Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KLIEN

WAHAM

OLEH

NI MADE PINA SAKAWATI

(13C10983)

STIKES BALI

TAHUN AJARAN 2014/2015


TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Skizofrenia

a. Pengertian

Skizofrenia (schizophrenial) merupakan suatu gangguan yang terjadi pada

fungsi otak dan melibatkan banyak sekali faktor. Faktor – faktor itu meliputi

perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak dan faktor

genetik(Yosep, 2011. Hal. 211).

Skizofrenia merupakan sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi

persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya(Yosep, 2011.

Hal. 211).

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan

utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses

pikir, afek/emosi kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama

karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul

inkoherensi(Direja, 2011. Hal. 95).

b. Penyebab

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti mengapa

seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal.

Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir(Yosep, 2011. Hal. 59). antara

lain:

1) Faktor genetik
2) Virus

3) Auto antibody

4) Malnutrisi

c. Tanda dan Gejala

Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 yaitu gejala

positif dan gejala negatif(Yosep, 2011, hal. 212) yaitu:

1) Gejala positif :

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak

mampu menginterprestasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang

datang. Penderita skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat

sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak

biasa pada tubuhnya. Gejala yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada

suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati,

memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu

yang sangat berbahaya seperti bunuh diri.

2) Gejala negatif

Penderita skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan

energi dan minat dalam hidup yang membuat kalian menjadi orang yang

malas. Karena penderita skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit,

mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.

Perasaan yang tumpul membuat emosi penderita skizofrenia menjadi datar.

Penderita skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun

gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini

tidak berarti bahwa penderita skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan


apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain,

tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

d. Jenis-jenis skizofrenia

1) Skizofrenia simplek dengan gejala utama kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan.

2) Skizofrenia hebefrenik gejala utama gangguan proses pikir, gangguan

kemauan, dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi.

3) Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor

maupun gaduh gelisah katatonik.

4) Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan, yang ekstrim disertai

waham kejar atau kebesaran.

5) Episode skizoprenia akut adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan

perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.

6) Skizofrenia psiko-aktif, yaitu adanya gejala utama skizofrenia yang menonjol

dengan disertai gejala depresi atau mania.

7) Skizofrenia residual adalah skizoprenia dengan gejala-gejala primernya dan

muncul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.

B. Konsep Dasar Waham

a. Pengertian

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan

kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya,

biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu (Maramis, 2009).

Proses berpikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta

penalaran. Aspek proses berpikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran,
arus pikiran, dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal

maupun pada isi pikiran verbal diantaranya adalah waham. Berbagai macam faktor yang

mempengaruhi proses pikir itu seperti, faktor somatik (gangguan otak, kelelahan). Faktor

psikologi (gangguan emosi, psiko, faktor sosial, kegaduhan dan keadaan sosial yang lain)

yang sangat mempengaruhi pertahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir

yaitu: bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditambah dengan pertimbangan.

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap

dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal

dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan

keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat

mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI

mengikuti saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.

Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang

spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui

waham diorganisasi dan waham tidak sistematis.

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya

klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya

penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya

(keliat,1999. di kutip oleh Deden Darmawan, Rusdi, Cetakan I : 2013 Edisi I : 2013).

Waham merupakan berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan

harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan menyebabkan stres bagi

mereka yang mengalaminya. Jika stres ini berkepanjangan dapat memicu masalah

gangguan jiwa dan waham(Budi Anna Keliat. Cetakan : 2012).


Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita

normal(stuart dan sundeen, 1998) waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai

dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh orang

lain keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,

2000).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang

budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses

interaksi atau informasi secara akurat(keliat 1999)

(Dikutip oleh Ade Herman Surya Direja. Cetakan I : 2011).

Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh/kuat, tidak sesuai

dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang budaya,selalu

dikemukakan secara berulang-ulang dan berlebihan, biarpun telah dibuktikan

kemustahilannya/kesalahannya atau tidak benar secara umum(Lilik Ma’rifatul Azizah,

Cetakan pertama : 2011).

Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami sesuatu

kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif(Townsend, 1998).

Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak

diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal(Stuart dan Sundeen,

1998).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang

budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses

interaksi/informasi secara akurat(Yosep, 2009).


(Dikutip oleh : Mukhripah Damaiyanti, Iskandar, cetakan : 2012).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tinkat intlektual dan latar belakang

buadaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses

interaksi/informasi secara akurat(Iyus Yosep, Cetakan V : 2013).

Waham juga dapt muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang

menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka

(Kalpan & Sadock)

Dapat menyimpulkan bahwa waham sebagai salah satu perubahan proses

khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak

sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti bukti yang ada.
b. Rentang Respon Neurobiologis

Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang

rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif menurut (Stuart) dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Rentang respon neurobiologis

Respon Adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses

pikir/delusi/waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi

dengan pengalaman berlebihan atau kurang

Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku disorganisasi

tidak biasa

Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Bagan 1. Rentang Respon neurobiologis

Dari rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon

secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada

keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau

perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan

pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan dia

akan mengalami gangguan proses pikir : waham


c. Psikopatologi waham

1) Etiologi

Menurut Maramis (2009) “disebutkan hal-hal yang menyebabkan gangguan

isi pikir: waham adalah ketidak mampuan untuk mempercayai orang lain, panik,

menekan rasa takut, stress yang berat yang mengancam ego yang lemah,

kemungkinan factor herediter”.

Secara khusus faktor penyebab timbulnya waham diuraikan dalam beberapa

teori yaitu:

a) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : Waham kebesaran dapat dibagi

menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :

(1) Teori Biologis

(a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan

suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan

kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

(b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan

skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan

sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan

memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari

orang-orang yang menderita skizofrenia.

(c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin

neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala

peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi

yang umumnya diobservasi pada psikosis.

(2) Teori Psikososial

(a) Teori sistem keluarga


Dikemukakan oleh Bawen dalam Lowsend (1998) menggambarkan

perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi

keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman

hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus

pada ansietas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan

timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang

antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan

ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa

dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas

perkembangan dewasanya.

(b) Teori interpersonal

Menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan

hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima

pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik serta orang tua

tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

(c) Teori psikodinamik

Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau

perhatian ibu, dengan ini seorang bayi mengalami penyimbangan rasa

aman dan gagal untuk membangun rasa percayanya menegaskan bahwa

psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang

dihambat dalam suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua

dan anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme

pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang

maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan

segmen diri dalam kepribadian.

b) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2013) faktor presipitasi dari perubahan isi pikir: waham

kebesaran yaitu:

(1) Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif

termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur

perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi rangsangan.

(2) Stres lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan prilaku.

(3) Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif

berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,

seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau

lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap

penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,

tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:

1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat


2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
2) Jenis-jenis Waham

Adapun jenis-jenis waham menurut Keliat(2013) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu

a) Waham Agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan

berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

b) Waham Kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau

kekuatan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

c) Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu dan

terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

d) Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin

bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencederai

dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

e) Waham nihilistik: klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal,

diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.

f) Waham bizar

1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam

pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan

walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan secara

berulang - ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

3) Fase Waham

Menurut Yosep(2013) proses terjadinya waham terdiri dari beberapa fase yaitu :

a) Fase lack of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara

fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan

menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk

melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi

terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya

ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang dianggap

sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.

Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini.

Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span

history).

b) Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara

self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan

yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui

kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan

teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan

yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi linkunga tersebut.

Padahal self reality jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh,

support system semuanya sangat rendah.

c) Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang

ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan

kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,

karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima

lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan

koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak

dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

d) Fase environmental support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang

dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari

sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super

ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan berdosa saat berbohong.

e) Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.

Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dan menghindari

interaksi social (isolasi sosial).

f) Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering

berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi

(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham

dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang

keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya

bahwa apa-apa yang dilakukakan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi

sosial.

4) Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis adalah tanda dan gejala yang dapat dikaji pada klien dengan

prilaku waham. Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan isi pikir: waham
kebesaran antara lain menyatakan dirinya orang besar, mempunyai kekuatan pendidikan

atau kekayaan yang luar biasa, menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau

sekelompok orang, mengatakan perasaan2. mengenai penyakit yang ada didalam

tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang

lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara

monoton, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa sulit percaya

pada orang lain (Maramis, 2009)

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.

1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
b. Individu Sangat percaya dengan keyakinanya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresip
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Stereotiful
h. Imfulsit
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan
f. Sulit tidur

g) Penatalaksanaan Medis

Menurut Maramis (2009) pengobatan harus secepat mungkin. Disini peran

keluarga sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien dinyatakan

boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal

merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai

pengawas minum obat.

1) Farmakoterapi

a) Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita

skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam dua

tahun penyakit.

b) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita

dengan psikomotorik yang meningkat.

c) Litium karbonat; adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk

mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih

efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Gejala

hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga

digunakan untuk mencegah atau megurangi intensitas serangan ulang pasien

bipolar dengan riwayat mania.

d) Haloperidol; merupakan obat antipsikotik (mayor tanquiliner) pertama dari

turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.

Haloperidol efektif untuk kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang

sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juag efektif untuk

pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan

aktivitas motorik berlebihan disertai kelainan tingkah laku seperti :


impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan

tidak tahan prustasi.

e) Karbamazepine; karbamazepine terbukti efektif dalam pengobatan kejang

psikomotor, serta neuralgia trigeminal. Karbamazepine secara kimia tidak

berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang

digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.

2) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial

Penatalaksaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk

pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan pengunaan oabt anti psikotik

untuk pasien waham.

a) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal

Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,

100mg.

b) Tipikal (chlorpromizine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg.

efektif utnuk menghilangkan gejala positif.

3) Penarikna diri high potensial

Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung manarik diri dari

pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri

(khayalan dan pikiran sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan

pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berati

penatalaksanaannya ditetapkan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu

gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya

dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri

dari lingkungan sosial.


4) Terapi Kejang Listrik / Elektro Convulsi Therapy (ECT)

Cara kerja elektro convulsi therapy belum diketahui dengan jelas, dapat

di katakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skhizofrenia dan

mempermudah kontak dengan klien.

5) Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena

berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali

kemasyarakat. Selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul

dengan orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak

mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,

dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi

modalitas yang terdiri dari :

a) Terapi aktivitas

(1) Terapi musik

Fokus pada : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi yaitu

menikmati dengan relaksasi jenis musik yang disukai klien.

(2) Terapi seni

Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan

seni.

(3) Terapi menari

Fokus pada : ekspresikan perasaan melalui gerakan tubuh.

(4) Terapi relaksasi

Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.

Rasional :

Meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.


b) Terapi sosial

Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.

c) Terapi kelompok

Group terapi (terapi kelompok)

(1) Terapeutik group (kelompok terapeutik)

(2) Adjuntive group activity therapy (terapi aktivitas kelompok

d) Terapi lingkungan

Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga (home like

atmosphere).

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan salah satu alat bagi perawat untuk memecahkan

masalah yang terjadi pada klien. Proses keperawatan adalah suatu modalitas pemecahan

masalah yang didasari oleh metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis

serta identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang

diinginkan. Proses keperawatan adalah proses terapiutik yang melibatkan hubungan kerja

sama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal (Keliat, 2005, hal 1).

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan bisa optimal. Dengan

menggunakan proses keperawatan perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang

bersifat rutin, tidak unik bagi klien.

Asuhan keperawatan jiwa berpedoman pada prilaku manusia sebagai ilmunya dan

penggunaan diri sendiri secara terapiutik sebagai kiatnya. Dengan ini diharapkan klien dapat

meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang

terintegrasi.
A. Pengkajian

Menurut Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses

keperawatan secara menyeluruh.

Selama proses pengkajian perawat harus mendengarkan, memperhatikan,

mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang

diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini contoh pernyataan yang dapat

perawata gunakan.

1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang

diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah

pasien Cuma secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh

dan tidak nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuh?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh

orang lain atau kukuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau

kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya ?

Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah

keperawatan waham Kebesaran pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan

data, penglompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data

dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan

sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatandalam

berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancaradan pemeriksaan

fisik.

Beberapa factor yang perlu dikaji:

1) Faktor predisposisi.

a) Genetik : diturunkan

b) Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik

c) Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat.

d) Virus : paparan virus influinsa pada trimester III.

e) Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2) Faktor presipitasi

a) Proses pengolahan informasi yang berlebihan.

b) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

c) Adanya gejala pemicu.

3) Identitas klien dan penanggung

Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan dan hubungan klien dengan penanggung.

4) Alasan dirawat

Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit, keluhan

utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan keluhan

klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan

presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien

gangguan isi pikir : waham Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus klien

mengalami waham.
5) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,

seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

a) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

psikologis dari klien.

b) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, pertumbuhan dan

perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

c) Sosial budaya

Seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan,

kerawanan), kehidupan terisolasi serta stress yang menumpuk.

6) Aspek fisik atau biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan.

7) Aspek psikososial

a) Genogram

b) Konsep diri

1) Citra tubuh

2) Identitas diri

3) Peran

4) Ideal diri

5) Harga diri

6) Hubungan social dengan orang lain.


7) Spiritual

8) Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas

motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi

selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,

tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

9) Kebutuhan persiapan pulang.

a) Kemampuan makan klien

b) Klien mampu BAB dan BAK

c) Mandi atau kebersihan diri klien

d) Istirahat dan tidur klien

e) Pantaupenggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat

10) Aspek medik

Seperti data yang didapat dari pengkajian klien meliputi :

a) Data subyektif

Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasisen

dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien

dan keluarga.

Mengatakan tidak mampu mengambil/membuat keputusan, klien

mengatakan mempunyai kekuatan super dan maha kuasa, meyantakan merasa

takut dan perasaan tidak nyaman, merasa cemas, sulit untuk tidur, isi

pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan. Mengatakan dirinya orang besar,

mempunyai kekuatan yang luar biasa, pendidikan yang tinggi, kekayaan yang

melimpah, dikenal dan disukai banyak orang, Mengatakan merasa tidak takut,

perasaan tidak nyaman, merasa cemas, mengatakan sulit untuk tidur, mengatakan

perasaan mengenal penyakit yang ada dalam tubuhnya dikirim oleh orang lain,
mengatakan perasaan tidak malu untuk bergaul bersama orang lain, mengatakan

sering menceritakan masalahnya pada orang lain.

b) Data obyektif

Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini

didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Klien kadang - kadang tampak panik, tidak mampu untuk

berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka kadang

sedih, kadang - kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dan

kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak bisa

diam (melangkah bolak - balik) mendominasi pembicaraan, mudah

tersinggung, menolak makan dan minum obat, jarang mengikuti atau mau

mengikuti kegiatan- kegiatan sosial, penampilan kurang bersih, sering

terbangun pada dini hari, tatapan mata tajam, selalu mempertahankan

pendapat dan kebenaran dirinya.Usaha bunuh diri atau membunuh orang

lain, menolak makan atau minum obat, tidak ada perhatian terhadap

asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan, gerakan tidak

terkontrol mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai kenyataan,

tidak bisa membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata,

menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,

kegiatan keagamaan secara berlebihan.

c) Rumusan masalah

Dari pengkajian yang dilakukan pada klien dengan waham, rumusan

masalah yang lazim muncul pada klien dengan gangguan proses pikir yaitu :

(1) Gangguan isi pikir: waham.

(2) Harga diri rendah


(3) Isolasi sosial

(4) Defisit perawatan diri

(5) Risiko perilaku kekerasan

d) Analisa Data

Tabel 1

Masalah Data Obyektif


NO Data Subyektif
Keperawatan
1 Gangguan isi  Klien mengatakan  Klien kadang – kadang
piker: waham dirinya orang besar, tampak panik, tidak
mempunyai kekuatan mampu untuk
yang luar biasa, berkonsentrasi
pendidikan yang tinggi,  waham atau ide-ide
kekayaan yang yang salah, ekspresi
melimpah, dikenal dan muka kadang sedih,
disukai banyak orang. kadang - kadang
 klien mengatakan gembira, tidak mampu
merasa tidak takut, membedakan khayalan
perasaan tidak nyaman, dan kenyataan,
merasa cemas, klien
mengatakan sulit untuk
tidur
2 Harga diri  Mengungkapan ingin  Tidak mau makan dan
rendah diakui jati dirinya tidak tidur
 Mengungkapkan tidak  Perasaan malu
ada lagi yang peduli  Tidak nyaman jika jadi
 Mengungkapkan tidak pusat perhatian
bisa apa-apa
 Mengungkapkan
dirinya tidak berguna
 Mengkritik diri sendiri
 Pasien mengatakan
malu
 Klien malu bertemu
dan berhadapan dengan
orang lain
3 Isolasi sosial  Mengungkapkan  Ekspresi wajah kosong
enggan berbicara  Tidak ada kontak mata
dengan orang lain ketika diajak bicara
 Klien tidak mau  Suara pelan dan tidak
mengungkapkan jelas
perasaannya  Menarik diri dari
hubungan sosial
 Klien sering duduk
sendiri
 Klien hanya berbicara
bila hanya ditanya,
jawaban singkat
4 Defisit  Mengungkapkan tidak  Badan bau
perawatan diri pernah mandi  Pakaian kotor
 Mengungkapkan tidak  Rambut dan kulit kotor
pernah menyisir rambut  Kuku panjang dan kotor
 Mengungkapkan tidak  Gigi kotor dan mulut
pernah menggosok gigi bau
 Mengungkapkan tidak  Penampilan tidak rapi
pernah memotong kuku  Tidak bisa
 Mengungkapkan tidak menggunakan alat
pernah berhias mandi
 Mengungkapkan tidak
bisa menggunakan alat
mandi/kebersihan diri
5. Risiko  Klien mengatakan  Mata merah, wajah
Perilaku benci atau kesal pada agak merah.
Kekerasan seseorang.  Nada suara tinggi dan
 Klien suka membentak keras, bicara
dan menyerang orang menguasai: berteriak,
yang mengusiknya jika menjerit, memukul diri
sedang kesal atau sendiri/orang lain.
marah.  Ekspresi marah saat
 Riwayat perilaku membicarakan orang,
kekerasan atau pandangan tajam.
gangguan jiwa lainnya.  Merusak dan melempar
barang barang.
1. Pohon masalah

Pohon masalah adalah tehnik atau diagram untuk mengidentifikasi masalah dalam

situasi tertentu dengan mengedepankan hubungan sebab - akibat.

effect
Risiko Perilaku Kekerasan

Deficit Perawatan
Core Problem Gangguan Isi Pikir: Waham
Diri : Mandi

Isolasi Sosial

Causa
Harga Diri Rendah

Bagan 2. Pohon masalah gangguan isi pikir : waham

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stresor yang menunjang.
Rumusan diagnosa adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab
(etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah.
Diagnosis ini bisa juga permasalahan (P), penyebab (E), dan simtom/gejala
sebagai data penunjang. Jika pada diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan
keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan
diagnosa baru sampai tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga
masalah tuntas. (Farida, 2010, hal.51)

Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan proses pikir

yaitu:

a. Gangguan isi pikir: waham.

b. Harga diri rendah

c. Isolasi sosial
d. Defisit perawatan diri

e. Risiko perilaku kekerasan

C. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosis, tujuan serta rencana tindakan

yang telah distandarisasi (Keliat dan Akemat, 2009)

Rencana keperawatan klien Gangguan Proses Pikir : Waham

Dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

Adapun tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien dengan waham

kebesaran antara lain :

Tabel 2

Klien Keluarga
No
SPIP SPIK
1. Membantu orientasi realita Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Mendiskusikan kebutuhan
yang tidak terpenuhi Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis yang dialami pasien
3. Membantu pasien memenuhi besera proses terjadinya.
kebutuhannya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien
Menganjurkan pasien waham
memasukkan dalam jadwal
4. kegiatan harian.

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan cara
harian pasien merawat pasien dengan waham

2. Berdiskusi tentang Melatih keluarga mempraktikkan cara


kemampuan yang dimiliki merawat langsung kepada pasien waham
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal
harian pasien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan Menjelaskan follow up pasien setelah
obat secara teratur pulang.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan perawat perlu

menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien sesuai dengan

kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa, pelaksanaan, evaluasi,

modifikasi dan paraf.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari tindakan

keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien

dengan kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan

pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat

diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P : bila ada masalah baru

rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).

Hasil yang diharapkan pada klien dengan gangguan isi pikir: waham adalah :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya


2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

3) Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.

4) Klien dapat berhubungan dengan realistis

5) Klien mendapat dukungan keluarga.

6) Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:PT.Refika Aditama.

Keliat, Budi Anna.2009.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

Azizah, L.M.2011.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Stuart,Gail W.2012.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

Yosep,Iyus.2010.Keperawatan Jiwa.Bandung:PT:Refika Aditama.

Yusuf, AH.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai