436
45.205
105.452
27.282
99.233
102.033
48.247
63.525
82.351
17.006
44.077
28.800
18.257
24.261
55.126
39.526

63.415
77.837
130.728
55.277
99.017
47.557
47.495
40.775
50.567
34.186
37.010
44.390
101.432
27.391
98.167
101.326
46.839
64.018
79.322
15.882
42.118
27.218
18.322
24.004
52.321
38.599

132.075
163.976
270.161
113.062
201.786
95.316
95.214
82.471
102.415
69.642
75.446
89.595
206.884
54.673
197.400
203.359
95.086
127.543
161.673
32.888
86.195
56.018
36.579
48.265
107.447
78.125

69.731
86.577
149.521
63.161
109.139
49.278
52.541
42.625
53.259
35.872
39.749
46.617
114.883
30.933
113.134
114.733
54.468
67.781
84.644
17.692
46.559
30.168
19.134
25.222
57.900
44.697

Laki-Laki
(Jiwa)

2005
Laki-Laki
(Jiwa)

2006

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

921.938

912.576

1.834.514

964.465

902.047

1.866.512

24.504
25.602
20.239
15.351
20.624
13.401
41.287
28.192
32.136
29.516
16.203
27.669
30.557
21.419
23.044
41.483
23.561
34.811
44.223
21.606
17.739
9.491
30.215
24.739
14.554
25.682
20.111
27.990
94.275
33.640
30.661
19.022
18.184
20.207

23.112
23.302
19.211
14.550
21.237
12.941
40.803
33.926
31.136
27.176
20.428
25.999
32.022
21.556
22.337
39.731
21.976
33.844
43.462
20.423
17.959
10.326
31.070
14.576
24.557
24.484
19.130
26.516
92.023
31.568
33.717
18.374
18.373
20.731

47.616
48.904
39.450
29.901
41.861
26.342
82.090
62.118
63.272
56.692
36.631
53.668
62.579
42.975
45.381
81.214
45.537
68.655
87.685
42.029
35.698
19.817
61.285
39.315
39.111
50.166
39.241
54.506
186.298
65.208
64.378
37.396
36.557
40.938

25.751
26.649
21.166
16.007
21.742
14.158
43.148
29.595
33.661
31.068
17.031
28.829
31.857
22.466
24.040
43.229
24.613
36.141
46.121
22.534
18.580
9.945
31.853
25.738
15.326
26.961
21.083
29.317
98.745
34.779
32.129
19.801
19.142
21.260

23.015
22.757
19.047
14.509
21.031
12.865
40.555
35.530
30.821
26.990
19.839
25.510
31.514
21.140
21.734
38.880
21.620
33.285
42.820
19.925
17.667
10.130
30.689
14.280
23.926
24.216
18.856
26.207
91.998
30.700
33.157
17.951
18.205
20.678

48.766
49.406
40.213
30.516
42.773
27.023
83.703
65.125
64.482
58.058
36.870
54.339
63.371
43.606
45.774
82.109
46.233
69.426
88.941
42.459
36.247
20.075
62.542
40.018
39.252
51.177
39.939
55.524
190.743
65.479
65.286
37.752
37.347
41.938

1.575.719

3.195.737

1.624.354

1.579.937

3.204.291

1.663.185

67.557
85.964
146.512
59.463
108.023
47.685
50.873
41.736
50.837
34.871
38.749
44.404
112.001
29.543
112.431
111.259
52.824
64.524
85.230
16.905
44.480
29.146
18.332
24.242
55.491
42.637

137.288
172.541
296.033
122.624
217.162
96.963
103.414
84.361
104.096
70.743
78.498
91.021
226.884
60.476
225.565
225.992
107.292
132.305
169.874
34.597
91.039
59.314
37.466
49.464
113.391
87.334

69.917
86.809
149.921
63.330
109.431
49.410
52.682
42.739
53.402
35.968
39.855
46.742
115.190
31.016
113.437
115.040
54.614
67.962
84.871
17.740
46.684
30.249
19.185
25.289
58.054
44.817

67.738
86.194
146.904
59.622
108.312
47.813
51.009
41.848
50.973
34.964
38.853
44.523
112.301
29.622
112.732
111.557
52.965
64.697
85.458
16.950
44.599
29.224
18.381
24.307
55.640
42.751

137.655
173.003
296.825
122.952
217.743
97.223
103.691
84.587
104.375
70.932
78.708
91.265
227.491
60.638
226.169
226.597
107.579
132.659
170.329
34.690
91.283
59.473
37.566
49.596
113.694
87.568

73.856
110.637
136.848
64.456
132.883
52.237
45.919
38.591
62.217
31.449
39.208
44.425
117.268
27.807
135.064
118.451
50.461
63.786
99.155
14.934
43.736
26.093
16.170
23.196
53.091
41.247

Laki-Laki
(Jiwa)

2007

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

Laki-Laki
(Jiwa)

Perempuan
(Jiwa)

Jumlah
(Jiwa)

917.132

869.091

1.786.223

663.532

623.560

1.287.092

24.688
25.466
20.179
15.394
20.878
13.682
40.619
28.121
32.533
30.064
16.138
27.383
30.321
21.056
22.850
41.005
23.589
34.639
43.239
21.515
17.395
9.342
30.067
24.524
14.469
25.927
20.257
28.156
93.635
33.025
30.352
18.528
18.005
20.091

22.175
22.004
18.381
14.005
20.617
12.577
38.866
32.924
29.878
26.210
19.183
24.544
30.407
20.364
20.879
37.491
20.848
31.984
40.844
19.266
17.240
9.839
29.870
13.917
23.148
23.483
18.298
25.587
87.934
29.344
31.986
17.346
17.634
20.018

46.863
47.470
38.560
29.399
41.495
26.259
79.485
61.045
62.411
56.274
35.321
51.927
60.728
41.420
43.729
78.496
44.437
66.623
84.083
40.781
34.635
19.181
59.937
38.441
37.617
49.410
38.555
53.743
181.569
62.369
62.338
35.874
35.639
40.109

25.084
25.922
20.503
15.706
21.331
14.006
40.779
28.339
33.259
30.768
16.208
27.744
30.690
21.120
23.252
41.490
24.033
35.300
43.337
21.920
15.905
9.269
30.251
22.447
14.427
26.421
20.632
28.724
94.586
33.570
30.497
18.540
18.110
20.205

22.303
22.020
18.464
14.094
20.813
12.682
38.914
32.817
30.013
26.350
19.119
24.561
30.467
20.408
20.859
37.509
20.866
32.036
40.765
19.311
15.705
9.607
29.977
11.749
22.484
23.567
18.341
25.743
88.154
29.295
32.029
17.339
17.719
20.130

47.387
47.942
38.967
29.800
42.144
26.688
79.693
61.156
63.272
57.118
35.328
52.305
61.157
41.529
44.112
78.999
44.898
67.336
84.102
41.230
31.609
18.876
60.228
34.195
36.911
49.989
38.973
54.467
182.740
62.864
62.526
35.879
35.828
40.335

260.841

242.650

503.491

23.587
34.360
33.647
95.210
34.322
39.715

21.983
30.418
32.512
86.076
29.951
41.710

45.570
64.778
66.159
181.286
64.273
81.425

1.654.147

3.317.332

1.725.442

1.731.987

3.457.429

1.793.544

1.816.121

3.609.665

70.779
101.358
133.664
64.021
128.528
53.697
48.310
40.042
60.936
32.508
39.385
45.957
115.345
29.228
133.678
119.869
50.881
67.561
96.659
14.840
43.728
26.332
17.355
24.346
53.072
42.068

144.635
211.995
270.512
128.477
261.411
105.934
94.229
78.633
123.153
63.957
78.593
90.382
232.613
57.035
268.742
238.320
101.342
131.347
195.814
29.774
87.464
52.425
33.525
47.542
106.163
83.315

75.719
121.125
136.002
66.936
145.862
53.870
45.342
37.633
66.365
30.264
39.471
44.169
121.648
27.985
151.320
124.804
51.233
63.873
105.899
14.327
43.623
25.275
15.554
22.857
52.438
41.846

73.519
111.568
134.665
67.397
141.297
56.008
48.586
39.802
65.101
31.976
40.227
46.498
120.619
29.881
149.797
127.181
52.345
68.807
103.701
14.515
44.285
26.046
17.050
24.462
53.326
43.328

149.238
232.693
270.667
134.333
287.159
109.878
93.928
77.435
131.466
62.240
79.698
90.667
242.267
57.867
301.117
251.985
103.577
132.681
209.600
28.843
87.908
51.322
32.604
47.318
105.764
85.174

77.629
132.608
135.162
69.512
160.110
55.553
44.772
36.699
70.789
29.124
39.735
43.915
126.192
28.165
169.533
131.498
52.017
63.961
113.102
13.746
43.511
24.484
14.961
22.522
51.792
42.453

76.364
122.805
135.673
70.950
155.334
58.418
48.864
39.564
69.551
31.453
41.088
47.045
126.134
30.549
167.859
134.939
53.850
70.077
111.256
14.198
44.849
25.764
16.750
24.578
53.581
44.626

153.994
255.414
270.835
140.463
315.444
113.972
93.636
76.262
140.339
60.577
80.823
90.960
252.325
58.714
337.393
266.438
105.867
134.038
224.359
27.944
88.360
50.247
31.711
47.100
105.374
87.079

I - 26

4 KABUPATEN PANDEGLANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

BANJAR
BOJONG
CADAS SARI
CIBALIUNG
CIBITUNG
CIGEULIS
CIKEUSIK
CIKEDAL
CIMANGGU
CIMANUK
CIPEUCANG
JIPUT
LABUAN
MANDALAWANGI
MENES
MUNJUL
ANGSANA
SINDANGRESMI
PAGELARAN
PANDEGLANG
PANIMBANG
PICUNG
SAKETI
CISATA
PATIA
SUKARESMI
CARITA
KADUHEJO
MEKARJAYA
KARANGTANJUNG
SOBANG
PULOSARI
MAJASARI
KORONCONG
SUMUR

5 KABUPATEN LEBAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

BANJARSARI
BAYAH
CILOGRANG
BOJONGMANIK
CIBADAK
CIBEBER
CIJAKU
CIKULUR
CILELES
CIMARGA
CIPANAS
GUNUNG KENCANA
LEUWIDAMAR
MAJA
CURUGBITUNG
MALINGPING
WANASALAM
MUNCANG
SOBANG
PANGGARANGAN
RANGKASBITUNG
SAJIRA
WARUNGGUNUNG

6 KOTA TANGERANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
10
11
12
13

BATUCEPER
BENDA
CILEDUG
LARANGAN
KARANG TENGAH
CIPONDOH
PINANG
JATI UWUNG
SEPATAN
KARAWACI
CIBODAS
PERIUK
NEGLASARI
TANGERANG

7 KOTA TANGERANG SELATAN **


8 KOTA CILEGON
1
2
3
4
5
6
7
8

CIBEBER
CILEGON
CIWANDAN
CITANGKIL
GROGOL
PURWAKARTA
JOMBANG
PULO MERAK

PROVINSI BANTEN

560.042

529.841

1.089.883

546.784

518.593

1.065.377

533.526

507.345

1.040.871

553.814

528.198

1.082.012

567.045

533.866

1.100.911

568.156

538.632

1.106.788

577.244

547.253

1.124.497

578.375

552.139

1.130.514

16.156
15.072
79.349
20.970
16.735
22.032
12.328
19.678
11.192
38.266
33.963
19.269
37.600
19.783
16.334
16.891
29.099
37.364
15.199
13.441
15.726
32.567
13.462
7.566

16.203
13.153
73.059
20.371
16.058
21.371
12.607
19.445
11.604
37.450
31.745
17.467
35.264
18.327
15.374
15.677
25.786
36.062
13.316
12.535
15.037
30.410
14.462
7.058

32.359
28.225
152.408
41.341
32.793
43.403
24.935
39.123
22.796
75.716
65.708
36.736
72.864
38.110
31.708
32.568
54.885
73.426
28.515
25.976
30.763
62.977
27.924
14.624

17.417
15.622
58.477
21.634
17.673
22.895
14.339
21.292
12.195
31.484
35.786
20.180
33.193
20.126
15.417
16.830
33.756
37.681
15.695
15.542
15.621
31.536
13.768
8.625

17.192
14.093
53.804
20.788
16.694
21.983
14.222
20.888
12.150
30.744
33.799
18.649
31.230
18.918
14.500
15.815
30.650
36.330
14.340
14.736
14.964
29.712
14.215
8.177

34.609
29.715
112.281
42.422
34.367
44.878
28.561
42.180
24.345
62.228
69.585
38.829
64.423
39.044
29.917
32.645
64.406
74.011
30.035
30.278
30.585
61.248
27.983
16.802

18.678
16.172
37.605
22.298
18.611
23.758
16.350
22.906
13.198
24.702
37.609
21.091
28.786
20.469
14.500
16.769
38.413
37.998
16.191
17.643
15.516
30.505
14.074
9.684

18.181
15.033
34.549
21.205
17.330
22.595
15.837
22.331
12.696
24.038
35.853
19.831
27.196
19.509
13.626
15.953
35.514
36.598
15.364
16.937
14.891
29.014
13.968
9.296

36.859
31.205
72.154
43.503
35.941
46.353
32.187
45.237
25.894
48.740
73.462
40.922
55.982
39.978
28.126
32.722
73.927
74.596
31.555
34.580
30.407
59.519
28.042
18.980

19.939
16.722
16.733
22.962
19.549
24.621
14.634
18.361
24.520
14.201
17.920
39.432
22.002
24.379
20.812
13.583
16.708
43.070
38.315
16.687
19.744
15.411
29.474
14.380
18.912
10.743

19.170
15.973
15.294
21.622
17.966
23.207
14.486
17.452
23.774
13.242
17.332
37.907
21.013
23.162
20.100
12.752
16.091
40.378
36.866
16.388
19.138
14.818
28.316
13.721
17.615
10.415

39.109
32.695
32.027
44.584
37.515
47.828
29.120
35.813
48.294
27.443
35.252
77.339
43.015
47.541
40.912
26.335
32.799
83.448
75.181
33.075
38.882
30.229
57.790
28.101
36.527
21.158

23.355
16.773
17.145
12.983
9.891
19.629
24.890
15.274
18.510
24.540
13.987
16.472
26.546
22.496
24.398
20.515
15.904
16.728
43.928
39.556
16.561
20.059
15.865
31.064
15.526
14.485
19.253
10.712

19.375
16.144
15.458
12.368
9.486
18.158
23.456
14.641
17.639
24.029
13.384
16.118
24.002
21.238
23.410
20.315
12.889
16.263
40.820
37.261
16.564
19.343
14.977
28.619
15.711
13.867
17.804
10.527

42.730
32.917
32.603
25.351
19.377
37.787
48.346
29.915
36.149
48.569
27.371
32.590
50.548
43.734
47.808
40.830
28.793
32.991
84.748
76.817
33.125
39.402
30.842
59.683
31.237
28.352
37.057
21.239

16.258
16.806
17.179
13.008
9.911
19.667
24.939
15.304
18.546
18.629
14.014
16.504
26.598
22.540
24.446
11.341
14.613
10.536
16.761
44.013
39.634
16.593
20.098
15.896
13.993
17.133
15.557
17.069
10.547
19.290
10.733

13.573
16.288
15.596
12.478
9.573
18.320
23.665
14.772
17.796
18.322
13.503
16.261
24.216
21.428
23.619
11.014
11.949
10.537
16.408
41.184
37.593
16.712
19.516
15.111
13.040
15.836
15.851
16.100
9.787
17.963
10.621

29.831
33.094
32.775
25.486
19.484
37.987
48.604
30.076
36.342
36.951
27.517
32.765
50.814
43.968
48.065
22.355
26.562
21.073
33.169
85.197
77.227
33.305
39.614
31.007
27.033
32.969
31.408
33.169
20.334
37.253
21.354

16.518
17.074
17.454
13.216
10.070
19.982
25.338
15.549
18.842
18.927
14.238
16.768
27.024
22.901
24.837
11.522
14.847
10.704
17.029
44.717
40.268
16.858
20.420
16.150
14.217
17.407
15.806
17.342
10.715
19.599
10.905

13.790
16.549
15.846
12.678
9.726
18.613
24.044
15.008
18.081
18.615
13.719
16.521
24.603
21.770
23.997
11.191
12.140
10.706
16.671
41.843
38.195
16.980
19.828
15.353
13.249
16.089
16.105
16.358
9.944
18.250
10.791

30.308
33.623
33.300
25.894
19.796
38.595
49.382
30.557
36.923
37.542
27.957
33.289
51.627
44.671
48.834
22.713
26.987
21.410
33.700
86.560
78.463
33.838
40.248
31.503
27.466
33.496
31.911
33.700
20.659
37.849
21.696

16.550
17.107
16.191
13.242
10.090
17.159
25.388
15.579
18.879
18.964
14.266
14.949
27.079
22.946
18.133
11.545
14.876
10.725
17.062
19.789
23.960
16.891
20.460
11.311
14.245
17.441
15.837
17.376
10.736
15.266
19.249
13.474
21.788
8.896
10.926

13.913
16.697
14.745
12.791
9.813
16.103
24.259
15.142
18.242
18.781
13.841
14.846
24.824
21.964
17.559
11.291
12.248
10.802
16.820
18.801
22.726
17.132
20.005
10.839
13.367
16.233
16.249
16.504
10.033
14.533
18.486
13.125
20.365
8.173
10.887

30.463
33.804
30.936
26.033
19.903
33.262
49.647
30.721
37.121
37.745
28.107
29.795
51.903
44.910
35.692
22.836
27.124
21.527
33.882
38.590
46.686
34.023
40.465
22.150
27.612
33.674
32.086
33.880
20.769
29.799
37.735
26.599
42.153
17.069
21.813

477.039

461.556

938.595

512.605

489.433

1.002.038

548.171

517.310

1.065.481

583.737

545.187

1.128.924

528.198

492.293

1.020.491

537.278

500.767

1.038.045

608.900

567.450

1.176.350

680.522

634.133

1.314.655

22.024
31.119
20.893
18.225
22.869
19.550
16.278
19.482
24.382
25.522
12.057
21.328
34.165
40.609
28.618
26.151
52.664
20.614
20.489

21.474
28.091
19.779
18.198
22.411
18.036
17.263
17.764
24.050
24.332
12.193
21.314
38.358
40.597
26.497
24.564
46.920
19.920
19.795

43.498
59.210
40.672
36.423
45.280
37.586
33.541
37.246
48.432
49.854
24.250
42.642
72.523
81.206
55.115
50.715
99.584
40.534
40.284

25.654
31.729
21.529
20.863
24.251
20.928
18.661
19.861
26.036
28.006
13.594
21.950
35.877
45.455
29.091
27.872
58.164
21.141
21.943

24.608
28.924
20.207
20.258
23.298
19.348
18.817
18.343
25.244
26.328
13.356
21.454
37.784
44.370
27.153
26.086
52.755
20.218
20.882

50.262
60.653
41.736
41.121
47.549
40.276
37.478
38.204
51.280
54.334
26.950
43.404
73.661
89.825
56.244
53.958
110.919
41.359
42.825

29.284
32.339
22.165
23.501
25.633
22.306
21.044
20.240
27.690
30.490
15.131
22.572
37.589
50.301
29.564
29.593
63.664
21.668
23.397

27.742
29.757
20.635
22.318
24.185
20.660
20.371
18.922
26.438
28.324
14.519
21.594
37.210
48.143
27.809
27.608
58.590
20.516
21.969

57.026
62.096
42.800
45.819
49.818
42.966
41.415
39.162
54.128
58.814
29.650
44.166
74.799
98.444
57.373
57.201
122.254
42.184
45.366

32.914
32.949
22.801
26.139
27.015
23.684
23.427
20.619
29.344
32.974
16.668
23.194
39.301
55.147
30.037
31.314
69.164
22.195
24.851

30.876
30.590
21.063
24.378
25.072
21.972
21.925
19.501
27.632
30.320
15.682
21.734
36.636
51.916
28.465
29.130
64.425
20.814
23.056

63.790
63.539
43.864
50.517
52.087
45.656
45.352
40.120
56.976
63.294
32.350
44.928
75.937
107.063
58.502
60.444
133.589
43.009
47.907

33.487
19.139
23.551
26.797
26.372
24.115
23.995
21.241
30.022
33.983
17.123
23.678
24.101
31.104
16.809
32.220
71.915
23.112
25.434

31.347
17.917
21.643
24.962
24.409
22.314
22.472
20.024
28.223
31.238
15.991
22.151
22.660
29.104
15.870
29.874
66.770
21.708
23.616

64.834
37.056
45.194
51.759
50.781
46.429
46.467
41.265
58.245
65.221
33.114
45.829
46.761
60.208
32.679
62.094
138.685
44.820
49.050

33.862
19.399
23.831
27.566
26.551
24.341
24.518
21.615
30.634
34.601
17.313
24.166
24.742
31.686
17.098
32.523
73.123
23.586
26.123

31.698
18.161
21.901
25.678
24.575
22.524
22.962
20.376
28.799
31.807
16.169
22.607
23.263
29.648
16.143
30.155
67.892
22.153
24.256

65.560
37.560
45.732
53.244
51.126
46.865
47.480
41.991
59.433
66.408
33.482
46.773
48.005
61.334
33.241
62.678
141.015
45.739
50.379

33.862
19.399
15.782
23.831
27.566
26.551
24.341
24.518
21.615
30.634
34.601
17.313
24.166
24.742
16.132
31.686
25.910
17.098
13.798
32.523
73.123
23.586
26.123

31.698
18.161
14.398
21.901
25.678
24.575
22.524
22.962
20.376
28.799
31.807
16.169
22.607
23.263
14.818
29.648
24.389
16.143
13.078
30.155
67.892
22.153
24.256

65.560
37.560
30.180
45.732
53.244
51.126
46.865
47.480
41.991
59.433
66.408
33.482
46.773
48.005
30.950
61.334
50.299
33.241
26.876
62.678
141.015
45.739
50.379

33.862
19.399
31.564
23.831
27.566
26.551
24.341
24.518
21.615
30.634
34.601
17.313
24.166
24.742
32.264
31.686
51.820
17.098
27.596
32.523
73.123
23.586
26.123

31.698
18.161
28.796
21.901
25.678
24.575
22.524
22.962
20.376
28.799
31.807
16.169
22.607
23.263
29.636
29.648
48.778
16.143
26.156
30.155
67.892
22.153
24.256

65.560
37.560
60.360
45.732
53.244
51.126
46.865
47.480
41.991
59.433
66.408
33.482
46.773
48.005
61.900
61.334
100.598
33.241
53.752
62.678
141.015
45.739
50.379

708.770

657.543

1.366.313

721.473

677.341

1.398.814

734.466

697.760

1.432.226

747.757

718.820

1.466.577

761.048

739.880

1.500.928

774.948

762.266

1.537.214

789.168

785.358

1.574.526

803.716

809.178

1.612.894

38.443
31.537
49.127
58.317
45.690
67.280
56.172
64.251
78.030
62.858
53.891
43.653
59.520

35.634
29.676
46.022
54.726
43.865
64.494
52.567
53.765
73.762
58.621
49.826
40.093
54.492

74.077
61.213
95.149
113.042
89.556
131.774
108.740
118.016
151.792
121.479
103.717
83.746
114.012

39.176
32.236
49.913
60.368
46.682
69.217
57.241
63.972
79.111
63.710
54.685
44.627
60.534

36.848
30.632
47.058
57.155
45.013
66.626
53.876
55.653
75.802
60.288
51.557
41.205
55.627

76.025
62.869
96.970
117.523
91.695
135.844
111.117
119.624
154.913
123.999
106.242
85.831
116.162

39.924
32.951
50.711
62.492
47.695
71.211
58.330
63.693
80.206
64.574
55.491
45.622
61.565

38.103
31.619
48.116
59.692
46.191
68.830
55.217
57.607
77.899
62.003
53.348
42.348
56.787

78.027
64.571
98.827
122.184
93.886
140.040
113.547
121.300
158.105
126.578
108.839
87.970
118.352

40.686
33.682
51.522
64.691
48.730
73.261
59.440
63.416
81.317
65.450
56.308
46.640
62.614

39.401
32.638
49.199
62.342
47.399
71.106
56.591
59.629
80.054
63.767
55.202
43.522
57.970

80.087
66.320
100.721
127.033
96.129
144.367
116.031
123.045
161.371
129.217
111.510
90.162
120.584

41.448
34.413
52.333
66.890
49.765
75.311
60.550
63.139
82.428
66.326
57.125
47.658
63.663

40.699
33.657
50.282
64.992
48.607
73.382
57.965
61.651
82.209
65.531
57.056
44.696
59.153

82.147
68.069
102.615
131.882
98.372
148.694
118.515
124.790
164.637
131.856
114.181
92.354
122.816

42.239
35.176
53.170
69.243
50.845
77.480
61.702
62.864
83.569
67.225
57.967
48.721
64.747

42.085
34.741
51.413
67.877
49.879
75.809
59.408
63.816
84.483
67.395
59.038
45.936
60.386

84.324
69.917
104.583
137.120
100.724
153.289
121.110
126.680
168.052
134.620
117.005
94.657
125.133

43.045
35.956
54.020
71.679
51.948
79.711
62.876
62.590
84.726
68.137
58.821
49.808
65.850

43.518
35.860
52.570
70.890
51.184
78.316
60.887
66.057
86.820
69.312
61.089
47.210
61.644

86.564
71.816
106.590
142.569
103.132
158.027
123.763
128.647
171.546
137.449
119.910
97.018
127.494

43.867
36.754
54.884
74.201
53.076
82.006
64.072
62.318
85.899
69.060
59.687
50.919
66.971

45.001
37.016
53.753
74.037
52.523
80.906
62.402
68.376
89.222
71.284
63.212
48.519
62.929

88.867
73.769
108.637
148.238
105.599
162.912
126.474
130.694
175.121
140.344
122.899
99.438
129.900

165.519

157.804

323.323

167.125

158.605

325.730

168.822

159.474

328.296

170.612

160.412

331.024

172.169

162.016

334.185

173.062

162.851

335.913

176.276

163.440

339.716

178.469

164.670

343.139

18.694
17.702
19.168
28.099
13.242
20.408
27.047
21.158

18.629
17.386
19.528
25.994
12.831
18.917
24.887
19.632

37.323
35.088
38.696
54.093
26.074
39.325
51.933
40.789

18.973
17.988
19.407
28.304
14.117
19.816
27.264
21.256

18.820
17.490
19.312
26.180
13.565
18.367
25.133
19.739

37.793
35.477
38.719
54.484
27.682
38.183
52.397
40.995

19.257
18.277
19.648
28.511
15.049
19.242
27.482
21.355

19.013
17.594
19.099
26.367
14.341
17.832
25.382
19.847

38.270
35.871
38.747
54.878
29.389
37.074
52.864
41.202

19.544
18.572
19.893
28.719
16.042
18.684
27.703
21.455

19.208
17.699
18.888
26.555
15.161
17.313
25.633
19.955

38.752
36.271
38.781
55.274
31.203
35.997
53.336
41.410

19.996
18.730
19.941
28.895
16.515
18.817
27.846
21.429

19.653
17.873
18.997
26.694
15.608
17.395
25.842
19.954

39.649
36.603
38.938
55.589
32.123
36.212
53.688
41.383

20.158
18.938
19.822
28.886
16.641
19.042
27.973
21.602

19.834
18.139
18.730
26.703
15.650
17.638
25.958
20.199

39.992
37.077
38.552
55.589
32.291
36.680
53.931
41.801

20.419
19.470
20.636
29.348
19.219
17.059
28.370
21.755

19.799
18.016
18.262
27.124
17.762
15.801
26.394
20.282

40.218
37.486
38.898
56.472
36.981
32.860
54.764
42.037

20.724
19.784
20.893
29.562
20.488
16.564
28.598
21.856

20.002
18.124
18.060
27.318
18.778
15.341
26.655
20.393

40.726
37.907
38.953
56.880
39.265
31.905
55.253
42.249

4.159.828

4.002.024

8.161.852

4.268.041

4.103.096

8.371.138

4.362.693

4.209.035

8.571.727

4.581.409

4.399.860

8.981.269

4.574.752

4.420.568

8.995.320

4.681.094

4.520.710

9.201.804

4.794.162

4.664.578

9.458.741

4.958.999

4.842.452

9.801.451

Sumber : Kabupaten / Kota di Provinsi Banten Tahun 2000 2007


Keterangan : * masih bergabung dengan Kabupaten Serang sebelum pemekaran tahun 2007
** masih bergabung dengan Kabupaten Tangerang sebelum pemekaran tahun 2008

I - 27

Tabel 1.4
Proyeksi Penduduk Provinsi Banten Tahun 2015 dan Tahun 2030
PROYEKSI PENDUDUK
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN
KABUPATEN SERANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

KOTA SERANG
1
2
3
4
5
6

ANYAR
BAROS
BOJONEGARA
PULO AMPEL
CARENANG
BINUANG
CIKANDE
KIBIN
CIKEUSAL
CINANGKA
CIOMAS
CIRUAS
JAWILAN
KASEMEN
KOPO
KRAGILAN
KRAMATWATU
MANCAK
PABUARAN
GUNUNG SARI
PADARINCANG
PAMARAYAN
BANDUNG
PETIR
TUNJUNG TEJA
PONTANG
WARINGINKURUNG
TANARA
TIRTAYASA
SERANG
CIPOCOK JAYA
CURUG
KASEMEN
TAKTAKAN
WALANTAKA

KABUPATEN TANGERANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

BALARAJA
CIKUPA
CIPUTAT
CISOKA
CURUG
KOSAMBI
KRESEK
KRONJO
LEGOK
MAUK
PAGEDANGAN
PAKUHAJI
PAMULANG
PANONGAN
PASARKEMIS
PONDOK AREN
RAJEG
SEPATAN
SERPONG
JAMBE
CISAUK
JAYANTI
KEMIRI
SUKADIRI
TELUKNAGA
TIGARAKSA

Laki-Laki
(Jiwa)

2015
Perempuan
(Jiwa)

J uml a h
(Jiwa)

Laki-Laki
(Jiwa)

2030
Perempuan
(Jiwa)

J umla h
(Jiwa)

987.491

857.228

1.844.719

1.181.202

867.074

2.048.276

28.036
29.353
22.922
18.076
24.789
16.503
41.921
29.914
38.813
36.178
16.709
33.401
26.276
45.049
27.380
40.290
44.028
24.975
8.496
8.771
31.568
12.080
14.134
30.155
23.462
33.030
18.626
18.861
21.019

23.221
22.129
19.055
14.730
22.242
13.439
39.250
32.081
30.979
27.351
18.679
30.894
20.720
37.638
20.991
32.403
40.219
19.626
8.174
8.129
30.737
3.590
18.339
24.167
18.644
26.864
17.288
18.322
20.931

51.257
51.482
41.977
32.806
47.031
29.941
81.170
61.994
69.791
63.528
35.388
64.295
46.996
82.686
48.371
72.693
84.247
44.601
16.670
16.900
62.305
15.670
32.474
54.322
42.106
59.894
35.915
37.184
41.951

35.585
38.312
29.110
24.428
34.203
23.452
44.475
33.588
54.037
51.189
17.833
40.043
34.143
53.736
36.206
53.488
45.547
33.033
2.217
7.793
34.587
3.202
13.528
40.030
30.903
44.559
18.813
20.579
22.877

25.317
22.364
20.387
16.194
25.642
15.217
39.979
30.558
33.153
29.625
17.770
31.829
20.426
37.914
21.262
33.204
39.073
20.320
2.017
5.683
32.431
283
11.851
25.504
19.311
29.432
17.180
19.686
22.758

60.903
60.677
49.497
40.621
59.845
38.669
84.454
64.146
87.190
80.813
35.604
71.872
54.569
91.650
57.467
86.692
84.620
53.353
4.234
13.476
67.017
3.485
25.379
65.534
50.213
73.991
35.993
40.264
45.635

271.348

245.418

516.766

296.645

251.743

548.388

25.316
38.529
34.788
95.653
35.746
41.316

22.371
30.061
32.819
85.825
30.971
43.371

47.686
68.590
67.607
181.478
66.718
84.687

29.458
49.244
37.365
96.609
39.001
44.968

23.225
29.311
33.487
85.289
33.276
47.155

52.683
78.555
70.852
181.898
72.277
92.123

2.485.975

2.638.224

5.124.200

6.777.726

7.439.384

14.217.110

92.419
249.985
129.422
90.543
307.422
68.908
40.977
30.778
111.212
22.260
41.635
42.178
163.121
29.454
375.627
189.564
57.848
64.577
179.276
10.283
42.731
19.593
11.399
20.314
47.493
46.958

99.620
240.423
142.944
101.665
301.446
78.459
50.855
37.934
110.485
28.023
47.649
51.059
172.482
35.663
372.432
204.244
65.675
79.643
182.017
12.162
49.006
23.869
14.793
25.407
55.402
54.869

192.039
490.409
272.366
192.207
608.868
147.367
91.831
68.711
221.697
50.282
89.284
93.237
335.603
65.117
748.059
393.808
123.524
144.219
361.292
22.445
91.737
43.462
26.192
45.721
102.894
101.827

134.293
972.608
117.931
159.528
1.244.066
109.334
33.893
21.110
292.793
12.513
46.018
38.682
282.742
32.419
2.065.952
415.064
72.641
65.916
481.059
5.521
41.108
12.154
6.365
16.284
39.443
58.288

176.095
1.014.319
159.865
219.743
1.248.041
147.616
55.397
34.663
297.862
21.880
65.454
60.853
337.278
49.687
2.054.428
496.463
100.495
104.768
522.669
8.729
59.256
20.266
11.335
27.278
59.514
85.431

310.388
1.986.927
277.796
379.270
2.492.107
256.950
89.290
55.774
590.655
34.393
111.472
99.535
620.020
82.106
4.120.380
911.528
173.137
170.684
1.003.728
14.250
100.364
32.420
17.700
43.562
98.956
143.719

I - 28

KABUPATEN PANDEGLANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

KABUPATEN LEBAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

BANJAR
BOJONG
CADAS SARI
CIBALIUNG
CIBITUNG
CIGEULIS
CIKEUSIK
CIKEDAL
CIMANGGU
CIMANUK
CIPEUCANG
JIPUT
LABUAN
MANDALAWANGI
MENES
MUNJUL
ANGSANA
SINDANGRESMI
PAGELARAN
PANDEGLANG
PANIMBANG
PICUNG
SAKETI
CISATA
PATIA
SUKARESMI
CARITA
KADUHEJO
MEKARJAYA
KARANGTANJUNG
SOBANG
PULOSARI
MAJASARI
KORONCONG
SUMUR
BANJARSARI
BAYAH
CILOGRANG
BOJONGMANIK
CIBADAK
CIBEBER
CIJAKU
CIKULUR
CILELES
CIMARGA
CIPANAS
GUNUNG KENCANA
LEUWIDAMAR
MAJA
CURUGBITUNG
MALINGPING
WANASALAM
MUNCANG
SOBANG
PANGGARANGAN
RANGKASBITUNG
SAJIRA
WARUNGGUNUNG

KOTA TANGERANG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
10
11
12
13

BATUCEPER
BENDA
CILEDUG
LARANGAN
KARANG TENGAH
CIPONDOH
PINANG
JATI UWUNG
SEPATAN
KARAWACI
CIBODAS
PERIUK
NEGLASARI
TANGERANG

508.918

500.871

1.009.789

524.828

544.712

1.069.540

8.095
17.918
14.202
13.871
10.573
12.712
26.597
16.320
19.775
10.927
14.943
12.007
28.373
24.039
9.693
3.833
12.772
11.417
17.873
4.801
8.936
17.692
21.434
5.594
3.537
18.568
16.592
27.275
11.428
9.253
20.165
14.115
22.824
9.319
11.446

6.973
18.078
13.229
13.847
10.630
12.303
26.264
16.393
19.748
11.064
14.982
12.319
26.877
23.777
9.551
3.678
10.895
11.789
18.211
4.695
8.572
18.551
21.658
5.511
3.400
17.712
17.593
25.376
10.950
9.338
20.014
14.210
22.048
8.849
11.786

15.068
35.996
27.432
27.718
21.203
25.015
52.862
32.713
39.523
21.991
29.925
24.326
55.250
47.816
19.244
7.510
23.668
23.206
36.084
9.496
17.507
36.243
43.092
11.106
6.936
36.280
34.185
52.651
22.377
18.591
40.178
28.325
44.873
18.168
23.232

1.748
19.787
10.725
15.321
11.688
6.685
29.386
18.027
21.840
3.353
16.505
7.508
31.359
26.558
2.532
361
9.212
13.053
19.743
231
1.080
19.539
23.679
1.238
179
21.236
18.334
71.671
13.064
3.165
22.276
15.593
25.214
10.295
12.644

1.587
21.435
10.486
16.414
12.617
6.910
31.138
19.433
23.406
3.561
17.754
8.259
31.866
28.182
2.590
332
8.479
14.220
21.592
240
1.061
21.999
25.676
1.294
181
21.351
20.858
63.798
13.206
3.619
23.727
16.846
26.138
10.490
13.970

3.335
41.222
21.211
31.735
24.306
13.595
60.524
37.460
45.247
6.913
34.259
15.766
63.225
54.740
5.123
693
17.692
27.273
41.335
471
2.140
41.538
49.355
2.531
360
42.587
39.192
135.469
26.269
6.783
46.002
32.438
51.352
20.785
26.614

709.040

660.733

1.369.773

774.698

721.977

1.496.675

34.757
20.022
32.578
24.500
29.466
26.974
24.878
25.792
22.519
32.121
36.096
17.766
25.352
26.319
34.320
33.096
54.125
17.796
28.722
33.243
76.038
24.738
27.820

32.536
18.746
29.724
22.517
27.447
24.968
23.023
24.156
21.227
30.199
33.184
16.594
23.716
24.746
31.526
30.965
50.946
16.802
27.224
30.823
70.599
23.235
25.832

67.292
38.768
62.302
47.017
56.912
51.942
47.902
49.948
43.745
62.320
69.280
34.360
49.068
51.065
65.846
64.061
105.071
34.598
55.946
64.066
146.637
47.973
53.652

36.755
21.426
34.863
25.998
33.989
27.904
26.070
28.751
24.585
35.556
39.521
18.778
28.094
30.045
39.179
36.331
59.416
19.389
31.293
34.841
82.680
27.400
31.836

34.405
20.064
31.813
23.898
31.658
25.830
24.131
26.928
23.171
33.432
36.338
17.542
26.277
28.252
35.991
33.989
55.920
18.307
29.662
32.305
76.769
25.733
29.563

71.160
41.490
66.676
49.895
65.646
53.735
50.201
55.679
47.756
68.987
75.859
36.319
54.372
58.296
75.170
70.320
115.336
37.695
60.955
67.146
159.450
53.133
61.398

915.438

998.464

1.913.903

1.225.806

1.576.453

2.802.260

50.074
42.853
61.332
94.521
61.683
100.034
73.109
60.444
94.580
75.888
66.121
59.423
75.376

56.890
46.215
62.812
100.345
62.930
101.599
74.120
87.057
108.000
86.749
80.285
58.759
72.702

106.964
89.068
124.144
194.866
124.613
201.633
147.230
147.501
202.580
162.638
146.406
118.183
148.079

66.491
59.550
77.812
158.775
85.118
153.135
96.998
56.616
116.248
92.879
82.339
82.735
97.109

94.021
74.361
87.700
192.508
92.702
165.515
107.174
146.081
162.623
132.129
134.009
88.569
99.061

160.513
133.912
165.511
351.284
177.820
318.650
204.172
202.697
278.871
225.008
216.348
171.304
196.170

KOTA TANGERANG SELATAN

661.382

701.687

1.363.069

1.296.796

1.516.275

2.813.071

KOTA CILEGON

197.359

175.732

373.091

269.546

219.712

489.258

CIBEBER
CILEGON
CIWANDAN
CITANGKIL
GROGOL
PURWAKARTA
JOMBANG
PULO MERAK

22.988
22.127
22.783
31.107
32.050
13.482
30.243
22.580

21.483
18.895
16.709
28.713
27.714
12.475
28.557
21.185

44.471
41.021
39.492
59.820
59.765
25.957
58.801
43.765

28.708
28.124
27.429
34.693
83.614
8.671
34.096
24.211

25.036
20.659
14.144
31.948
63.823
8.009
33.103
22.989

53.744
48.783
41.574
66.641
147.437
16.681
67.199
47.200

PROVINSI BANTEN

6.075.569

6.076.671

12.152.240

11.050.451

11.621.056

22.671.507

1
2
3
4
5
6
7
8

Sumber : Hasil Analisis, 2008


I - 29

Gambar 1.3
Peta Pesebaran Penduduk Provinsi Banten

I - 30

1.3.3 Potensi Bencana Alam


Potensi bencana alam yang ada di Provinsi Banten dapat diantisipasi dengan
adanya upaya pencegahan (mitigasi) atau tindakan mengurangi dampak suatu bencana
yang merupakan alat ampuh dalam menghadapi berbagai macam bencana yang ada,
seperti abrasi, tsunami dan banjir di kawasan pesisir sering datang tanpa diduga.
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu berupa korban jiwa dan/atau kerugian harta
benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk
mendefinisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan
kajian resiko (Risk Assessment).
Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan
bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai
upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, penataan ruang diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi fisik wilayah yang rentan terhadap rawan bencana.
Proses pencegahan bencana atau pengurangan dampak bahaya dalam rangka
meminimalkan :

jatuhnya korban jiwa,

kerugian harta benda,

rusaknya lingkungan maupun

terganggunya roda perekonomian masyarakat.


Berdasarkan gambar di atask arakteristik bencana yang ada di Provinsi Banten

umumnya terjadi di wilayah pesisir, antara lain :


1. Abrasi
Proses abrasi ini muncul ketika maraknya pembukaan areal tambak yang diusahakan
secara tradisonal oleh para penduduk maupun tambak modern yang dikelola oleh para
investor/pemodal besar. Meski di beberapa pesisir barat muncul tanah timbul. Namun
yang paling besar justru kehilangan daratan pantai.
2. Tsunami

I - 31

Secara harfiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti Pelabuhan dan
nami adalah gelombang. Secara umum tsunami diartikan sebagai pasang laut yang
besar di Pelabuhan (Subandono dkk; 2005,5). Sedangkan secara ilmiah tsunami
merupakan gelombang panjang yang timbul karena adanya perubahan dasar laut atau
perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba dan impulsif, akibat gempa bumi,
erupsi vulkanik, longsoran bawah laut, atau runtuhan gunung es bahkan akibat
terjangan benda-benda angkasa ke permukaan laut.
Gelombang tsunami memiliki perbedaan dengan gelombang-gelombang laut lainnya,
dimana memiliki sifat transien/sesar. Gelombang seperti ini berbeda jika dibandingkan
dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu seperti gelombang laut yang
ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan
oleh gaya tarik benda angkasa.
Ciri yang paling utama dari tsunami adalah panjang gelombangnya yang besar yang
mencapai puluhan kilometer. Kecepatan rambatnya di laut dalam (deep sea) berkisar
dari 400 sampai 1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami tersebut sangat
tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya mencapai ribuan kilometer dari
pusatnya.
Pada lokasi pembentukan tsunami (daerah episentrum gempa) tinggi gelombang
tsunami diperkirakan 1,0 m sampai 3,0 m dan panjang gelombangnya lebih dari
puluhan kilometer. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami)
menuju pantai, kecepatannya akan terus berkurang karena adanya gesekan dengan
dasar laut yang semakin dangkal. Akibatnya tinggi gelombang di pantai menjadi
semakin besar, karena adanya penumpukkan masa air akibat adanya penurunan
kecepatan. Ketika mencapai pantai, gelombang naik (run up) ke daratan dengan
kecepatan yang berkurang menjadi sekitar 25-100 km/jam. Karena tsunami menjalar
dengan kecepatan yang lebih rendah di laut dangkal/pantai, kecepatan gelombang di
wave tail (belakang gelombang) tetap sama (lebih tinggi dari wave front).
Akibatnya panjang gelombangnya memendek dan menimbulkan gelombang yang
lebih tinggi.
Berdasarkan identifikasi bencana alam serta mengingat posisinya yang dikelilimgi oleh
perairan Laut Jawa dan Samundera Indonesia patut diwaspaidai akan terjadinya

I - 32

bencana tsunami. Lebih baik tindakan pencegahan dari pada penanggulangan pasca
bencana.
Terdapat beberapa langkah mitigasi yang perlu difahami sebagai salah satu bagian
pencegahan, yaitu sebagai berikut.
a. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami.
b. Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya
tsunami.
c. Pembangunan tsunami Early Warning System.
d. Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
e. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya
air tsunami.
f. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman.
Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari
ketinggian tsunami.
g. Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami, khususnya di Indonesia.
h. Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
i. Mengenali karaktenstik dan tanda-tanda bahaya tsunami di lokasi sekitarnya.
j. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami.
k. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
l. Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tandatanda akan
terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang Kepala Desa. Polisi, Stasiun
radio, SATLAK PB dan lain-lain.
m. Melengkapi dini dengan alat komunikasi.
3. Banjir
Banjir pada umumnya terjadi pada daerah-daerah dengan kondisi dataran yang cukup
landai dan dilalui oleh sungai-sungai sehingga ketika air laut pasang, sebagian daratan
berada di bawah permukaan air laut. Di samping itu, banjir juga bisa terjadi karena

I - 33

curah hujan tinggi. Fenomena kenaikan paras muka air laut juga menjadi penyebab
meningkatknya frekuensi dan intensitas banjir.
Reklamasi pantai di daerah rawa-rawa di wilayah pesisir juga mengakibatkan
hilangnya fungsi sebagai daerah tampungan sehingga memperbesar aliran permukaan,
reklamasi mengakibatkan aliran sungai makin lambat. Karena kecepatan mengurangi
tampang basah sungai di muara.
Selain itu pendangkalan muara akan menimbulkan efek pembendungan yang cukup
signifikan yang pada gilirannya meningkatkan frekuensi banjir karena kapasitas
tampung sungai yang terlampaui oleh debit sungai. Penggunaan air tanah berlebihan
mengakibatkan land subsidence (penurunan tanah).
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana banjir antara lain:
a. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk menempatkan
fasilitas vital yang rentan terhadap banjir pada daerah yang aman.
b. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan
dibuat bertingkat.
c. Pembangunan infrastruktur harus kedap air.
d. Pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai, tembok laut
sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk
mengurangi bencana banjir.
e. Pengaturan kecepatan aliran air permukaan dan daerah hulu sangat membantu
mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk
mengatur kecepatan air masuk ke dalam sistem pengaliran di antaranya adalah
dengan pembangunan bendungan/waduk, reboisasi dan pembangunan sistem
peresapan.
f. Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun
dengan pipa atau terowongan dapat membantu mengurangi resiko banjir.
g. Pembuatan tembok penahan dan tembok pemecah ombak untuk mengurangi energi
ombak jika terjadi badai atau tsunami untuk daerah pantai.
h. Memperhatikan karakteristik geografi pantai dan bangunan pemecah gelombang
untuk daerah teluk.
I - 34

i.

Pembersihan sedimen.

j.

Pembangunan pembuatan saluran drainase.

k. Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir.


l.

Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat).

m. Pelatihan pertanian yang sesuai dengan kondisi daerah banjir.


n. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.
o. Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara penyimpanan/ pergudangan
perbekalan, tempat istirahat/tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi).
p. Persiapan evakuasi bencana banjir seperti perahu dan alat-alat penyelamatan
lainnya.
4. Perubahan Iklim, Gelombang Pasang dan Angin Siklon Tropis
Perubahan iklim dan gelombang pasang merupakan fenomena alam yang harus
diantisipasi oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Pesisir. Peribahan iklim akan
mengakibatkan peningkatan suhu bumi sampai dengan 0,5oC pada kurun waktu 20
Tahun mendatang. Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan muak air laut di
daerah pantai/pesisir akibat pencairan es kutu dunia. Peningkatan muka air laut
diperkirakan mencapai 0,4 0,8 meter yang akanmenghancurkan semua bangunan
yang ada, khsususnya di wilayah pesisir.
Di samping itu, ada pula fenomena berkenaan dengan tekanan dan hisapan dan tenaga
angin meniup selama beberapa jam. Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan
bangunan. Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan bagian yang non struktural
seperti atap, antene, papan reklame dan sebagainya.
Badai yang terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal tenggelam.
Kebanyakan angin topan disertai dengan hujan deras yang dapat menimbulkan
bencana lainya seperti tanah longsor dan banjir.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:
a. Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya angin.

I - 35

b. Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin


khususnya di daerah yang rawan angin topan.
c. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang
terlindung dari serangan angin topan.
d. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.
e. Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai
tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan
angin topan.
f. Pembangunan rumah yang tahan angin.
g. Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain di sekitarnya.
h. Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengliadapi angin topan, mengetahui
bagaimana cara penyelamatan diri.
i. Pengamanan barang-barang di sekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat
sehingga tidak diterbangkan angin.
j. Mensosialisasikan kepada nelayan agar supaya menambatkan atau mengikat kuat
kapal-kapalnya.
5. Bencana Kebakaran

Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa cuaca yang kering
serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja.
Kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas
dengan cepat. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan
harta benda.
Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan yang dapat mengakibatkan
pengaruh pada kesehatan terutama pernafasan serta gangguan aktivitas sehari-hari
seperti terganggunya jadwal penerbangan. Tebalnya asap juga dapat rnengganggu
cuaca.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

I - 36

a. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran.


b. Peningkatan penegakan hukum.
c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan
kebakaran secara dini.
d. Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran urituk
pemadaman api.
e. Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan perkebunan dengan hutan.
f. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
g. Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalarn pengawasan dan segera
dimatikan jika sudah terlalu besar.
h. Hindarkan pembakaran lahan secara serentak sehingga membakar wilayah yang
Iuas yang akan berpotensi menjadi kebakaran yang tak terkendali.
i. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang Iuas.
j. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat.
k. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang
heterogen.
l. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.

6. Bencana Kekeringan

Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik
langsung maupun tidak langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonan akan mati dan
tanah menjadi gundul yang pada saat musim hujan menjadi mudah tererosi dan banjir.
Dampak dari bahaya kekeringan ini seringkali secara gradual/lambat, sehingga jika
tidak dimonitor secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya
bahan pangan akibat tanaman pangan dan ternak mati, petani kehilangan mata
pencaharian, banyak orang kelaparan dan mati, sehingga berdampak urbanisasi.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

I - 37

Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan rnengganti


penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.

b. Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam,
reboisasi.
c. Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan/tanaman.
d. Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
e

Pendidikan dan pelatihan

f. Meningkatkan/memperbaiki

daerah

yang

tandus

dengan

rnelaksanakan

pengelolaan lahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.


g. Pembangunan check dam, waduk, sumur serta penampungan air, penghijauan
secara swadaya.
h. Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
i. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
j. Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air diwilayahnya.
k Mengembangkan industri alternatif non pertanian.
7. Gerakan Tanah
Gempa bumi terjadi karena pergesekan antar lempeng tektonik yang berada di bawah
permukaan bumi. Dampak dari pergesekan itu menimbulkan energi luar biasa dan
menimbulkan goncangan dipermukaan dan seringkali menimbulkan kerusakan hebat
pada sarana seperti rumah/bangunan, jalan, jembatan, tiang listrik.
Berdasarkan sumber penyebabnya, ada 3 jenis gempa bumi :
1. Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi
akibat pergerakan lempeng bumi atau patahan. Gempa jenis ini paling banyak
menimbulkan kerusakan dan banyak korban.
2. Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi
akibat aktivitas gunung berapi yaitu pergerakan magma yang menekan/mendorong

I - 38

lapisan batuan sehingga pergeseran bebatuan di dalamnya menimbulkan terjadinya


gempa bumi.
3. Gempa bumi induksi adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi
akibatsumber lain seperti runtuhan tanah.
Gempa bumi sering diikuti dengan gempa susulan dalam beberapa jam atau hari
setelah gempa pertama yang dapat menyebabkan penghancuran pada bangunan yang
telah retak/goyah akibat gempa sebelumnya.
Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari, tetapi yang dapat kita dilakukan
adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta maupun lingkungan.
Banyaknya korban jiwa maupun harta benda dalam peristiwa bencana yang selama ini
terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah
maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan bencana serta upaya mitigasinya.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca
bencana. Untuk lebih jelasnya mengenai peta rawan bencana di Provinsi Banten dapat
dilihat pada Gambar 1.4.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat
bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode
bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh
struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding
pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non
struktural, di antaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun
menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan
wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya,
peringatan dan persiapan.
1) Penilaian bahaya (Hazard Assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi populasi
dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman.

I - 39

Gambar 1.4
Peta Rawan Bencana Provinsi Banten

I - 40

2) Peringatan (Warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat


tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya tsunami yang diakibatkan
oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan gunung berapi, dsb).
3) Persiapan (Preparedness); Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi
sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan
tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem
peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya
kembali ketika situasi telah aman.
Berdasarkan karakteristik bencana alam yang terjadi di atas, maka upaya
penanggulangan (mitigasi) harus segera dilakukan. Mitigasi bencana merupakan
kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini
merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana.
Bentuk konkretnya mencakup identifikasi daerah rawan bencana, penyusunan
kebijakan nasional mitigasi bencana di wilayah pesisir dan prosedur penanggulangan
bencana, mengurangi dan mengantisipasi dampak kerusakan akibat bencana,
pembuatan basis data dan peta kerusakan akibat bencana, serta penanggulangan atau
pengelolaan akibat bencana alam.
Secara filosofis, penanggulangan kerusakan pesisir dapat ditempuh melalui :
1. Pola protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai yang secara lanngsung
menahan proses alam yang terjadi. Cara ini paling banyak dikembangkan di
Indonesia.
2. Pola adaptif, yaitu berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir dengan perubahan
alam yang terjadi. Saat ini mulai banyak dikembangkan pendekatan mega scale,
dimana pengelolaan pantai direncanakan berdasarkan pola morfoinamika spesifik
di pantai yang dikembangkan.
3. Pola mundur (retrect) atau do-nothing, maksudnya tidak melawan proses dinamika
alami yang terjadi tetapi mengalah pada proses alam dan menyesuaikan
peruntukkan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang terjadi.
Di Indonesia pola adaptif dan mundur belum banyak dipandang sebagai alternatif
penyelesaian permasalahan pesisir. Kajian ke arah tersebut perlu dilakukan agar

I - 41

kelestarian sumber daya alam pantai dapat terpelihara serta kemanfaatannya dapat
terus dinikmati.
Jalur dan tempat evakuasi sangat penting fungsinya karena Indonesia daerah rawan
bencana alam. Adapun jalur evakuasi merupakan jalur khusus yang dibuat oleh Pemda
setempat dengan melibatkan masyarakat setempat, dan didukung oleh stekholder
lainnya dalam menentukan daerah evakuasi cepat dan aman. Di jalur evakuasi ini akan
banyak rambu yang memandu masyarakat menuju ke tempat evakuasi. Sedangkan
tempat evakuasi adalah lapangan terbuka yang dapat menampung orang dengan
radiuss maksimal 500 m (hal tersebut dengan mempertimbangkan waktu yang harus
ditempuh).
Adapun langkah-langkah lainnya yang dapat dilakukan dalam rangka sebagai upaya
pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain :
a. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.
b. Mernastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas bangunan.
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
d. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah aria.
e. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian
di daerah rawan bencana.
f. Penerapan zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaanlahan.
g. Membangun rumah dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi.
h. Kewaspadaan terhadap resiko gempa bumi.
i. Selalu tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi goncangan gempa bumi.
j. Sumber api, barang-barang berbahaya lainnya harus ditempatkan pada tempat yang
aman dan stabil.
k. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi.
l. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.

I - 42

m. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggatian, dan peralatan


perlindungan masyarakat lainnya.
n. Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalarn
menghadapi gempa bumi.
8. Bencana Wabah Penyakit

Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang sangat
luas meliputi:
a. Jumlah kesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat menyerang
masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, bahkan sangat dimungkinkan wabah
akan menyerang lintas negara bahkan lintas benua.
b. Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan, maka
jumlah kematian juga akan meningkat secala tajam, khususnya wabah penyakit
menular yang masih relative baru seperti Flu Burung dan SARS.
c. Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada
merosotnya roda ekonomi. sebagai contoh apabila wabah flu burung benar terjadi
maka triliunan aset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat merosotnya
kunjungan wisata karena adanya travel warning dan beberapa Negara maka akan
melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
d. Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat
yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:
a. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di
jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami resiko bila wabah
terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi metalui
kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
b Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
c. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia

I - 43

yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,


logistik serta pembiayaan operasional.
d. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.
e. Pengendalian faktor risiko.
f. Deteksi secara dini.
g. Respon cepat.

9. Bencana Konflik

Konflik adalah suatu yang tidak terhindarkan. Konflik melekat erat dalam jalinan
kehidupan. Oleh karena itu. hingga sekarang dituntut untuk memperhatikan dan
meredam kepanikan terhadap konflik.
Merebaknya euphoria reformasi, demokratisasi dan otonomi daerah yang diwarnai
dengan berbagai masalah yang kompleks dan multi dimensional telah dan potensial
melahirkan konflik-konflik baru.
Berbagai masalah yang potensial muncul tersebut di antaranya adalah :
a. Krisis moneter sejak tahun 1997 sampai saat ini masih mewariskan sejumlah
konflik vertikal dan horizontal
b. Belum terwujudnya clean government dan good governance, juga memperparah
konflik dengan munculnya berbagai konflik terjadilah hal-hal berikut :
1) Timbulnya disintegrasi bangsa
2) Menurunnya kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap
Pernerintah Republik Indonesia.
3) Menurunnya etika sosial dan norma hukum yang menjurus kepada kerusuhan
yang menjurus anarkis.
Beberapa upaya lebih rinci dalam rangka pengurangan bencana akibat konflik antara
lain
a

Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara


stabilitas ketentraman dan ketertiban

b. Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi

I - 44

politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945
c. Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten.
berkeadilan dan kejujuran.
d Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan
penghormatan. dan penegakkan HAM.
e. Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara
yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif,
transparan, bebas dari KKN.

1.3.4 Potensi Sumberdaya Alam


Secara garis besar, Provinsi Banten memiliki topografi dataran yang berbukit-bukit
sampai dataran. Klasifikasi kemiringan lahan di Provinsi Banten dapat dikemukakan
sebagai berikut :

Wilayah dengan kemiringan antara 0 - 8 % meliputi luasan 477.200,52 Ha.

Wilayah dengan kemiringan antara 8 % - 15 % meliputi luasan 257.754,72 Ha

Wilayah dengan kemiringan 15 % - 25 % meliputi luasan 84.584,66 Ha

Wilayah dengan kemiringan 25 % - 40 % mencapai 42.784,30 Ha, dan

Wilayah dengan kemiringan di atas 40 % mencapai 2.795,80 Ha


Berdasarkan kelas kelerengan wilayah Provinsi Banten maka dapat dikemukakan

bahwa sebagian besar 94,73 % luas wilayah daratan Provinsi Banten dapat dikembangkan
untuk kawasan budi daya. Lahan dengan kemiringan 0 8 % dapat dikembangkan untuk
kawasan permukiman dan pertanian, lahan dengan kemiringan 8 % - 15 % untuk lahan
pertanian, dan lahan dengan kemiringan 15 % - 25 % untuk perkebunan. Sedangkan lahan
dengan kemiringan di atas 25 % seluas 45.580,10 Ha untuk kawasan lindung dan hutan.
Mengkaitkan tingkat kemiringan lahan dengan jenis tanahnya, maka secara garis
besar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelas kesesuaian lahan. Masing-masing
kesesuaian lahan dapat dikembangkan menurut rekomendasi jenis peruntukkannya, baik
budi daya maupun kawasan lindung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.5.

I - 45

1.3.4.1 Potensi Tambang


Adapun potensi Bahan galian tambang/mineral di Provinsi Banten terdapat bahan
galian industri, logam dan bahan galian energi. Wilayah Banten bagian tengah, di susun
oleh batuan sediman, batuan hasil gunung api dan batuan terobosan. Batuan sedimen
menghasilkan bahan galian pasir, batu, lempung dan gamping. Batuan hasil gunung api
menghasilkan batuan untuk bahan bangunan seperti basalt, andesit dan pasir hasil gunung
api. Dibeberapa tempat diyakini batuan hasil gunung api berupa tufa merupakan tempat
kedudukan yang potensial untuk mineralisasi logam emas. Batuan terobosan (intrusi)
menghasilkan batuan untuk bahan galian industri sebagai bahan bangunan seperti andesit
dan diorit yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
Bagian Selatan dari Wilayah Banten memiliki jenis bahan galian yang lebih
bervariasi, diantaranya pasir, andesit, basalt, diorit, zeolit, bentonit, kaolin, lempung, pasir
kuarsa. Bahan galian mineral logam berupa emas, perak dan sedikit logam dasar (tembaga,
timbal dan seng) dan pasir besi.
Di Kabupaten Lebak yaitu daerah sekitar Bayah menurut hasil penyelidikan
geologi terdapat Bayah Dome. Daerah tersebut dijumpai adanya mineralisasi emas yang
sudah ditambang sejak puluhan tahun lalu yaitu berada di daerah Cikotok-CirotanCikidang dan sekitarnya, sedangkan di di sekitar G. Ciawitali dan G. Bongkok Kec.
Cibeber dan Cipanas, masih memerlukan penyelidikan tahap lanjutan untuk mengetahui
penyebaran mineralisasi emas tersebut. Mineralisasi emas di Kab. Pandeglang di jumpai di
daerah Cibaliung,

yang sudah dalam tahap persiapan penambangan oleh PT. Aneka

Tambang Tbk. Daerah prospek mineral emas lainnya yaitu di daerah Kecamatan Cigeulis
yang menunjukan adanya indikasi mineralisasi serupa dengan di daerah Kecamatan
Cibaliung.
Dalam pengembangan potensi pertambangan yang berada di bagian selatan
wilayah Banten tersebut perlu di pertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena pada
umumnya daerah yang mempunyai potensi logam mulia berada pada kawasan hutan
lindung bahkan sebagian diantaranya berada pada kawasan taman nasional seperti daerah
G. Ciawitali dan bahkan lokasi tambang Cikidang yang termasuk dalam Kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun.

I - 46

Tabel 1.5
Arahan Kesesuaian Lahan Provinsi Banten
Kelas

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

Kelas VII

Kelas VIII

Karakteristik

Tanah dataran
Tekstur agak halus, Drainase baik, Mudah diolah
Responsif pemupukan
Tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan
Lahan berlereng landai
Agak peka erosi
Bertekstur halus sampai kasar
Memiliki sedikit hambatan dan ancaman kerusakan
Kelerengan agak miring
Drainase buruk
Permeabilitas agak cepat
Memiliki hambatan atau ancaman kerusakan lebih besar
dibandingkan kelas II
Kelerengan miring ( 15 % - 30 % )
Drainase buruk
Memiliki hambatan
Ancaman kerusakan lebih besar dibandingkan kelas III
Terletak pada daerah datar atau cekung sehingga selalu
tergenang air
Merupakan tanah liat dan masam
Terletak pada kelerengan antara 30 % sampai 45 %
Mudah tererosi berat
Kelerengan 45 % - 65 %
Mudah tererosi berat
Kemiringan lebih dari 65 %

Kesesuaian Lahan / Rekomendasi

Dapat digarap untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang, Penggembalaan Intensif, Pertanian
Terbatas, Pertanian Sedang, Pertanian Intensif, dan Pertanian Sangat Intensif,
Rekomendasi :

Tindakan pemupukan dan pemeliharaan tanah diperlukan untuk menjaga kesuburan dan produktivitasnya

Dapat digarap untuk usaha tani , atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang, Penggembalaan Intensif, Pertanian
Terbatas, Pertanian Sedang, Pertanian Intensif.
Rekomendasi Pengolahan :

Di samping perlu pemupukan, diperlukan Tindakan pengawetan ringan seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah
atau pupuk hijau, atau guludan

Dapat digarap untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang, Penggembalaan Intensif, Pertanian
Terbatas, Pertanian Sedang.
Rekomendasi Pengolahan :

Tindakan pengawetan tanah khusus seperti penanaman berjalur (dalam strip), pembuatan teras, pergiliran dengan tanaman penutup tanah yang waktu
penanamannya lebih lama dibandingkan dengan tanaman usaha tani, serta tindakan pemupukan dan pemeliharaan tanah diperlukan untuk menjaga kesuburan

Dapat digarap untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang, Penggembalaan Intensif, Pertanian
terbatas.
Rekomendasi Pengolahan :

Tindakan pengawetan tanah khusus lebih berat dibandingkan tanah kelas III, pembuatan teras, pergiliran dengan tanaman penutup tanah yang waktu
penanamannya lebih lama dibandingkan untuk tanah kelas III, serta tindakan pemupukan dan pemeliharaan tanah diperlukan untuk menjaga kesuburan
Tidak sesuai untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang, Penggembalaan Intensif.
Lebih sesuai untuk tanaman makanan ternak secara permanen bahkan dihutankan
Tidak sesuai untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas, Penggembalaan Sedang.
Lebih sesuai untuk padang rumput / tanaman makanan ternak secara permanen bahkan dihutankan. Jika untuk hutan produksi (penebangan kayu) maka harus
selektif (Hutan Produksi Terbatas)
Tidak sesuai untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam, Hutan, Penggembalaan Terbatas.
Lebih sesuai untuk padang rumput / tanaman makanan ternak secara permanen bahkan dihutankan. Jika untuk hutan produksi (penebangan kayu) maka harus
selektif (Hutan Produksi Terbatas)
Tidak sesuai untuk usaha tani, atau untuk: Cagar Alam.
Lebih sesuai sebagai lahan vegetasi alami / hutan alami / cagar alam / hutan lindung

I - 47

Selain emas dan logam dasar bahan galian lainnya yang berpotensi untuk
dikembangkan dan dapat menjadi bahan galian unggulan Provinsi Banten di bagian selatan
adalah beberapa jenis mineral industri seperti, zeolit, bentonit, feldspar, pasir kuarsa dan
batugamping. Di kecamatan Bayah dan Panggarangan terdapat juga batubara berkualitas
baik dengan nilai kalori sekitar 6500 - 7000 kal/gr. dan batubara muda terdapat di
kecamatam Bojongmanik dengan nilai kalori antara 4000 5000 kal/gr. Sedangkan bahan
galian lainnya yang dapat dikembangkan di bagian ini adalah batumulia dari jenis opal
(kalimaya) dan fosil kayu terkersikkan yang dikenal sebagai batusempur yang
keberadaannya sangat spesifik oleh karena termasuk sangat langka di dunia.
Di bagian utara Provinsi Banten, sumberdaya alam yang berupa bahan galian
terbatas pada bahan bangunan seperti batu andesit dan berbagai macam batupasir serta
bahan galian lainnya yang berasal dari batuan piroklastika berumur muda, sedangkan
logam mulia yang terindikasi di sekitar Padarincang dan Mancak masih memerlukan
berbagai penelitian lanjutan.
Di sektor energi, Potensi Panas Bumi cukup prospek untuk di kembangkan, dimana
dibeberapa tempat terindikasi dengan adanya mata air panas (hotspring). Panas bumi ini
selain dapat dikembangkan untuk tujuan pariwisata juga dapat dikembangkan menjadi
pembangkit tenaga listrik yang ramah lingkungan dan merupakan sumber energi
terbarukan sebagaimana yang telah di kembangkan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah
dan di Provinsi lainnya.
Di wilayah Kabupaten Pandeglang mata air panas terinventarisasi di daerah-daerah
Kec. Cimanggu, Malingping, G. Aseupan, G. Pulasari dan sekitar G. Karang. Sementara di
Kabupaten Serang di jumpai di sekitar Rawa Dano dan Batukuwung, Kecamatan
Padarincang. Sedangkan di Kabupaten Lebak dijumpai sekitar Kecamatan Cipanas dan
Kecamatan Muncang. Berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu terindikasi potensi panas
bumi sebesar 700 Mw, di daerah G. Pulosari, G. Karang dan Rawa Dano.
Selain bahan galian tambang seperti yang telah disampaikan di atas di wilayah
Banten terdapat indikasi adanya minyak bumi yang kemudian oleh PT. Pertamina di
sebutkan sebagai Blok Ujungkulon yang saat ini masih ditawarkan oleh pemerintah
kepada investor untuk melakukan eksplorasi di blok tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di P. Jawa terutama untuk industri dan
pembangkit listrik yang terdapat di bagian barat P. Jawa termasuk Banten didalamnya PT.
Perusahaan Gas Negara (PT. PGN) sedang membangun pipa gas dari Sumatera ke P. Jawa

I - 48

melalui Kota Cilegon. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk
mengganti/ mengurangi pemakaian BBM dengan menggunakan gas sebagai bahan bakar
pengganti.
Dengan keanekaragaman potensi bahan galian yang cukup besar, upaya
pemanfaatannya dilaksanakan untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi dalam
kerangka otonomi daerah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan mentah berbagai
industri yang semakin berkembang. Pertumbuhan industri, pusat-pusat kegiatan pertanian
dan pembangunan konstruksi akan mendorong meningkatnya kebutuhan bahan galian,
namun untuk pengembangan bahan galian lebih lanjut mengalami banyak kendala yang
dihadapi diantaranya infra struktur, transportasi, teknologi dan permodalan. Untuk saat ini
kendala umum yang dihadapi oleh pemerintahan adalah berupa iklim politik dan ekonomi
yang kurang kondusif, hal ini mengakibatkan terganggunya investasi di bidang
pertambangan. Kendala ini merupakan tantangan bagi pemerintah pusat maupun daerah
untuk dapat menciptakan iklim yang kondusif sehingga para investor dapat menanamkan
modalnya di bidang pertambangan dengan aman dan nyaman.
Dalam kaitannya dengan pengembangan potensi tambang dan energi di Provinsi
Banten, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten telah melakukan beberapa studi,
di antaranya pemanfaatan potensi energi gelombang, energi surya, energi angin, dan
energi biomassa. Adapun kaitannya dengan kebijakan ketenagalistrikan menuju Banten
Terang 2012, kondisi rasio elektrifikasi diluar Tangerang hingga tahun 2008 baru 72,6%,
namun demikian rasio elektrifikasi Banten relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rasio elektrifikasi nasional (64,3%) serta rasio elektrifikasi Jawa Barat (61,5%).
Keberhasilan dalam menaikan rasio elektrifikasi tidak lepas dari usaha serta peran semua
stakeholder ketenagalistrikan termasuk PLN, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Salah
satu upaya meningkatkan rasio elektrifikasi adalah melalui program pembangunan listrik
perdesaan (listrik PLN dan Listrik PLTS/PLTMH).
Beberapa rekomendasi pengembangannya secara garis besar dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1. Pengembangan Potensi Energi Surya :
a. Hampir semua daerah yang disurvei di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak
mempunyal radiasi yang cukup untuk penerapan energi surya balk Fotovoltaik
maupun Termal.

I - 49

b. Besar Radiasi rata-rata tahunan berdasarkan referensi data sekunder untuk Daerah
Banten yaitu berkisar diantara 3,5 kWh/m2/hari setelah diadakan validasi dengan
data primer ternyata tidak berbeda jauh.
c. Pada umumnya pendapatan masyarakat yang disurvel adalah dan hasil-hasil
pertanian, perkebunan dan perikanan.
d. Pada umumnya desa-desa yang disurvei banyak yang sudah terlistriki, namun di
pedaaman masih ada yang belum terlistriki.
e. Dan hasil studi dan pengukuran langsung energi matahari merupakan energi yang
berpotensi untuk di daya gunakan, oleh sebab itu pada beberapa daerah yang
memang agak sulit dan mahal untuk pembangunan janingan listrik maka dapat
dipenuhi dengan SESF.
f. Pada beberapa daerah mungkin ada beberapa masalah sosial berkaitan dengan
pendistribusian SESF dan sosialisasinya dimasa talu sehingga
g. diperlukan kembali adanya survei yang lebih terperinci akan animo masyarakat
terhadap teknologi SESF.
h. Untuk daerah-daerah yang terdapat hasil perkebunan, persawahan, dan perikanan
maka Pengering Energi Surya Termal dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pengeringan hasil-hasil tersebut dan untuk penerangan kapal pencari ikan energi
SESF dapat digunakan.
i. Daerah yang penduduknya tertarik untuk menggunakan energi surya adalah
penduduk desa Barugbug.
2. Pengembangan Potensi Energi Angin :
a. Beberapa daerah yang disurvei memiliki kecepatan angin sesaat yang cukup tinggi
yang dapat ditindak lanjuti dengan pengukuran lebih detail dan lama guna
memperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar perancangan sistem. Daerah
pesisir pantai pada umumnya memiliki potensi angin yang cukup tinggi, seperti di
sepanjang pantai selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, pesisir barat
Pandeglang dan pesisir utara Serang
b. Apabila kecepatan angin di beberapa lokasi sepanjang tahun seperti pada saat
dilakukan survei, lokasi-lokasi tersebut merupakan daerah yang sangat potensial
untuk dapat dimanfaatkan untuk lokasi pembangkit listrik tenaga angin. Namun

I - 50

jika hanya beberapa saat kecepatan angin di lokasi maka perlu pengukuran lebih
ama untuk pengkajian lebih lanjut.
c. Data kecepatan angin yang diperoleh di lapangan pada saat survel dilakukan belum
dapat digunakan sebagai data rancangan pemanfaatan teknologi SKEA, karena
belum diketahui kontinuitas atau pola dan frekuensi distribusi kecepatan angin
sebagai dasar perancangan sistem pemanfaatan SKEA. Diperlukan minimal satu
tahun pengukuran data secara terus-menerus di suatu lokasi untuk mendapatkan
pola dan distribusi kecepatan dan arah angin harlan, mingguan dan bulanan bahkan
tahunan sebagai data masukan rancangan dan perhitungan tekno-sosio-ekonomi
pemanfaatan SKEA.
d. Penyebaran potensi energi angin di wilayah-wilayah dipengaruhi oleh topografi,
kontur, rougness (hambatan kekasaran permukaan ) dan arah angin dominan,
dengan acuan di suatu lokasi pengukuran / survei. Sehingga penempatan suatu alat
ukur dan pemanfaatan SKEA merupakan suatu lokasi yang spesifik yang perlu
penelitian dan pengkajian yang mendalam.
e. Potensi energi angin yang dapat diimplementasikan akan tergantung dan potensi
energi angin di lokasi yang menentukan kapasitas pembangkit yang bisa
digunakan. Sehingga dalam satuan uasan wHayah tertentu dapat dibangkitkan
kapasitas yang dapat berbeda sesuai dengan kapasitas unit-unit SKEA terpasang.
f. Guna memperoleh data yang dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dan
perancangan pemanfaatan teknologi SKEA, diperlukan data pengukuran di suatu
lokasi untuk kurun waktu sedikitnya selama 1 tahun. Diusulkan untuk dilakukan
pengukuran potensi angin minimal 1 titik pengukuran di setiap Kabupaten yang
pada tahap awal diprediksi memiliki potensi yang cukup baik.
g. Lokasi yang dipandang cukup prospektif untuk pemanfaatan teknologi energi
angin di masa datang, untuk tahap awal diusulkan untuk dipasang peralatan ukur
potensi angin yang kontinu di Desa Muara Kecamatan Malingping (S 06 49.543
E 105 53.654) dan Desa Cihara Kecamatan Panggarangan (S 06 52.493 E 106
05.865), di Kabupaten Lebak.
h. Guna memberikan gambaran manfaat dan teknologi energi baru dan terbarukan
khususnya angin, perlu dilakukan proyek percontohan ujicoba di lokasi yang
dianggap telah memiliki persyaratan. Diusulkan untuk ujicoba pemanfaatan SKEA

I - 51

untuk pemompaan air di ladang sawah tadah hujan yang memiliki sumber air
berupa sungai dengan debit yang cukup dan potensi kecepatan angin yang relatif
tinggi dan daerahnya terbuka.
3. Pengembangan Potensi Energi Biomassa :
a. Potensi biomassa dan Iimbah pertanian yang cukup besar, di atas 1.000 kW di
Kabupaten Lebak terdapat di Bojong Manik, Leuwidamar dan Sobang. Di
Kabupaten Serang terdapat di desa Tirtayasa, sedangkan di Kabupaten Pandeglang
tidak ada yang mempunyai potensi di atas 1.000 kW
b. Potensi biomassa dan limbah Perkebunan yang cukup besar di atas 1.000 kW, di
Kabupaten Lebak terdapat di Cikareo dan Gunung Gendeng, Kabupaten
Pandeglang tidak berpotensi, dan di Kabupaten Serang terdapat di desa Wargasara,
Ujung Tebu, Batu Kuwung dan Kadubeureum.
c. Potensi Biomassa dan Iimbah peternakan di ketiga kabupaten tidak ada yang di
atas 1.000 kW.
d. Potensi biomassa hasil survei lebih rendah dan potensi menurut data sekunder,
karena survei ditujukan pada daerah yang belum terlistriki.
e. Potensi biomassa yang direkomendasikan untuk dimanfaatkan menjadi energi
panas atau listrik diperoleh dan limbah perkebunan atau pertanian dengan jumlah
energi >1.000 kW yang dapat melistriki satu desa dengan jumlah sekitar 300
Kepala Keluarga.
f. Potensi biomassa yang direkomendasikan untuk dikaji lebih lanjut untuk dapat
dimanfaatkan menjadi energi listrik dan panas dengan jumlah limbah terbesar
sekitar 5274 kW adalah di desa Bojong Manik, Kabupaten Lebak. sedangkan di
Kabupaten Serang terletak di desa Batukuwung yang mempunyai potensi biomassa
sebesar 4205 kW.
g. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pemanfaatan
biomassa menjadi energi listrik maupun energi panas adalah sebagai berikut.

Kesinambungan bahan baku limbah

Lokasi dan infrastruktur yang ada

Teknologi yang akan digunakan

Sumber Daya Manusia yang tersedia


I - 52

Faktor sosio ekonomi

h. Potensi energi biomassa dan sampah rumah tangga penlu dievaluasi lebih lanjut,
terutama daerah yang perkembangan penduduknya di Propinsi Banten cukup pesat
terutama di Kabupaten Serang.
4. Pengembangan Potensi Energi Panas Bumi :
a. Secara umum terlihat bahwa di tiga Kabupaten yang menjadi target survel
memiliki potensi untuk pemanfaatan Panas Bumi. Dan beberapa literatur terdapat
70 titik sumber air panas bumi bertemperatur tinggi dengan kapasitas total
mencapai 19.658 MW. Namun dan hasil survey lapangan baru sekitar 50 titik
yang tenidentifikasi dengan pasti. Sebagian besar dan lokasi tersebut belum
dilakukan eksploitasi secara intensif. Dan kesemua titik sumber air panas bumi
tersebut terdapat di 3 kabupaten, yaitu Rawa Danu (possible 115 MW) dan
Batukuwung (170 MW) di Kabupaten Serang; Gunung Karang (possible 170 MW)
dan Citaman-Gunung Karang (possible 20 MW) di Kabupaten Serang dan
Pandeglang; Gunung Pulosari (Hypothetical Resources 100 Mwe) di Kabupaten
Pandeglang; Gunung Endut (Speculative 225 MW) dan Pamancalan (Speculative
225 Mwe) di Kabupaten Lebak.
b. Terutama potensi panas bumi yang ada Kabupaten Serang, tepatnya lokasi daerah
Rawa Danau sangat berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik. Dan data hasil
survey sebaran munculnya titik panas mehputi daerah seluas 450 km2, dengan julat
(range) temperatur antara 42 C sampal dengan 67 C di permukaan bumi, maka
diperkirakan potensi panas yang lebih besar ada pada beberapa titik di kedalaman
bumi. Potensi panas bumi mi akan bernilai ekonomis mengingat Kabupaten Serang
memiliki banyak industni padat energi, sehhngga distnibusi listriknya tidak akan
terlalu jauh.
c. Potensi panas bumi (air panas) yang terletak di dua kecamatan yaltu Kecamatan
Cipanas (desa Cipanas) dan Kecamatan Muncang (desa Sobang), Kabupaten Lebak
cukup baik terutama untuk desa Sobang yang memiliki air panas hingga mendekati
titik didih air.
d. Pemanfaatan panas bumi secara lokal sudah bisa dilakukan misalnya untuk
penggunaan energi termalnya untuk pengering atau pariwisata. Karena kebutuhan

I - 53

energi < 100 biasanya lebih banyak untuk pemanfaatan panas secara langsung
dibandingkan untuk pembangkit listrik. Panas juga tidak mudah didistribusikan
untuk jarak> 30 km, sehingga penggunaan secara lokal adalah yang paling balk,
mengingat pedesaan di wilayah Banten tersebar dalam luas wilayah yang besar.
e. Untuk mengembangkan wilayah propinsi Banten diperlukan ekplorasi lebih jauh
dan potensi-potensi panas bumi untuk pengembangan energi panas dan
ketenagalistrikan. Diperlukan sebuah studi intensif guna pemanfaatan Panas Bumi
di Wilayah Banten dengan membuat sebuah Feasibility Study atau Studi
Kelayakan. Pengembangan panas bumi untuk listrik memakan biaya yang cukup
besar. Untuk itu diperlukan studi yang sangat mendalam dan juga tentunya
kemauan dan pihak Pemda Banten sendiri.
f. Pemanfaatan panas bumi untuk tenaga listrik memerlukan temperatur> 300 C.
Mengingat panas yang timbul dipermukaan bumi di sekitar wilayah survel tidak
ada yang mencapai suhu tersebut, maka diperlukan pengeboran di beberapa tempat
untuk kemudian dilakukan teknik penetrasi ke dalam permukaan bumi untuk
mengekstrasi panas yang berada di dalamnya.
g. Perlu dilakukan kajian, apakah potensi panas bumi (air panas) di wilayah
Kecamatan Cipanas (desa Cipanas) dan Kecamatan Muncang (desa Sobang),
Kabupaten Lebak cukup potensial untuk dimanfaatkan atau tidak, perlu dilakukan
pengukuran di lokasi untuk periode waktu yang cukup dan penelitian lebih
mendalam meliputi penelitian geologi, geokimia dan geofisika dan sekitar lokasi
panas bumi.

I - 54

Tabel 1.6
Jenis Bahan Galian Tambang di Provinsi Banten
No.

Tempat Kedudukan

Penyebaran / Lokasi

1.

Emas

Bahan Galian

Urat kuarsa dalam batuan gunung api


terubah berumur Miosen Pliosen

2.

Batubara

Batuan
sedimen
lingkungan
pengendapan transisi berumur Eosen
Oligosen - Miosen

3.

Zeolit

4.

Bentonit

5.

Felspar

6.

Pasir kuarsa

Ubahan dari batuan


piroklastika
(rempah gunungapi) jenis tufa
berumur Miosen - Pliosen
Pelapukan atau ubahan batuan
piroklastika (rempah gunungapi) jenis
tufa berumur Miosen
Ubahan dari batuan
piroklastika
(rempah gunungapi) jenis tufa
berumur Miosen Pliosen
Terutama batuan sedimen berumur
Tersier

Kab.Lebak: Desa Cikotok, Warung


Banten, Lebak Situ, Sinargalih,
Cimancak, Sukamulya, Cidikit,
Citorek, Cikate, Kanekes, Guradog,
Bojongmanik, Caringin, Gunung
Kendang, Bulakan.
Kab.Pandeglang:
Kec.Cibaliung,
Kecamatan Cimanggu, Kecamatan
Cigeulis
Kab.
Serang:
terindikasi
di
Padarincang dan Mancak.
Kabupaten Lebak: Desa Darmasar
Kec. Bayah, Desa Cihara/Cimandiri
Kecamatan Panggarangan, Desa
Bojongmanik
Kecamatan
Bojongmanik.
Kabupaten Lebak: Kec.Cibeber,
Bayah, Cipanas

7.

Batukapur

Batugamping berumur EosenPliosen


dan batugamping terumbu berumur
Kuarter

8.

Andesit

9.

Diorit

Batuan gunungapi, terutama berumur


Kuarter
Batuan terobosan (intrusi)

10.
11.
12.

Pasir bangunan
Lempung
Kaolin

Aluvium, endapan pantai


Batuan sedimen dan aluvium
Batuan piroklastika terubah

13.

Batumulia:
(opal)

Kalimaya

Urat silika dalam batuan piroklastika


hasil gunungapi terubah berumur
Pliosen
14. Batusempur (fosil kayu Fragmen kayu terkersikkan dalam
terkersikkan)
batuan
piroklastika
(rempah
gunungapi),
terutama
berumur
Pliosen
15. Tras
Pelapukan batuan
piroklastika
(rempah gunungapi) jenis tufa
berumur Tersier-Kuarter
Sumber : Distamben Provinsi Banten, 2007.

Kabupaten
Cipanas

Lebak:

Kec.

Sajira,

Kabupaten Lebak: Kec. Cipanas,


Sajira, Maja
Kab. Lebak: Kec.Panggarangan,
Bayah, Banjarsari, Bojongmanik
Kab. Pandeglang
Kabupaten Lebak: Kec. Bayah,
Panggarangan,
Bojongmanik,
Cipanas, Muncang
Kab.Pandeglang: Panimbang
Kabupaten Serang, Pandeglang,
Lebak, Kota Cilegon.
Kabupaten Lebak: Kec. Cipanas,
Bojongmanik
Provinsi Banten; daerah pedataran
Kabupaten Lebak, Pandeglang
Kabupaten
Lebak:
Kecamatan
Bayah, Cibeber
Kabupaten Lebak: Kec. Maja, Sajira

Kabupaten Lebak : Kec. Sajira,


Cipanas, Maja
Kab. Pandeglang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Serang

I - 55

Tabel 1.7
Potensi Batubara Wilayah Banten
No.
1.

Lokasi

Luas

Kualitas

Cimuli Prospect
-KUD Bj. Manik

13.000 Ha

-Neoplan

407 Ha

11 seam, 0,52,8 m 4.5005.500 kal/gr


4.500-5.500 kal/gr

2.

Cimayang Prospect

4.500-5.500 kal/gr

3.

Cisimeut Prospect

4.500-5.500 kal/gr

4.

6.500-7.500 kal/gr

5.

Cipanunggulan
Prospect
Cisawarna Prospect

600 Ha

6.500-7.500 kal/gr

6.

Cisiih Prospect

8 km2

6.500-7.500 kal/gr

7.

Cihara-Cibobos
Prospect
-Batu Putri Selatan

2.302 Ha

6.500-7.500 kal/gr

-Neoplan

99,16 Ha

6.500-7.600 kal/gr

-Lainnya

12 km2

6.500-7.500 kal/gr

Jumlah Total Perkiraan Cadangan (terukur + hipotetik)


Sumber : Distamben Provinsi Banten, 2007

Perkiraan
Cadangan

Status

4.539.249 ton
(terukur)
3.010.751 ton
(terukur ?)
2.400.000ton
(hipotetik)
900.000 ton
(hipotetik)
7.200.000 ton
(hipotetik)
11.000.000 ton
(hipotetik)
1.600.000 ton
(hipotetik)

Tdk aktif

2.000.000 ton
(terukur)
900.000 ton
(terukur)
1.200.000 ton
(hipotetik)
34.750.000 ton

Tdk aktif

KP aktif
Bebas
Bebas
Bebas
Perhutani
Bebas

KP aktif
Bebas

I - 56

Gambar 1.5
Peta Potensi Pertambangan di Provinsi Banten

I - 57

1.3.4.2 Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Provinsi Banten mempunyai empat kabupaten dan empat kota yang memiliki
wilayah pesisir. Panjang garis pantai mencapai 517,42 kilometer (termasuk pulau kecil).
Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari isu
permasalahan yang timbul terkait ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil serta sosial
ekonomi dan budaya wilayah pesisir.

A.

Ekosistem Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil


Isu dan permasalahan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil yang

teridentifikasi antara lain:


(1)

Kerusakan dan penurunan habitat terumbu karang. Kerusakan ekosistem terumbu


karang di Provinsi Banten umumnya disebabkan aktifitas manusia (anthropogenic
stress on coral reef) seperti kegiatan penangkapan ikan dengan bahan peledak,
bahan kimia (potassium cyanida), penangkapan ikan dengan jaring jodang dan
jaring bloon (semacam pukat harimau), penangkapan ikan hias, kegiatan industri di
pesisir Cilegon, kegiatan Pelabuhan, penambangan/pengambilan karang, kegiatan
wisata seperti pelepasan jangkar sembarangan dan penyelaman dan snorkling yang
tidak benar.
Penangkapan ikan dengan bahan peledak dan jaring menimbulkan kerusakan fisik
pada kerangka terumbu. Terumbu karang menjadi patah dan hancur, bahkan akan
menjadi potongan kecil (rubble) apabila tingkat kerusakannya tinggi. Penangkapan
ikan hias yang menggunakan bubu juga mempunyai dampak kerusakan yang sama
dengan mengangkat bongkahan terumbu. Sedangkan penangkapan ikan dengan
bahan kimia dapat menimbulkan kematian pada polip karang tanpa menimbulkan
kerusakan kerangka karang. Kematian karang yang disebabkan oleh bahan
pencemar dari kegiatan industri dan Pelabuhan juga berupa kematian polip karang,
pelepasan jangkar, penyelaman, snorkeling dan penambangan karang umumnya
menyebabkan kerusakan fisik seperti patah atau hancur pada kerangka terumbu.

(2)

Kerusakan dan penurunan habitat hutan mangrove. Kerusakan hutan bakau


umumnya terjadi pada kawasan yang telah mengalami tekanan dari aktifitas
manusia seperti penebangan pohon bakau, konversi lahan, penambangan batu dan
pasir, reklamasi, dan kegiatan industri. Penebangan pohon bakau umumnya

I - 58

digunakan untuk keperluan kayu bakar dan sedikit untuk konstruksi bangunan dan
rumah. Penebangan pohon untuk keperluan ini tidak banyak lagi namun masih
tetap menjadi ancaman yang perlu perhatian.

Reklamasi dengan menimbun

kawasan hutan bakau menjadi daratan menghilangkan sebagian dan mengurangi


habitat hutan bakau. Reklamasi terjadi di kawasan teluk Banten terutama di
Bojonegara. Kegiatan Industri dapat mempengaruhi kualitas hutan bakau melalui
pencemaranan lingkungan. Penambangan batu dan pasir secara tidak langsung juga
merusak ekosistem hutan bakau melalui perubahan pola hidrodinamika laut yang
menimbulkan abrasi. Konversi lahan hutan bakau menjadi kepentingan lain
merupakan penyebab utama kerusakan hutan bakau di Provinsi Banten. Umumnya
konversi lahan bakau diperuntukan untuk lahan tambak. Pembukaan lahan tambak
ini menyisakan sedikit habitat hutan bakau seperti di Panimbang, Labuan, Sumur,
Pagelelaran, Cikeusik dan Cigeulis (Pandeglang), dan pesisir Cilegon. Kerusakan
ekosistem hutan bakau akan mnurunkan potensi perikanan sebagai akibat
hilangnya tempat pemijahan (spawning ground), tempat pemeliharaan larva
(nursery ground), dan tempat mencari makanan (feeding ground).
(3)

Kerusakan dan penurunan habitat padang lamun. Kerusakan lamun berkorelasi


dengan kerusakan habitat pesisir seperti habitat terumbu karang dan hutan bakau.
Kerusakan ekosistem padang lamun disebabkan oleh penurunan kualitas
lingkungan, reklamasi, kegiatan penangkapan ikan. Penurunan kualitas lingkungan
umumnya disebabkan oleh kegiatan industri terutama di bagian Barat Teluk
Banten dan Cilegon. Kualitas air yang tercemar akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan produktifitas lamun. Kegiatan reklamasi (pengurugan) pantai
untuk kepentingan industri, dermaga dan jetty menyebabkan hilangnya areal
padang lamun.

(4)

Gangguan dan penurunan biota. Penurunan biota terjadi karena akibat sekunder
penurunan kualitas lingkungan dan kerusakan habitat seperti terumbu karang,
padang lamun, hutan bakau, dan daerah aliran sungai. Kerusakan yang terjadi pada
kawasan konservasi juga akan mempengaruhi populasi biota air dan burung.

(5)

Gangguan Daerah Aliran Sungai (DAS). Gangguan daerah aliran air (DAS)
disebabkan adanya degradasi wilayah hulu DAS akibat penurunan kualitas air
(pencemaran), sedimentasi, dan penggundulan hutan. Penurunan kualitas air
disebabkan oleh kegiatan industri, penambangan emas dan limbah domestik yang

I - 59

membuang limbahnya seperti logam berat, organik dan bahan kimia lainnya.
Sedimentasi pada DAS umumnya disebabkan oleh peningkatan run off di daerah
hulu, serta tumbuhnya tumbuhan gulma air yang sangat cepat seperti eceng
gondok, kiambang, rumput laments dan cakung. Gulma air ini akan memperlambat
aliran air, memperkecil debit air dan mempercepat pendangkalan.
(3)

Gangguan dan kerusakan ekosistem dan biota di kawasan konservasi. Gangguan


ekosistem di kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam
Pulau Dua umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak proposional di
dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Berdasarkan proses yang terjadi sumber
kerusakan dapat dibedakan antara sumber primer (langsung) dan sekunder (tidak
langsung). Sumber primer yang menimbulkan permasalahan utama di kawasan
konservasi antara lain: penangkapan ikan karang dengan pengeboman, bahan
racun/kimia, alat tangkap destruktif, pengambilan batu karang dan kayu bakar,
kunjungan wisata, lintasan kawasan, penangkapan burung, telur dan satwa lainnya,
serta kurang memadainya sistem keamanan di dalam kawasan konservasi. Sedang
sumber sekunder yang menimbulkan permasalahan sekunder terhadap kawasan
konservasi seperti penggalian pasir, kegiatan industri, Pelabuhan yang berada di
luar kawasan tetapi memberikan dampak lanjutan terhadap ekosistem perairan
sekitarnya termasuk kawasan konservasi.
Muara permasalahan utama yang terjadi di kawasan konservasi adalah lemahnya
sistem keamanan yang meliputi sarana dan prasarana, tenaga keamanan, peraturan
dan perundang-undangan, sosialisasi, koordinasi antar stake holder, kesadaran
masyarakat, serta anggaran biaya pengawasan yang sangat rendah. Umumnya
permasalahan yang timbul karena sistem keamanan yang lemah akan menyebabkan
kerusakan habitat dan biotanya di kawasan konservasi. Untuk lebih jelasnya
mengenai sebaran pulau-pulau kecil di Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel 1.8.

I - 60

Tabel 1.8
Sebaran Pulau-Pulau di Provinsi Banten
No.

Kabupaten/Kota

Jumlah Pulau
(Buah)

Luas Total
(Ha)

Nama Pulau

1.

Kota Cilegon

52,00 Merak Besar


Merak Kecil
Plorida
Ular
Tempurung

2.

Kab. Pandeglang

33

3.

Kab. Serang

17

4.

Kab. Tangerang

5.

Kab. Lebak

1.000,00 Tanjung Layar


Manuk
Karang Malang
Karang Bokor
Karang Masigit

Kecamatan

Desa

Luas
(Ha)

Pulomerak
Pulomerak
Pulomerak
Pulomerak
Pulomerak

Taman Sari
Mekar Sari
Lebak Gede
Taman Sari
Taman Sari

24.524,20 Popole
Liwungan
Oar
Sumur
Umang
Mangir
Pamanggangan
Boboko
Handeuleum
Handeuleum Tengah
Peucang
Panaitan
Deli
Tinjil
Badul
Karang Tikukur
Pinang Kecing
Waton
Karangcopong Besar
Karangcopong Kecil
Karangcareuh
Karang Tikukur Kecil
Karang Ewoh
Karang Eurih
Karang Cikalapa Bereum
Kabuyutan
Karangbidur
Karang Pabayang
Karang Gunung Payung
Karang Jajar
Batu Putih
Batu Asin
Batu Quran

Labuan
Panimbang
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Cimanggu
Cikeusik
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur
Sumur

Sukamaju
Citeureup
Kerta Jaya
Sumur
Sumber Jaya
Tunggal Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ranca Pinang
Tanjungan
Tunggal Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
Ujung Jaya
-

1,20
50,00
11,00
1.600,00
10,00
1.500,00
900,00
900,00
60,00
50,00
500,00
17.500,00
750,00
650,00
15,00
4,00
4,00
15,00
4,00
-

11.643,14 Sangiang
Salira
Kali Utara
Tarahan
Kemanisan
Cikantung
Panjang
Semut
Karang Cawene
Karang Parejakah
Tunda/Babi
Kali Selatan
Pamujan Besar
Pamujan Kecil
Kubur
Gedang/Pisang
Lima

Anyer
Pulo Ampel
Pulo Ampel
Bojonegara
Bojonegara
Bojonegara
Kasemen
Kasemen
Cinangka
Cinangka
Tirtayasa
Bojonegara
Pontang
Pontang
Kasemen
Kasemen
Kasemen

Cikoneng
Pulo Ampel
Pulo Ampel
Margagiri
Bojonegara
Bojonegara
Pulo Panjang
Pulo Panjang
Cinangka
Cinangka
Wargasara
Pulo Ampel
Susukan
Domas
Banten
Banten
Banten

845,50
1.875,00
3,50
11,88
7,50
1,25
798,00
1.875,00
4,38
3,50
257,50
3,00
15,00
0,63
4.375,00
1.563,00
3,50

Pulau Betingan

Semut
Karang Cawene
Kali Selatan

40,00
2,00
2,00
8,00

Teluk Naga

Teluk Naga

Bayah
Bayah
Wanassalam
Bayah
-

Sawarna
Darmasari
Muara
Bayah Barat
-

1.000,00
-

Cinangka
Bojonegara

Cinangka
Pulo Ampel

4,38
3,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Pesisir Provinsi Banten, 2007

B.

Sosial Ekonomi dan Budaya Wilayah Pesisir


Berdasarkan karakterisitik biofisik dan oseanografi, Wilayah Pesisir Banten dapat

dibagi tiga zona, yaitu Zona Pesisir Pantai Utara, Zona Pesisir Pantai Barat, dan Zona

I - 61

Pesisir Pantai Selatan. Karakteristik yang berbeda di ketiga zona tersebut memberi
pengaruh yang berbeda terhadap potensi dan permasalahan pengelolaan pesisir yang ada.
(1) Permasalahan pengembangan potensi pesisir selatan Banten adalah karena

topografi wilayah pantai selatan yang berbukit-bukit sehingga sarana jalan untuk
mencapai lokasi tersebut relatif masih terbatas bila dibandingkan dengan pantai
utara Banten. Permasalahan klasik ini cukup menghambat dalam pergerakan
orang dan barang yang diproduksi maupun yang dibutuhkan dikawasan ini.
(2) Selain itu karakteristik oseanografi pesisir Selatan yakni Samudera Hindia adalah

perairan laut lepas dengan arus dan ombak yang besar serta pengaruh perbedaan
musim barat dan timur yang sangat berperan terhadap pola pemanfaatan
sumberdaya perikanan, sehingga nelayan pantai selatan di Kabupaten Lebak dan
Pandeglang sangat tergantung pada keadaan musim ini. Pada musim barat,
kebayakan nelayan pantai selatan tidak pergi melaut. Biasanya mereka memanfaatkan
waktu luang mereka untuk memperbaiki armada perikanannya, seperti pengecatan
dan perbaikan mesin dan sebagainya. Dalam kondisi ini praktis nelayan tidak
bekerja, kecuali bagi nelayan yang mempunyai lahan pertanian, mereka biasanya
memanfaatkan waktu rehat tidak melautnya dengan bercocok tanam.
(3) Sedangkan di kawasan Utara Banten telah berkembang menjadi koridor-koridor

pertumbuhan antar kota besar seperti Serang Jakarta Cirebon. Demikian juga
dengan pemanfaatan lahan pesisir yang sangat intensif untuk berbagai aktivitas
pembangunan seperti industri, Pelabuhan, pertanian, kawasan wisata,
pemukiman dan budidaya perairan. Permasalahan yang muncul di utara
Banten bukan lagi hambatan topografi, melainkan kepada permasalahan
pemanfaatan ruang dan aktivitasnya serta sosial ekonomi masyarakatnya.
(4) Kondisi

yang berbeda terjadi di pantai Barat Banten yang dapat

dikatagorikan sebagai kawasan peralihan antara wilayah pantai utara yang telah
berkembang dengan wilayah pantai selatan yang masih tertinggal. Ciri yang
membedakan tersebut adalah dengan telah berkembangnya pemanfaatan
lahan seperti untuk wisata disamping masih terdapat kawasan konservasi dan areal
pertanian yang menempati topografi yang masih berbukit-bukit serta karakteristik
oseanografi Selat Sunda yang dipengaruhi oleh karakteristik Laut Jawa dan
Samudera Hindia.

I - 62

1.3.5 Potensi Ekonomi Wilayah


Perekonomian wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu 2005-2007 bergerak
dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) rata-rata 5,76% per tahun. Dengan LPE
mencapai sebesar 5,57% dan 6,04% pada tahun 2006 dan 2007, maka nilai PDRB a.d.h
konstan (2000) pada tahun 2006 mencapai 61,32 Trilyun dan tahun 2007 mencapai 64,92
Trilyun. Sedangkan nilai PDRB a.d.h berlaku pada tahun 2006 mencapai 97,87 Trilyun
dan pada tahun 2007 mencapai 107,28 Trilyun.
Pola perkembangan perekonomian wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu
2003-2007 dicirikan dengan pergeseran peranan sektoral, dimana penguatan peran sektor
tersier (service) ditunjukkan oleh peningkatan kontribusinya terhadap perekonomian
wilayah sebesar 1,97% sehingga menempatkan proporsi 37,28% hingga tahun 2007.
Meskipun sektor sekunder (manufactur) masih mendudukkan perannya sebagai
pembentuk utama nilai ekonomi wilayah (hingga tahun 2007 kontribusinya sebesar
54,72%), namun dalam perkembangannya kontribusinya menurun sebesar 2,10%.
Sedangkan sektor primer sebagai lapangan usaha terbesar dalam penyerapan tenaga kerja,
mengalami peningkatan sebesar 0,13%, sehingga menempatkan kontribusi sebesar 8,01%
hingga tahun 2007.
Sektor pertambangan dan penggalian mampu menyerap tenaga kerja secara lebih
baik dibandingkan sektor-sektor lainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio rata-rata
kontribusi ekonomi terhadap rata-rata kontribusi tenaga kerja yang sebesar 4,70.
Kecenderungan sektor padat karya lainnya ditunjukkan oleh sektor pertanian (2,92), sektor
jasa-jasa (2,50), sektor bangunan (1,53) serta sektor perdagangan hotel dan restoran (1,20).
Sedangkan sektor-sektor dengan kecenderungan padat modal ditunjukkan oleh sektor
listrik, gas dan air bersih (0,08), sektor industri pengolahan (0,46), sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan (0,94), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (0,96).
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi antara lain ditopang oleh investasi
(PMTB) yang bertumbuh dari tahun ke tahun dengan laju rata-rata 13,97% per tahun.
Struktur investasi di Provinsi Banten ditunjukkan dengan komposisi investasi swasta dan
masyarakat yang sebesar 68,30% serta investasi pemerintah 31,70%. Investasi swasta dan
masyarakat terdiri dari PMA dan PMDN yang masing-masing berkontribusi 21,30% dan
14,31%, sedangkan peranan investasi UMKMK sebesar 32,69%. Sedangkan investasi
pemerintah terdistribusi dalam dana APBN (10,39%), dana APBD Provinsi Banten
(6,77%) serta dana APBD kabupaten/kota (14,54%).
I - 63

Gambar 1.6
Grafik Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Banten
Tahun 2007 (%)

JASA-JASA; 4,63
KEUANGAN,
PERSEWAAN DAN
JASA
PERUSAHAAN;
3,29

PERTANIAN; 8,06

PERTAMBANGAN
DAN PENGGALIAN;
0,11

PENGANGKUTAN
DAN KOMUNIKASI;
8,89
PERDAGANGAN,
HOTELDAN
RESTORAN;
19,68

INDUSTRI
PENGOLAHAN;
48,42

BANGUNAN; 2,89
LISTRIK, GAS DAN
AIR BERSIH; 4,04

Sumber : Diolah dari Banten DalamAngka, Tahun 2007

Gambar 1.7
Perkembangan PDRB dan LPE Provinsi Banten
Tahun 2003-2007
120.000.000,00

6,04

6,20
6,00

5,88
100.000.000,00

5,80

5,63

5,57

80.000.000,00

5,60
5,40

60.000.000,00
5,20

5,07

65.046.775,78

107.431.957,89

61.341.658,65

97.867.273,39

58.106.948,23

84.622.288,47

54.880.406,51

74.562.753,50

51.957.457,74

20.000.000,00

5,00

66.874.433,76

40.000.000,00

4,80
4,60
4,40

2003
PDRBA.D.H. BERLAKU

2004

2005
PDRBA.D.H. KONSTAN

2006

2007
LPE

I - 64

Pembandingan kontribusi masing-masing sektor dari setiap Kabupaten/Kota


terhadap sektor yang sama dalam cakupan Provinsi Banten pada tahun 2007
menemukenali beberapa hal sebagai berikut.
a. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor pertanian yaitu
Kabupaten Tangerang (30,98 %), selanjutnya Kabupaten Lebak (27,27 %), dan
Kabupaten Serang (21,74 %).
b. Tiga

kabupaten/kota

yang

memberikan

kontribusi

terbesar

di

sektor

pertambangan/penggalian yaitu Kabupaten Lebak (65,56 %) Kabupaten Tangerang


(16,71 %), dan Kota Cilegon (8,42 %).
c. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor industri
pengolahan yaitu Kota Tangerang (41,83 %), Kabupaten Tangerang (26,20 %), dan
Kota Cilegon (17,64 %).
d. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor listrik/gas/air
bersih yaitu Kabupaten Tangerang (47,57 %), Kota Cilegon (34,72 %), dan Kabupaten
Serang (14,16 %).
e. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor bangunan/
konstruksi yaitu Kabupaten Serang (33,21 %), Kota Tangerang (25,53 %), dan
Kabupaten Tangerang (21,37 %).
f. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor perdagangan/
hotel/restoran yaitu Kota Tangerang (50,51 %), Kabupaten Tangerang (19,90 %), dan
Kota Cilegon (12,14 %).
g. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor pengangkutan dan
komunikasi yaitu Kabupaten Tangerang (53,77 %), dan Kota Cilegon (20,93 %), dan
Kabupaten Serang (9,33 %).
h. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor keuangan/
persewaan/jasa perseorangan yaitu Kota Tangerang (41,26 %), Kabupaten Tangerang
(22,51 %), dan Kabupaten Serang (15,11 %).
i. Tiga kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar di sektor jasa lainnya yaitu
Kabupaten Tangerang (31,29 %), Kabupaten Serang (25,32 %), dan Kota Tangerang
(15,98 %).

I - 65

Selanjutnya kajian perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas


Dasar Harga Konstan Tahun 2000 untuk Provinsi Banten mulai tahun 2004 sampai tahun
2007, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.
1. Pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Banten rata-rata pada periode tahun 20042005 adalah 5,80 %, sedangkan pada periode 2005-2006 sebesar 26,28 % per tahun
dan periode 2006-2007 indikasi menurun sebesar 11,28 % per tahun.
2. Laju

pertumbuhan

tertinggi

pada

periode

2004-2005

dicapai

oleh

sektor

bangunan/konstruksi dengan laju pertumbuhan sebesar 9,52 % per tahun, pada periode
2005-2006 sebesar 5,18 % per tahun, sedangkan pada periode 2006-2007 sebesar
3,03%.
3. Laju pertumbuhan tertinggi kedua pada periode 2004-2005 dicapai oleh sektor
keuangan/persewaan/ jasa perusahaan yaitu sebesar 9,02 % per tahun, dan pada
periode 2005-2006 sebesar 11,16 % per tahun, sedangkan pada periode 2006-2007
sebesar 3,55 %.
4. Laju pertumbuhan tertinggi selanjutnya pada periode 2004-2005 dicapai oleh sektor
perdagangan/hotel/ restoran dengan laju pertumbuhan sebesar 8,84 % per tahun, dan
pada periode 2005-2006 sebesar 7,28 % per tahun, sedangkan pada periode 20062007 sebesar 18,99 %.

1.3.6 Potensi Prasarana dan Sarana


1.3.6.1 Prasarana Transportasi
Wilayah Provinsi Banten memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, karena untuk
mendukung pergerakan orang dan barang intra provinsi maupun antar provinsi didukung
sediaan jalan kabupaten, jalan provinsi, jalan nasional dan bebas hambatan.
Informasi ketersediaan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 1.9 sampai Tabel 1.10.

I - 66

Tabel 1.9
Jalan Nasional di Provinsi Banten
RUAS JALAN

FUNGSI

KELAS
JALAN

PANJANG
LAPIS
(KM)
PERMUKAAN

Tangerang-Serang
A
II
52.820
Jl. Raya Serang (Tangerang)
A
II
7.390
Jl. Daan Mogot (Tgr-Batas DKI)
A
II
7.450
Ciputat-Bogor (Batas DKI-Gandaria/Bts.
Bogor/Tangerang)
K1
II
9.220
Cilegon-Merak
A
II
8.020
Jl. Raya Cilegon (Cilegon)
A
II
1.480
Jl. Raya Merak (Cilegon)
A
II
3.000
Serang-Cilegon
A
II
6.420
Jl. Maulana Yusuf (Serang)
A
II
0.450
Jl. Tirtayasa (Serang)
A
II
0.550
Jl. Mayor Safei (Serang)
A
II
0.800
Jl. Raya Cilegon (Serang)
A
II
6.150
Jl. Raya Serang (Cilegon)
A
II
3.730
Jl. Ahmad Yani (Serang)
A
II
1.650
Jl. Sudirman (Serang)
A
II
4.400
Cilegon-Pasauran
K1
III B
38.920
Jl. Raya Anyer (Cilegon)
K1
III B
3.500
Serdang-Bojonegara-Merak
K1
34.850
Labuan-Pasauran
K1
III B
16.600
Labuan-Simpang Labuan
K1
III B
3.650
Simpanglabuan-Saketi
K1
III B
17.100
Pandeglang-Saketi
K1
III B
17.600
Jl. Abdulrahim (Pandeglang)
K1
III B
0.200
Jl. Raya Labuan (Pandeglang)
K1
III B
3.020
Jl. Mayor Widagdo (Pandeglang)
K1
III A
0.250
Jl. Raya Rangkasbitung (Pandeglang)
K1
III A
3.390
Simpanag Labuan-Cibaliung
K1
III B
49.270
Cibalieng-Cikeusik-Muara Binuangeun
K1
III B
43.920
Pandeglang-Rangkasbitung
K1
III A
14.260
Jl. Raya Pandeglang (Rangkasbitung)
K1
III A
3.200
Rangkasbitung-Cigelung
K1
III A
39.230
Jl. Sunan Kalijaga (Rangkasbitung)
K1
III A
1.600
Jl. Raya Cipanas (Rangkasbitung)
K1
III A
2.200
Simpang-Muara Binuangeun
K1
III B
16.940
Simpang-Bayah
K1
III B
33.690
Bayah-Cibareno-Batas Jabar
K1
III B
33.480
TOTAL PANJANG
490.400
Sumber : SK Menkimpraswil No. 376/KPTS/M2004, Dinas BMTR Provinsi Banten, 2008
A : Arteri, K1 : Kolektor 1

Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix

I - 67

Tabel 1.10
Jalan Provinsi di Provinsi Banten
RUAS JALAN

Ciputat-Ciledug
Jl. Raya Jombang (Ciledug)
Jl. Raya Jombang (Ciputat)
Jl. Aria Putra (Ciputat)
Jl. H. Usman (Ciputat)
Tangerang-Serpong-Bts.Bogor
Jl. Raya By Pass (Tangerang)
Jl. Raya Serpong (Tangerang)
Simpang Bitung-Curug
Jl. Beringin Raya (Tangerang)
Jl. Raya Cipondoh
Jl. Raya Ciledug
Ciputat-Serpong
Jl. Pajajaran (Ciputat)
Jl. Puspiptek Raya (Ciputat)
Curug-Parung Panjang
Kronjo-Mauk
Mauk-Teluk Naga
Teluk Naga-Dadap
Cisauk-Jaha
Malangnengah-Tigaraksa
Karawaci-Legok
Pamulang Timur-Sp.Gaplek
Sp.Gaplek-Batas DKI
Pontang-Kronjo (Tanara-Kronjo)
Tigaraksa-Citeras
Serang-Cadasari
Jl. Tb. A. Khatib (Serang)
Jl. Yumaga (Serang)
Jl. Raya Pandeglang (Serang)
Cikande-Citeras
Pakupatan-Palima
Palima-Pasang Teneng
Terate-Banten Lama
Banten Lama-Pontang
Ciruas-Pontang
Sempu-Dukuh Kawung
Jalan Parigi-Sukamanah
Kramatwatu-Tonjong
Jl. Trip Jamaksari (Serang)
Jl. Ayip Usman (Serang)
Lopang-Banten Lama
Jl. Kh. Abdul Fatah Hasan
Jl. Abdul Hadi (Serang)
Jl. Tb. Suwandi.(Ling.Selatan)
Jl. Letnan Jidun (Serang)
Simpang Taktakan-Gunung Sari
Gunung Sari-Mancak-Anyer
Kemang-Kaligandu
Jl. Veteran (Serang)

FUNGSI

KELAS
JALAN

PANJANG
(KM)

LAPIS
PERMUKAAN

K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2

III B
III B
III B
III B
III B
III A
III A
III A
III B
III B
III B
III B
III B
III B
III B
III B

K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
K2
-

III A
III A
III A
III A
-

4.02
4.04
2.08
4.50
0.46
15.10
4.07
4.24
5.02
1.70
9.50
7.40
4.25
3.09
2.94
11.82
11.40
20.40
8.50
11.60
15.60
8.50
1.80
7.50
5.80
27.20
14.22
0.65
0.80
0.73
18.10
10.50
40.90
11.50
16.20
14.80
10.70
25.60
4.80
1.35
2.27
7.70
1.75
0.71
3.70
0.70
13.50
22.00
1.90
0.80

Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Rigid
ATB
ATB+Rigid
ATB+Rigid
ATB+Rigid
Rigid
Hotmix+Rigid
Hotmix+Rigid
Hotmix+Rigid
Hotmix+Rigid
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Lapen
Lapen
Lapen+Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix

I - 68

RUAS JALAN

Jl. KH. Syam'un (Serang)


Ciruas-Petir-Warunggunung (Sorok)
Pontang-Kronjo (Pontang-Tanara)
Jl. Yasin Beji (Cilegon)
Cadasari-Pandeglang
Jl. Tb. Asnawi (Pandeglang)
Jl. A. Yani (Pandeglang)
Jl. Raya Serang (Pandeglang)
Saketi-Simpang (Saketi-Picung)
Cibaliung-Sumur
Cigadung-Cipacung
Mengger-Mandalawangi-Caringin
Saketi-Ciandur
Jl. Jenderal A. Yani (Labuan)
Picung-Munjul
Munjul-Cikeusik
Munjul-Panimbang
Ciseukeut-Sobang-Tela
Saketi-Simpang (Picung-Simpang)
Bayah-Cikotok
Gunung Madur-Pulau Manuk
Citeras-Rangkasbitung
Jl. By Pass (Rangkasbitung)
Jl. Raya Cikande (Rangkasbitung)
Cikotok-Bts. Jabar
Cipanas-Warung Banten
Maja-Koleang
Ciruas-Petir-Wr.Gunung (Sorok-Wr.Gunung)
Wr. Gunung-Gunung Kencana
Gunung Kencana-Malingping
Gunung Kencana-Banjar Sari
TOTAL PANJANG

FUNGSI

KELAS
JALAN

PANJANG
(KM)

LAPIS
PERMUKAAN

K2
K2
K2
K2
K2
K3
-

III A
III A
III A
III A
III B
III B
-

K2
K2
K3
K2
K2
K2
K2
K2
-

IIIB
III B
III B
III A
III A
III B
-

0.58
19.50
12.80
3.00
4.51
0.20
3.01
0.40
17.05
20.31
10.50
28.70
0.40
1.10
16.60
16.10
20.20
12.10
44.93
13.86
4.42
4.10
3.98
1.32
25.03
59.00
16.40
6.10
49.20
34.70
10.50

Hotmix
Hotmix
Lapen
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Lapen, Hotmix
Hotmix
Rigid, Hotmix
Hotmix
Lapen,Hotmix
Hotmix
Lapen
Hotmix
Hotmix
Lapen
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix
Hotmix

889.010

Sumber : SK Gubernur Banten No.761/Kep.8-Huk/2006, Dinas BMTR Provinsi Banten, 2008


K2 : Kolektor 2

Prasarana kepelabuhanan yang dimiliki oleh Provinsi Banten terdiri dari Pelabuhan
khusus, Pelabuhan umum yang diusahakan, Pelabuhan umum yang tidak diusahakan
sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.11, Tabel 1.12, Tabel 1.13 dan Tabel 1.14 pada
halaman selanjutnya. Di samping itu, di Provinsi Banten pun sedangkan direncanakan
pembangunan Pelabuhan Laut Internasional Bojonegara, yang keberadaannya tentunya
akan sangat mendukung fungsi dan peran beberapa kota PKN di Provinsi Banten.
Adapun prasarana bandar udara yang terdapat di Provinsi Banten yaitu Bandara
Budiarto Curug, Bandara Pondok Cabe dan Bandara Gorda. Dalam uraian isu strategis
daerah, di Kabupaten Pandeglang pun akan dibangun lapangan terbang perintis yang
masih dalam kajian Departemen Perhubungan yang rencananya berlokasi di Kecamatan

I - 69

Panimbang. Gambaran kondisi dan ketersediaan prasarana Pelabuhan udara Soekarno


Hatta dapat dilihat pada Tabel 1.15 pada halaman selanjutnya.
Moda transportasi lainnya yang dimiliki oleh Provinsi Banten yaitu moda
transportasi kereta api. Sebagaimana diinformasikan dari Dinas Perhubungan Provinsi
Banten, terdapat 23 stasiun yang menghubungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakarta
serta lintas Tangerang. Gambaran kondisi dan ketersediaan prasarana kereta api dapat
dilihat pada Tabel 1.16 pada halaman selanjutnya.

I - 70

Tabel 1.11
Pelabuhan Khusus
POSISI
KOORDINAT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI
PELABUHAN

KONSTRUKSI
DERMAGA/
KONDISI/FASILITAS

06 - 02' - 40" LS / 105 55' - 00" BT

-2.00

150.00

20.00

ANYER

LAP. PENUMPUKAN

-8.00

75.00

52.00

ANYER

JETTY /

-18.00

40.00

20.00

ANYER

JETTY /

-18.00

12.00

6.00

ANYER

JETTY /

-12.00

135.00

10.00

ANYER

JETTY /

-12.00

40.00

5.00

ANYER

JETTY /

-14.00

237,77

8.00

ANYER

JETTY /

-14.00

223.00

5.00

ANYER

JETTY /

-12.00

170.00

17.50

CIGADING

BETON / BAJA

-12.00

170.00

17.50

CIGADING

BETON / BAJA

-15.00

230.00

17.50

CIGADING

BETON / BAJA

-15.00

285.00

22.15

CIGADING

BETON / BAJA

PELABUHAN
KHUSUS
PT. SRIWI

PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL CENTRE


DERMAGA

06 - 02' - 25" LS/ 105 55' - 35" BT

PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK


A. DERMAGA 1
B. DERMAGA 2

06 - 01' - 58" LS/ 105 55' - 00" BT


06 - 01' - 58" LS/ 105 55' - 00" BT

PT. ASAHIMAS CHEMICAL


A. DERMAGA 1
B. DERMAGA 2
C. DERMAGA 3

06 - 01' - 41.042"
105 - 56' - 04.67"
06 - 01' - 40" LS/
- 56' - 20" BT
06 - 01' - 34" LS/
56' - 07" BT

LS/
BT
105
105 -

PT. BAYER MATERIAL SCIENCE


DERMAGA

06 - 01' - 21.38" LS/


105 - 01' - 23.07" BT

PT. KRAKATAU STEEL /KRAKATAU BANDAR SAMUDERA


06 - 00' - 50" LS/
A. DERMAGA LUAR 1
- 57' - 11" BT
06 - 00' - 50" LS/
B. DERMAGA LUAR 2
57' - 11" BT
06 - 00' - 50" LS/
C. DERMAGA LUAR 3
57' - 11" BT
D. DERMAGA LUAR 4
06 - 00' - 50" LS/

105
105 105 105 -

I - 71

PELABUHAN
KHUSUS
E. DERMAGA LUAR 5
F. DERMAGA DALAM 1
G. DERMAGA DALAM 2
H. DERMAGA DALAM 3
I. DERMAGA DALAM 4
J. DERMAGA TONGKANG

POSISI
KOORDINAT
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT
06 - 00' - 50"
57' - 11" BT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI
PELABUHAN

KONSTRUKSI
DERMAGA/
KONDISI/FASILITAS

-10.00

240.00

30.00

CIGADING

BETON / BAJA

-6.00

121.00

15.00

CIGADING

BETON / BAJA

-6.00

122.00

15.00

CIGADING

BETON / BAJA

-14.00

142.00

15.00

CIGADING

BETON / BAJA

-14.00

142.00

15.00

CIGADING

BETON / BAJA

-6.00

75.00

35.00

CIGADING

BETON / BAJA

-5.00

30.00

2.50

CIGADING

BETON / BAJA

-11.00

70.00

9.00

TG. GEREM

JETTY

-13.00

40.00

4.00

TG. GEREM

JETTY

-14.00

60.00

4.00

TG. GEREM

JETTY

-15.00

160.00

4.50

TG. GEREM

JETTY

-12.00

203.00

1.50

TG. GEREM

JETTY

LS/ 105 LS/ 105 LS/ 105 LS/ 105 LS/ 105 LS/ 105 -

PLTU KRAKATAU STEEL (KRAKATAU DAYA LISTRIK)


DERMAGA

05 - 59' - 45" LS/ 105 58' - 34" BT

PT. TITAN NUSANTARA INTERINDO (D/H PT PENI)


05 - 58' - 36" LS/ 105 53' - 21" BT
PT. PERTAMINA (TERMINAL TRANSIT BBM TG. GEREM)
05 - 58' - 17" LS/ 105 A. DERMAGA 1
59' - 21.5" BT
05 - 58' - 24" LS/ 105 B. DERMAGA 2
59' - 18" BT
DERMAGA

PT. MITSUBISHI CHEMICAL INDONESIA (D/H PT BAKRIE KASEI CORP)


DERMAGA

05 - 58' - 08" LS/ 105 59' - 27" BT

PT. UNGGUL INDAH CAHAYA


05 - 57' - 06" LS/ 105 59' - 37" BT
PT. BUMIMERAK TERMINALINDO / PT SARI SARANA KIMIA
DERMAGA

I - 72

PELABUHAN
KHUSUS
DERMAGA
PT. DOVER CHEMICAL

POSISI
KOORDINAT
05 - 57' - 14" LS/ 105 59' - 54" BT
05 - 57' - 07" LS/ 105
- 59' - 55" BT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI
PELABUHAN

KONSTRUKSI
DERMAGA/
KONDISI/FASILITAS

-11.00

340.00

15.00

TG. GEREM

JETTY

-13.00

190.00

3.00

TG. GEREM

JETTY

-8.00

150.00

5.00

TG. GEREM

JETTY

-8.00

100.00

6.00

TG. GEREM

JETTY

-13.00

350.00

18.50

LEBAK GEDE

BETON / BAJA

-3.00

175.00

20.00

LEBAK GEDE

BETON / BAJA

-13.00

300.00

27.00

LEBAK GEDE

BETON / BAJA

-13.00

20.00

6.00

LEBAK GEDE

JETTY

-5.00

65.00

21.50

TJ. SEKONG

JETTY

-5.40

61.40

20.00

TJ. SEKONG

JETTY

-2.40

75.50

10.00

TJ. SEKONG

JETTY

-10.00

450.00

11.00

SURALAYA

JETTY

-14.00

360.00

27.50

SURALAYA

JETTY

-2.50

90.00

60.00

BOJONEGARA

JETTY

PT. PRO INTER CONTINENTAL (PROINTAL)


05 - 57' - 22" LS/ 105 59' - 43" BT
05 - 58' - 36" LS/ 105 B. DERMAGA 2
59' - 21" BT
PT. INDAH KIAT PULP & PAPER (MERAK MAS)
05 - 55' - 22" LS/ 105 A. DERMAGA BARAT
56' - 49" BT
05 - 55' - 22" LS/ 105 B. DERMAGA SELATAN
56' - 49" BT
05 - 55' - 22" LS/ 105 C. DERMAGA TIMUR
56' - 49" BT
PT. TOMINDOMAS BULK TANK TERMINAL
05 - 54' - 46" LS/ 106 DERMAGA
57' - 59" BT
PT. SANTA FE POMEROY INDONESIA
05 - 54' - 21.06" LS/
A. DERMAGA 1
105 - 50' - 50.4" BT
05 - 54' - 21.06" LS/
B. DERMAGA 2
105 - 50' - 50.4" BT
05 - 54' - 21.06" LS/
C. DERMAGA 3
105 - 50' - 50.4" BT
PT. PLTU SEKTOR SURALAYA (PT INDONESIA POWER)
05 - 53' - 21" LS/ 105 A. DERMAGA 1
01' - 36" BT
05 - 01' - 56.27" LS/
B. DERMAGA 2
106 - 01' - 48.82" BT
PT. MESEI SARANA INDONESIA
A. DERMAGA 1
05 - 53' - 56" LS/ 106 A. DERMAGA 1

I - 73

PELABUHAN
KHUSUS
b. Dermaga 2
c. Dermaga 3

POSISI
KOORDINAT
05' - 37" BT
05 - 54' - 21.06"
105 - 50' - 50.4"
05 - 54' - 21.06"
105 - 50' - 50.4"

LS/
BT
LS/
BT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI
PELABUHAN

KONSTRUKSI
DERMAGA/
KONDISI/FASILITAS

-2.50

90.00

33.40

Bojonegara

Jetty

-2.50

90.00

60.00

Bojonegara

Jetty

-6.00

15.00

10.00

BOJONEGARA

JETTY

-14.00

140.00

15.00

BOJONEGARA

JETTY

-15.00

140.00

15.00

BOJONEGARA

JETTY

-12.00

20.00

10.00

BOJONEGARA

JETTY

-12.00

15.00

14.00

BOJONEGARA

JETTY

-12.00

15.00

14.00

BOJONEGARA

JETTY

-5.00

46.00

5.00

BOJONEGARA

JETTY / BETON / BAJA

-6.00

35.00

5.00

BOJONEGARA

JETTY

-5.00

24.00

24.00

BOJONEGARA

BETON / PAS. BATU

-7.00

100.00

20.00

BOJONEGARA

JETTY / BETON / BAJA

PT. LATEXIA INDONESIA /(dh PT RHODIA INDOLATEX)


05 - 52' - 55.6" LS/ 106
- 02' - 01.5" BT
05 - 52' - 58" LS/ 106 PT. SULFINDO ADIUSAHA
04' - 14" BT
05 - 53' - 30" LS/ 106 PT. KARBON INDONESIA
05' - 00" BT
PT. POLICHEM INDONESIA (D/H PT GT PETROCHEM INDUSTRIES)
05 - 53' - 50.48" LS/
DERMAGA
106 - 04' - 40.75" BT
PT. REDECO PETROLIN UTAMA
DERMAGA

A. DERMAGA 1

05 - 53' - 00" LS/ 106 04' - 24.36" BT

05 - 52' - 52.41" LS/


106 - 04' - 10.98" BT
PT. BAKRIE CONSTRUCTION (D/H PT TRANS BAKRIE)
05 - 53' - 46.7" LS/ 106
DERMAGA
- 05' - 04.4" BT
PT. ARBE CHEM (D/H PT RISJAD BRASALI STYRINDO)
05 - 53' - 55.55" LS/
DERMAGA
106 - 05' - 18.15" BT
05 - 55' - 31" LS/ 106 PT. KUSUMA RAYA UTAMA
06' - 46" BT
PT. GUNANUSA UTAMA FABRICATOR
05 - 55' - 05" LS/ 106 A. DERMAGA 1
06' - 03" BT
B. DERMAGA 2

I - 74

PELABUHAN
KHUSUS

POSISI
KOORDINAT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI
PELABUHAN

KONSTRUKSI
DERMAGA/
KONDISI/FASILITAS

-7.00

150.00

20.00

BOJONEGARA

JETTY / BETON / BAJA

05 - 56' - 40" LS/ 106 06' - 45" BT


05 - 55' - 53.5" LS/ 106
PT. CILEGON FABRICATORS
- 06' - 45" BT
PT. BANTEN JAVA PERSADA (EX. PT GOLDEN KEY)
05 - 56' - 16" LS/ 106 DERMAGA
06' - 44" BT
PT. SYLPHA TERRA (EX. PT SAMANDYA TANDYA)
05 - 57' - 14" LS/ 106 DERMAGA
06' - 13" BT
05 - 58' - 55.2" LS/
PT. DIAS RAYA SHIPYARD
106 - 05' - 45.0" BT

-7.00

50.00

30.00

BOJONEGARA

JETTY

-10.00

71.00

23.00

BOJONEGARA

JETTY

-6.00

55.00

35.00

BOJONEGARA

BETON / PAS. BATU

-8.00

300.00

200.00

BOJONEGARA

BETON / PAS. BATU

05 - 58' - 12" LS/ 106 06' - 05" BT

-8.00

40.00

40.00

BOJONEGARA

BETON / PAS. BATU

-10.00

120.00

20.00

PULOAMPEL

JETTY

-12.50

10.00

15.00

B. DERMAGA 2

PT. BATU ALAM MAKMUR


PT. POLYCHEM LINDO
PT. NUSARAYA PUTRA MANDIRI

05 - 53' - 08.21" LS/


106 - 04' - 28.89" BT
05 - 53' - 52.2" LS/ 105
- 00' - 56.3" BT

Sumber: Dishub Provinsi Banten, 2007

I - 75

Tabel 1.12
Pelabuhan Umum Yang Diusahakan
KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI

KONDISI
FASILITAS

KETERANGAN

-9.50

112.00

18.00

CIWANDAN

BAIK

GENERAL CARGO

-6.00

87.00

15.50

CIWANDAN

BAIK

DRY BULK

-6.00

38.00

19.00

CIWANDAN

BAIK

DRY BULK

-9.00

26.00

10.00

CIWANDAN

BAIK

LIQUID BULK

-15.00

202.50

32.00

CIWANDAN

BAIK

CONTAINER / MULTI PURPOSE

-5.00

10.00

25.00

CIWANDAN

BAIK

PASSANGER CARGO

-6.00

38.00

19.00

CIWANDAN

BAIK

GENERAL CARGO

-15.00

150.00

32.00

CIWANDAN

BAIK

CONTAINER SPECIAL

-5.50

120.00

80.00

MERAK

MERAK

EMBARKASI & DEBARKASI


PENUMPANG & KENDARAAN /
BARANG

B. DERMAGA 2

-6.50

98.00

20.00

MERAK

MERAK

C. DERMAGA 3

-6.50

150.00

20.00

MERAK

MERAK

D. DERMAGA 4

-5.50

9.00

20.00

MERAK

MERAK

PELABUHAN UMUM
YANG DIUSAHAKAN

POSISI
KOORDINAT

PELABUHAN BANTEN
A. DERMAGA 1
B. DERMAGA 2
C. DERMAGA 3
D. DERMAGA 4
E. DERMAGA 5
F. DERMAGA 6
G. DERMAGA 7
H. DERMAGA KHUSUS
BATUBARA

06 - 56' - 36" LS/


105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 36" LS/
105 - 57' - 04" BT
06 - 56' - 47" LS/
105 - 49' - 42" BT

PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK


A. DERMAGA 1

05 - 55' - 05" LS/


106 - 56' - 12" BT

Sumber: Dishub Provinsi Banten, 2007

I - 76

Tabel 1.13
Pelabuhan Umum Yang Tidak Diusahakan
POSISI
KOORDINAT

KEDALAMAN
KOLAM
(M)

PANJANG
DERMAGA
(M)

LEBAR
DERMAGA
(M)

LOKASI

KONDISI
FASILITAS

KETERANGAN

PELABUHAN
KARANGANTU

06 - 02' - 00" LS/


106 - 09' - 50" BT

-0.50

500.00

1.00

KARANGANTU,
SERANG

BAIK

KONSTRUKSI
DERMAGA/TALUD
PASANGAN BATU KALI

PELABUHAN
BOJONEGARA

05 - 52' - 5" LS/


105 - 05' - 45" BT

-1.50

265.00

1.00

GRENYANG,
BOJONEGARA
SERANG

BAIK

KONSTRUKSI
DERMAGA/TALUD
PASANGAN BATU KALI

A. DERMAGA I

05 - 52' - 35" LS/


106 - 20' - 20" BT

-0.50

50.00

1.00

ANYER KAB.
SERANG

BAIK

KONSTRUKSI
DERMAGA/TALUD
PASANGAN BATU KALI

B. DERMAGA II

05 - 58' - 40" LS/


106 - 20' - 40" BT

-1.50

75.00

1.00

ANYER KAB.
SERANG

BAIK

KONSTRUKSI
DERMAGA/TALUD
PASANGAN BATU KALI

PELABUHAN LABUAN

06 - 23' - 00" LS/


105 - 48' - 59" BT

-0.50

315.00

1.00

DS. TELUK,
LABUAN
PANDEGLANG

BAIK

KONSTRUKSI
DERMAGA/TALUD
PASANGAN BATU KALI

PELABUHAN UMUM
YANG TIDAK
DIUSAHAKAN

PELABUHAN ANYER

Sumber: Dishub Provinsi Banten, 2007

I - 77

Tabel 1.14
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
JENIS SBNP

LOKASI

NO REG.
DSI
2260

TINGGI
(M)
60.0

POSISI
KOORDINAT
06 - 04' - 00" LS/105 - 53' - 00" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

PEMILIK

MENARA SUAR

CIKONENG

MENARA SUAR

TANJUNG LAYAR

2230

50.0

06 - 45' - 00" LS/105 - 12' - 30" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

MENARA SUAR

TEMPURUNG

2280

22.0

06 - 54' - 03" LS/105 - 56' - 00" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

MENARA SUAR

BLIMBING

2290

50.0

06 - 55' - 30" LS/104 - 33' - 30" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

RAMBU SUAR

TG. PONTOH

2228

30.0

06 - 50' - 43.07" LS/105 - 52' - 48.5" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

RAMBU SUAR

TG. PARAT

2240

30.0

06 - 31' - 39.9" LS/105 - 15' - 58.9" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

RAMBU SUAR

TG. LESUNG

2245

23.0

06 - 28' - 18.4" LS/105 - 39' - 52.6" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK

RAMBU SUAR

KARANGANTU

2390

10.0

06 - 01' - 40.0" LS/106 - 09' - 40.0" BT

RAMBU SUAR

P. RAKATA

2241

13.0

06 - 09' - 44" LS/105 - 17' - 31" BT

NAVIGASI KLAS I TJ.PRIOK


DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

TG. WATON

2242

25.0

06 - 36' - 46" LS/105 - 06' - 02" BT

DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

G. GADING FRONT

2250.4

11.0

06 - 01' - 22" LS/105 - 57' - 33" BT

PT PELUIS

RAMBU SUAR

G. GADING REAR

2250.5

14.0

06 - 01' - 26" LS/105 - 57' - 37" BT

PT PELUIS

RAMBU SUAR

PAKU

2249

5.0

06 - 02' - 22.2" LS/105 - 55' - 25.3" BT

PT CHANDRA ASRI

RAMBU SUAR

PASIK BROWN

2268

5.0

05 - 56' - 44" LS/105 - 58' - 47.8" BT

DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

TG. SEKONG

2269

5.0

05 - 55' - 05.4" LS/105 - 59' - 56.0" BT

DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

TG. KAHAL

2299

5.0

05 - 53' - 20.2" LS/106 - 01' - 19.4" BT

PLTN SURABAYA

RAMBU SUAR

TG. PIALA

2301

5.0

05 - 53' - 38.9" LS/106 - 05' - 03.4" BT

PT RBS

RAMBU SUAR

TG. PIALA

2302

5.0

05 - 53' - 39.4" LS/106 - 05' - 09.1" BT

PT RBS

RAMBU SUAR

TG. KAHAL

2300

7.0

05 - 53' - 40.0" LS/106 - 01' - 10.0" BT

RAMBU SUAR

TG. ALANG - ALANG

2234

12.0

06 - 38' - 48.0" LS/105 - 22' - 12" BT

PLTN SURABAYA
DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

P.ULAR/PEL.CIGADING

2250

64.0

06 - 00' - 33.5" LS/105 - 55' - 34" BT

DITJEN HUBLA

RAMBU SUAR

CIGADING

2250.1

17.0

06 - 01' - 08.0" LS/105 - 57' - 02.0" BT

RAMBU SUAR

CIGADING

2250.2

5.0

06 - 01' - 03.5" LS/105 - 57' - 04.2" BT

I - 78

JENIS SBNP

LOKASI

NO REG.
DSI

TINGGI
(M)

POSISI
KOORDINAT

RAMBU SUAR

CIGADING

2250.3

5.0

06 - 01' - 12.7" LS/105 - 57' - 55.4" BT

RAMBU SUAR

ANYER TERMINAL

2251

7.0

06 - 01' - 58.2" LS/105 - 55' - 52.4" BT

RAMBU SUAR

ANYER TERMINAL

2252

10.5

06 - 02' - 10.2" LS/105 - 55' - 49.4" BT

RAMBU SUAR

ANYER TERMINAL

2253

10.5

06 - 02' - 07.6" LS/105 - 55' - 45.4" BT

RAMBU SUAR

ANYER TERMINAL

2254

7.0

06 - 02' -09.2 " LS/105 - 55' - 45.8" BT

RAMBU SUAR

ANYER TERMINAL

2255

7.0

06 - 02' - 04.5" LS/105 - 55' - 45.4" BT

RAMBU SUAR

MERAK, TG. GEREM

2262

5.0

05 - 58' - 26.9" LS/105 - 59' - 29.9" BT

RAMBU SUAR

MERAK, TG. GEREM

2262.1

5.0

05 - 58' - 24.9" LS/105 - 59' - 26.8" BT

RAMBU SUAR

MERAK, TG. GEREM

2262.2

5.0

05 - 58' - 23.1" LS/105 - 59' - 27.6" BT

RAMBU SUAR

MERAK

2263

12.0

05 - 57' - 50.6" LS/105 - 59' - 41.6" BT

RAMBU SUAR

MERAK

2264

10.0

05 - 57' - 41.0" LS/105 - 59' - 45" BT

RAMBU SUAR

MERAK

2265

12.0

05 - 57' - 50.0" LS/105 - 59' - 41.0" BT

RAMBU SUAR

KARANG JAWA

2269.5

5.0

05 - 54' - 48.7" LS/105 - 59' - 16.6" BT

RAMBU SUAR

MERAK BESAR

2272

12.0

05 - 56' - 03.5" LS/105 - 59' - 31.5" BT

RAMBU SUAR

MERAK

2273

9.0

05 - 56' - 00.0" LS/105 - 59' - 44.0" BT

RAMBU SUAR

MERAK, TG. SEKONG

2277

14.0

05 - 55' - 09.5" LS/105 - 59' - 42.7" BT

RAMBU SUAR

SANGIANG ISLAND

2281

32.0

05 - 58' - 20.0" LS/105 - 51' - 08.0" BT

RAMBU SUAR

UJ. CUKUBERAGAM

2292

32.0

05 - 38' - 16.0" LS/104 - 18' - 02.0" BT

RAMBU SUAR

SURALAYA

2294

9.0

05 - 53' - 04.0" LS

RAMBU SUAR
SURALAYA
Sumber: Dishub Provinsi Banten, 2007

2295

9.0

05 - 52' - 56.5" LS/106 - 01' - 43.0" BT

PEMILIK

I - 79

Tabel 1.15
Prasarana Bandara Soekarno Hatta Provinsi Banten
PRASARANA
RUNWAY

TAXIWAY
a. ALPHA
b. BRAVO
c. CHARLIE
d. DELTA
e. ECHO
f. FOXTROT
g. GOLF
h. HOTEL
APRON
a. ALPHA
b. BRAVO
c. CHARLIE
d. DELTA
e. ECHO
f. FOXTROT
TERMINAL
PENUMPANG

SOEKARNO-HATTA
a. 07 R 25 L 3660 m x 60 m
b. 07 L 25 R 3660 m x 60 m

240.558 m2
248.327 m2
250.773 m2
245.626 m2

BANDAR UDARA
BUDIARTO CURUG
PONDOK CABE
a. 12 30 1800m x 30 m
a. 18 36 2000 m x 45 m
b. 04 R 22 L 1660m x 45 m
c. 04 L 22 R 1100m x 30 m
210 m x 20 m
400 m x 20 m
230 m x 18 m
764 m x 23 m; 365 m x 18 m
172 m x 20 m
172 m x 20 m
678 m x 23 m
320 m x 23 m

226 m x 23 m
238 m x 23 m
210 m x 23 m
254 m x 12 m
252 m x 23 m
95 m x 23 m

365 m x 60 m
158 m x 60 m
50 m x 60 m

103 m x 45 m
70 m x 55 m
353 m x 65 m
143 m x 6 m
55 m x 50 m
120 m x 100 m

GORDA
a. 18 36 2000 m x 30 m

--266.326 m2

472.853 m2
a. Terminal I 135.000 m2
b. Terminal II 151.000 m2

Sumber : Dishub Provinsi Banten, 2007

I - 80

PETA LINTAS DAOP I JAKARTA


ANGKE KM 2+603

KAMPUNG BANDAN KM 1+361

PESING KM
3+735

TANJUNG PRIOK KM 8+115

DURI KM 0+000
JKTKOTA
KM 0+000

JAYAKARTA KM 1+487
MANGGADUA KM 2+568
SAWAHBESAR KM 3+836
PINTU AIR KM 4+535
GAMBIR KM 5+540
GONDANGDIA KM 6+821

ANCOL KM 3+549

MANGGARAI KM 9+890

RAJAWALI KM 3+200

CIKINI KM 8+587
TANAH ABANG KM 6+925
PALMERAH KM 10+116
KEBAYORAN KM 13+853

KEMAYORAN KM 6+145

PASARSENEN KM 4+709
GANG SENTIONG KM 7+713
KERAMAT KM 8+685
PONDOK JATI KM 10+514

PONDOKRANJI KM 20+071

LIN JAK-CN

SUDIMORO KM 24+244

TONJONGBARU KM 126+556
SSP PETIKEMAS
CILEGON KM 134+287
KRENCENG KM 138+049
MERAK KM 148+319

KRAKATAU STEEL

Batas DAOP I JAK


DAOP II- BD
KM 85+500

CIKAMPEK KM 84+007

DAWUAN KM 80+811

KLARI KM 69+864

KOSAMBI KM 73+774

KARAWANGKM 62+710

LEMAH ABANG KM 47+639

KEDUNGGEDERH KM 56+621

TAMBUNKM 33+359

CIKARANG KM 43+289

NAMBO KM 51+990

BEKASI KM 26+552

CAKUNG KM 20+923

KRANJIKM 24+032
GUT

WALANTAKA KM 104+908
SERANG KM 113+446
KARANGANTU KM 121+621

MASENG KM 14+096

CIKEUSAL KM 94+370

CIBINONG

DEPOKBARU KM 31+026
PANDEGLANG KM 19+147
DEPOK KM 32+804
SAKETI KM 35+543
CITAYAM KM 37+716
BAYA KM 89+350
BOJONGGEDE KM 42+962
CILEBUT KM 47+293
LABUAN KM 56+269
BOGOR KM 54+810
KM 0+000
CIGADING KM 10+205
BATUTULIS KM 4+378
ANJERKIDUL KM 20+640
CIOMAS KM 9+306

LIN CTA-NBO

BD

LIN JAK-PDL

Batas DAOP I JAK


DAOP II- BD
KM 85+500

U.INDONESIA KM 27+262
PONDOKCINA KM 28+373

KLENDER KM 15+145
PONDOKRAJEK
KLENDER BARUKM 19+450

U.PANCASILA KM 25+000

JAMBURAB KM 87+648

CIPINANG KM 13+541

LENTENGAGUNG KM 23+971

CISAAT KM 52+352
SUKABUMI KM 57+173

PASARMINGGU KM 18+508
TANJUNGBARAT KM 21+221

RANGKASBITUNG KM 79+694

CATANG KM 90+647

JATINEGARA KM 11+750

CITERAS KM 68+835

PASARMINGGUBARU KM 16+000

CICURUG KM 26+715
PARUGUUDA KM 34+539
CIBADAK KM 39+884
KARANGTENGAH KM 44+774

CILEJIT KM 48+503
TENJO KM 55+006
TIGARAKSA KM 58+600
MAJA KM 62+546

CAWANG KM 13+665
DURENKALIBATA KM 15+276

LIN JAK-BOO

CISAUK KM 32+987
PARUNGPANJANG KM 41+463

CN
TEBET KM 12+045

PONDOKLEUNGSIR KM 48+451

SERPONG KM 30+203

CIGOMBONG KM 19+622

LIN DU-THB-MER

Batas DAOP I JAK


DAOP III CN
KM 85+400

KALIDERES KM
11+382735

PORIS KM 13+898

TANGERANG
KM 19+297

LIN DU-TNG

LIN BOO-YK

Sumber : PT. KAI DAOP I Jakarta, 2008.

I - 81

PETA LINTAS JALUR KERETA API


DI PROPINSI BANTEN

Pluit

Bandara
Soekarno-Hatta
Poris

Angke

Kamp. Bandan Tanjung Priok

Kal
ide Rawa Bojong Pesi Grogol
res Buaya Indah ng
Jkt Gudang

Pelabuhan
Bojonegara

MERAK
CILEGON

T
A
N
G
E
R
A
N
G

B
a
t
u
c
e
p
e
r

Krencen
Tonjongbaru
Karangantu

Cigading

SERANG
Anyer
Kidul

Labuan

Saketi
Menes

Cikande
Walantaka
Silebu
Cikeusal
Pasirmanggu
Catang
Jambubaru
PANDEGLANG
Kadukacang
Malingping

Duri
Tanahabang
Palmerah

RANGKASBITUNG
Bayah

Gambir

Ps. Senen

Kebayoran
Pondokranji

Bekasi Cikarang
Manggarai

Jatinegara

Sudimara
Rawabuntu
Serpong

Cisauk
Cicayur
Cikupa
Parungpanjang
Cilejit
Daru
Tenjo
TIGARAKSA
Cikoya
Maja
Citeras

Jakarta kota

Nambo

Sawangan

Citayam

KE BOGOR/SUKABUMI
Stasiun Besar
Stasiun Kelas I
Stasiun kelas II
Stasiun kelas III
Stasiun Tdk Operasi
Stasiun Baru

Sumber : PT. KAI DAOP I Jakarta, 2008

I - 82

Rencana Pengembangan Jalur Kereta Api di Provinsi Banten sebagai berikut :


A.

Rencana Pengembangan Jalur Kereta Api Lintas Serpong Maja


Kegiatan 2008 :

Pembangunan jalur ganda 11,08 Km antara Serpong-Parung Panjang;

Elektrifikasi track eksisting;

Pekerjaan sinyal dan telekomunikasi;

Peningkatan/rehab track eksisting Serpong Parungpanjang.

Kegiatan 2009 :

Rehabilitasi dan elektrifikasi track existing antara Parungpanjang Maja


sepanjang 22,3 km;

Modifikasi persinyalan dan telekomunikasi antara Parungpanjang Maja.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan KA relasi Jakarta - Rangkasbitung diprogramkan


penambahan K3 sebanyak 5 unit tahun 2008.

DKI
JAKARTA

Merak

Cikampek

SERANG
Banten

Bogor
Padalarang

Sukabumi
BANDUNG
Jawa Barat

I - 83

B.

Rencana Pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta


Jalur KA Manggarai Bandara Soekarno Hatta = 32,728 km

C.

Rencana Tata Letak Stasiun Lintas Tonjongbaru/Cilegon Bojonegara

I - 84

S
ep
ur
B
ad

Lebar Emplasemen Mengikuti Standar


P
el
ay
a
n
a
n

STASIUN PELABUHAN

50
0
m

50
m

P
P
K

G
e
d
u
n
g
St

( Container
KM

III

II

III VI

50
0
m

RENCANA
STASIUN
Emplasemen
KM 9 +

KM. 2 + STASIUN
EMPLASEMEN
KM.
Gedung

I
I

EMPLASEMEN
PETIKEMA
Gedung

Pel.Bojanegar

13
4
+

I ( 550 m)
Merak

13
4
+

II
5
1

131
4
+

III

53
K

1
3
4

13
4
+

IV

Merak

III

Min 400 m

Gedung
EMPLASEMEN STASIUN
KM. 128 +
KM.
(lebar sepur sama dengan

IV
57 13
K 4
+

Terminal

II

13
4
+

57
K
W
Pl
es

EMPLASEMEN STASIUN CILEGON


KM.

Tanah

Gedung
ST. Tonjongbaru
Km. 126 +
Km. 0 +

Sumber : PT. KAI DAOP I Jakarta, 2008

Lokasi Trase Kereta Api dan Jalan Tol

Trase Kereta Api


Trase Jalan Tol

I - 85

D.

Pengoperasian Kembali Jalur-Jalur Kereta Api yang Saat Ini Tidak Aktif
Terdapat beberapa lintas jalur kereta api yang saat ini tidak aktif di wilayah propinsi
Banten, yaitu :

Rangkas Bitung Labuan (66 km)

Saketi Bayah (86,40 km)

Cilegon Anyer Kidul (17 km)

Pertimbangan pengoperasian tersebut, meliputi aspek :

Potensi daerah

Kondisi jalur eksisting

Kondisi lingkungan

Kebutuhan transportasi

Kebijakan/rencana pengembangan daerah.

Dari penilaian tersebut didapatkan bahwa lintas Cilegon Anyer Kidul menjadi
prioritas.

E.

Rencana Pengembangan Jalur Kereta Api Lintas Serang Cikande Cikupa


Serpong
Alternatif Trase

Alt 1

Alt 2

Alt 3

I - 86

F.

Rencana Pengembangan Double Track Lintas Rangkasbitung Merak

I - 87

Tabel 1.16
Pelayanan Penumpang Kereta Api di Setiap Stasiun Provinsi Banten
BULAN
STASIUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

6.721
11.886
25.773
7.910
66.735
18.258
28.581
23.931
15.808
7.920
94.555
3.112
5.015
5.934
1.382
11.594
2.753
85
3.814
1.883
4.252
341.181

5.230
9.283
22.873
6.877
63.159
17.222
24.312
18.969
15.232
7.253
76.942
2.458
3.746
4.561
1.022
9.050
1.858
51
2.702
1.643
2.571
291.784

6.600
12.066
29.574
11.220
95.174
32.542
35.525
31.526
21.327
9.425
97.084
2.977
4.410
4.505
1.135
10.209
2.219
84
3.087
1.531
3.352
408.972

7.278
9.792
25.037
11.208
89.137
27.621
33.158
31.524
18.842
9.654
107.424
3.462
4.310
5.475
1.330
11.770
4.750
276
3.942
1.704
3.962
404.378

7.080
10.889
30.548
11.454
92.939
29.258
45.884
32.319
20.906
10.375
109.099
3.719
5.558
6.833
1.327
12.047
4.948
392
4.192
2.292
4.101
439.080

PORIS

43.275

36.269

36304

38.581

38.572

38.295

BATUCEPER
TANGERANG

12.086
70.107

9.972
54.712

11.467
59.979

10.432
53.236

11.392
57.733

10.889
56.867

125.468

100.953

107.750

102.249

107.697

106.051

121.487

AGT

SEPT

OKT

NOP

DES

JUMLAH

LINTAS JAKARTA
PONDOKRANJI
SUDIMARA
SERPONG
CISAUK
PARUNGPANJANG
CILEJIT
TENJO
TIGARAKSA
MAJA
CITERAS
RANGKASBITUNG
JAMBUBARU
CATANG
CIKEUSAL
WALANTAKA
SERANG
KARANGANTU
TONJONGBARU
CILEGON
KRENCENG
MERAK
JUMLAH A

7.052
9.664
30.300
10.649
86.108
29.513
36.360
31.140
20.407
9.908
102.278
3.658
4.974
6.365
1.223
11.155
4.222
231
3.870
2.205
4.443
408.673

8.412
10.707
35.482
12.154
94.884
28.902
38.121
33.709
22.391
10.641
114.314
3.873
5.858
7.164
1.503
11.791
4.076
157
4.777
2.717
5.081
448.302

6.960
8.580
32.135
11.333
92.374
27.712
38.045
32.216
20.969
10.668
105.113
3.773
5.552
6.487
1.267
10.753
3.088
148
4.038
2.209
4.136
420.596

5.614
8.106
33.719
11.194
93.129
27.804
36.178
33.148
20.260
10.300
100.672
3.509
5.345
6.233
1.308
10.612
3.596
262
3.989
2.396
4.289
416.049

7.333
9.687
36.949
11.286
92.739
24.709
33.367
29.247
20.141
11.062
121.072
3.859
5.983
6.695
1.717
11.576
4.319
217
4.704
3.197
7.469
439.995

5.846
7.481
26.770
9.716
87.273
23.300
33.161
30.496
20.482
10.831
113.387
3.803
5.953
6.282
1.256
10.310
4.018
188
3.596
2.598
5.130
406.031

7.144
8.557
33.028
9.955
87.042
24.225
34.299
30.256
17.951
9.115
92.808
2.423
4.583
5.849
1.251
10.269
2.109
162
3.406
1.882
3.785
382.955

8.1270
116.698
362.188
124.956
1.040.693
311.066
416.991
358.481
234.716
117.152
1.234.748
40.626
61.287
72.383
15.721
131.136
41.956
2.253
46.117
26.257
52.571
4.807.996

43.562

41.468

42.421

33.156

11.187
66.738

9.805
61.345

9.777
63.343

9.268
61.802

41.788

43.724

477.415

9.988
58.800

10.808
62.900

99.420
749.856

112.618

115.541

104.226

110.576

117.432

1.326.691

LINTAS DURI-TANGERANG

JUMLAH B

TOTAL 466.649

392.737

516.722

506.627

546.777

514.724

569.789

533.214

531.590

544.221

516.607

500.387

6.134.687

Sumber : PT. KAI DAOP I Jakarta dan Stasiun KA Tangerang, Poris dan Batuceper, 2007

I - 88

1.3.6.2

Prasarana Pelayanan Umum


Jumlah fasilitas pendidikan yang dimiliki Provinsi Banten tahun 2007 mencapai

7.032 unit, yang terdiri dari 4.596 unit fasilitas sekolah dasar, 502 unit madrasah
ibtidaiyah, 758 unit SLTP, 441 unit MTs, 350 unit SMU, 200 unit SMK, 165 MA, dan 4
unit fasilitas pendidikan setingkan diploma serta 16 unit fasilitas setingkat perguruan
tinggi.
Membandingkan sediaan fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk yang
dilayani pada tahun 2007, maka dapat dikemukakan beberapa sebagai berikut.
1. Secara rata-rata setiap sekolah dasar di setiap kecamatan adalah untuk melayani 1.807
jiwa. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan, jumlah
penduduk pendukung untuk setiap satu unit sekolah dasar adalah 1.500 jiwa.
2. Setiap sekolah lanjutan pertama di masing-masing rata-rata untuk melayani sekitar
10.958 jiwa, di sisi lain Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kecamatan mengarahkan jumlah penduduk pendukungnya sebesar 15.000 jiwa.
3. Pedoman

Penyusunan

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

(RTRW)

Kecamatan

mengarahkan jumlah penduduk pendukung untuk setiap sekolah lanjutan atas sebesar
30.000 jiwa. Kondisi tahun 2007, satu sekolah lanjutan atas di tiap kecamatan adalah
untuk melayani penduduk sebesar 23.733 jiwa.
Berdasarkan angka-angka di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Ketersediaan fasilitas pendidikan jenjang sekolah lanjutan pertama dan sekolah
lanjutan atas masih cukup memadai, karena jumlah penduduk pendukungnya masih
lebih rendah dibandingkan menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kecamatan.
2. Ketersediaan fasilitas pendidikan jenjang sekolah dasar mengindikasikan adanya
kekurangan karena jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dibandingkan menurut
arahan dalam Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kecamatan.
Kondisi tingkat pelayanan setiap jenjang fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk
yang dilayani, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.17.

I - 89

Tabel 1.17
Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Menurut Jumlah Penduduk Dilayani Tahun 2007
TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS PENDIDIKAN
Sekolah Dasar / Sederajat
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KABUPATEN SERANG
1 ANYAR
2 BAROS
3 BOJONEGARA
4 PULO AMPEL
5 CARENANG
6 BINUANG
7 CIKANDE
8 KIBIN
9 CIKEUSAL
10 CINANGKA
11 CIOMAS
12 CIRUAS
13 JAWILAN
14 KOPO
15 KRAGILAN
16 KRAMATWATU
17 MANCAK
18 PABUARAN
19 GUNUNG SARI
20 PADARINCANG
21 PAMARAYAN
22 BANDUNG
23 PETIR
24 TUNJUNG TEJA
25 PONTANG
26 WARINGINKURUNG
27 TANARA
28 TIRTAYASA

Sekolah Dasar
(Orang/Unit)
885
1.823
1.918
1.771
1.656
2.107
2.426
2.415
3.219
1.438
1.587
1.262
1.747
2.595
2.245
1.980
3.004
1.473
1.664
1.452
1.544
1.425
2.051
2.083
1.694
1.702
1.560
1.706
1.681

Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
(Orang/Unit)
7.892
15.796
11.985
14.048
4.448
13.282
61.156
63.272
11.424
35.328
30.579
4.411
5.612
67.336
20.615
7.902
12.046
34.195
36.911
7.141
12.991
13.617
35.879
5.971
6.722

SLTP / Sederajat

SLTA / Sederajat

SLTP

Madrasah
Tsanawiyah

SMU

SMK

Madrasah
Aliyah

(Orang/Unit)
5.599
11.847
11.985
9.742
14.900
10.536
8.896
9.962
20.385
7.909
11.424
17.664
10.193
8.822
14.966
9.619
16.820
20.615
31.609
18.876
15.057
11.398
12.304
24.994
12.991
18.156
11.960
35.828
20.167

(Orang/Unit)
4.932
7.898
15.981
7.793
14.900
8.429
5.338
6.130
30.578
15.818
6.346
17.664
20.386
7.352
7.483
16.834
28.034
6.872
6.322
18.876
8.604
17.098
18.455
6.249
7.795
6.808
11.960
4.479
8.067

(Orang/Unit)
12.555
47.387
15.981
38.967
29.800
21.072
26.688
39.847
61.156
31.636
28.559
35.328
20.386
44.112
14.966
33.668
28.034
41.230
31.609
30.114
34.195
16.663
38.973
54.467
35.879
35.828
40.335

(Orang/Unit)
27.622
23.693
23.971
42.144
26.688
39.847
63.272
42.051
49.989
-

(Orang/Unit)
13.153
47.387
23.971
19.484
42.144
8.896
11.385
15.818
28.559
17.664
14.704
14.966
33.668
41.230
31.609
30.114
9.998
19.487
27.233
35.879
8.957
13.445

I - 90

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS PENDIDIKAN


Sekolah Dasar / Sederajat
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KOTA SERANG
1 SERANG
2 CIPOCOK JAYA
3 CURUG
4 KASEMEN
5 TAKTAKAN
6 WALANTAKA
KABUPATEN TANGERANG
1 BALARAJA
2 CIKUPA
3 CISOKA
4 CURUG
5 KOSAMBI
6 KRESEK
7 KRONJO
8 LEGOK
9 MAUK
10 PAGEDANGAN
11 PAKUHAJI
12 PANONGAN
13 PASARKEMIS
14 RAJEG
15 SEPATAN
16 JAMBE
17 CISAUK
18 JAYANTI
19 KEMIRI
20 SUKADIRI
21 TELUKNAGA
22 TIGARAKSA

Sekolah Dasar
(Orang/Unit)
2.073
2.469
1.804
1.978
1.927
1.849
1.895
3.029
3.500
5.108
2.554
4.263
3.256
1.734
1.495
3.693
2.089
2.526
2.527
2.175
4.820
2.353
3.437
1.746
3.047
2.645
2.114
2.479
2.634
2.177

Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
(Orang/Unit)
34.355
91.370
52.305
20.764
39.500
20.955
15.631
-

SLTP / Sederajat

SLTA / Sederajat

SLTP

Madrasah
Tsanawiyah

SMU

SMK

Madrasah
Aliyah

(Orang/Unit)
10.233
7.310
7.472
41.529
19.750
20.955
8.932
15.827
17.110
28.379
14.046
18.556
14.246
13.377
19.066
14.034
15.144
20.206
22.740
6.524
19.847
35.289
16.755
5.589
14.727
10.049
10.570
9.420
17.562
7.916

(Orang/Unit)
16.032
18.274
10.461
20.764
19.750
15.716
12.505
-

(Orang/Unit)
20.040
13.053
13.076
41.529
39.500
31.432
62.526
37.082
30.799
85.138
70.231
39.430
37.991
23.409
38.131
46.780
30.289
29.357
56.232
21.173
26.808
27.944
29.453
10.049
31.711
15.700
35.125
21.770

(Orang/Unit)
26.720
13.053
17.435
62.526
72.103
38.498
63.853
140.463
63.089
113.972
70.170
60.577
19.571
112.464
44.679
88.360
50.247
47.100
105.374
17.416

(Orang/Unit)
48.096
30.457
26.153
78.999
62.526
-

I - 91

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS PENDIDIKAN


Sekolah Dasar / Sederajat
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KABUPATEN PANDEGLANG
1 BANJAR
2 BOJONG
3 CADAS SARI
4 CIBALIUNG
5 CIBITUNG
6 CIGEULIS
7 CIKEUSIK
8 CIKEDAL
9 CIMANGGU
10 CIMANUK
11 CIPEUCANG
12 JIPUT
13 LABUAN
14 MANDALAWANGI
15 MENES
16 MUNJUL
17 ANGSANA
18 SINDANGRESMI
19 PAGELARAN
20 PANDEGLANG
21 PANIMBANG
22 PICUNG
23 SAKETI
24 CISATA
25 PATIA
26 SUKARESMI
27 CARITA
28 KADUHEJO
29 MEKARJAYA
30 KARANGTANJUNG
31 SUMUR

Sekolah Dasar
(Orang/Unit)
1.279
1.324
1.166
1.190
1.240
1.048
978
1.103
1.182
1.197
1.797
1.653
828
1.622
1.044
965
1.038
1.233
1.076
1.129
677
805
1.547
1.226
820
1.255
1.122
1.604
1.473
1.484
1.028
1.454

Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
(Orang/Unit)
9.267
7.616
4.829
10.312
6.508
9.952
6.652
16.549
5.120
12.374
9.436
28.107
5.959
12.976
3.743
5.949
22.836
3.588
6.432
4.669
5.671
6.744
2.461
9.204
16.837
32.086
14.900
21.813

SLTP / Sederajat

SLTA / Sederajat

SLTP

Madrasah
Tsanawiyah

SMU

SMK

Madrasah
Aliyah

(Orang/Unit)
15.702
30.463
16.902
15.468
13.017
19.903
16.631
12.412
15.361
18.561
12.582
14.054
14.898
12.976
11.228
8.923
11.418
27.124
10.764
33.882
6.432
6.669
17.012
20.233
22.150
27.612
33.674
16.043
33.880
20.769
9.933
10.907

(Orang/Unit)
10.277
5.077
11.268
5.156
26.033
11.087
24.824
10.240
37.121
9.436
28.107
3.724
12.976
44.910
3.569
27.124
10.764
11.294
3.859
6.669
6.805
5.058
5.538
6.903
16.837
32.086
16.940
20.769
4.967
21.813

(Orang/Unit)
40.376
26.033
33.262
49.647
30.721
37.745
29.795
25.952
44.910
17.846
22.836
33.882
9.648
23.343
17.012
22.150
32.086
16.940
14.900
21.813

(Orang/Unit)
53.834
33.804
49.647
37.121
37.745
12.976
17.846
12.863
23.343
40.465
8.470
20.769
-

(Orang/Unit)
25.694
10.154
15.468
26.033
49.647
9.436
28.107
14.898
25.952
44.910
5.099
4.824
15.562
34.023
13.488
11.075
9.933
-

I - 92

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS PENDIDIKAN


Sekolah Dasar / Sederajat
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KABUPATEN LEBAK
1 BANJARSARI
2 BAYAH
3 CILOGRANG
4 BOJONGMANIK
5 CIBADAK
6 CIBEBER
7 CIJAKU
8 CIKULUR
9 CILELES
10 CIMARGA
11 CIPANAS
12 GUNUNG KENCANA
13 LEUWIDAMAR
14 MAJA
15 CURUGBITUNG
16 MALINGPING
17 WANASALAM
18 MUNCANG
19 SOBANG
20 PANGGARANGAN
21 RANGKASBITUNG
22 SAJIRA
23 WARUNGGUNUNG
KOTA TANGERANG
1 BATUCEPER
2 BENDA
3 CILEDUG
4 LARANGAN
5 KARANG TENGAH
6 CIPONDOH
7 PINANG
8 JATI UWUNG
9 SEPATAN
10 KARAWACI
11 CIBODAS
12 PERIUK
13 NEGLASARI
14 TANGERANG

Sekolah Dasar
(Orang/Unit)
1.723
1.395
1.043
2.322
1.524
1.902
1.189
1.378
1.899
1.680
1.564
1.795
1.240
1.949
1.655
3.095
1.917
4.192
1.662
3.162
1.205
1.659
1.429
1.574
3.388
3.174
4.339
3.104
4.941
3.771
3.703
2.749
5.446
2.736
3.423
3.414
2.547

Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
(Orang/Unit)
8.115
10.927
6.260
6.036
3.811
17.748
10.225
3.905
9.496
3.817
14.858
11.068
5.580
3.898
48.005
61.900
3.228
6.287
5.540
26.876
5.698
35.254
15.246
50.379
16.292
8.079
7.377
15.520
24.706
17.600
9.051
18.068
21.782
29.187
70.172
24.580
18.557

SLTP / Sederajat

SLTA / Sederajat

SLTP

Madrasah
Tsanawiyah

SMU

SMK

Madrasah
Aliyah

(Orang/Unit)
17.766
21.853
12.520
30.180
22.866
26.622
10.225
23.433
15.827
13.997
14.858
11.068
16.741
15.591
16.002
61.900
20.445
50.299
33.241
26.876
20.893
11.751
15.246
12.595
12.219
17.773
36.885
7.760
24.706
10.560
8.574
11.498
43.565
14.593
10.025
24.580
5.196

(Orang/Unit)
14.939
16.390
12.520
15.090
22.866
13.311
17.042
23.433
11.870
10.498
14.858
33.204
16.741
11.693
24.003
15.475
15.334
33.533
33.241
26.876
20.893
7.422
7.623
25.190
35.842
44.434
24.590
54.318
49.413
35.200
18.101
25.295
43.565
29.187
30.725
43.300

(Orang/Unit)
31.301
65.560
18.780
60.360
47.480
41.991
29.717
16.602
33.482
46.773
48.005
61.900
20.445
100.598
16.621
62.678
8.295
45.739
50.379
23.719
29.622
73.769
15.520
13.200
20.364
15.809
130.694
14.593
28.069
122.899
9.992

(Orang/Unit)
31.017
22.217
73.769
15.520
74.119
52.799
16.291
31.619
130.694
25.017
140.344
40.966
14.433

(Orang/Unit)
41.083
32.780
12.520
45.732
26.622
46.865
47.480
20.996
59.433
66.408
33.482
46.773
24.003
30.667
31.339
20.145
45.739
25.190
100.806
36.885
108.637
74.119
40.728
126.474
43.780
122.899
-

I - 93

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS PENDIDIKAN


Sekolah Dasar / Sederajat
NO.

7
8

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KOTA TANGERANG SELATAN


KOTA CILEGON
1 CIBEBER
2 CILEGON
3 CIWANDAN
4 CITANGKIL
5 GROGOL
6 PURWAKARTA
7 JOMBANG
8 PULO MERAK
PROVINSI BANTEN

Sekolah Dasar
(Orang/Unit)
3.674
1.995
2.275
2.618
1.519
1.625
1.837
1.807

Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
(Orang/Unit)
16.547

SLTP / Sederajat

SLTA / Sederajat

SLTP

Madrasah
Tsanawiyah

SMU

SMK

Madrasah
Aliyah

(Orang/Unit)
11.266
11.069
18.960
19.633
7.976
7.893
10.562
10.958

(Orang/Unit)
18.836

(Orang/Unit)
30.726
18.060
56.880
19.633
10.635
13.813
42.249
23.733

(Orang/Unit)
30.726
34.314
18.960
31.905
18.418
42.249
41.533

(Orang/Unit)
50.343

Sumber : Analisis, 2008

I - 94

Jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki Provinsi Banten pada tahun 2007 mencapai
5.788 unit, yang terdiri dari 19 unit Rumah Sakit, 383 unit Puskesmas, 610 unit Balai
Pengobatan, 115 unit Rumah Bersalin dan 4.661 unit Posyandu. Kajian keberadaan fasilitas
kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang dilayaninya maka dapat dikemukakan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota (Departemen
Pekerjaan Umum)

Rumah Sakit Wilayah minimum penduduk pendukung 240.000 penduduk

Berdasarkan jumlah penduduk di masing masing kabupaten/kota maka jumlah


rumah sakit daerah yang harus dimiliki sebanyak :
- Kabupaten Serang 1.287.092 jiwa sebanyak 5 Rumah Sakit Wilayah
- Kota Serang 503.491 jiwa sebanyak 2 Rumah Sakit Wilayah
- Kabupaten Tangerang 3.609.665 jiwa sebanyak 15 Rumah Sakit Wilayah
- Kabupaten Pandeglang 1.130.514 jiwa sebanyak 4 Rumah Sakit Wilayah
- Kabupaten Lebak 1.314.655 jiwa sebanyak 5 Rumah Sakit Wilayah
- Kota Tangerang 1.612.894 jiwa sebanyak 6 Rumah Sakit Wilayah
- Kota Tangerang Selatan 1.051.374 jiwa sebanyak 4 Rumah Sakit Wilayah
- Kota Cilegon 343.139 jiwa sebanyak 1 Rumah Sakit Wilayah.

2. Berdasarkan Kepmenkes No. 228/Menkes/SK/III/2002 tentang pedoman penyusunan


standar pelayanan minimal rumah sakit yang wajib dilaksanakan daerah.

Klasifikasi Rumah Sakit.


Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis
pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas
pelayanan, dan afiliasi pendidikan.
Berdasarkan Jenis Pelayanan Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dapat
digolongkan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit umum memberi
pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi
pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit
dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.

I - 95

2. Rumah Sakit Khusus


Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer,
memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi
medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah
Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.
Berdasarkan Kepemilikan, rumah sakit dibagi atas :
1. Rumah Sakit Umum Pemerintah.
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah, baik
pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan
Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan
unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah
sakit umum Kelas A, B, C, dan D.
2. Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas :
a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas D.
b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang,
setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik,
setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.
Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur.
1. Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan
kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
2. Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi :
a. Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11
(sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas
300-500 tempat tidur.
b. Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan
sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.

I - 96

3. Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah,
kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
4. Rumah Sakit Kelas D yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari
100.
*1 tempat tidur mewakili 1.500 jumlah penduduk
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan :
- Kabupaten Serang 1.287.092 jiwa Rumah Sakit Tipe B
- Kota Serang 503.491 jiwa Rumah Sakit Tipe C
- Kabupaten Tangerang 3.609.665 jiwa Rumah Sakit Tipe A
- Kabupaten Pandeglang 1.130.514 jiwa Rumah Sakit Tipe B
- Kabupaten Lebak 1.314.655 jiwa Rumah Sakit Tipe B
- Kota Tangerang 1.612.894 jiwa Rumah Sakit Tipe A
- Kota Tangerang Selatan 1.051.374 jiwa Rumah Sakit Tipe B
- Kota Cilegon 343.139 jiwa Rumah Sakit Tipe C
Untuk mengetahui lebih jelas jumlah fasilitas kesehatan dan klasifikasi rumah sakit dapat
dilihat pada tabel 1.18.

Tabel 1.18
Jumlah dan Klasifikasi Rumah Sakit di Tiap Kabupaten/ Kota

Jumlah
Kabupaten/ Kota

Penduduk
(Jiwa)

Kabupaten Serang

Jumlah Rumah Sakit


(Pedoman Perencanaan
Lingkungan Permukiman
Kota PU)*

Klasifikasi Rumah Sakit


(Kepmenkes No. 228/
Menkes/ SK/III/2002)**

1.287.092

503.491

Kabupaten Tangerang

3.609.665

15

Kabupaten Pandeglang

1.130.514

314.655

1.612.894

Kota Serang

Kabupaten Lebak
Kota Tangerang

I - 97

Jumlah
Kabupaten/ Kota

Penduduk
(Jiwa)

Kota Tangerang Selatan


Kota Cilegon

Jumlah Rumah Sakit


(Pedoman Perencanaan
Lingkungan Permukiman
Kota PU)*

Klasifikasi Rumah Sakit


(Kepmenkes No. 228/
Menkes/ SK/III/2002)**

1.051.374

343.139

Sumber : Analisis, 2008

Keterangan :
* Jumlah minimum penduduk pendukung 240.000 penduduk
** 1 Tempat Tidur mewakili 1.500 penduduk ( Standar disusun oleh propinsi sesuai
kesepakatan dengan Kabupaten/ Kota)
Jumlah fasilitas sosial yang dimiliki Provinsi Banten pada tahun 2007 mencapai
24.835 unit, yang terdiri dari 7.557 unit Mesjid, 13.430 unit Surau/Langgar, 3.635 unit
Musholla, 13 unit Gereja Katholik, 144 unit Gereja Protestan, 50 unit Vihara, dan 6 unit Pura.
Membandingkan sediaan fasilitas peribadatan terhadap jumlah penduduk yang
dilayaninya maka dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Setiap satu unit mesjid adalah untuk 1.099 jiwa, sedangkan menurut Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), setiap satu unit mesjid adalah untuk
30.000 jiwa. Sediaan fasilitas mesjid yang ada sudah lebih dari cukup.
2. Setiap satu unit langgar/musholla adalah untuk 2.904 jiwa, sedangkan menurut Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), setiap satu unit langgar/musholla
adalah untuk 3.000 jiwa. Sediaan fasilitas langgar/musholla yang ada sudah lebih dari
cukup.
3. Fasilitas ibadat lainnya adalah untuk 2.247.201 jiwa, sedangkan menurut Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) rata-rata untuk 1.500.000 jiwa.
Dengan demikian fasilitas peribadatan lainnya dapat dikatakan sudah memenuhi standar
kebutuhan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.19 sebagai berikut.

I - 98

Tabel 1.19
Tingkat Pelayanan Fasilitas Peribadatan Menurut Jumlah Penduduk Dilayani
Tahun 2007
NO.

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KABUPATEN SERANG
1 ANYAR
2 BAROS
3 BOJONEGARA
4 PULO AMPEL
5 CARENANG
6 BINUANG
7 CIKANDE
8 KIBIN
9 CIKEUSAL
10 CINANGKA
11 CIOMAS
12 CIRUAS
13 JAWILAN
14 KOPO
15 KRAGILAN
16 KRAMATWATU
17 MANCAK
18 PABUARAN
19 GUNUNG SARI
20 PADARINCANG
21 PAMARAYAN
22 BANDUNG
23 PETIR
24 TUNJUNG TEJA
25 PONTANG
26 WARINGINKURUNG
27 TANARA
28 TIRTAYASA
KOTA SERANG
1 SERANG
2 CIPOCOK JAYA
3 CURUG
4 KASEMEN
5 TAKTAKAN
6 WALANTAKA
KABUPATEN TANGERANG
1 BALARAJA
2 CIKUPA
3 CISOKA
4 CURUG
5 KOSAMBI
6 KRESEK
7 KRONJO
8 LEGOK
9 MAUK
10 PAGEDANGAN
11 PAKUHAJI
12 PANONGAN
13 PASARKEMIS
14 RAJEG
15 SEPATAN
16 JAMBE
17 CISAUK
18 JAYANTI
19 KEMIRI
20 SUKADIRI
21 TELUKNAGA
22 TIGARAKSA
KABUPATEN PANDEGLANG
1 BANJAR
2 BOJONG
3 CADAS SARI
4 CIBALIUNG
5 CIBITUNG
6 CIGEULIS
7 CIKEUSIK
8 CIKEDAL
9 CIMANGGU
10 CIMANUK
11 CIPEUCANG
12 JIPUT
13 LABUAN
14 MANDALAWANGI

Mesjid

(Orang/Unit)
506
740
516
639
677
739
741
458
1.301
891
664
693
1.003
1.225
1.069
863
1.255
453
359
9.438
1.506
600
18.455
757
779
1.068
536
17.914
733
994
1.315
1.341
561
832
924
906
2.011
1.604
5.321
1.978
3.429
4.070
1.076
1.031
2.864
2.423
1.525
2.067
1.835
4.890
1.736
3.117
755
1.578
1.436
1.174
272
2.848
1.613
795
586
751
607
441
1.073
1.273
683
758
524
703
368
851
554

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS SOSIAL


Gereja
Surau /
Gereja
Musholla
Vihara
Katholik
Protestan
Langgar

(Orang/Unit)
312
527
738
2.435
805
702
1.570
433
719
258
461
527
849
246
328
514
1.450
497
329
419
404
147
1.367
347
295
592
677
1.558
2.689
630
962
594
205
908
1.849
388
406
618
2.746
42
2.816
927
294
443
1.123
1.010
565
471
11.743
1.493
897
538
901
314
237
357
546
481
-

(Orang/Unit)
4.903
7.898
47.942
38.967
10.536
13.344
13.282
15.289
31.636
19.039
17.664
7.645
13.467
14.017
13.743
31.609
195
30.114
17.098
24.994
27.233
17.940
8.957
10.084
19.239
16.613
26.153
20.764
15.800
31.432
20.842
3.610
38.498
15.024
17.558
1.360
31.212
38.131
10.024
8.654
30.320
425
8.033
929
22.340
724
50.247
15.855
26.343
509
376
497
172
347
640
564
361
790
419
1.041
292
519
591

(Orang/Unit)
480.963
182.740
-

(Orang/Unit)
480.963
182.740
60.365
22.532
113.972
70.170
30.289
29.357
21.087
67.019
26.343
-

(Orang/Unit)
480.963
182.740
185.408
105.148
56.986
140.339
60.577
58.714
337.393
134.038
88.360
35.125
-

Pura

(Orang/Unit)
240.482
78.999
62.864
-

I - 99

NO.

7
8

KABUPATEN / KOTA /
KECAMATAN

KABUPATEN PANDEGLANG
15 MENES
16 MUNJUL
17 ANGSANA
18 SINDANGRESMI
19 PAGELARAN
20 PANDEGLANG
21 PANIMBANG
22 PICUNG
23 SAKETI
24 CISATA
25 PATIA
26 SUKARESMI
27 CARITA
28 KADUHEJO
29 MEKARJAYA
30 KARANGTANJUNG
31 SUMUR
KABUPATEN LEBAK
1 BANJARSARI
2 BAYAH
3 CILOGRANG
4 BOJONGMANIK
5 CIBADAK
6 CIBEBER
7 CIJAKU
8 CIKULUR
9 CILELES
10 CIMARGA
11 CIPANAS
12 GUNUNG KENCANA
13 LEUWIDAMAR
14 MAJA
15 CURUGBITUNG
16 MALINGPING
17 WANASALAM
18 MUNCANG
19 SOBANG
20 PANGGARANGAN
21 RANGKASBITUNG
22 SAJIRA
23 WARUNGGUNUNG
KOTA TANGERANG
1 BATUCEPER
2 BENDA
3 CILEDUG
4 LARANGAN
5 KARANG TENGAH
6 CIPONDOH
7 PINANG
8 JATI UWUNG
9 SEPATAN
10 KARAWACI
11 CIBODAS
12 PERIUK
13 NEGLASARI
14 TANGERANG
KOTA TANGERANG SELATAN
KOTA CILEGON
1 CIBEBER
2 CILEGON
3 CIWANDAN
4 CITANGKIL
5 GROGOL
6 PURWAKARTA
7 JOMBANG
8 PULO MERAK
PROVINSI BANTEN

Mesjid

(Orang/Unit)
795
489
374
460
546
594
569
1.260
570
671
575
916
805
358
918
809
313
492
1.109
838
545
805
700
901
1.413
587
600
600
524
437
646
1.205
880
1.362
3.084
2.962
3.688
2.859
4.006
3.017
2.628
2.480
2.563
2.614
6.683
3.234
2.598
2.522
943
1.053
854
778
2.210
960
1.099

TINGKAT PELAYANAN SETIAP JENJANG FASILITAS SOSIAL


Gereja
Surau /
Gereja
Musholla
Vihara
Langgar
Katholik
Protestan

(Orang/Unit)
857
596
9.390
520
902
691
411
354
344
825
6.641
1.046
1.376
381
302
528
3.482
695
2.859
969
1.245
945
610
1.156
1.704
1.148
1.392
816
1.421
1.924
1.509
1.413
1.968
1.282
619

(Orang/Unit)
509
216
254
399
706
209
273
895
435
288
337
652
489
1.039
3.811
358
11.433
918
46.865
5.999
14.858
5.534
4.185
659
1.917
4.407
4.580
12.835
4.515
5.609
15.953
5.023
3.018
2.285

(Orang/Unit)
1.314.655
141.015
146.627
88.867
108.637
54.304
29.187
638.964

(Orang/Unit)
438.218
47.005
26.441
8.887
24.590
54.318
148.238
81.456
16.337
10.301
140.344
24.580
11.809
28.165
57.684

(Orang/Unit)
1.314.655
141.015
59.737
5.924
73.769
19.458
64.950
144.851
166.131

Pura

(Orang/Unit)
403.224
108.637
58.374
1.384.422

Sumber : Analisis, 2008

I - 100

1.3.7

Penggunaan Lahan Eksisting


Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam

pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung


adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya.
Untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman
kepada Keppres No.32/1990.
Sesuai dengan Keppres No.32/1990, kawasan lindung diidentifikasikan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan
hidrologi serta kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun
kawasan-kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.
Berdasarkan analisis kawasan lindung menurut Keppres No.32/1990, maka pengertian
kawasan lindung adalah sebagai berikut.
1. Hutan lindung, yakni yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Hutan
lindung yang ada adalah penjumlahan skore faktor lereng, jenis tanah dan curah hujan
melebihi angka 175.
2. Kawasan lindung yang berupa hutan adalah kawasan hutan dengan sifat khas yang
mampu memberikan pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
daya buatan den nilai sejarah serta budaya guna kepentingan pembangunan berkelanjutan
yang berwujud kawasan suaka alam dan cagar budaya.
3. Kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari tanah yang bergambut yang dapat
dicirikan sebagai rawa permanen.
4. Kawasan resapan air yang dicirikan dengan curah hujan yang tinggi > 2000 mm/hari,
dengan bentuk morfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Secara
umum dapat dinyatakan bahwa kawasan ini sudah termasuk dalam hutan lindung.
5. Kawasan sempadan pantai, yakni kawasan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dan titik pasang tertinggi ke
arah timur.
6. Kawasan sempadan sungai, yakni sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai
besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai di luar permukiman. Sedangkan untuk
sungai di kawasan permukiman diperlukan sempadan sungai antara 10 - 15 meter.

I - 101

7. Kawasan sempadan danau/waduk, yakni daratan sepanjang tepian danau/waduk yang


lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk yakni 50 - 100 meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk lebih jelasnya mengenai situ/rawa/danau di
Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 1.20.
8. Kawasan sekitar mata air, yakni semua mata air dilindungi pada jari-jari 200 meter dan
sekitar mata air.
9. Kawasan rawan bencana alam berupa letusan gunung berapi, tanah longsor dan gempa
bumi.
Diagram pendekatan penentuan kawasan lindung dapat dilihat pada Gambar 1.8 dan
Gambar 1.9 pada halaman selanjutnya.

Gambar 1.8
Kerangka Pendekatan Penetapan Kawasan Lindung

KEPPRES 32/1990
Tentang PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
dan
Peraturan Per-UU-an lain terkait Kawasan Lindung

Penetapan Kawasan Lindung


RTRWP Banten sebelumnya

Penetapan RTRWN:
Kawasan Lindung Nasional

Kaji Ulang untuk penetapan


Kawasan Lindung di Prov.Banten

Kebijakan (Policy ) Daerah &


Aspirasi Pengembangan:
- problem solving
- trend modifying
- opportunity seeking
- goal oriented

Penetapan
LINDUNG
Penetapan
KAWASANKAWASAN
LINDUNG dalam
RTRWP BANTEN
RTRWP
Banten
(Yangdalam
Memiliki
Nilai Strategis
Provinsi)

I - 102

Tabel 1.20
SITU/RAWA/DANAUDIPROVINSIBANTEN
NO

LOKASI

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

K A B U PA T EN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

NO

SituPalayangan
SituCilembur
SituCijoro
SituCibojan
SituCitinggar
SituCibangreng
SituCiboleger
SituCicinta
SituCikamunding/Hang
SituCimaesta
SituSinarGalih
SituGedeCiteupusen
SituGunungBuleud
SituCiburial
SituLebakLarang
RawaLebakesik
RawaGunggurung
RawaBagedur
BdgKonsolidasiCisela
BdgKonsolidasiCimalur
BdgKonsolidasiCiberang
WadukCimalur
WadukCiceureum
WadukCikoncang
WadukCibinuangeun
WadukCilangkahan

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

SituPondok
SituCilongok
SituPasirgadung
SituKelapaDua
SituCihuni
SituJengkol
RawaRancaIlat
RawaWaluh
RawaGarugak
RawaPatrasana
RawaGabus
RawaGenggong
RawaSetingin
RawaGede
RawaSulang
RawaKoja
RawaKepuh
RawaGelam/Panggam
RawaPangodokan
RawaDadap
RawaWarungRebo
RawaBojong
RawaJambu

NO

Kecamatan

LE B A K

Margajaya
Selaraja
Rangkasbitung
Sukarame
Sajira
Muaradua
Cisinet
Majasari
Cikamunding
Cijeogkol
Bayah
Sindangratu
Sindangratu
Cibeber
Mekarsari
Sukatani
Sukatani
Sukamanah
Girijaya
Malangsari
Nanggala
CibatuKeusik
Kumpay
Cikoncang
Cibinuangeun
Cibinuangeun

Cimarga
Warunggunung
Rangkasbitung
Sajira
Sajira
Cikulur
Leuwidamar
Maja
Cilocrang
Cilograng
Bayah
Panggarangan
Panggarangan
Panggarangan
Cibeber
Warasalam
Warasalam
Malingping
Cipanas
Cipanas
Cipanas
Banjarsari
Banjarsari
Malingping
Malingping
Malingping

LOKASI

7,00
4,50
10,00
2,00
5,00
0,50
2,00
3,50
5,00
3,00
3,50

2,00
1,50
3,00
5,00
10,00
110,00

35,00
12,30

LOKASI
Desa

LUAS

NO

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

P A N D E G LA N G

SituCikeudal
SituJami
SituKadupayung
SituGambar
SituCukangSadang
SituCiburung
SituGede
SituGongggong
SituCiranjeng
SituKaduranca
SituParongpong
SituAlaswangi
SituCikeumpong
SituCicanggcng
SituCibeuteungPeurih
SituCihaji
SituCibeureum
SituBatuhideung
SituSadang
WadukCiandir
WadukCikuranten

BabakanLor
Cipicung
Cipicung
Cipicung
Serangsar,
Jiput
Menes
Purwaraja
Alaswangi
Sukamaju
a.Menes
Alaswangi
Tegalwangi
Gunungcupu
Bojongdatar
Cipinang
Langensari
Sukajadi
Sidomanik
Saketi
Pasirbatu

NO

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

Desa

Kecamatan

LUAS
Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

TA N G ER A N G

Sukaharja
Sukamantri
Pasirgadung
KelapaDua
Cihuni
Cikuya
Cirumpak,Kemuning,
KosambiDalam
Kemuning
Patrasana,Pasirampo
Tamiang
Tamiang
Klebet
Pekayon,Sukadiri
Lebakwangi
PisanganJaya
Rawaboni,Pakuhaji,
Kutajaya
Kutabumi
Pagedangan
Wanakerta
Bojong
Jambukarya

NAMA
SITU/DANAU/RAWA
K A B U PA T E N

Desa

K A B U P A TE N

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

LUAS

Desa

Cikeudal
Cikeudal
Cikeudal
Cikeudal
Pagelaran
Pagelaran
Menes
Menes
Menes
Menes
Menes
Menes
Menes
Cimanuk
Saketi
Munjul
Saketi
Cibaliung
Cibaliung
Saketi
Pardeglang

LOKASI

K A B U P A TE N

219,00
36,00
4,00
5,00
216,00
1,50
36,00
51,00
2,00

38,00
4,50
4,50
0,50
4,00
100,00
100,00
52,00
2,00
3,00
5,00

LUAS

1
2
3
4
5
6
7
8
9

SituBelungan
SituCiberangBanjar
SituTerate
SituCiwaka
SituCibiral
SituRampones
SituSindangmandi
SituTasikKardi
SituRawaDanau

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

SituTelagaWangsa
SituCirahab
SituRancaGedeJakung
SituCikulur
SituJakung
SituCibulakan
SituCitaman
RawaGedeKawao
RawaBojongHerang
RawaBojongPring
RawaPasarRaut
RawaEnang
WadukCikande
WadukCilesung
WadukBalungan
WadukCiranjen
WadukCibulegar
WadukCipaseh
WadukCitawang
WadukCiujungLama
WadukLontar
WadukCiligawir

NO

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

Kecamatan

K O TA TA N G ER A N G S ELA T A N

Pasarkemis
Pasarkemis
Cikupa
Curug
Legok
Cisoka
Kronjo
Kronjo
Kresek
Kresek
Kresek
Kresek
Kemiri
Mauk
Sepatan
Sepatan
Pakuhaji
Pasarkemis
Pasarkemis
Pasarkemis
Pasarkemis
Cikupa
Rajeg

27,70
23,00
7,30
37,50
32,34
4,10
67,98
70,00
177,00
245,00
9,72
8,40
26,40
2,80
8,00

11,70

1
2
3

SituPondokJagung
SituCiledug
SituPamulang

4
5
6
7
8
9

SituBungur
SituKayuAtap
SituRompong
SituLegoso
SituGintung
SituParigi

Pondokjagung
SerPong
PordokBenda
Pamulang
PamulangBarat,
Ciputat
PamulangTimur
Pondokranji
Ciputat
Rempoa
Ciputat
Rempoa
Ciputat
Cempakaputih
Ciputat
Pisangan,Cireundeu
Ciputat
Pargi
PondokareN

LOKASI
Desa

LUAS
Kecamatan

SE R A N G

Cijeruk
Ciberang
SituTerate
Pengampelan
Tanjungsari
Sindangmandi
Sindangmandi
Margasana
Ds.Batukuwung,
Ds.Kalumpang
Luwuk,Kaduagung
Cipayung
Cipayung
Babakan
Kranji
Cilowong
Sukabana
Tamansari
Binuang
Pamanuk
Gabus
Bojongmenteng
Kamuning
Cikande
Sukacai
Sentul
Junti
Cibulegar
Anyar
Cinangka
Pepetan
Lontar
KaduEmbe

Cikande
Cikande
Cikande
Walantaka
Pabuaran
Pabuaran
Pabuaran
Kramatwatu
Padarincang

9,37
6,00
26,00
40,00
3,00

6,00
20,00
1,184.38

Gunungsari
Padarincang
Padarincang
Pamarayar
Taktakan
Taktakan
Ciomas
Baros
Carenang
Carenang
Carenang
Petir
TunjungTeja
Cikande
Baros
Kragilan
Junti
Cibulegar
Anyar
Cinangka
Portang
Tirtayasa
Citasuk

115,62
10,00
5,00

30,00
30,00
1,00
1,00
75,00
10,00
6,00
20,00
10,00
4,00

40,00
3,00
2,00
4,50
3,20
60,00
6,90
3,20

LOKASI
Desa

LUAS
Kecamatan

K O T A TA N G E R AN G

7,95
31,44
25,30
3,25
1,63
1,70
4,00
24,40
5,25

1
2
3
4
5
6
7
8

NO

SituCipondoh
Situplawad
SituGede(Besar)
SituCangkring
SituBulakan
SituKompeni
SituBojong
SituKunciran

NAMA
SITU/DANAU/RAWA

Cipondoh
Plawad
Cikokol
Priuk

Rawabokor

Cipondoh
Cipondoh
Tangerang
Jatiuwung
Periuk
Benda

142,00
6,50
5,40
6,00
30,00
70,00

LOKASI
LUAS
Desa

Kecamatan

Pulomerak

17,00

K O TA C I LE G O N

RawaArum

RawaArum

7,90
7,60

I - 103

Gambar 1.9
Bagan Alir Penentuan Kawasan Lindung
Menurut Keppres No. 32 Tahun 1990

I - 104

Kawasan-kawasan yang tidak termasuk ke dalam kriteria kawasan lindung


sebagaimana Keppres No.32/1990 dapat diarahkan sebagai kawasan budi daya, dengan tetap
memperhatikan

klasifikasi

kesesuaian

lahannya

berdasarkan

faktor

ketinggian,

kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi.


Acuan yang dipakai dalam kajian dan penetapan kawasan budidaya ini akan meliputi:
-

penggunaan lahan, yang menjadi masukan penting untuk mengindikasikan bentuk pola
ruang budidaya yang ada; dalam hal ini fungsi yang diletakkan pada suatu kawasan
didasarkan pada fungsi dominan/utama dalam kawasan tersebut;

kajian mengenai kecenderungan atau trend perkembangan fungsi-fungsi dan bentukbentuk pemanfaatan dalam kawasan;

kajian kesesuaian fungsi atau bentuk pemanfatan dalam ruang, seperti kesesuaian lahan
untuk kawasan budidaya pertanian, posisi lokasi relatif terhadap kegiatan atau fungsi
lainnya, penguasaan lahan (land tenureship) dan berbagai pertimbangan lainnya;

ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;

kesepakatan-kesepakatan yang dibangun dalam proses perencanaan antar berbagai


stakeholder (bentuk participatory planning).

Atas dasar itu kemudian dapat diindikasikan skenario pengembangan kawasan budidaya
tersebut pada masa datang. Adapun usulan Usulan Kerangka Pendekatan Penetapan Kawasan
Budidaya dapat dilihat pada Gambar 1.10 sebagai berikut.

I - 105

Gambar 1.10
Kerangka Pendekatan
Perumusan/Penetapan Kawasan Budidaya RTRWP Banten
Penggunaan Lahan
(Existing Land Use )

Penetapan RTRWN:
KAWASAN ANDALAN

Trend

Limitasi

Perkemb.

Pengemb.

Peluang
Pengemb.

Usulan Pengembangan
Kawasan Budidaya

Kebijakan (Policy ) Daerah &


Aspirasi Pengembangan:
- problem solving
- opportunity seeking

Penetapan Penetapan
KAWASAN BUDIDAYA
dalam
RTRWP
BANTEN
KAWASAN
BUDIDAYA

- goal oriented

(Yangdalam
MemilikiRTRWP
Nilai Strategis
Provinsi)
Banten

- trend modifying

Berdasarkan data eksisting yang ada, maka secara keseluruhan pola ruang di
Provinsi Banten adalah sebagai berikut.
1. Luas kawasan lindung mencapai 203.426,80 Ha atau 23,51 % dari luas wilayah Provinsi
Banten, dengan rincian berikut.
A.

Kawasan Lindung Nasional

1.

CA Rawa Danau

2.500,00 Ha ( 0,29 % )

2.

CA G. Tukung Gede

1.700,00 Ha ( 0,20 % )

3.

TWA Pulang Sangiang

528,15 Ha ( 0,06 % )

4.

TN Ujung Kulon (TNUK)

78.619,00 Ha ( 9,09 % )

5.

TN Halimun Salak

16.380,00 Ha ( 1,89 % )

B.

Kawasan Lindung Provinsi

1.

CA Pulau Dua

30,00 Ha ( 0,003 % )

I - 106

2.

TWA Carita

95,00 Ha ( 0,011 % )

3.

Hutan Lindung

36.016,54 Ha ( 4,16 % )

4.

Sempadan Danau/Situ

3.798,09 Ha ( 0,44 % )

5.

Sempadan Pantai

5.174,2 Ha ( 0,60 % )

6.

Kawasan rawan bencana

44.785,03 Ha ( 5,18 % )

787,43 Ha ( 0,09 % )

5.136,58 Ha ( 0,59 % )

7.876,79 Ha ( 0,91 % )

alam
7.

Kawasan lindung sekitar


sumber mata air

8.

Kawasan konservasi cagar


budaya

9.

Kawasan sempadan sungai

2. Kawasan budidaya seluas 661.693,20 Ha (76,49 %), dengan rincian sebagai berikut.
1.

Kawasan peruntukan hutan produksi

72.292,58 Ha ( 8,36 % )

2.

Kawasan peruntukan pertanian

197.845,11 Ha ( 22,87 % )

3.

Kawasan peruntukan perkebunan

291.025,73 Ha ( 33,64 % )

4.

Kawasan peruntukan industri, pariwisata, dan

100.529,78 Ha ( 11,62 % )

permukiman
Khusus mengenai kawasan industri di Provinsi Banten tersebar di wilayah Utara Provinsi
Banten yang meliputi 19 kawasan industri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
1.21 dan Gambar 1.11, serta penggunaan lahan eksisting yang dapat dilihat pada Gambar
1.12.

I - 107

Tabel 1.21
Kawasan Industri di Provinsi Banten
NO

NAMAKAWASANINDUSTRI

RENCANA

DIBANGUN

KESEMPATAN

625
500
1.800

404

221
500
1.800

300
900
500
150
150
250
662

80
414
47
70

200

220
486
453
80
150
50
662

300
300
250
500
76
80
200
240
102
7.885

22
100
150
53
80
100
40
62
1.822

300
278
150
350
23

100
200
40
6.063

KOTACILEGON
1 KrakatauIndustrialEstateCilegon
2 PetrochemicalIndustrialEstatPancapuri
3 JabbekaIndustrialEstate
KABUPATENSERANG
4 NikomasGemilangIndustrialEstate
5 ModernCikandeIndustrialEstate
6 LanggengSahabatIndustrialEstate
7 PancatamaIndustrialEstate
8 SamandaPerdanaindustrialEstate
9 SaurIndustrialEstate
10 KawasanIndustriTerpaduMGM
KABUPATENTANGERANG
11 BalarajaIndustrialPark
12 BalarajaIndustrialEstate
13 KawasanIndustri&PergudanganCikupaMas
14 WestTangerangIndustrialEstateCikupa
15 GrahaBalarajaSentraProduksi&Distribusi
16 PasarKemisIndustrialPark
17 TamanTeknoIndustrialEstate
18 MilleniumIndustrialEstate
19 SawarnaIntegtartedBussinesPark
JUMLAH

Gambar 1.11
Peta Sebaran Industri di Provinsi Banten

I - 108

Tabel 1.22
Pola Ruang Provinsi Banten Tahun 2007
NO

Pola Ruang

Luas dan Presentasi Pola Ruang di Kabupaten / Kota


Kabupaten Serang
Kota Serang
Kabupaten Tangerang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Lebak
Kota Cilegon
PROVINSI BANTEN
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Presentasi (%) Terhadap
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha)
Luas (Ha) Presentasi (%)
Kabupaten Provinsi
Kota Provinsi
Kabupaten Provinsi
Kota Provinsi
Kota Provinsi
Kabupaten Provinsi
Kabupaten Provinsi
Kota Provinsi

I Kawasan Lindung
1. CA Rawa Danau
2. CA G. Tukung Gede
3. CA Pulau Dua
4. TWA Carita
5. TWA Pulau Sangiang
6. TN Ujung Kulon (TNUK)
7. TN Halimun Salak
8. Hutan Lindung
9. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
10. Sempadan Pantai
11. Sempadan Sungai
12. Kawasan Rawan Bencana Alam
13. Kawasan Sekitar Mata Air
14. Kawasan Konservasi Cagar Budaya

15.681,35
2.500,00
1.700,00

II Kawasan Budidaya
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
2. Kawasan Peruntukan Pertanian
3. Kawasan Peruntukan Perkebunan
4. Kawasan Perkotaan

116.404,84 88,13%
3.830,93 2,90%
44.134,82 33,41%
39.899,63 30,21%
28.539,46 21,61%

17,59% 18.732,76
5,30%
22,31% 474,99
13,71% 8.090,52
28,39% 10.167,25

132.086,19 100,00%

15,27% 18.839,86 100,00%

JUMLAH

528,15

640,09
2.478,33
825,28
569,49
6.193,15
246,86

11,87% 7,71% 107,10


1,89% 100,00%
1,29% 100,00%
30,00
0,40%

0,48%
1,88%
0,62%
0,43%
4,69%
0,19%

0,57%

0,05% 5.048,21

4,84%

2,48% 943,29

7,02%

0,46%

66,73

0,40%

0,03% 101.127,89

38,00%

49,71% 79.440,04

26,80%

39,05% 1.012,19

95,00

0,04%

100,00%

78.619,00

29,54%

100,00%
5,53%
10,45%
0,28%
0,08%
0,96%
7,67%
0,10%
1,73%

100,00%
86,02% 716,30
21,59% 17,00
4,75% 278,89
36,03%
50,8%
38,32%
100,00%

73,20%
10,95%
12,00%
47,67%
2,58%

30,76% 296.445,24 100,00%

5,89%

0,50% 203.426,80
2.500,00
1.700,00
30,00
95,00
528,15
78.619,00
16.380,00
1,99% 36.016,54
0,45% 3.798,09
5,39% 5.174,2
7.876,79
44.785,03
787,43
5.136,58

23,51%
0,29%
0,20%
0,003%
0,01%
0,06%
9,09%
1,89%
4,16%
0,44%
0,60%
0,91%
5,18%
0,09%
0,59%

32,80% 16.161,38 94,11%


44,89% 698,01 4,06%
17,99% 1,34 0,01%
48,56% 7.624,87 44,40%
7,61% 7.837,16 45,64%

2,44% 661.693,20
0,97% 72.292,58
0,001% 197.845,11
2,62% 291.025,73
7,80% 100.529,78

76,49%
8,36%
22,87%
33,64%
11,62%

34,27% 17.173,57 100,00%

1,99% 865.120,00

100,00%

0,16% 100,00%

100,00%

1,78%
65,25%
15,95%
7,23%
13,83%
31,35%

77,10

66,73

0,40%

1,76%

6,62%

11,30%

2.085,55
139,77
3.336,84
782,95
15.829,92
238,86

0,78%
0,05%
1,25%
0,29%
5,95%
0,09%

5,79%
3,68%
64,49%
9,94%
35,35%
30,33%

16.380,00
30.982,75
820,13
245,77
2.838,01
22.735,09
301,71
5.136,58

92,98%

1,89% 16.622,19

99,60%

56,72%
21,26%
17,18%

29,91% 356,25 2,65%


7,62% 523,85 3,90%
17,83% 11.622,48 86,44%

0,18% 3.215,16
0,18% 8.090,52
11,56% 5.316,51

19,27%
48,48%
31,86%

2,51% 164.983,38
35.312,07
1,63% 54.901,34
2,78% 63.298,09
5,29% 11.471,88

62,00%
13,27%
20,63%
23,79%
4,31%

24,93%
48,85%
27,75%
21,75%
11,41%

217.005,20
32.451,57
35.584,94
141.322,09
7.646,60

2,18% 104.329,09 100,00%

12,06% 13.445,87 100,00%

1,55% 16.688,92 100,00%

1.591,85
222,92
1,49% 410,31
2796,26
26,87

1,53%
0,21%
0,39%
2,68%
0,03%

4,42%
5,87% 53,21
7,93%
35,50% 890,08
0,06%

99,43%

2,83% 99.280,88

95,16%

15,00% 12.502,58

2,52%
42,94%
53,97%

0,24% 59.176,27
2,78% 22.176,16
10,11% 17.928,45

0,41%

0,40%

1,40%

1,93% 266.111,27 100,00%

4,17%
0,10%
1,62%

Sumber : Spatial (GIS) Analysis, Tahun 2007

I - 109

Gambar 1.12
Peta Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Banten
- Sumber : Peta RBI Skala 1 : 250.000 Diambil dari Peta yang sudah dibuat Rudi

I - 110

1.4

Isu-isu Strategis
Beberapa isu strategis yang terdapat di Provinsi Banten adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan

kondisi

perekonomian

nasional

yang

mendorong

orientasi

pembangunan daerah menuju sektor pertanian dan kawasan perdesaan dengan


pendekatan ekonomi kerakyatan. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma
perencanaan pembangunan yang mengurangi ketergantungan pada trickle down effect
pusat pertumbuhan berbasis sektor industri dan sektor tersier di kawasan perkotaan
serta pilihan basis perekonomian pada sektor pertanian dengan penajaman komoditi
yang tangguh terhadap perubahan pasar global.
2. Kebijaksanaan menuju perluasan otonomi daerah yang membawa implikasi terhadap
posisi dan fungsi rencana tata ruang dalam perkembangan pembangunan menurut
hirarki pemerintahan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten perlu
diposisikan secara tepat pada arah kebijaksanaan tersebut, sehingga mampu berperan
sebagai instrumen pencapaian tujuan pembangunan melalui pembentukan ruang secara
regional planning.
3. Ketidakseimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar Wilayah Banten Selatan
dan Wilayah Banten Utara di Provinsi Banten, berdampak pada ketidakseimbangan
pertumbuhan, serta akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan sosial-ekonomi
(disparitas) yang dapat mengganggu ketertiban proses pembangunan. Azas
demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu melandasi RTRW Provinsi Banten
dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah tersebut, dengan mengakomodir RTRW
Kabupaten/Kota serta keterikatan dengan RTRW Jawa-Bali.
4. Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu yang perlu dipertimbangkan dalam
RTRW Provinsi Banten, terutama menyangkut okupansi kawasan lindung dan masalah
pencemaran lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya mempertahankan Kawasan
Lindung di Provinsi Banten untuk meningkatkan daya dukung lingkungan yaitu
Kawasan Akarsari dan DAS Cidanau.
5. Eksplorasi bahan tambang dan mineral sebagai bagian peningkatan pendapatan daerah
perlu dilakukan melalui pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga
persoalan lingkungan dapat dikurangi. Selain itu, perlu adanya keseimbangan

I - 111

kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat untuk menghindari kecemburuan


sosial ekonomi.
6. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi darat, udara dan laut yang
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan baru untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat secara bijaksana dan optimal.
Di samping itu salah satu isu yang patut dipertimbangkan adalah implikasi
demokratisasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam penentuan keputusan-keputusan
publik. Hal ini merupakan inti dari reformasi yang kita cita-citakan yaitu timbulnya
masyarakat sipil (civil society), masyarakat yang egaliter berdasarkan kesetaraan. Dengan
demikian, masyarakat harus diberikan peranan yang cukup besar dalam penentuan
nasibnya. Dalam kaitan tersebut, pendekatan perencanaan yang sentralistik dan topdown harus segera direvisi menjadi pendekatan perencanaan yang lebih mengedepankan
tuntutan masyarakat yang disebut sebagai community driven planning. Isu yang paling
aktual untuk saat ini adalah bagaimana upaya untuk mencapai kondisi di mana masyarakat
sendirilah yang mendesain rencana yang diinginkan dan pemerintah adalah fasilitatornya.
Isu lain adalah terkait dengan akselerasi pembangunan di Provinsi Banten. Sebagai
salah satu provinsi baru, Provinsi Banten, hendaknya mengambil momen yang sangat baik
ini untuk meraih dukungan bagi pengembangan wilayahnya.
Selain itu, kegiatan survey dan wawancara lapangan yang telah dilakukan dengan
beberapa pihak yang berkompeten di masing-masing kabupaten/kota menemukenali
adanya beberapa isu strategis, yaitu sebagai berikut.
A. Kota Serang
Isu strategis pembangunan daerah Kota Serang adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan potensi pariwisata Banten Water Front City di wilayah Kota Serang
Provinsi Banten.
2. Dibangunnya bendungan Sindangheula untuk mengairi kawasan industri.
3. Pengembangan pusat pendidikan dan Sport City di wilayah Kota Serang Provinsi
Banten.
4. Mempertahankan keberadaan situs Banten Lama.

I - 112

B. Kota Cilegon
Isu strategis pembangunan daerah Kota Cilegon adalah sebagai berikut :
1. Rencana pembangunan Bendungan Cidanau sebagai jaringan sumber daya air bagi
kebutuhan air baku industri serta sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum
di Wilayah Kota Cilegon dan sekitarnya;
2. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Krakatau Cilegon;
3. Pengembangan Pelabuhan Regional Kubangsari;
4. Pengembangan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

C. Kota Tangerang
Isu strategis pembangunan daerah Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan jaringan jalan berpola grid radial utara selatan dan timur barat.
Koridor utara selatan menghubungkan Bandara Soekarno Hatta sampai dengan
Kabupaten Tangerang sedangkan jalur barat timur untuk menghubungkan
pergerakan Jakarta Kota Tangerang Kabupaten Serang. Di samping itu juga ada
rencana pembangunan jalan di kiri dan kanan jalan bebas hambatan sehingga dapat
membuka akses dan peluang investasi pada sepanjang koridor tersebut.
2. Perlu adanya penetapan batas administrasi antara Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang pada Kawasan Bandara Soekarno-Hatta supaya tidak terjadi konflik dalam
pemanfaatan ruang.
3. Ada rencana pembangunan kota baru Tangerang sebagai CBD, yaitu sebagai pusat
pemerintahan sekaligus sebagai pusat bisnis Kota Tangerang sekaligus menangkap
peluang luberan dari DKI Jakarta.
4. Isu lainnya yaitu pembangunan stasiun KA di Kota Tangerang sebagai titik awal dan
akhir perjalanan regional, sehingga arus lalu lintas orang dan barang dapat ditangkap /
diberangkatkan dari Kota Tangerang. Pembangunan stasiun KA tersebut sebagai
penyeimbang keberadaan stasiun KA Gambir, sekaligus untuk memudahkan perjalan
dari-dan-menuju Bandara Soekarno Hatta yang akan lebih mudah dijangkau dari Kota
Tangerang dibandingkan dari stasiun KA Gambir.

I - 113

D. Kota Tangerang Selatan


Isu strategis pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan Lapangan Terbang Pondok Cabe sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kota, sehingga perlu pengembangan kawasan untuk mendukung
pengembangan potensi unggulan daerah;
2. Belum tersedianya Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan.

E. Kabupaten Serang
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Serang adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bojonegara yang sudah dirancang
sejak beberapa tahun lalu. Pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Ekonomi Khusus
Bojonegara selain untuk percepatan pembangunan Provinsi Banten juga diawali
dengan kajian untuk menampung pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang
sudah menunjukkan penurunan kapasitas pelayanan. Dengan adanya rencana
pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Ekonomi Khusus Bojonegara, beberapa
investor sudah melakukan pengkaplingan lahan dalam rangka pembangunan maupun
perluasan kegiatan usahanya dalam rangka antisipasi perolehan kemudahan dengan
mendekati salah satu rencana outlet Provinsi Banten.

I - 114

Gerbang Masuk Rencana KEK Bojonegara

Kegiatan Industri Sekitar Rencana KEK Bojonegara

I - 115

Rencana Pengembangan Industri Sekitar Rencana KEK Bojonegara


2. Konflik pola ruang antara kawasan lindung dengan penambangan bahan galian. Dalam
kaitan tersebut, Sektor Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten sudah
mengantisipasi dan mengarahkan kawasan Gunung Gede dan sekitarnya sebagai
kawasan lindung yaitu penghutanan kembali kawasan tersebut. Namun di sisi lain,
kondisi lapangan menunjukkan masih cukup aktifnya kegiatan penambangan di
kawasan Gunung Gede tersebut. Terdapat bebarapa dampak yang perlu diantipasi yang
mungkin timbul dari adanya kegiatan penambangan tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Kawasan Gunung Gede merupakan lokasi-lokasi penempatan menara SUTET dari
setiap pembangkit listrik di Provinsi Banten untuk didistribusikan intra Provinsi
Banten maupun kepada daerah lainnya. Kegiatan penambangan dikhawatirkan
dapat menganggu kestabilan dan daya dukung fisik lahan dalam menopang
keberadaan prasarana vital tersebut.
b. Penambangan di kawasan hutan Gunung Gede dapat mempertinggi volume aliran
permukaan, menyebabkan banjir dan longsor serta mengurangi peresapan air tanah.

I - 116

Menara SUTET

Penambangan Bahan
Galian

Potensi Konflik Pola Ruang Akibat Penambangan Bahan Galian

3. Belum tersedianya Pusat Pemerintahan Kabupaten Serang untuk mendukung


penyelenggaraan pemerintahan.
4. Pengembangan potensi pariwisata di Kecamatan Padarincang untuk meningkatkan
sektor kepariwisataan Provinsi Banten.
5. Perlu pengembangan kawasan industri yang ditetapkan dalam satu kawasan untuk
menampung industri-industri baru dan industri yang berada di luar kawasan.

F. Kabupaten Tangerang
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan reklamasi pantai pada Kawasan Pantura Kabupaten
Tangerang;
2. Pengembangan Tempat Pengolahan Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Regional
Ciangir di Kabupaten Tangerang yang dikelola bersama dengan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta;

I - 117

3. Konflik penggunaan tanah pertanian lahan basah di Kecamatan Sepatan;


4. Perlu adanya penetapan batas administrasi antara Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang pada Kawasan Bandara Soekarno-Hatta supaya tidak terjadi konflik dalam
pemanfaatan ruang Penentuan batas wilayah dengan Kota Tangerang;

G. Kabupaten Pandeglang :
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :
1. Rencana pembangunan lapangan terbang perintis di Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang. Rencana pembangunan lapangan terbang perintis tersebut dilakukan dari
Departemen Perhubungan Pusat pada tahun 2005, di samping untuk percepatan
pembangunan daerah juga mempertimbangkan keberadaan potensi pariwisata khusus
Tanjung Lesung, Carita, dan Sawarna di Kabupaten Pandeglang.
2. Pengembangan AKARSARI (deretan Gunung Aseupan Gunung Karang Gunung
Pulosari) sebagai menara air Kabupaten Pandeglang, sehingga membutuhkan
dukungan penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan lindung dan resapan air.
3. Untuk pengembangan bagian selatan Provinsi Banten pada umumnya dan Kabupaten
Pandeglang pada khususnya perlu peningkatan jalan nasional yang menghubungkan
bagian selatan Provinsi Banten maupun Kabupaten Pandeglang dengan bagian utara
wilayah tersebut.
H. Kabupaten Lebak :
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut.
1. Kabupaten Lebak memiliki Bendungan Karian di empat kecamatan namun lebih
dikenal / terkonsentrasi di Kecamatan Sajira sebagai salah satu dam strategis nasional
karena akan dipakai untuk suplai air baku ke Jakarta, Cilegon, dan Tangerang, dengan
kapasitas 208.000.000 M3 dan luasnya hampir 1.774 Ha. Untuk itu maka perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mewujudkan pambangunan Bendungan Karian di
Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi Kawasan Perkotaan
(Jabodetabek), Kawasan Bojonegara, dan untuk mempertahankan ketahanan pangan
(lumbung padi) serta pembangunan Waduk Sindangheula Kota Serang.

I - 118

2. Rencana pengembangan kawasan industri yang didukung potensi pertambangan di


bagian selatan, di Kecamatan Bayah.
3. Pengembangan Kawasan Perumahan Kekerabatan Maja di Wilayah Kabupaten Lebak
yang perlu didukung pembangunan infrastruktur.

1.5

Kerangka Pendekatan
Berdasarkan uraian sebelumnya, secara garis dapat diidentifikasikan bahwa

terdapat dua faktor utama yang dapat menjadi latar belakang perlunya Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal.
Faktor eksternal perlunya pelaksanaan pekerjaan ini adalah adanya perubahan
payung hukum di atasnya, yaitu :

UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai revisi dari
Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan


Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional sebagai revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
Sedangkan faktor internal yang dapat menjadi alasan perlunya pelaksanaan

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030 yaitu sebagai
berikut.

I - 119

Posisi strategis Provinsi Banten yang bersinggungan dengan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) Metro Jabodetabek serta Provinsi Jawa Barat.

Tempat kedudukan gerbang udara utama Negara Kesatuan Republik Indonesia


Bandara Soekarno Hatta, yaitu di Kota Tangerang.

Sentra industri teknologi tinggi yaitu Industri Baja Krakatau Steel.

Adanya perubahan pola pemanfaatan ruang Provinsi Banten sebagaimana hasil kajian
dari Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten 2002 2017.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka metode pendekatan yang ditawarkan bagi

pelaksanaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030
adalah pendekatan komprehensif yang memadukan pendekatan dari atas ke bawah dengan
pendekatan dari bawah ke atas (top-down and bottom-up planning), dan pendekatan
sektoral.
A. Pendekatan Dari Atas
Pendekatan ini berupa pengkajian terhadap kebijaksanaan dan aspirasi pembangunan
daerah terutama yang menyangkut pengembangan Provinsi Banten, yaitu melalui
peninjauan terhadap keterkaitan antara rencana pada tingkat Nasional dan Provinsi
Banten, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, serta PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan penjabaran dari
Propenas dengan wawasan lebih berciri sosial ekonomi, dan dalam arahanarahannya cenderung merupakan kebijaksanaan pemerintah menyangkut wilayahwilayah yang dalam skala nasional akan diprioritaskan pengembangannya.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi merupakan produk perencanaan
yang berisikan dimensi tata ruang dari Rencana Strategis Provinsi yang mengacu
pada RTRWN, dengan wawasan sosial ekonomi dan fisik secara makro dalam
lingkup Provinsi.
Berdasarkan uraian di atas maka sumber tinjauan terhadap kebijaksanaan
pembangunan antara lain meliputi RPJP Nasional, RPJM Nasional, Rencana Tata

I - 120

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Banten, dan program serta proyek pembangunan yang ada di daerah. Kajian terhadap
aspirasi pembangunan diperoleh dan dijaring dari hasil diskusi dengan pemerintah
daerah dan instansi teknis terkait, serta tanggapan-tanggapan pada saat pembahasan
laporan, mulai dari laporan pendahuluan, laporan kompilasi data, laporan hasil
analisis, sampai dengan laporan draft rencana. Hasil perbaikan dan penyempurnaan
dari pembahasan laporan-laporan tersebut merupakan lampiran dan menjadi bagian
tidak terpisahkan dalam proses pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten menjadi Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut.
Adapun pendekatan dari atas dan materi yang tercakup di dalamnya adalah sebagai
berikut.
1. Melakukan telaahan terhadap arahan yang terkandung dalam beberapa peraturan
perundang-undangan terkait dengan pengembangan wilayah provinsi sebagaimana
dikemukakan dalam Kerangka Acuan Kerja serta uraian tanggapan terhadap
Kerangka Acuan Kerja.
2. Melakukan review terhadap Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten 2002 2017.
3. Kajian terhadap arah dan tujuan pembangunan, yaitu meliputi :
a) Permasalahan dan isue pokok pembangunan daerah dalam kaitannya dengan
kepentingan nasional, regional dan lokal Provinsi Banten.
b) Arah pengembangan sosial mencakup struktur sosial yang hendak dicapai
berdasarkan pendekatan-pendekatan kependudukan, fasilitas dan utilitas
pelayanan sosial ekonomi dalam skala makro (wilayah).
c) Skala pengembangan ekonomi, yang mencakup struktur dan pertumbuhan
ekonomi yang hendak dicapai.
d) Arah pengembangan yang hendak dicapai berdasarkan pendekatan-pendekatan
kependudukan, fasilitas dan utilitas pelayanan sosial ekonomi dalam skala
wilayah Provinsi Banten.
e) Arah pengembangan fisik yang mencakup pemanfaatan ruang.

I - 121

f) Tujuan dan sasaran jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
4. Kajian terhadap kondisi daerah studi meliputi sosial ekonomi dan pola kegiatan
usaha, fisik dan lingkungan, pola tata guna tanah saat ini dan kelembagaan.
5. Kajian terhadap strategi daerah dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah
yang menyangkut beberapa materi sebagai berikut.
a) Skenario pencapaian sasaran dan tujuan pengembangan dan pembangunan
wilayah Provinsi Banten dalam kaitannya dengan potensi serta permasahanpermasalahan yang dihadapi.
b) Prioritas pengembangan kawasan-kawasan andalan dan strategis yang
menyangkut lokasi, kondisi potensi dan permasalahan yang dihadapi, sektorsektor yang dikembangkan, strategi dan skenario pengembangan, programprogram yang sedang berjalan, prasarana dan sarana yang dibutuhkan, serta
dukungan penataan ruang lainnya.
c) Indikasi program jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (10 tahun) dan
jangka pendek (5 tahun) pengembangan wilayah.
d) Kebijaksanaan penunjang pengembangan wilayah Provinsi Banten yang
meliputi aspek-aspek landasan hukum, kelembagaan, personil, pendanaan,
partisipasi swasta dan masyarakat, dukungan prasarana lain.
6. Kajian terhadap rencana-rencana yang ada, yaitu meliputi :
a) Struktur tata ruang menyangkut pengaturan sistem pusat pelayanan ; sistem
jaringan dan fasilitas transportasi; sistem jaringan prasarana dan sarana dasar
wilayah / kota.
b) Pemanfaatan ruang yang menyangkut kawasan budidaya, kawasan lindung,
kawasan tertentu dan kawasan kegiatan perkotaan lainnya.
c) Pengembangan kawasan-kawasan prioritas menyangkut lokasi, kondisi potensi
dan permasalahan yang dihadapi, sektor-sektor yang dikembangkan, strategi
dan skenario pengembangan, program-program yang sedang berjalan, fungsi
kawasan, prasarana dan sarana yang dibutuhkan, serta dukungan penataan
ruang lainnya.

I - 122

Adapun pendekatan terhadap kawasan rencana, yaitu Provinsi Banten khususnya


dilakukan sebagai penterjemahan lebih lanjut dari arahan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional dan kebijaksanan pengembangannya yaitu:
a) Fungsi dan kedudukan Provinsi Banten dalam kerangka pengembangan wilayah
atau konstelasi regional/nasional.
b) Kebijaksanaan secara umum tentang panataan ruang wilayah Provinsi Banten
sesuai dengan fungsinya tersebut.
c) Mengantisipasi struktur tata ruang Provinsi Banten untuk menetapkan kedudukan
pusat-pusat permukiman yang mungkin terjadi di wilayah tersebut.
Ketiga aspek tersebut di atas merupakan kebijaksanaan dan arahan yang akan
berpengaruh dan perlu dipertimbangkan dalam Pemantapan Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi banten 2010 - 2030. Dalam konteks kegiatan ini, dilakukan
rumusan kriteria dan tipologi peninjauan kembali Pemantapan Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten, sesuai dengan Kepemen Kimpraswil No. 327
/ KPTS / M / 2002.
B. Pendekatan Dari Bawah
Pendekatan ini bertitik tolak dari kondisi dan karakteristik kawasan rencana dan aspek
yang berkaitan dengan keadaan-keadaan internal kawasan perencanaan, yang
pengenalannya diperoleh melalui pengumpulan data langsung dari lapangan.
Pengenalan terhadap kawasan rencana diperoleh melalui analisis-analisis yang
mencakup fisik, kependudukan dan sosial budaya, ekonomi (perkembangan kegiatan
usaha), fasilitas dan utilitas serta keadaan prasarana perhubungan. Analisis ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan dan kebutuhan penduduk pada saat
ini maupun di masa yang akan datang, serta batasan-batasan perencanaan kabupaten
yang berlaku.
Dalam kaitannya dengan arahan dalam UUPR No. 26 tahun 2007 maupun PP. No. 69
tahun 1996, aspek yang sangat perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
pengkajian pendekatan dari bawah ini adalah penjaringan aspirasi dari masyarakat dan
stakeholders lainnya untuk mendapatkan kesamaan visi dan misi pembangunan yang
dijabarkan melalui penataan ruang. Pentingnya kegiatan penjaringan aspirasi

I - 123

masyarakat ini karena masyarakat dan stakeholders bukanlah objek pembangunan


tetapi harus dipandang sebagai subjek pembangunan itu sendiri. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan Pemantapan Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi banten 2010 - 2030 meliputi diskusi teknis dengan
pemerintah daerah dan instansi terkait, diseminasi dan sosialisasi penataan ruang
kepada masyarakat dan stakeholders. Melalui penjaringan aspirasi dari masyarakat dan
stakeholders serta dari pemerintah dareah sendiri, maka rumusan potensi dan
permasalahan pembangunan yang secara nyata dihadapi dapat dengan jelas dapat
diidentifikasikan.

C. Pendekatan Sektoral
Pendekatan terhadap aspek-aspek sektoral pada umumnya adalah dalam bentuk
pengkajian terhadap peraturan-peraturan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, program/
proyek pembangunan. Hal ini semua cukup penting sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rencana nantinya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
tahapan pendekatan sektoral ini adalah diskusi teknis dengan pihak pemerintah daerah,
khususnya dengan instansi-instansi yang terkait dengan pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan sektoral masing-masing. Temuan-temuan dari kegiatan ini dapat
dijadikan masukan dalam perumusan potensi dan permasalahan pembangunan dan
penataan ruang di Provinsi Banten.
Semua data dan informasi yang berhasil diperoleh dalam survey lapangan
sebagaimana metode pendekatan di atas, selanjutnya dilakukan proses analisis yang secara
garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Analisis Kebijaksanaan Nasional yaitu untuk mengetahui peran dan kedudukan
Provinsi Banten dalam konstelasi nasional, regional dan lokal serta mengetahui
program dan kebijaksanaan sektoral di Provinsi Banten.
2. Analisis Kependudukan, yaitu untuk mengetahui struktur dan sebaran spasial
penduduk baik sebagai kantong-kantong potensi sumber daya manusia maupun
sebagai pasar bagi produk-produk yang dihasilkan Provinsi Banten.
3. Analisis Sektor Produksi, yaitu untuk mengetahui kondisi dan karakteristik ekonomi
wilayah Provinsi Banten serta perkembangan sektor produksi setiap kabupaten/kota

I - 124

dalam cakupan Provinsi Banten. Analisis ini meliputi aspek pertumbuhan, kontribusi
sektoral, dan keterkaitan antar sektor serta antar kabupten/kota dalam Provinsi Banten.
4. Analisis Potensi dan Daya Dukung Wilayah, yaitu untuk memahami kondisi dan
karakteristik sumber daya alam dan daya dukung lingkungan, tingkat pemanfaatan
sumber daya, memperkirakan perkembangan pemanfaatan potensi wilayah dalam
masing-masing kabupaten/kota.
5. Analisis Struktur Ruang, yaitu untuk memahami struktur ruang kawasan, keterkaitan
pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman dalam masing-masing kabupaten/kota dan
antar kabupaten/kota. Keseluruhan ini akan dipergunakan untuk menggambarkan
struktur ruang Provinsi Banten yang ada serta memperlihatkan keterkaitan antar
kabupaten/kota di dalamnya.
Selanjutnya, berdasarkan keluaran dari proses analisis di atas, maka dapat
dikemukakan pengenalan beberapa hal terkait masalah ruang, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah Kependudukan, yaitu mengidentifikasikan masalah struktur penduduk,
sebaran spasial penduduk, migrasi penduduk, pertumbuhan penduduk dan kaitannya
dengan perkembangan sektor produksi serta potensi dan daya dukung lingkungan.
2. Masalah

Lingkungan,

yaitu

mengidentifikasikan

masalah-masalah

kerusakan

lingkungan seperti penggunaan dan/atau alih fungsi hutan, masalah fungsi kawasan
lindung, dan lain sebagainya.
3. Masalah Sektoral, yaitu

mengidentifikasikan masalah-masalah ekonomi dan

perkembangan sektoral, kaitannya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan sektoral serta


keterkaitannya dengan sektor-sektor lain seperti ketersediaan infrastruktur serta sarana
dan prasarana produksi.
4. Masalah Pemanfaatan Ruang, yaitu mengidentifikasi masalah struktur ruang,
keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota dan beberapa konflik kepentingan sektoral
dalam pemanfaatan ruang.
Berdasarkan kondisi yang ada serta masalah-masalah yang dihadapi, maka
berikutnya ditentukan konsep penataan ruang. Hal ini dilakukan agar penataan ruang dapat
diarahkan untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan-tujuan pembangunan baik dalam
konteks nasional maupun Provinsi Banten.

I - 125

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu ditetapkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayananya dan
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi.
Selanjutnya berdasarkan konsep penataan ruang di atas, maka dirumuskan strategi
penataan ruang agar konsepsi penataan ruang dapat dioperasionalisasikan, yaitu sebagai
berikut.
1. Pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan kawasan budidaya.
2. Pengembangan kawasan produktif.
3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang berperan menunjang kegiatan-kegiatan
sektor strategis dan sektor unggulan.
4. Pengembangan sistem transportasi.
5. Pengembangan sistem infrastruktur
6. Pengembangan kawasan yang perlu diprioritaskan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.13 pada halaman selanjutnya

I - 126

Gambar 1.13
Metodologi Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten 2010 - 2030
- Pemda
- Instansi Terkait
- Masyarakat dan
Stakeholders
- Diskusi
- Diseminasi
- Sosialisasi

Tujuan Pemanfaatan
Ruang
Rencana Pengelolaan
Kawasan Lindung

Aspek Fisik Dasar


Kebijakan Pembangunan
Nasional dan Provinsi
sekitar (Jawa Barat dan
DKI Jakarta)

Revisi RTRW Provinsi


Banten

Kriteria
Penyusunan
Kembali RTRW
Provinsi

Maksud dan
Tujuan

Aspek Fisik Buatan


Transportasi dan
Prasarana Dasar
Aspek Penduduk

Aspek Ekonomi
UU No. 7 / 2004
UU No. 32 / 2004
UU No. 33/ 2004
UU No. 26 / 2007
PP. No. 69 / 1996
PP. No. 10 / 2000
PP. No. 26 / 2008
Kepmen Kimpraswil No.
327 / KPTS / M / 2002

Tipologi RTRW
Provinsi Banten

Aspek Sosial
Budaya

Identifikasi Arahan
Pemanfaatan
Ruang
Identifikasi Kinerja
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Ruang
Identifikasi Faktor
Eksternal
Terhadap Kinerja
Pemanfaatan
Ruang

Hubungan
Eksternal
Terhadap
Kebijakan
Pembangunan

Hubungan
Eksternal
Terhadap Struktur
dan Pola
Pemanfaatan

Pemutakhiran Data
dan Analisis,
Menurut Faktor
Eksternal

Rencana Pengelolaan
Kawasan Budi Daya

Perumusan Potensi
dan Permasalahan
Pembangunan /
Penataan Ruang

Rencana Pengelolaan
Kawasan Perdesaan

Pemutakhiran
Data, Analisis, dan
Produk RTRW
Pemutakhiran
Tujuan dan
Sasaran
Pembangunan

Rencana Pengelolaan
Kawasan Perkotaan

Perumusan Konsep
dan Strategi
Pembangunan /
Penataan Ruang

Aspek Eksternal
Penataan Ruang

Rencana Tata Guna


Tanah, Air, Udara,
SDA Lainnya

Indikasi Program
Pembangunan
Sumber dan
Pengelolaan
Pembiayaan

Penetapan
Pemantapan
RTRW Provinsi
Banten

Rencana Sistem
Prasarana
Rencana Pengelolaan
Kawasan Khusus

Pedoman Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

- Kebijakan Pembangunan Nasional


- Kebijakan Pembangunan Provinsi
- Program Pembangunan Sektoral
- Program Pembangunan Skala Besar

EVALUASI

Survey dan Kompilasi Data RTRW / Laporan Pendahuluan dan Penyusunan Laporan Antara

Proses Analisis RTRW / Penyerahan Laporan Antara dan Penyusunan Draft


Laporan Akhir

Perumusan Konsep, Rancangan, Rencana dan Perda RTRW /


Perbaikan Draft Laporan Akhir dan Penyerahan Laporan Akhir

I - 127

1.6

Sistematika Penyajian
Sistematika penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 -

2030 disusun dengan sistematikan sebagai berikut.


Bab I

Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai dasar hukum penyusunan RTRW, tinjauan
kebijakan pembangunan Provinsi Banten meliputi RPJPD dan RPJMD, Profil
Wilayah Provinsi Banten yang menguraikan gambaran umum serta potensi dan
permasalahan di Provinsi Banten, isu-isu strategis, kerangka pendekatan, dan
sistematika penyajian.

Bab II

Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi


Banten
Bab ini menguraikan mengenai tujuan penataan ruang, serta kebijakan dan
strategi penataan ruang yang merupakan terjemahan dari Visi dan Misi
Pengembangan Wilayah Provinsi Banten dalam pelaksanaan pembangunan
untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah provinsi yang diharapkan.

Bab III

Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Banten


Bab ini menguraikan rencana sistem perkotaan, rencana sistem jaringan
transportasi, rencana sistem jaringan energi/kelistrikan, rencana sistem jaringan
telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem
jaringan lainnya.

Bab IV

Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Banten


Bab ini menguraikan konsep dan strategi pola ruang wilayah, dinamika
penggunaan lahan, dan rencana pola ruang yang meliputi rencana kawasan
lindung dan rencana kawasan budidaya.

Bab V

Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Provinsi Banten


Bab ini menguraikan kawasan strategis pertahanan dan keamanan, kawasan
strategis ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, kawasan strategis

I - 128

pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi, serta kawasan strategis


fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Bab VI

Arahan Pemanfaatan Ruang


Bab ini menguraikan prioritas pemanfaatan ruang dan indikasi program utama
lima tahunan.

Bab VII

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Bab ini menguraikan ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan umum
perizinan, ketentuan umum pengawasan dan pengendalian, ketentuan umum
penertiban, ketentuan umum insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

I - 129

Anda mungkin juga menyukai