EDUKASI
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN
VOLUME 13, NOMOR 3, DESEMBER 2015
SISTIM PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN ISLAM
DI PESANTREN DALAM KONTEK DINAMIKA
STUDI ISLAM INTERNASIONAL
Naskah diterima 3 Oktober 2015, direvisi 2 Nopember 2015, disetujui 8 Desember 2015
Abstract Abstrak
Pesantren is an educational institution Pesantren adalah lembaga pendidikan yang
that specializes in Tafaqquh fi al-Din. Hence, the mengkhususkan dirinya untuk Tafaqquh fi al-Din.
educational system of the pesantren becomes Karena itu sistem pendidikan pesantren menjadi
knowledge source of Islam and as a place for sumber pengetahuan agama Islam dan tempat
developing moral of student. Role of the pesantren pembinaan moral anak didik. Peran pesantren
is relevant to a discourse on quality development tersebut relevan dengan wacana pengembangan
for Human Resources of Islam followers that is kualitas SDM umat Islam yang integratif antara
designed integrative between intellectual and intelektual dan moral. Integrasi intelektualitas
moral. An integration of the intellectuality and dan moralitas merupakan kekuatan pendidikan
morality constitutes an educational strength at di pesantren. Kekuatan inilah yang membuat
the pesantren. Such strength makes the pesantren pesantren telah berkontribusi dalam pentas
already contribute in the home country. Hence, if nasional. Oleh sebab itu jika pesantren akan “dijual”
the pesantren will be “sold” to international world, ke dunia internasional perlu dipertimbangkan
it is necessary to consider aspect of the strengths. aspek kekuatan-kekuatan tersebut. Tulisan ini
This writing tries giving an opinion on developing mencoba memberi sumbangan pemikiran kearah
the pesantren in general context so that it can pengembangan pesantren secara umum agar
contribute to the Islamic studies at the international dapat memberi sumbangsih pada studi Islam di
world. dunia internasional.
Keywords :Educational system, pesantren, Islamic Kata Kunci : Sistem pendidikan, pesantren, studi
studies, International Islam, Internasional
Definisi ini menekankan pada sistim asrama bukan lembaga pendidikan yang disebut
dan materi pengajaran pada kitab-kitab pesantren. Sebuah sekolah yang berasrama
klasik dan pengamalannya dalam kehidupan misalnya tidak dapat menyebut dirinya
sosial. Sementara M. Arifin menambah pesantren, jika tidak memiliki Kyai sebagai
elemen kyai sebagai pemegang otoritasnya figure sentralnya dan pengajaran agama
dan mendefinisikannya sebagai berikut: sebagai kegiatan utamanya.
“Suatu lembaga pendidikan agama Islam
yang tumbuh serta diakui masyarakat Model-Model Pengajaran
sekitar, dengan sistem asrama (komplek)
di mana santri santri menerima pendidikan Definisi pesantren diatas lebih
agama melalui sistem pengajian atau merujuk kepada aspek atau elemen
madrasah yang sepenuhnya berada di bawah pesantren. Namun dari pengembangan
kedaulatan dari leadership seorang atau aspek pengajaran pesantren-pesantren
beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas itu memiliki perkembangan yang berbeda
yang bersifat karismatik serta independen antara satu dengan yang lainnya. Diantara
dalam segala hal”.6 pesantren ada yang berkembang seiring
dengan perkembangan zaman atau
Definisi yang lebih lengkap dengan
perkembangan sistim pendidikan, baik
menyempurnakan elemen-elemennya
tingkat nasional maupun internasional.
datang dari KH. Imam Zarkasyi dan arti
Namun ada pula pesantren yang tetap
pesantren menjadi:
konsisten dengan sistim lama, meskipun
….sebagai lembaga pendidikan Islam tetap mengembangkan beberapa aspeknya.
dengan sistem asrama atau pondok, Dari perkembangan ini maka pesantren
di mana kyai sebagai figur sentralnya, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
mesjid sebagai pusat kegiatan yang besar, yaitu: pesantren salafi yang tetap
menjiwainya, dan pengajaran agama mempertahankan kitab-kitab Islam klasik
Islam dibawah bimbingan kyai sebagai inti pendidikan di pesantren dan
yang diikuti santri sebagai kegiatan
pesantren modern yang telah memasukkan
utamanya.7
pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-
Dari pengertian-pengertian diatas madarasah yang dikembangkannya, atau
maka sebuah lembaga pendidikan dapat membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam
dinamakan pesantren jika memiliki standar lingkungan pesantren. Dari dua kategori
elemen yang telah disepakati dalam definisi utama ini kita masih dapat memerincikan
diatas yang dapat disarikan menjadi lima lagi menjadi beberapa model yang berbeda,
elemen yaitu 1) asrama atau pondok 2) Kyai yang sekurang-kurangnya terdapat lima
3) Masjid 4) Pengajaran agama Islam baik model.
dengan kitab klasik maupun kitab umum Model Pertama. Pesantren model ini
dan 5) santri yang belajar di dalamnya. terikat dengan sistim pesantren lama yang
Jika pesantren tidak memenuhi kelima seringkali disebut pesantren salafiyyah.
elemen diatas dapat dikatakan sebagai Ciri-ciri pesantren salafiyyah adalah sbb
1) Kegiatan utama adalah pangkajian
kitab-kitab klasik semata-mata. 2) Metode
6
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan
yang digunakan adalah tradisional seperti
Umum), 1991. Jakarta: Bumi Aksara, h. 240
7
Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., 1996. KH.
sorogan, wetonan, dan hafalan. 3) tidak
Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren menggunakan sistem klasikal, atau kelas
Modern Ponorogo: Gontor Press, h.5 yang terstruktur dengan masa belajar
tertentu. Prestasi belajar dan pencapaian maupun internasional. Oleh sebab itu dapat
pengetahuan seorang santri diukur dari digambarkan sbb: 1) Kegiatan utama adalah
sejumlah kitab-kitab yang telah pernah pengajaran ilmu pengetahuan agama dan
dipelajarinya dan kepada ulama mana umum sekaligus. 2) Metode yang digunakan
ia berguru. 4) Tujuan pendidikannya adalah modern yaitu menggunakan sistem
adalah untuk meningkatkan akhlaq mulia klasikal, atau kelas yang terstruktur dengan
dalam bersikap dan bertingkah laku serta masa belajar tertentu, sehingga 4 pelajaran
menyiapkan para santri mengamalkan ilmu itu dapat ditempuh dalam waktu tertentu
dan akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari secara terukur. 3) Materi pelajaran agama
di masyarakat. tetap merujuk kepada kitab-kitab klasik,
Model Kedua. Pesantren ini seperti model namaun dalam bentuk ringkasan yang
pertama yaitu tetap mempertahankan disusun secara madras; sedangkan materi
penggunaan kitab-kitab klasik. Hanya saja pelajaran umum (sains) mengikuti standar
kitab-kitab itu diajarkan dalam bentuk pelajaran pada sekolah-sekolah modern. 4)
klasikal dan non klasikal. Selain itu Sistim pendidikannya diatur sebagaimana
sebagai tambahan diajarkan pula pelajaran lazimnya sebuah sekolah dimana prestasi
ekstrakurikuler seperti keterampilan dan belajar dan pencapaian pengetahuan
praktek keorganisasian. seorang santri diukur dari ujian-ujian yang
Model Ketiga. Pesantren yang masih diadakan pada setiap semester. 5) Meskipun
mempertahankan sistim salafiyyah dengan pengajarannya menggunakan sistim
pengkajian kitab-kitab klassiknya, namun sekolah namun sistim utama pendidikannya
membuka sistim pendidikan formal adalah pesantren yang diwarnai oleh
berbentuk madrasah, sekolah dan bahkan suasana dan jiwa-jiwa pesantren dimana
perguruan tinggi. Pengkajian kitab klassik Kyai menjadi figure sentralnya dan masjid
merupaan materi yang wajib diikuti oleh sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya.
seluruh santri yang mengikuti pelajaran di Selain menekankan pada pengajaran ilmu
madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi, pengetahuan agama dan umum pesantren
meskipun masih terdapat santri yang secara model ini menyediakan berbagai kegiatan
khusus mengikuti pengajian kitab-kitab ekstra berupa organisasi, kemasyarakatan,
klasik saja. Di pesantren ini terdapat majelis keterampilan, kesenian, kepramukaan dan
taklim dan pendidikan keterampilan. sebagainya.
Model Keempat. Pesantren yang
mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu Model-Model Pendidikan
keterampilan di samping ilmu-ilmu Model-model yang telah disebutkan
agama sebagai mata pelajaran pokok. diatas sekedar untuk menunjukkan potensi-
Pesantren ini mendidik para santrinya potensi yang dimiliki sistim pendidikan
untuk memahami dan dapat melaksanakan pesantren dari aspek pengajaran dan
berbagai keterampilan guna dijadikan pendidikan di dalam lingkungan pesantren.
bekal hidupnya. Dengan demikian kegiatan Namun, potensi pesantren sebagai
pendidikannya meliputi kegiatan kelas, lembaga yang memiliki model lingkungan
praktik di laboratorium, bengkel, kebun/ dan suasana yang mendidik tidak kalah
lapangan. pentingnya dibanding dengan potensi
Model Kelima. Pesantren model ini pengajaran seperti yang disebutkan diatas.
telah dikembangkan sejalan dengan Maka berikut ini model-model pendidikan
perkembangan sistim pendidikan nasional
dalam peraturan yang diciptakan oleh Kyai turath mungkin banyak ditemui di Negara-
di Pondok. Dalam pendidikan ini tentu negara Islam, namun pengkajian Islam yang
terdapat peraturan baik tertulis maupun diintegrasikan dengan pengamalannya
tidak yang diketahui oleh seluruh warga dalam suatu lingkungan yang disebut
pondok dan disitu terdapat pula hukuman pesantren hanya terdapat di nusantara.
atau sanksi bagi yang melanggar. Untuk Inilah sistim pendidikan yang khas
menjadikan disiplin berjalan efektif, maka pesantren yang dapat dikembangkan dan
Kyai umumnya memberi wewenang kepada disebar luaskan ke Negara-negara lain.
santri senior untuk mengontrol pelaksanaan Apa yang menjadi kelebihan pesantren,
disiplin ini dan karena itu segala masalah sesungguhnya adalah sistim pendidikan yang
yang ditimbulkan oleh disiplin ini akan diwarnai oleh jiwa serta nilai-nilai akhlaq.
diselesaikan oleh Kyai sendiri. Disini Sistim ini dipimpin oleh seorang kyai yang
kekuatan figure Kyai lagi-lagi merupakan memiliki otoritas dan integritas keilmuan
faktor terpenting dalam pendidikan disiplin serta idealisme yang tinggi, berjiwa ikhlas,
ini. jujur, istiqamah, dan bermental pejuang.
Kekuatan figure Kyai inilah sejatinya yang
Pendidikan Kemandirian merupakan tiang dan kekuatan utama
Kemandirian adalah ciri penting yang bangunan sistim pendidikan pesantren, sejak
melekat dalam sistim pendidikan pesantren. dulu hingga sekarang. Struktur keilmuan
Dari aspek kelembagaan pesantren adalah seperti ini mencerminkan totalitas sistim
lembaga swasta yang mandiri dan tidak pendidikan yang terintegrasikan dengan
bergantung kepada lembaga apapun. Kyai sistim kehidupan dimana din tidak hanya
di pesantren adalah juga seorang figur dipahami secara kognitif tapi juga diamalkan
yang mandiri secara ekonomi dan tidak secara afektif. Santri datang ke suatu pondok
menjadi pegawai siapapun. Santri yang bukan hanya karena kepakaran Kyai dalam
belajar di dalam pondok adalah juga mandiri bidang ilmu tertentu tapi juga kharismanya
karena santri, dalam tradisinya, mengurus dan integritas moralnya. Dalam bidang
keperluan mereka sendiri, dalam masalah keilmuan telah menjadi tradisi jika suatu
konsumsi dan akomodasi. Dalam pesantren pesantren dipimpin oleh Kyai yang pakar
model kelima para santri diberi hak untuk hadith, maka santri peminat hadith
mengelola dapur, kantin, toko kelontong, berdatangan kepadanya. Demikian pula
foto copy dan aktifitas-aktifitas kesantrian dalam bidang Fiqih, Tafsir, Nahwu Sorof
lainnya. Artinya tanpa didampingi orangtua dan lain-lain. Kyai Mahfuz Termas, misalnya
para santri dapat hidup berdikari bersama pakar Fiqih dan Hadith, Kyai H.S. Hasyim
teman-teman mereka di pesantren. Asy’ari di Jombang, pakar Hadith, Kyai Abu
Suasana pendidikan yang seperti Amar di Jamsaren pakar tafsir, Arsyad al-
tersebut diatas adalah gambaran tentang Banjari di Martapura pakar Fiqih dan falak,
pengkajian Islam yang tidak melulu berisi dan banyak lagi contoh lainnya. Tradisi ini
aspek-aspek kognitif, tapi juga mencakup adalah kelanjutan tradisi intelektual Islam
aspek-aspek lain yang lebih luas. Artinya dimasa lalu, dan kini bahkan ditiru di Barat,
di dalam sistim pendidikan pesantren, dimana mahasiswa mendaftar ke suatu
Islam tidak hanya dikaji tapi pada saat yang fakultas karena disitu terdapat seorang
sama juga diamalkan. Inilah ciri khas sistim Professor yang otoritatif dalam disiplin ilmu
pendidikan pesantren. Sistim pendidikan tertentu.
yang menekankan pada kajian kitab-kitab
Karena jiwa, alam pikiran dan idealisme tingkat menengah kitab yang digunakan,
Kyai sangat dominan maka interaksi Kyai yaitu: Matan Taqrîb, Fath al-Qarîb dan Minhâj
santri secara gradual dan alami telah al-Qawîm (fiqh), Jawâhir al-Kalâmiyyah dan
melahirkan suatu lingkungan kehidupan alDîn al-Islâmî (tauhid), Ta’lîm al-Muta’allim
dengan tata nilai dan suasana kejiwaan yang (akhlak), ‘Imrithi dan Nahwu al-Wâdhih
mampu mengintegrasikan pendidikan dan (nahwu), al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah, Matan
kehidupan sehingga pesantren memiliki al-Binâ’ dan Kaelani (sharaf) serta Tuhfah al-
catur pusat pendidikan yaitu 1) Masjid, 2) Athfâl, Hidâyah al-Mustafid, Musyid al-Wildân
masyarakat didalam dan luar pesantren, dan Syifâ al-Rahmân (tajwid).
3) asrama sebagai rumah tangga dan 4) Pada tingkat atas kitab yang digunakan,
pengajian sebagai sekolah. yaitu: Jalâlayn (tafsir), Mukhtâr al-Hadîts,
al-Arba’în Nawâwi, Bulûgh al-Marâm dan
Studi Islam di Pesantren Jawâhir al-Bukhâri (hadits), Minhâj alMughîts
(musthalah hadits), Tuhfah al-Murîd, Husûn
Kurikulum pondok atau pesantren
al-Hamîdiyyah, ‘Aqîdah Islâmiyyah dan Kifâyah
pada umumnya sama dengan kurikulum
al-‘Awwâm (tauhid), Kifâyah al-Akhyâr dan
pendidikan tradisional di dunia Islam
Fath al-Mu’în (fiqh), Waraqat al-Sulâm (ushul
sekarang ini, khususnya yang bermazhab
fiqh), Alfiyyah Ibnu Mâlik, Mutammimah,
Syafii dan aqidah Ash’ariyyah. Pada pondok
‘Imrithi, Syabrawi dan al-‘Ilal (nahwu dan
pesantren salaf, kurikulum disusun ke dalam
sharaf) serta Minhâj al-‘Âbidîn dan Irsyâd al-
tiga tingkatan: Tingkatan Dasar (Ula) terdiri
‘Ibâd (tasawuf/akhlak). Pada pesantren ini
dari aqidah, Fiqh, Akhlaq, metode membaca
kitab al-Munawwarah digunakan sebagai
al-Qur’an. Pada Tingkat Menengah (Wusta)
pelajaran mantîq (logika formal), yang berisi
terdiri dari aqidah, Fiqh, Akhlaq belajar,
logika Aristoteles dan lainya.12
Nahw, Tajwid. Pada tingkatan Menengah
Atas (‘Ulya) meliputi: Aqidah, Fiqh, Akhlaq Adapun jumlah prosentase (percentage)
dan Tasawwuf, falsafah hukum Islam (Usul dari semua jenis kitab-kitab di pondok
Fiqh), Tafsir, ilmu Hadith, Nahw, Mantiq tradisional (salaf) adalah sebagai berikut:
(pada pondok tertentu sahaja).11 fiqh) 20 %; ` aqidah, usul al-din 17 %; nahw,
sarf, balagha 12 %; Hadith 8 %; Tasawwuf dan
Di masa lalu pada pesantren Tebuireng
Tariqa 7 %; Akhlaq 6 %. Kumpulan du`a, wird,
kitab yang diajarkan meliputi sebelas bidang
mujarrabat 5 %; dan bacaan tentang qisas al-
kajian: al-Qur’an, tafsir, hadits, ilmu hadits,
anbiya’, mawlid, manaqib, etc.) 6 %.13 Lihat
bahasa Arab, tauhid/aqidah, akhlak, tasawuf
table dibawah ini:
dan mantiq. Namun, kitab-kitab kuning
dalam bidang-bidang tersebut diajarkan
berdasarkan pada tingkatan. Pada tingkat
dasar kitab yang digunakan masih bersifat
elementer dan relatif mudah dipahami.
Misalnya, ‘Aqîdah al-‘Awwâm (tauhid), Safînah 12
Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan
al-Najâh (fiqh), Washâya al-Abnâ’ (akhlak) Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem
dan Hidâyah alShahibyân (tajwid). Pada Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, h. 173.
13
Kajian Martin van Bruinsen menunjukkan
bahwa kajian kitab Hadith hanya 8%, tasawwuf 7 %,
Lihat
11
http://www.let.uu.nl/~martin. akhlak 6%, doa wiridan mujarrabat 6%. Martin van
vanbruinessen/personal/publications/kitab_ Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script
kuning.htm). Used in the Pesantren Milieu”, Bijdragen tot de Taal-,
Land- en Volkenkunde 146 (1990), h. 226-269.
disebutkan disini adalah Universitas Darul Malaysia, Saudi Arabia program studi
Ulum, Universitas Asy-Syafiiyyah Jakarta, ekonomi dan keuangan Islam telah lama
Universitas Ath-Thahiriyyah Jakarta, berdiri dan telah menghasilkan pakar-pakar
Universitas Hasyim Asy’ari, Tebuireng, dibidang ini. Metodologi dan pendekatan
Universitas Mambaul Ulum, Jombang, yang berkembang dalam studi ekonomi
Universitas Pesantren Darul Ulum, Jombang, Islam adalah integrasi dan Islamisasi. Bahkan
Universitas Darussalam Gontor dan lain sejak tahun 1990-an, studi ekonomi Islam
sebagainya. Dari sisi kualitas kelembagaan telah dikembangkan di berbagai universitas
di tingkat nasional universitas-universitas di negara-negara Barat, seperti di Eropa,
pesantren ini harus bersaing keras tidak Amerika Serikat dan Australia. Di Inggris
saja dengan universitas-universitas negeri terdapat University of Durham, University
tapi juga dengan universitas-universitas of Portsmouth, Markfield Institute of Higher
swasta milik Muslim ataupun non-Muslim. Education, University of Wales Lampeter,
Ditingkat internasional universitas dan Loughborough University. Di Amerika
pesantren dituntut untuk berprestasi Serikat, Harvard University, sangat aktif
seperti universitas negeri, sementara melakukan kajian ekonomi Islam. Di
kualitas universitas negeri di Indonesia Australia, University of Wolongong juga
di tingkat internasional masih jauh dari melakukan hal yang sama.
membanggakan. Dari 108 Perguruan Tinggi Di Barat dapat dibagi menjadi studi
Negeri dan 3.199 Perguruan Tinggi Swasta Islam di Eropah dan di Amerika Serikat.
hanya dua universitas (ITB dan UI) yang Kajian para pakar menunjukkan bahwa studi
mendapat ranking internasional. Dari sisi Islam di AS pada mulanya berdasarkan pada
keilmuan perguruan tinggi pesantren perlu tradisi kesarjanaan Orientalis dan teologi
mempertahankan karakteristik pesantren Kristen, yang menekankan secara kuat
dan bahkan mengembangkan model pada teks, namun hal ini terus berkembang
pengkajian Islam yang mengintegrasikan dengan bertumpang tindih dengan Studi
ilmu dan akhlaq, yang dipimpin oleh seorang Kawasan Timur Tengah (Middle East area
atau beberapa orang ulama yang otoritatif studies) dan juga beberapa disiplin ilmu
dalam bidangnya, yang menggunakan sistim humaniora dan ilmu sosial, khususnya studi
pondok dan nilainilai kepesantrenan yang agama-agama.15 Karena dikaitkan dengan
telah menjadi tradisi. disiplin ilmu humaniora maka studi Islam
digunakan untuk mencari sumber-sumber
Trend Studi Islam di dunia sejarah Islam dalam kaitannya dengan
hubungan antara masyarakat AS dan
Terdapat beberapa catatan tentang trend
masyarakat Islam. Peristiwa 9/11 tidak saja
studi Islam di seluruh dunia. Disini gambaran
mengakibatkan menjamurnya studi Islam,
studi Islam dapat dibagi menjadi dua yaitu di
dunia Islam dan di dunia Barat. Di Negara-
negara Islam studi Islam masih di dominasi
15
Charles Kurzman & Carl W. Ernst, Islamic
Studies in U.S. Universities” The University of North
oleh pembagian fakultas berdasarkan
Carolina at Chapel Hill, September 30, 2009, Paper
disiplin ilmu pengetahuan tradisional for Social Sciences Research Council workshop on
Islam seperti Usuluddin, Tarbiyah, Syariah, “The Production of Knowledge on World Regions:
al-Qur’an, Tafsir, Hadith dan sebagainya. The Middle East”, hal. 1 ; Lihat juga SH.Nasr, Islamic
Perkembangan terakhir dalam fakultas- Studies in America, dalam Sulayman S. Nyang, Mumtaz
Ahmad, and Zahid H. Bukhari, The State of Islamic
fakultas tradisional di Negara-negara Islam
Studies in American Universities , The International
seperti Jordan, Mesir, Qatar, Pakistan, Institute of Islamic Thought, 1431AH/2009CE, h 18.
tapi juga memberi dorongan baru untuk ada pada umumnya mencampur studi Islam
memahami, menganalisas Islam, khususnya dengan studi kawasan atau hubungan antar
untuk menguji kemungkinan adanya agama. Maka dari itu di Universitas Texas
hubungan antara ajaran Islam di satu sisi dan Washington studi Islam diletakkan di
dan tindak kekerasan terrorisme.16 dalam kajian Timur Tengah, di Berkeley
Maka dari sini berdirilah berbagai studi Islam digabungkan dalam Middle East
fakultas, program studi atau pusat studi center; di Michigan dan UCLA studi Islam
Islam di AS. Di The University of Arkansas bahkan digabungkan dalam International
didirikan King Fahd Center for Middle East Centers. Di Columbia University, studi Islam
and Islamic Studies (2000), di Columbia di masukkan dalam The School of General
International University didirikan Zwemer Studies. Di dalam fakultas-fakultas yang
Center for Muslim Studies (2000), di the tidak memiliki program studi Kajian Timur
University of North Carolina at Chapel Hill’s Tengah, atau pusat studi program studi
Carolina didirikan Center for the Study of the Islam diletakkan pada program studi khusus,
Middle East and Muslim Civilizations (2003); seperti Religious Studies di UNC-Charlotte.
di the U.S. Naval Academy didirikan Center Apa yang menjadi trend di AS nampaknya
for Middle East and Islamic Studies (2005); The telah menjalar kepada studi Islam di Negara-
Lutheran School of Theology mendirikan negara Islam, khususnya di Asia Tenggara.
Chicago’s Center of Christian-Muslim Engagement Kamaruzzaman et al, menyimpulkan bahwa
for Peace and Justice (2006); The Graduate studi Islam pada mulanya di dominasi
Theological Union mendirikan Center for oleh penafsiran dan pemahaman terhadap
Islamic Studies (2007), Merrimack College kitab suci, pada beberapa tahun terakhir
mendirikan Center for Jewish-Christian-Muslim ini telah berkembang tren yang mengarah
Relations (2008); The University of Southern pada penggunaan pendekatan disipliner
California and the Hebrew Union College dalam memahami fenomena keagamaan
mendirikan Jewish Institute of Religion’s Center pada masyarakat Islam. Artinya studi Islam
for Muslim-Jewish Engagement (2008); Lehigh didekati dengan berbagai disiplin ilmu sosial.
University mendirikan Center for Global Maka dari itu bidang studi Islam sekarang ini
Islamic Studies (2009). meliputi berbagai displin ilmu yang sangat
Namun maraknya pendirian fakultas, luas termasuk anthropologi, sosiologi,
program studi maupun pusat studi Islam ilmu politik, ekonomi dan beberapa bidang
diatas, seperti yang dinyatakan Charles interdisipliner seperti studi gender dan studi
Kurtzman, Sulayman dan Nasr, ditandai oleh kawasan. Para pengkaji Islam dalam disiplin
perubahan dasar dan arah studi Islam dari ini juga merubah perhatian mereka kepada
pendekatan teologis para Orientalis kepada kajian Islam dan masyarakat Islam. Oleh
pendekatan disiplin ilmu sosial. Bahkan sebab itu topik-topik yang menjadi kajian
perlu dicatat bahwa fakultas, program para pakar untuk memahami masyarakat
studi maupun pusat studi ini tidak ada yang Muslim menjadi bervariasi sehingga
secara ekslusif fokus pada studi Islam, yang meliputi masalah demokrasi dan pluralisme
politik, sekularisme, gender, hukum, HAM,
etika, perkembangan ekonomi, lingkungan
16
Sulayman S. Nyang, Mumtaz Ahmad, and
Zahid H. Bukhari, The State of Islamic Studies in
American Universities , The International Institute of
Islamic Thought, 1431AH/2009CE, Lihat Introduction
; lihat juga Charles Kurzman & Carl W. Ernst, Islamic
Studies in U.S. Universities, h.1
hidup, kutlur yang popular, konsumerisme, Islam di Amerika. Sejarahnya, studi Islam
keuangan Islam, dan lain sebagainya.17 dan masyarakat Islam sebagai suatu
Trend ini bukan merupakan bidang akademik di UK berdasarkan
perkembangan studi Islam dari dalam umat pada orientalisme yang dalam hal ini
Islam sendiri atau dari tradisi intelektual merujuk kepada kajian kultur dan bahasa
Islam sendiri. Perkembangan ini disebabkan di dunia Islam, termasuk Timur Tengah.
oleh beberapa faktor diantaranya adalah Perkembangan studi Islam berlangsung
Peristiwa 11 September 2001 dan deklarasi dan dipengaruhi oleh factor sejarah dimana
Negara-negara Barat untuk berperang umat Islam berada. Yang menonjol dari
melawan terror, sehingga studi Islam perkembangan itu adalah setelah Peristiwa
diarahkan kepada masyarakat Islam yang 11 September 2001 dimana suasana dan
memiliki gejala-gejala adanya gerakan pendekatan disipliner terus berkembang.
terror. Hal ini juga diantara penyebab para Meskipun pengajaran studi Islam
pengkaji Islam yang berasal dari luar tradisi sebagiannya masih dalam lingkup khazanah
keagamaan Islam ikut melakukan kajian Orientalism. Studi Islam yang berdasarkan
terhadap Islam pada tradisi Orientalisme dapat dilihat
dan umat Islam. Mereka itu memiliki sebagai suatu disiplin tersendiri dengan
sumber-sumber ilmu pengertahuan metodologi, subyek-subyek utama dan teks-
Islam yang cukup memadahi dan mampu teks kunci.
menggunakan metodologi mutakhir dalam Namun studi Islam dan masyarakat Islam
penelitian serta didukung oleh suasana berlangsung pada tingkat multi-disiplin
kebebasan akademik. berfokus pada dunia Islam, khususnya
Namun, meskipun mereka itu Muslim Timur Tengah dengan penekanan pada
pemahaman dan penafsiran mereka kajian Bahasa Arab, Persia, Turkey;
terhadap Islam terpengaruh oleh status ditambah dengan kajian teks-teks Islam
mereka yang tumbuh dan membesar diluar termasuk al-Qur’an dan Hadith. Pendekatan
tradisi Islam atau diluar Negara Islam, oleh ini ditopang oleh pakar yang berasal dari
pengetahuan mereka tentang kitab suci sejumlah disiplin ilmu seperti Studi agama-
masih tergolong kurang dan oleh kualitas agama, Sejarah, Bahasa dan Sastra, Politik,
keterikatan secara individual terhadap Anthropologi dan sosiologi serta bidang-
ajaran Islam juga dianggap minim.18 bidang studi interdisipliner dalam studi
Timur Tengah dan Asia Selatan. Singkat
Trend studi Islam di Eropah, khususnya kata, meskipun studi Islam di Inggeris
di Inggeris, tidak jauh beda dari studi khususnya, dan Eropah pada umumnya,
melahirkan berbagai pendekatan dalam
studi Islam, namun tradisi kajian Ketimuran
17
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad & Patrick
Jory, (Editors) Islamic Studies And Islamic Education serta cara pandang teologis terhadap Islam
In Contemporary Southeast Asia, Yayasan Ilmuwan, masih dianggap sangat penting.19
Kuala Lumpur, 2011, lihat Introduction; lihat juga Dari trend studi Islam di Barat, baik
Fazlur Rahman, “Approaches to Islam in Religious
Studies: Review Essay”, dalamApproaches to Islam
di Amerika maupun di Eropah dapat
in Religious Studies, di edit oleh Richard C. Martin
(Tucson: The University of Arizona Press, 1985); h. 11 19
International Approaches to Islamic Studies in
18
Ibid, h. v. Atau Lebih detail tentang isu ini lihat Higher Education, A report to HEFCE, Subject Centre
Howard Federspiel, “Modernist Islam in Southeast for Languages, Linguistics and Area Studies Subject
Asia: A New Examination”, The Muslim World Vol. 92 Centre for Philosophical and Religious Studies, June
(2002). 2008, h. 11
ditarik suatu kesimpulan bahwa trend ini perlu dipertahankan baik pada tingkat
mengkaji Islam dari berbagai disiplin ilmu menengah maupun di tingkat perguruan
sosial telah menjadi fenomena umum di tinggi atau universitas. Model studi Islam
Negara-negara itu. Hal ini disebabkan oleh di pesantren pada tingkat menengah telah
beberapa faktor dan terutamanya adalah merupakan tradisi yang kuat meskipun
keragaman para pengkaji Islam dari luar perlu peningkatan dan pengembangan
Islam yang kurang penguasaan mereka sesuai dengan tuntutan zaman dan
terhadap khazanah Islam sehingga lebih masyarakat. Untuk merespon tren studi
mengutamakan pendekatan disiplin ilmu Islam di kancah internasional, maka
diluar Islam daripada Islam sendiri. Karena pesantren perlu meningkatkan kualitasnya
keadaan ini maka Seyyed Hossein Nasr sebagai lembaga tafaqquh fiddin. Tafaqquh
mempertanyakan apakah model kajian ilmu tidak hanya terbatas pada pendidikan dan
sosial Barat itu cocok untuk dunia Islam? pengajaran ilmu kepada santri pada tingkat
Apakah mungkin mengkaji masyarakat menengah, tapi juga kegiatan pengkajian
Islam berdasarkan pada teori Durkheim, dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman
atau mengkaji bagian dari dunia Islam dari setingkat perguruan tinggi atau universtias
disiplin antropologi berdasarkan pada teori dengan tetap berpegang pada sistim dan
Levi-Strauss? Jawaban Nasr tentu hal itu tradisi khas pesantren. Materi tafaqquh perlu
tidak mungkin, dan karena itu ia memberi diperluas spektrumnya kepada keseluruhan
saran bahwa langkah yang harus diambil pemikiran dan peradaban Islam yang
dalam studi Islam adalah mengkaji bidang diklasifikasikan menjadi ilmu fardu ayn dan
ini dalam framework agama dan bukan suatu ilmu fard kifayah atau ilmu naqliyah dan
disiplin ilmu. Seperti yang telah disebutkan ilmu aqliyah. Tuntutuan masyarakat Islam
bahwa pada mayoritas lembaga pendidikan terhadap studi Islam di pesantren begitu
di AS Islam dikaji sebagai sejarah, bahasa, kompleks sehingga pesantren tidak dapat
kultur, sistim politik dan lain sebagainya, lagi mempertahankan disiplin keilmuannya
dan bukan sebagai agama. hanya pada kitab-kitab tertentu yang
Dari kritikan SH Nasr diatas perguruan sangat terbatas. Lebih-lebih jika kitab-kitab
tinggi Islam seperti ditantang agar itu dikaitkan dengan standar keilmuan
menciptakan pendekatan sendiri yang ditingkat universitas, banyak kitab yang
tidak melulu didominasi oleh disiplin ilmu- masih perlu ditambahkan. Sebab pada
ilmu sosial yang merupakan produk dari kenyataannya ketika pesantren mendirikan
tradisi, kultur, kepercayaan, ideology Barat. universitas atau sekolah tinggi, disiplin ilmu
setidaknya ilmu-ilmu sosial Barat tersebut yang selama ini dikaji di pesantren tidak
disaring dan diadapsi sehingga tidak lagi seluruh dapat diakomodir dalam kurikulum
bertertangan dengan nilai-nila sosial atau pada program-progam studi. Maka sangat
worldview Islam.20 strategis jika pesantren dapat memprakarsai
kajian ilmu-ilmu syariah yang diperkaya
dengan ilmu-ilmu modern, dan ilmu-ilmu
PENUTUP kauniyyah yang diwarnai oleh cara pandang
Model pendidikan di pesantren adalah Islam.
khas Indonesia dan tidak terdapat di Arus globalisasi yang tidak lagi
Negara-negara lain. Untuk itu ciri khas dapat dibendung mengharuskan umat
Islam untuk berfikir global dan meng-
internasional. Artinya dunia pesantren perlu
20
SH.Nasr, Islamic Studies in America, Ibid, h. 22
Kurzman, Charles & Carl W. Ernst, Islamic Wirosukarto, Amir Hamzah et.al., (1966):
Studies in U.S. Universities” The University KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis
of North Carolina at Chapel Hill, Pesantren Modern. Ponorogo, Gontor
September 30, 2009, Paper for Social Press
Sciences Research Council workshop Wahid, Abdurrahman (2001): Menggerakkan
on “The Production of Knowledge on Tradisi, Esai-esai Pesantren. Yogyakarta,
World Regions: The Middle East”, LKIS
Mastuhu (1994): Dinamika Sistem Pendidikan Yunus, Mahmud (1990): Sejarah Pendidikan
Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Islam di Indonesia. Jakarta, Hidakarya
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta,
INIS http://www.let.uu.nl/~martin.
vanbruinessen/personal/publications/
Nasr, Sayyed Hosen (2009): Islamic Studies kitab_kuning.htm).
in America, dalam Sulayman S. Nyang,
Mumtaz Ahmad, and Zahid H. Bukhari, Bakar, Osman (1997): Hirarki Ilmu Membangun
The State of Islamic Studies in American Rangka Pikir Islamisasi Ilmu menurut Al-
Universities, The International Institute Farabi, Al-Ghazali, Qutb al-Din Syiraz, Terj.
of Islamic Thought Purwanto, Bandung, Mizan.
Nyang, Sulayman S., Mumtaz Ahmad, and Al-Attas, Syed Muh. Nuquib, (1978): “Islam
Zahid H. Bukhari, The State of Islamic and Scelarism”, Kualalumpur, ABIM.
Studies in American Universities , Burhanudin, Jajat dan Dina Afrianty, eds.
The International Institute of Islamic (2009): “Mencetak Muslim Modern : Peta
Thought. Pendidikan Islam Indonesia”. Jakarta, Raja
Ridha, Rasyid (tt): Tafsir al-Manar Jilid II. Grafindo Persada.
Mesir, Maktabah al-Qahirah Zarkasyi, Abdullah Syukri (1999) : “Pondok
Rahman, Fazlur (1985): “Approaches to Islam Pesantren Sebagai Alternatif untuk Program
in Religious Studies: Review Essay”, dalam Studi Islam di Asia Tenggara” dalam studi
Approaches to Islam in Religious Islam Asia Tenggara, ed. Zainuddin
Studies, di edit oleh Richard C. Martin, Fanarie dan M. Thoyibi, Surakarta,
Tucson: The University of Arizona Muhammadiyah University Press.
Press, Hodgson, Marshall G,S, (1974) : The Venture
of Islam, Chicago, The University of
Chicago Press.